OLEH :
MILKHA BATURANDAN
Ns.20.062
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
B. Etiologi
Menurut Siregar (2019) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses
melalui beberapa cara :
a) Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kdang bisa menyebabkan terbentuknya
abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
b) Daerah yang terinfekasi mendapatkan darah yang kurang
c) Terdapat gangguan sistem kekebalan. Bakteri tersering penyebab abses
adalah Staphylococus Aureus.
C. Patofisiologi
Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
suatu infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang
berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang
merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam
rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati, sel
darah putih inilah yang akan membentuk nanah yang mengisi rongga
tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan
terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi
dinding pembatas.Abses dalam hal ini merupakan mekanisme tubuh
mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.Jika suatu abses pecah di dalam
tubuh, maka infeksi bisa menyebar ke dalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. (Utama 2019)
D. Manifestasi Klinik
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,
mulut,rectum, otot, dan kepala. Abses yang sering ditemukan di dalam kulit
atau tepat di bawah kulit terutama jika timbul di wajah.Menurut Smeltzer
dan Bare (2018), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
a) Nyeri
b) Nyeri tekan
c) Teraba hangat
d) Pembengkakan
e) Kemerahan
f) Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai
bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih
putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses didalam tubuh, sebelum
menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering,
abses akan menimbulkan nyeri tekan dengan massa yang berwarna
merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut.
E. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar
atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensi
(gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika
terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan
konsekuensi yang fatal.Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak
struktur yang vital, misalnya leher dalam yang dapat menekan trakea.
(Siregar, 2019)
F. Penatalaksanaan
a) Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan
antibiotic. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan
intervensi bedah, debridemen, dan kuretase. Hal yang sangat penting
untuk diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan
antibiotic tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang
efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotic sering tidak mampu masuk
ke dalam abses, selain bahwa antibiotic tersebut seringkali tidak dapat
bekerja dalam pH yang rendah.
b) Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengindentifikasi
penyebabnya, utamanya apabila disebabkan oleh benda asing, karena
benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda
asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan
dengan pemberian obat analgesic dan mungkin juga antibiotic.
c) Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan
apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras
menjadi tahap nanah yang lebih lunak.
d) Apabila menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,
tindakan pembedahan dapat ditunda atau di kerjakan sebagai tindakan
terakhir yang perlu dilakukan.
G. Pencegahan
Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat
antibakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau
mencegah penularan.
H. Pemeriksaan Penunjang
Abses di kulit atau di bawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses
dalam seringkali sulit ditemukan.Pada penderita abses biasanya pemeriksaan
darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menentukan
ukuran dan lokasi abses dalam, biasanya dilakukan pemeriksaan rontgen,
USG,CT scan dan atau MRI.
Penyimpangan KDM :
Bakteri gram positif (Staphylococcus Aureus Streptococcus Mutans)
Jaringan rusak/mati/nekrosis
pecah
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : Ny. J
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Batualu
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk :24 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2021
Rencana Terapy : IVFD RL 20 tetes/menit
Penanggung Jawab
Nama : Nn. Y
Usia : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan klien : Anak klien
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluhan Utama :Nyeri
Riwayat Keluhan utama :
Klien masuk Puskesmas tanggal 24 Mei 2021 dengan keluhan nyeri pada leher karena
adanya benjolan yang membuat klien susah menelan sehingga keluarga klien membawa klien
untuk berobat ke Puskesmas Rantealang.
Pada saat dikaji tanggal 24 Mei 2021, klien mengeluh nyeri pada leher dan rahang seperti
tertusuk-tusuk yang sifatnya hilang timbul dengan durasi waktu 3-5 menit. Nyeri yang dirasakan
klien bertambah berat saat klien menelan dan berkurang saat klien duduk. Klien juga mengatakan
aktivitasnya dibantu. Skala nyeri 4 (0-10), ekspresi klien meringis. TD : 130/90mmhg, Nadi :
86x/menit, Suhu : 36,6°C , Pernapasan : 20x/menit. Keadaan umum pasien saat dikaji lemah.
Klien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang dan gelisah. Hal tersebut menyebabkan
klien hanya berbaring di tempat tidur.
? ?
? ?
G2 66
? ? ?
