Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Keperawatan Dasar
Oleh :
PUJAWATI
KHGD 22028
Post op/pembedahan
Luka operasi/insisi
Resiko infeksi
C. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Fraktur patela adalah hilangnya kontinuitas tulang patela yang dapat terjadi akibat
dari kontraksi yang hebat otot kuadriceps, misalnya menekuk secara keras dan tiba-
tiba. Penyebab fraktur patella di sebabkan oleh trauma langsung maupun tidak
langsung. Pada kasus ini dilakukan tindakan operasi berupa pemasangan internal
fiksasi atau ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dengan pemasangan K-Wire
pada patella sinistra. Masalah fisioterapi yang terjadi pada pasien berupa nyeri,
oedema, spasme, keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot dan
penurunan aktifitas fungsional, dan setelah dilakukan pembedahan orif biasanya
dilkukan jika pembukaan pembedahan orif setalah fraktur tersebut kembali kesemula
dan rentan akan terjadinya infeksi (Mansjoer, 2012).
2. Etiologi
Menurut Apley dan Salomon (2000), tulang bersifat relative rapuh namun cukup
mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh
- Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
- Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
- Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.
3. Patafisiologi
Menurut Mansjoer (2012) Fraktur tertutup (closed) Dikatakan tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmentulang dengan dunia luar, disebut dengan fraktur
bersih (karenakulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi
tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak ksekitar trauma, yaitu:
- Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya
- Tingkat : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulitdan jaringan
subkutan.
- Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringanlunak bagian
dalam dan pembengkakan.
- Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunakyang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
4. Tanda Dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala klinis menurut (Appley, 2013) :
1) Bengkak,
2) Rasa nyeri,
3) Keterbatasan gerak,
4) Penurunan kekuatan otot,
5) Gangguan aktifitas fungsional terutama gangguan jalan
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Hernawilly, 2017), pemeriksaan pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada pasien post op pembedahan orif yaitu:
1) Pemeriksaan Laboratorium
Lekosit : > 12.000/mm3 (3.600-10.600/mm3)
Netrofil batang : > 10 % (30-45%)
2) Pemeriksaan lain
Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas, Biopsi tulang dan otot,
Elektromyografi, Arthroscopy, Indium imaging, MRI.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksnaan pembedahan yaitu terdori dari Reduksi, Retensi, Rehabilitsi, pada
pada pembedahan orif biasanya menggunakan teknik Reduksi, Tujuan dari reduksi
adalah untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis tulang yang dapat dicapai
dengan reduksi tertutup dan reduksi terbuka. Reduksi tertutup dilakukan dengan
traksi manual atau mekanis untuk menarik fraktur kemudian memanipulasinya untuk
mengembalikan kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang
memuaskan, maka bisa dilakukan reduksi terbuka. Reduksi terbuka dilakukan dengan
menggunakan alat fiksasi internal untuk mempertahankan posisi sampai
penyembuhan tulang menjadi solid. Alat fiksasi internal tersebut antara lain pen,
kawat, skrup, dan plat. Alat-alat tersebut dimasukan ke dalam fraktur melalui
pembedahan open reduction ficsation (ORIF). Pembedahan terbuka ini akan
mengimobilisasikan fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat tersambung
kembali dan jika fraktur tersebut sudah kembali kesemula maka akan dilakukan
pengangkatan pembedahan orif (Potter& Perry, 2013).
Orif adalah pembedahan untuk memperbaiki patah tulang.
- Adapun prosedur pemasangan kawat (K-Wire) menurut (Asmadi, 2008) :
a. Reduksi terbuka: Dokter akan menyayat kulit dan memindahkan kembali
tendon pada posisi normal
b. Fiksasi internal: Proses pemasangan pen pada bagian tendon bermasalah
untuk mengembalikan kesemula. Jenis pen yang digunakan bergantung pada
lokasi dan jenis patah tulang.
c. Proses menutup luka: Dokter akan menutup sayatan dengan jahitan atau
staples, lalu memasang perban.
d. Pemasangan gips atau belat: Dokter juga dapat memasang gips atau belat, tapi
pemasangan ini bergantung pada lokasi dan jenis patah tulang yang terjadi.
