Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kanker Payudara


1. Definisi Kanker Payudara
Menurut Harini, R. A., & Wahyuni, L. (2022) Kanker payudara
merupakan suatu maligma (tumor) yang dapat berkembang sel-sel yang
terdapat dipayudara. Kanker payudara tumbuh dilobulus yakni kelenjar
yang menghasilkan susu, atau pada saluran duktus susu yaitu saluran yang
mengalirkan lobulus ke putting susu. Kanker payudara dapat tumbuh dan
berkembang dengan cepat tanpa teratur di dalam jaringan dan menyebar ke
pembuluh darah.
Kanker payudara atau carcinoma mammae ialah tumor ganas yang
dapat menyerang jaringan yang terdapat dipayudara, kanker payudara dapat
menyebabkan sel dan jaringan menjadi tidak normal dan berkembang tanpa
kendali. Jadi, kanker payudara adalah pertumbuhan jaringan payudara yang
tidak normal, benjolan ini dapat dirasakan di daerah payudara. (Milenia &
Retnaningsih, 2022).

2. Klasifikasi
Menurut sitiatava 2015 dalam (OKTAVIA et al., 2022) Secara umum, jenis
kanker dibagi menjadi 3, yaitu kanker payudara invasive, non-invasive dan
paget’s disease. Jenis kanker pertama & kedua berdasarkan sifat
serangannya dan jenis ketiga yang jarang terjadi.
a. Kanker payudara invasive
lemak dan jaringan ikat di sekitar payudara. Pada tahap ini, kanker telah
menyebar dari saluran susu dan menyerang area di luar kantong susu
disekitar jaringan,bahkan mengakibatkan penyebaran (metastase)

6
7

kebagian tubuh lain, melalui pembuluh darah seperti kelenjar limfa dan
lainnya.
b. Non invasive
Tumor belum menyebar kebagian jaringan luar kantong susu. Sel tumor
terperangkap dalam saluran susu dan tidak menyerang lemak serta
jaringan penghubung di sekitar payudara.
Berdasarkan WHO histology classification of breast tumor, kanker non
invasive terbagi menjadi dua :
1) Non-invasive ductal karsinoma
Berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang ke putting susu
2) Lobular karsinoma in situ
Kanker yang masih ditempatnya, ,dan kanker dini yang belum
menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.
c. Paget’s disease
Jenis tumor ini bermula dari saluran susu, kemudian menyebar ke kulit
aerola dan putting. kejadian ini hanya terjadi pada 1% dari seluruh
populasi wanita. Kulit payudara pecah, memerah dan mengeluarkan
cairan. Dalam kasus tumor ini, wanita memiliki tingkat pemulihan yang
lebih baik jika tidak disertai dengan munculnya benjolan.

3. Etiologi
Menurut Mansjoer & Suprohaita 2009 dalam (Rohana, 2017) etiologi
kanker kelenjar susu tidak dapat dengan pasti diketahui. Namun ada
beberapa faktor resiko pada pasien yang berhubungan dengan kanker
kelenjar susu yakni:
a. Usia lebih dari 30 tahun.
b. Mempunyai anak pada usia diatas 35 tahun , tidak memiliki anak.
c. Mengalami trauma, infeksi,atau operasi tumor jinak dipayudara.
d. Pernah menjalani operasi ginekologis contohnya tumor ovarium.
8

e. Terpapar zat karsinogen, yakni zat kimia, radiasi, pembakaran asap


tembakau sehingga dapat memicu tumbuhnya sel kanker.
f. Usia kurang dari 12 tahun sudah mengalami mentruasi.
g. Menopause pada usia lebih dari 55 tahun.
h. Stress, tekanan mental yang intens dan berkelanjutan dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh dan mempermudah serangan penyakit fisik,
sehingga dapat meningkatkan risiko terkena kanker.
i. Riwayat genetic, keluarga dengan kanker dada pada ibu, saudara
perempuan ibu, adik serta kakak.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif 2015 dalam Harini, R. A., & Wahyuni, L. (2022) ada
beberapa tanda-tanda yang diperlu diperhatikan, diantaranya sebagai
berikut :
a. Terdapat benjolan keras dipayudara disertai rasa sakit maupun tanpa
rasa sakit
b. Berubahnya bentuk putting ( retraksi nipple atau sakit terus-menerus)
c. Keluarnya cairan/darah dari putting ( nipple discharge)
d. Terdapat perubahan di kulit payudara yaitu berkerut seperti kulit jeruk
(peaud’orange),menekuk ke dalam (dimpling) serta borok (ulkus)
e. Terdapat berjolan kecil dikulit atau di dalam payudara (nodul satelit)
f. Terdapat luka yang sulit sembuh dipayudara (paget disease)
g. Terasa nyeri atau sakit
h. Terasa panas, memerah serta membengkak pada payudara
i. Benjolan keras tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya tidak terasa sakit
diawal.
j. Benjolan kanker, awal hanya pada satu payudara
k. Terdapat benjolan diaksila dengan atau tanpa masa dipayudara.
9