48
G3
Keterangan:
:Laki-laki :Klien
?
:Perempuan
:Meninggal
:Garis Perkawinan
:Garis Keturunan
:Garis Serumah
1. Hidung
Inspeksi :Lubang hidung simetris kiri dan kanan,, septum
lurus,tidak ada polip,tidak adasekret yang berlebihan, tidak ada
epistaksis.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
2. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, terdapat adanya bengkak
Palpasi : ada nyeri tekan
3. Dada
Inspeksi : Bentuk dada normo chest dengan perbandingan
anteriorposterior dengan transversal 2:1,
pergerakandada sesuai dengan irama pernapasan,
menggunakan otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi lapang paru sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler
C. SistemCardiovaskuler
Inspeksi : Tidak terdapat sianosis pada kuku, kulit dan bibir,
CRT < 2 detik
Palpasi : Irama jantung teratur,nadi 86x / menit
Auskultasi : Bunyi Jantung:
S1 (lup) : penutupan katub mitral dan trikuspidalis
ICS 4dan 5
S2 (dup): penutupan katup pulmonalis dan aorta
ICS 2 dan 3
D. Sistem Pencernaan
1. Sklera tidak ikterus, bibir kering, dan tidak ada labioskizis
2. Mulut : Tidak ada perdarahan gusi, tidak ada stomatitis dan
palatoskizis
3. Gaster : Tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
4. Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat asites,permukaan perut datar.
Auskultasi :Peristaltik usus 8x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa
E. Sistem Indera
1. Mata
Inspeksi :Dapat mengangkatalis, konjungtiva tidak anemis,
sklera merah, refleks cahaya, isokor, fungsi
penglihatan baik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Hidung
Inspeksi :Septum lurus, tidak ada polip,sekret tidak
berlebihan, tidak ada epistaksis, terpasang.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus
3. Telinga
Inspeksi : Daun telinga simetris kiri dan kanan,terdapat sedikit serumen pada
canal auditorius
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
F. Sistem Saraf
1. Fungsi Serebral
a. Status Mental Dan Orientasi
Status mental dan orientasi klien baik, dibuktikan dengan klien mampu membedakan
pagi, siang, dan malam, mampu membedakan perawat, dokter, dan pasien lain di
sekitarnya, serta mengetahui bahwa dirinya sedang berada di RS.
b. Kesadaran : Composmentis GCS 15(E: 4, M : 6, V : 5)
c. Bicara : Klien berbicara normal, menggunakan bahasa
Indonesia
2. Fungsi Cranial
a. Nervus I (Olfaktorius) :
Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan jeruk
b. Nervus II (Optikus) :
Klien dapat melihat ke segala arah dengan jelas
c. Nervus III, IV,VI(Okulomotorius, Troklearis, Abducen) :
Klien dapat mengangkat kelopak mata atas, pupil isokor, dapat menggerakkan bola mata
ke bawah dan ke dalam
d. Nervus V (Trigeminus) :
Sensorik : Klien dapat merasakan sensasi usapan pada wajah
Motorik : Kontraksi otot masester dan temporal (-) saat
mengunyah
e. Nervus VII (Facialis) :
Sensorik : Klien dapat merasakan manis, asam dan asin pada
bagian lidah
Motorik :Gerakan wajah saat tersenyum simetris
f. Nervus VIII (Vestibulocochlearis) :
Klien dapat mendengar suara dengan berbisik
g. Nervus IX (Glossofaringeus) :
Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah, klien menelan dengan baik.
h. Nervus X (Vagus) :
Klien tidak dapat mengunyah
i. Nervus XI (Accesorius) :
Otot Sternokledomastadeus : Klien dapat menoleh ke kiri dan ke
Kanan
Trapesius :Klien tidak dapat mengangkat bahu
kanan saat ditahan
j. Nervus XII (Hipoglossus) :
Posisi lidah simetris, lidah dapat di gerakkan ke atas, bawah, kiri dan ke kanan
3. Fungsi Motorik
a. Massa otot kenyal
b. Tonus otot kiri (+), tonus otot kanan (+)pada ekstremitas atas, tonus otot kaki kanan(+),
tonus otot kakai kiri (+) pada ekstremitas bawah
c. Kekuatan otot 5 5
4 4
4. Fungsi sensorik
Suhu :Klien dapat membedakan antara panas dan dingin
pada kedua tangan dan kedua kaki
Nyeri : Klien dapat merasakan nyeri pada kedua tangan
dan kedua kaki
5. Fungsi Cerebellum : Klien dapat berkoordinasi
6. Iritasi Meningen : Tidak ada kaku kuduk
H. Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala mesochepal, klien dapat menggerakkan kepala ke atas, ke
bawah, kesamping kiri dan kanan.
