Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS JURNAL

“Efektifitas Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Nyeri Pada Pasien Kanker
Payudara”

Oleh:

Nama : Dwi Mega Lestari

NIM : 22221038

Pembimbing:
Dewi Pujiana, S.Kep.,Ns.,M.Bmd

PROGRAM PROFESI NERS


IKesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
A. Definisi
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) abses payudara adalah akumulasi nanah
pada bagian payudara, hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Ia juga
merupakan komplikasi akibat peradangan payudara yang sering timbul pada minggu kedua
post partum (setelah melahirkan), karena a danya pembengkakan payudara akibat tidak
menyusui dan lecet pada puting susu. Abses payudara merupakan penyakit yang sulit
sembuh sekaligus mudah untuk kambuh. Peluang kekambuhan bagi yang pernah
mengalaminya berkisar diantara 40-50%. Abeses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya
terjadi akibat dari suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat,
maka akan terjadi infeksi (Irianto, 2015).
Sedangkan menurut Astutik (2014) mastitis atau abses payudara adalah peradangan
payudara. Payudara menjadi merah, bengkak dan kadang kala diikuti rasa nyeri, panas, serta
suhu tubuh meningkat. Dalam payudara terasa ada massa padat (lump) dan di luarnya kulit
menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan
diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa abses payudara adalah komplikasi dari peradangan
pada payudara (mastitis) yang menyebabkan terdapatnya akumulasi nanah pada bagian
payudara.
B. Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara:
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi


2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sistem kekebalan
Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus
C. Tanda Dan Gejala

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) tanda dan gejala dari abses payudara
diantaranya adalah :

a. Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah


b. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah
c. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar cairan nanah melalui
puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah padapayudara adalah stafilokokus
aureus dan spesies streptokokus.
d. Pada lokasi yang terkena akan tampak membengkak. Bengkak dengan getah bening
dibawah ketiak.
e. Nyeri dan teraba massa yang fluktuatif atau empuk
f. Sensasi rasa panas pada area yang terkena
g. Demam dan kedinginan, menggigil
h. Rasa sakit secara keseluruhan
i. Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axillar, parasternalis, dan subclavia.
D. Patofisiologi
Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang pernah
hamil. Pada umumnya yang dianggap sebagai kuman penyebab ialah puting susu yang luka
atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian
besar yang ditemukan pada biakan pus ialah stafilokokus aureus (Mitayani, 2009).
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak kedalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati.
Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Akibat dari penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan
pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal in
merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut
(Irianto,2015).
E. Pathway
Sumber : Nurarif dan Kusuma (2015)

- Infeksi bakteri Bakteri mengadakan


Tubuh bereaksi untuk
- Benda asing multiplikasi dan
perlindungan terhadap
- menyebabkan luka merusak jaringan yang
penyebaran infeksi
- Reaksi hypersensitive ditempati
- Agen fisik

Terjadi proses peradangan


Faktor predisposisi

Nyeri akut Abses terbentuk dan


terlokasi (dari matinya
jaringan nekrotik, bakteri,
Resiko infeksi Penyebaran infeksi dan sel darah putih)

Operasi Kurang informasi


Dilepasnya gas
pirogen leukosit
pada jaringan
Kerusakan integritas Defisiensi pengetahuan
jaringan
Panas

Hipertermi
F. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penatalaksanaan pada klien dengan
abses diantaranya adalah :
1. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan apabila abses
telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap pus yang lebih
lunak. Apabila menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,
tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang
dilakukan.
2. Karena seringkali abses disebabkan oleh bakteri straphylococcus aureus, antibioti
antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan
adanya kemuncula staphylococcuss aureus resisten methicillin (MRSA) yang ddidapat
melalui komunitas, antibiotic biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani
MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotic lain seperti clindamycin,
trimetroprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.
G. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau
jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada sebagian
besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis
secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat
menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak
struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)
BAB II