5. Patofisiologi
Penyebab spesifik kanker payudara belum dapat diketahui namun bisa
di identifikasi dengan faktor risiko. Faktor ini dapat membantu program
pencegahan. Sebagian kanker muncul dari sel yang mengalami transformasi
abnormal serta berubah menjadi kelompok sel ganas diantara sel normal.
Neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan proliferasi sel
tidak normal. Proliferasi tidak normal sel kanker dapat mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menekan jaringan di area sel saraf dan pembuluh
darah. Terjadi peningkatan konsistensi mammae sehingga payudara
asimetris secara langsung perfusi terganggunya jaringan dan
mengakibatkan ulkus kemudian dilakukan tindakan pembedahan.
Pengangkatan benjolan pada kanker payudara dilakukan dengan proses
operasi, post operasi masektomi menyebabkan adanya nyeri, risiko infeksi
dan gangguan citra tubuh. Proses terjadinya nyeri merupakan aka akibatk
terputusnya kontinuitas jaringan, ujung syaraf terputus, lalu terjadi
pelepasan mediator biokimia (prostaglandin, histamine, serotonin,
bradykinin) yang ditransmisikan oleh reseptor nyeri menuju ke impuls otak
, dan adanya reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri. Pengalaman sujektif
nyeri ada empat proses, yaitu transduksi merupakan proses dimana akhiran
syaraf aferen menerjemahkan stimulus seperti tusukan jarum ke dalam
nosiseptif. Transmisi adalah suatu proses di mana impuls dikirimkan ke
komu dorsalis medulla spinalis, kemudian sepanjang traktus sensori menuju
ke otak. Modulasi adalah proses penguatan sinyal neural terkait nyeri.
Persepsi adalah kesadaran pengalaman nyeri. Persepsi adalah hasil interaksi
proses tranduksi, tranmisi, modulasi, aspek psikologis, serta karakteristik
individu lainnya. Adanya luka terbuka akan mengakibatkan proses invasi
kuman, jika perawatan luka kurang steril dapat menimbulkan resiko infeksi.
Akibat terputusnya kontinuetas jaringan harus dilakukan perawatan luka
10

dan apabila kurang pengetahuan akan menyebabkan klien ansietas (wijaya


& putri 2013) dalam (Rohana, 2017).
11

6. Pathways

Faktor / perubahan genetic dalam sel, faktor usia

Sel manjadi abnormal

Poliferasi sel maligna dalam payudara

Tumor payudara

Mendesak jaringan sekitar Mendesak sel syaraf


Mendesak pembuluh
darah
Pembedahan

Terputusnya jaringan Adanya luka terbuka Pengangkatan organ

Ujung syaraf terputus Invasi kuman


Gangguan Citra tubuh

Pelepasan mediator nyeri (D.0083)


Risiko infeksi
( prostaglandin, histamine, serotonin, bradikinin) (D.0142)