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
2. Ekstremitas Atas
Inspeksi : Terpasang infus RL pada tangan kiri, tidak ada
edema,kuku tidak sianosis,turgor kulit elastis,
kekuatanotot 5/5.
Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan
3. Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Kaki dapat digerakkan,tonus otot aktif, kekuatan
otot 4/4, tidak ada edema
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
I. Sistem Integumen
1. Rambut
Inspeksi :Rambut hitam, tidak mudah tercabut
Palpasi : Rambut tidak berminyak
2. Kulit : Terdapat rambut pada tangan dan kaki, turgor kulit
Elastis.
3. Kuku
Inspeksi : Kuku pendek dan bersih
Palpasi : CRT <2 detik
J. Sistem Endokrin
1. Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
2. Suhu tubuh seimbang 36,4 ºC, tidak terjadi keringat berlebihan
K. Sistem Perkemihan
Tidak ada distensi kandung kemih, klien tidak terpasang kateter
L. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji karena klien tidak bersedia
M. Sistem Imun
1. Alergi : Tidak ada riwayat alergi makanan,obat-obatan,
debu, bulubinatang, dsb.
2. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cuaca
Tidak ada
N. Riwayat Trasfusi Dan Reaksi
Klien belum pernah ditransfusi
VI. TERAPI SAAT INI
a. IVFD RL 20 tetes/menit
KLASIFIKASI DATA
(CP 1A)
Nama : Ny. J
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
(CP 1B)
Nama : Ny. J
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Intoleransi Aktivitas
DS :
3 Jaringan rusak/mati/nekrosis Ansietas
- Klien mengatakan
cemas dengan
Media bakteri yang baik
keadaannya
sekarang
Jaringan terinfeksi
DO :
- KU : lemah
Sel darah putih mati
- Klien gelisah
- Tanda-tanda vital
Jaringan menjadi abses dan berisi PUS
TD: 130/90 mmHg
N : 86x/menit
Kurang pengetahuan
S : 36,6°C
P : 20x/menit
Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(CP 2)
Nama : Ny. J
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
(CP 3)
Nama : Ny. J
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
(CP 4 DAN 5)
Nama : Ny. J
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No.
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Ndx
24/05 1 14.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 19.00
2021 komprehensif termasuk lokasi, S:
karakteristik, durasi, frekuensi, 1) Klien mengatakan nyeri
kualitas, dan faktor presipitasi) pada leher dan rahang
Hasil : seperti tertusuk-tusuk
- Klien mengatakan nyeri pada yang sifatnya hilang
leher dan rahang seperti tertusuk- timbul dengan durasi
tusuk yang sifatnya hilang timbul waktu 1-2 menit.
dengan durasi waktu 3-5 menit. O :
Dengan skala nyeru 4 (0-10) 2) Keadaan umum : lemah
Nyeri yang dirasakan klien 3) Ekspresi wajah meringis
bertambah berat saat klien 4) Skala nyeri 3 (0-10)
menelan dan berkurang saat klien 5) Tanda-tanda vital
duduk. TD : 120/80 mmHg
14.25 2. Mengajarkan teknik nonfarmakologi Nadi : 80 x/menit
Hasil : Suhu : 36°C
- Klien melakukan teknik relaksasi Pernapasan: 20 x/menit
napas dalam pada saat nyerinya
muncul A: Nyeri Akut
3. Memberikan analgetik untuk P: Lanjutkan Intervensi
16.00 mengurangi nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
Hasil: secara komprehensif
- Pemberian obat injeksi ketorolac termasuk lokasi,
30 mg/8j/iv karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
18.45 4. Meningkatkan istirahat faktor presipitasi)
Hasil : 2. Ajarkan teknik
- Klien beristirahat 6-7 jam/hari nonfarmakologi
3. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
4. Tingkatkan istirahat
24/05 2 13.00 1. Mengkaji tingkat kemampuan klien 19.00
2021 untuk berpindah dari tempat S:
H/ klien mengatakan tidak mampu 1.Klien megatakan aktivitas
berpindah tempat secara mandiri di bantu
15.30 2. Mengobservasi tanda-tanda vital O:
H/ TD: 130/90mmHg, N: 86x/menit, 1. Aktivitas klien dibantu
P: 20x/menit, S: 36,6 C.