A. Kasus
Ny. W berusia 75 tahun datang kerumah sakit palembang Bari pada tanggal 30 oktober 2021
Ny. W mengatakan nyeri dibagian payudara sebelah kanan dan teraba ada benjolah
dipayudaranya. TTV: TD: 120/80 T: 36,6oC N: 100x/m, RR:20x/m . Setelah dilakukan
pemeriksaan lab Ny. W di diagnosa Abses mamae, Ny. W dirawat di ruang bedah dan
dianjurkan untuk berpuasa karena akan dilakukan biopsi.
B. Pertanyaan Klinis
Adakah Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Nyeri Pada Pasien
Kanker Payudara?
BAB III
ANALISIS JURNAL
A. PICO
P : nyeri
I : Progressive Muscle Relaxation (PMR)
C : Tidak ada pembanding
O: dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien kanker payudara
B. Nama penulis jurnal : Mardiana, et.al
C. Tujuan penelitian
Untuk mengartahui adakah pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Nyeri
Pada Pasien Kanker Payudara?
D. Tempat Penelitian
Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo.
E. Metode dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain pre test dan post test.
F. SEARCHING LITERATURE ( JOURNAL )
Setelah dilakukan Searching Literature ( Journal ) di google scholar, didapatkan 118 journal
yang terkait dan dipilih jurnal dengan judul “Effektifitas Progressive Muscle Relaxation
(PMR) Terhadap Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara”
Dengan alasan :
1. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus
2. Jurnal tersebut up to date
G. VIA
1. Validity:
Desain : Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain pre test
dan post test.
Sampel: pengambilan sampel yaitu ditentukan sesuai dengan kriteria inklusi
H. Importance dalam hasil
1. Karakteristik Subjek
Karakteristik dalam kriteria inklusi nya yaitu: usia 18 tahun keatas, yang mampu
berkomunikasi dan mampu mengungkapkan rasa sakit, serta pasien yang menerima
analgesik dengan dosis rendah.
2. Beda proporsi
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji Paired Sample T-Test diperoleh nilai
signifikansi p = 0,001 < 0,05. Artinya bahwa terapi komplementer Progressive Muscle
Relaxation (PMR) secara signifikan dapat menurunkan skala nyeri pada pasien kanker
payudara
3. Beda Mean
Dapat di interpretasikan bahwa terdapat penurunan skala nyeri yang dialami pasien
kanker payudara setelah diberikan terapi komplementer Progressive Muscle Relaxation
(PMR) dengan nilai selisih rata-rata 2,00 (95%CI = 1,245 – 2,755).
I. Applicability
1. Dalam diskusi
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji Paired Sample T-Test diperoleh
nilai signifikansi p = 0,001 < 0,05. Artinya bahwa terapi komplementer Progressive
Muscle Relaxation (PMR) secara signifikan dapat menurunkan skala nyeri pada pasien
kanker payudara dengan nilai selisih rata-rata 2,00 (95%CI = 1,245 – 2,755).
Progressive Muscle Relaxation merupakan tekhnik relaksasi yang melibatkan
pernapasan dalam dan relaksasi otot progresif dari kelompok otot yang utama. Tekhnik
bertujuan untuk merelaksasikan fisik dan mental, mengurangi respon terhadap stress
serta mengurangi sensasi nyeri (Akmes, 2014). Peneliti sebelumnya yaitu (Pathak et al.,
2013) melaporkan bahwa PMR efektif dalam mengurangi rasa nyeri serta kelelahan
pada pasien kanker
J. Diskusi (membandingkan jurnal dan kasus)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mardiana, et.al dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) efektif dalam menurunkan nyeri pada
pasien kanker payudara.
Menurut saya jurnal ini bisa diaplijasikan di Rumah Sakit Palembang Bari karena dapat
membantu pasien kanker payudara untuk menurunkan rasa nyeri secara nonfarmakologis.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mardiana, et.al dapat disimpulkan bahwa


terdapat pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) efektif dalam menurunkan
nyeri pada pasien kanker payudara.
Jurnal ini bisa diaplijasikan di Rumah Sakit Palembang Bari karena dapat membantu
pasien kanker payudara untuk menurunkan rasa nyeri secara nonfarmakologis

Anda mungkin juga menyukai