- Prosedur pengangkatan kawat (K-Wire) menurut (Asmadi, 2008) :
a. Dokter spesialis anestesi akan memberikan obat bius.
b. Dokter spesialis bedah akan membersihkan area sayatan dengan cairan
antiseptik guna mencegah infeksi.
c. Dokter bedah akan membuat sayatan pada area pemasangan pen sebelumnya
untuk mencari pen dan mengangkatnya.
d. Mengangkat pen lama, atau memasang kembali jika posisi tulang belum
kembali ke semula.
e. Setelah operasi selesai, dokter akan menutup sayatan dengan jahitan atau alat
khusus.
f. Bekas luka sayatan akan ditutup dengan perban.
- Indikasi pengngkatan kawat (K-Wire) menurut (Asmadi, 2008) :
a. Mengalami rasa nyeri akibat pemasangan pen
b. Mengalami infeksi
c. Terjadi reaski alergi terhadap pen
d. Mengalami kerusakan atau gangguan saraf
e. Mengalami kerusakan pen
f. Memeliki tulang yang tidak pulih atau tidak menyatu dengan baik
- Keuntungan ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) menurut
(Asmadi, 2008) :
a. Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
b. Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur.
c. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di sekitarnya.
d. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai
e. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi.
f. Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta
kekuatan otot selama perawatan fraktur.
- Kerugian ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) menurut (Asmadi,
2008) :
a. Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian
akibat dari tindakan tersebut.
b. Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan
c. pemasangan gips atau traksi.
d. Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalan alat itu
sendiri.
e. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur
yang sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau
mengalami kerusakan selama tindakan operasi.
- Perawatan Post Operatif (Asmadi, 2008) :
Dilakukan utnuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada bagian
yang sakit. Dapat dilakukan dengan cara :
a. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.
b. Meninggikan bagian yang sakit untuk meminimalkan pembengkakan
c. Mengontrol kecemasan dan nyeri (biasanya orang yang tingkat kecemasannya
tinggi, akan merespon nyeri dengan berlebihan)
d. Latihan otot Pergerakan harus tetap dilakukan selama masa imobilisasi
tulang, tujuannya agar otot tidak kaku dan terhindar dari pengecilan massa
otot akibat latihan yang kurang.
e. Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan
menyarankan keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada klien.
7. Phatway
Fraktur pattela
Pengangkatan
ORIF/Pembedahann
n
Terdapat luka insisi
di bagian lutut kanan
Terputusnya kontiunitas
Timbul perdarahan dan jaringan kult
jaringan terbuka
Risiko infeksi
(Sumber: Corwin, 2012; Bruner & Sudarth,2002)
1) AIDS
2) Luka bakar
3) Penyakit paru obstruktif kronis
4) Diabetes melitus
5) Tindakan invasive
6) Kondisi penggunaan terapi steroid
7) Penyalahgunaan obat
8) Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
9) Kanker
10) Gagal ginjal
11) Imunosupresi
12) Lymphedema
13) Leukositopenia
14) Gangguan fungsi hati
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu:
1) Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
2. Rencana asuhan keperawatan
Perencanaan merupakan langkah perawat dalam menetapkan tujuan dan
kriteria/hasil yang diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan.
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
di harapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa
Tujuan Perencanaan Keperawatan
No Keperawatan
SLKI SIKI
SDKI
1. Risiko infeksi b.d efek Setelah dilakukan Observasi
prosedur invasif asuhan keperawatan
dalam waktu tertentu, a. Periksa kesiapan dan
diharapkan mobilitas
kemampuan menerima
fisik membaik dengan
kriteria hasil: informasi
1. Demam
menurun Terapeutik
2. Kemerahan
3. Nyeri menurun a. Siapkan materi, media
4. Bengkak
menurun tentang faktor-faktor
5. Vesikel menurun penyebab, cara
6. Cairan berbau identifikasi dan
busuk Sputum
pencegahan risiko infeksi
berwarna hijau
menurun di rumah sakit maupun di
7. Drainase rumah
purulentmenurun
b. Jadwalkan waktu yang
8. Piunia menurun
9. Periode malaise tepat untuk memberikan
menurun pendidikan kesehatan
10. Periode
sesuai kesepakatan
menggigil
menurun dengan pasien dan
11. Letargi menurun keluarga
12. Gangguan c. Berikan kesempatan
kognitif
menurun untuk bertanya
Edukasi