O
oleh keluarga
15.45 3. Mengajarkan latihan gerak aktif dan 2. Tanda-tanda vital
pasif TD : 120/80 mmHg
H/ keluarga dan pasien dapat Nadi : 80 x/menit
memahami tentang latihan gerak aktif Suhu : 36°C
dan pasif. Pernapasan: 20 x/menit
A : Intoleransi Aktivitas
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat
kemampuan untuk
berpindah tempat
2. Observasi tanda-
tanda vital
3. Ajarkan latihan
gerak aktif dan pasif
24/05 3 13.20 1. Menggunakan pendekatan yang 19.00
2021 menenangkan S:
Hasil : - Klien mengatakan
- Keluarga dan klien menerima cemas dengan
kehadiran tim medis untuk keadaannya sekarang
merawatnya. O:
14.15 2. Memantau tanda-tanda vital - KU : lemah
Hasil : - Klien gelisah
Tanda-tanda vital - Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg TD : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,4°C Suhu : 36°C
Pernapasan : 20 x/menit Pernapasan: 20 x/menit
15.00 3. Menginstruksikan pasien A : Ansietas
menggunakan teknik relaksasi P : Lanjutkan Intervensi
Hasil : 1) Gunakan pendekatan
- Keluarga dan klien melakukan yang menenangkan
teknik relaksasi napas dalam satu 2) Pantau tanda-tanda
inspirasi satu ekspirasi vital
4. Mengidentifikasi tingkat kecemasan 3) Instruksikan pasien
15.25
Hasil : menggunakan teknik
- Tingkat kecemasan klien yaitu relaksasi
tingkat sedang 4) Identifikasi tingkat
5. Mengurangi rangsangan yang kecemasan
15.45 berlebihan dengan menyediakan Kurangi rangsangan
lingkungan yang tenang, kontak yang yang berlebihan
terbatas dengan orang lain, jika dengan menyediakan
diperlukan lingkungan yang
Hasil: tenang, kontak yang
Keluarga klien hanya 1 orang terbatas dengan
yang menjaga orang lain, jika
diperlukan
25/05 1 14.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 19.00
2021 komprehensif termasuk lokasi, S:
karakteristik, durasi, frekuensi, - Klien mengatakan
kualitas, dan faktor presipitasi) nyeri pada leher dan
Hasil : rahang
- Klien mengatakan nyeri pada O:
leher dan rahang. Skala nyeri 3 - Ekspresi wajah
(0-10). Nyeri yang dirasakan meringis
klien bertambah berat saat klien - Keadaan umum :
menelan dan berkurang saat klien baik
duduk. - Skala nyeri 2 (0-10)
14.15 2. Mengajarkan teknik nonfarmakologi - Tanda-tanda vital
Hasil : TD : 110/80 mmHg
- Klien melakukan teknik relaksasi Nadi : 78 x/menit
napas dalam pada saat nyerinya Suhu : 36°C
muncul Pernapasan: 20 x/menit
3. Memberikan analgetik untuk
16.00 mengurangi nyeri A: Nyeri Akut
Hasil: P: Lanjutkan Intervensi
- Pemberian obat injeksi ketorolac 1. Lakukan pengkajian nyeri
30 mg/8j/iv secara komprehensif
3. Meningkatkan istirahat termasuk lokasi,
18.15 Hasil : karakteristik, durasi,
- Klien beristirahat 6-7 jam/hari frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi)
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
3. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
4. Tingkatkan istirahat
Nama : Ny. J
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
3. Evaluasi
1) Nyeri kronik berhubungan agen cedera biologis : Teratasi
2) Intoleransi aktvitas berhubungan dengan kelemahan fisik : Teratasi
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan : Teratasi