Ditangkap aseptor nyeri

Impuls ke otak

Proses transduksi, transmisi,


modulasi, persepsi nyeri

Nyeri Akut
(D. 0077) Sumber : (wijaya & putri 2013
dalam Rohana 2017)
12

7. Tahapan Kanker
Staging kanker payudara ( American Joint Committe On Cancer )
Menurut Andra & Yessie (2015) dalam (OKTAVIA et al., 2022) :
a. Stadium 0 : Kanker in saudara dimana kabin-kabin cacar bersinggasana
muka tempatnya didalam ikatan susu utama periode mengotot jiwa rata-
rata 90%
b. Stadium 1 : Kanker invasive ceding bagi berpangkal mengekang cm dan
belum mengawur berambai-ambai payuadara, periode mengotot jiwa rata-
rata 70%
c. Stadium II : Kanker invasive jarak mengekang-5 cm pakai mengawur ke
kelenjar arpus bening, pakai periode mengotot jiwa rata-rata 60%
d. Stadium III : Kanker penyerangan skenario lebih berpangkal 5 cm pakai
penyerangan kulit , pakai periode mengotot jiwa rata-rata 40%
e. Stadium IV : cacar gamak mengawur berambai-ambai lingkungan susu dan
gili-gili dada, cetakan ke hati, ayad tiru paru-paru,pakai periode mengotot
jiwa 20%.

8. Pemeriksaan Penunjang
Dalam (Harini & Wahyuni, 2022) pemeriksaan yang dapat dilakukan di
antaranya yakni :
a. Pemeriksaan Laboratorium : Morfologi petak darah, lanju endap darah,
riset pertanda hati, riset otot marker , penelitian sitologik yaitu penilain
tirta yang spontan bertiup semenjak putting, tirta kista/ yang bertiup
semenjak ekskoriasi.
b. Mammagrafi: mengabdikan kebakaran supaya mengetahui dini.
Memperlihatkan figur internal mengetahui jerawat yang tak tersenggol
atau jendulan muka babak awal. Mammografi muka seratus tahun
menoupose kira efektif karna imaji jerawat kira tampak.
13

c. Ultrasonografi : mendeteksi luka daerah padat mammae


ultasonography untuk membedakan tumor dengan kista
d. Thermography : mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor
e. Xerodiography : menerimakan dan memasukan perbedaan yang lebih
menusuk seslat silinder ahli dan saluran padat.
f. Biopsi : Pengambilan massa untuk mementukan apakah tumor jinak
atau ganas
g. CT Scan : menjelang proyeksi metastasis tumor susu hadirat bidang lain
h. Pemeriksaan Hematologi: tambah kepelikan dan menetapkan kabin-
kabin musir hadirat belahan tambah sendimental dan sentrifugis
belahan.

9. Penatalaksaaan
Menurut (Huda, Amin dan Hardhi, 2016) Beberapa penanganan kanker
payudara yakni
a. Mastektomi yaitu operasi pembedahan pengangkatan payudara ,
terdapat 3 jenis yaitu :
1) Modified radical mastectomy, yakni penabalan berjemaah susu
ditulang dada, jalur selangka, jalur iga, tiru jendulan diarea axilla.
2) Total (simple) mastectomy, yakni penabalan berjemaah dipayudara
saja, bukan dikelenjar ketiak
3) Radical mastectomy, yakni penabalan separo saja ambang segmen
yang berisi petak kanker, bukan kesatuan susu.
b. Radiasi
Merupakan kiat pencahayaan hadirat bidang yang sedia jerawat nyala X
dan gamma tujuannya menjelang menghapus sentong jerawat setelah
dioperasi yang masih tersisa. Adapun risiko mulai sejak rehabilitasi ini
yaitu konstituen lemas, kemarahan penghidupan berkuang, motif
14

kawasan selerang susu menghitam, menimbrung Hb dan leukosit


menerjal pahala radiasi.
c. Kemoterapi
Merupakan pengobatan primer untuk memperpanjang hidup penderita.
Kemoterapi neodjuvant yaitu kemo yang dilakukan sebelum
pembedahan,dimana bisa mengecilkan tumor besar hingga cukup kecil
untuk diangkat dengan metode lumpectomy. Terapi sistematik adjuvant
setelah pengobatan primer untuk stadium awal kanker payudara
merujuk pada kemoterapi dan agen farmakologi lain setelah
pembedahan.
d. Lintasan metabolisme
Asam bifosfanat yaitu senyawa yang bisa menghambat ulah osteoklas
dan resoarbsi salur yang khalayak digunakan kepada melanggar
osteoporosis diinduksi oleh overian suppression, hiperkalsemia kintil
pautan metabolisme salur, menunjukan kesangkilan memerikan
metastasis barak jerawat tetek ke salur. Penggunaan langkah panjang
dpat melahirkan ganjaran sebelah yaitu turunnya maslahat ginjal dan
osteonecrosis.

