Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH FISIOTERAPI INTEGUMEN

“ABSES KULIT”

Aldo Anthony Nainggolan

EFT10180092

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN

BANJARMASIN

2020/2021
A. Definisi
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang
telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses
infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing
(misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan
reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan
infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis
dengan gejala berupa kantong berisi nanah.(Siregar, 2004).
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari
infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu
campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati
yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu
infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda
asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah
yang merupakan campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih
yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik.

B. Epidemiologi
Abses kulit sering terjadi dan menjadi lebih umum dalam beberapa
tahun terakhir. Faktor risiko termasuk penggunaan narkoba suntikan , dengan
tingkat dilaporkan setinggi 65% di antara pengguna. Pada tahun 2005 di
Amerika Serikat, 3,2 juta orang pergi ke unit gawat darurat karena abses.
Di Australia, sekitar 13.000 orang dirawat di rumah sakit pada tahun 2008
dengan kondisi tersebut.

C. Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara:
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :


1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sistem kekebalan
Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

D. Manifestasi Klinis
Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit
terutama jika timbul diwajah.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi
dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antaralain ketiak, telinga, dan tungkai
bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih
karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum
menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar.Paling sering,
abses akan menimbulkan nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah,
hangat pada permukaan abses , dan lembut.
1. Abses yang progresif, akan timbul “titik” pada kepala abses sehingga
Anda dapat melihat materi dalam dan kemudian secara spontan akan
terbuka (pecah).
2. Sebagian besar akan terus bertambah buruk tanpa perawatan. Infeksi dapat
menyebar ke jaringan di bawah kulit dan bahkan ke aliran darah.
3. Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, Anda mungkin
mengalami demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih
menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.

E. Pemeriksaan dan Diagnosis


Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan
abses dalam seringkali sulit ditemukan. Pada penderita abses biasanya
pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk
menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan
rontgen, USG, CT scan atau MRI.

F. Terapi
Daftar Pustaka

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI,
Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI:
Jakarta
Nanda International. 2012. Nursing Diagnoses : Definition and classification
2010-2012. Wiley-Blackwell: United Kingdom

Anda mungkin juga menyukai