10. Pencegahan Kanker Payudara


Menurut (Rohana, 2017) Kanker payudara dapat dicegah dengan beberapa
cara antara lain :
a. Memberikan ASI kepada bayi
b. Kesadaran akan payudara itu sendiri
c. Jika dalam pemeriksaan payudara sendiri ditemukan benjolan, segera
periksa ke dokter
d. Hindari konsumsi alcohol dan rokok
e. Lakukan olahraga dengan teratur
f. Menjaga pola makan
15

g. Lakukan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur


h. Mengelola stress dengan baik
i. Mengkonsumsi makanan bergizi serta makan buah dan sayur.

B. Konsep Dasar Nyeri


1. Definisi Nyeri
2. Nyeri mematuhi IASP (International Assossiation for the Study of Pain)
menakhlikkan suka duka sensori dan emosional yang tidak
menenangkan ganjaran berpunca kebinasaan tali yang keduniaan
maupun potensial atau yang berkehendak membuyarkan tali. Definisi
keperawatan ihwal nyeri ialah, apapun yang memerihkan konstituen
yang dikatakan pribadi yang merasakannya, yang tersua kapanpun
pribadi mengatakannya (Siagian & Angeline, 2019).

3. Faktor yang mempengaruhi nyeri


Menurut (Umayroh, 2018) beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri
diantaranya :
a. Usia
Usia bisa menguasai nyeri. Pada bocah belum upas menuangkan nyeri,
sehingga dukun beranak harus menelaah respon nyeri hadirat bocah.
Pada dewasa kadang menyarankan nyeri jika ujung patologis dan
menyelami kebinasaan fungsi. Pada lansia berkeinginan menutupi nyeri
yang dialami, karena memasukkan nyeri menemukan bidang alamiah
yang harus dijalani dan bertenggang ciut kalau menyelami benih kuman
timbangan atau tutup mata jika nyeri diperiksakan.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi nyeri. Pada pria atau wanita
dalam merespon nyeri tidak berbeda secara signifikan, jutru lebih
terpengaruh oleh aspek budaya (sebagai contoh, tidak pantas jika pria
16

mengungkapkan rasa sakit, sementara wanita diizinkan untuk


mengungkapkan rasa sakit).
c. Kultur
Melalui kebudayaan yang dimiliki seseorang belajar tentang bagaimana
mereka merespon terhadap rasa sakit, misalnya suatu daerah meyakini
bahwa rasa sakit merupakan konsekuensi yang harus diterima karena
melakukan kesalahan. Dengan demikian, mereka tidak mengadu jika
merasakan rasa sakit.
d. Makna nyeri
Berkaitan dengan pengalaman seseorang dengan nyeri dan bagaimana
cara untuk mengatasinya.
e. Perhatian
Persepsi nyeri dapat dipengaruhi oleh tingkat seseorang dalam
memusatkan perhatiannya terhadap nyeri.
f. Ansietas
Nyeri dapat menyebabkan seseorang menjadi cemas sehingga adanya
rasa cemas mampu meningkatkan persepsi terhadap nyeri.
g. Pengalaman masa lalu
Mudah atau tidak seseorang mengatasi rasa sakit tergantung
pengalaman di masa lalu dalam mengatasi rasa sakit. Seseorang yang
berhasil mengatasi rasa sakit pada masa lalu, dan saat ini timbul rasa
sakit yang sama, maka dalam mengatasi rasa sakit akan lebih mudah..
h. Pola koping
Pola penyesuaian adaptif akan mempermudah seseorang menghadapi
rasa sakit sedangkan pola penyesuaian yang tidak adaptif akan
menghambat seseorang dalam menghadapi rasa sakit.
i. Dukungan keluarga dan social
Seseorang yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada keluarga
maupun teman dekatnya untuk mendapat dukungan serta perlindungan.
17

4. Klasifikasi nyeri
Menurut Andarmoyo 2013 dalam (Bachtiar, 2022) klasifikasi nyeri dibagi
dalam beberapa, antara lain :
a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri akut
Ialah rasa sakit yang terjadi setelah kecelakaan tiba-tiba, gangguan
kesehatan atau tindakan operasi dan memiliki perkembangan yang
cepat dengan tingkat keparahan yang berbeda mulai dari ringan,
sedang, hingga parah dan berlangsung dalam durasi yang singkat
(sekitar 6 bulan).
2) Nyeri kronik
Merupakan rasa sakit yang terus-menerus yang terjadi secara tidak
teratur selama jangka waktu tertentu. Rasa sakit berlangsung dalam
waktu yang lama dengan tingkat keparahan yang berbeda dan
dirasakan selama lebih dari 6 bulan.
b. Klasifikasi Nyeri Bedasarkan Asal
1) Nyeri nosiseptif
Merupakan rasa sakit yang disebabkan oleh aktivitas atau kepekaan
nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang
mengirimkan rangsangan yang menyakitkan. Rasa sakit nosiseptor
dapat terjadi karena adanya rangsangan yang mengenai kulit, sendi,
tulang, otot, jaringan ikat, dan sebagainya.
2) Nyeri neuropatik
Nyeri ini lebih sulit untuk diobati. Adalah konsekuensi dari cedera
atau kelainan yang terjadi pada struktur saraf perifer maupun
sentral.
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervial atau kutaneus
18

Adalah rasa sakit yang dihasilkan oleh rangsangan pada kulit. Ciri
khas dari rasa sakit ini berlangsung sebentar dan terlokalisasi, terasa
sebagai sensasi yang menusuk. Contohnya adalah luka sayat kecil
atau luka tusukan dengan jarum.
2) Visceral Dalam
Merupakan rasa sakit yang terjadi akibat rangsangan organ-organ
dalam. Rasa sakit bersifat menyebar dan dapat menjalar ke beberapa
arah. Contohnya sensasi hantaman (crushing) seperti angina
pectoris dan sensasi terbakar seperti pada luka lambung.
3) Referred pain (Nyeri alihan)
Adalah hal yang umum dalam nyeri viseral karena banyak organ
tidak memiliki sensor nyeri, rasa nyeri dirasakan pada bagian tubuh
yang berbeda dari sumber nyeri dan dapat dirasakan dengan
berbagai karakteristik. Contohnya adalah nyeri yang terjadi pada
serangan jantung, yang menyebabkan nyeri menjalar ke rahang,
lengan kiri, kandung empedu, yang mengalihkan nyeri ke area
selangkangan.
4) Radiasi Nyeri
Ialah sensasi nyeri yang menjalar dari lokasi awal ke bagian tubuh
yang lain. ciri khas nyeri dapat dirasakan menjalar ke bagian bawah
karena pecahnya cakram intervertebralis yang disusul oleh nyeri
yang menyebar sepanjang kaki akibat iritasi saraf skiatik.

5. Pengukuran Intensitas Nyeri


Intensitas nyeri merupakan tolak ukur supaya kita dapat mengetahui
parah atau tidaknya nyeri yang dirasakan oleh klien . Penilaian nyeri dapat
diukur menggunakan skala numerical, skala rating verbal, skala deskriptif,
dan skala analog visual (Uliyah & Hidayat, 2021). Berikut penjelasan skala:
a. Numeric Rating Scale (NSR)
19

Merupakan skala numeric digunakan sebagai pendeskripsi angka.


Skala numeric dapat dimulai dari angka 0-10. Pada skala yang
ditunjukan klien 0 (nol) berarti tidak terasa nyeri, skala nyeri 1-3 berarti
nyeri ringan, skala nyeri 4-6 artinya sedang, skala 7-9 nyeri berat dan
skala nyeri 10 berarti nyeri yang sangat berat.

Gambar 2.1 Skala Numeric


b. Skala Faces Pain Scale Resived
Merupakan penilaian skala menggunakan gambar 6 wajah dengan
makna dan eskpresi wajah yang berbeda-beda. Skala wajah dapat
digunakan untuk mengkaji nyeri pada anak-anak yang belum bisa
berbicara dan pada orang dewasa, lansia yang mengalami masalah
dalam berkomunikasi dan pemahaman.

Gambar2.2 Skala Faces Pain Scale Resived


Keterangan :
1) Gambar 0 : tidak terasa nyeri
2) Gambar 1 : sedikit nyeri : wajah tampak tersenyum tipis, nyeri
ringan bisa ditoleransi
3) Gambar 2 : sedikit nyeri : wajar datar tidak tersenyum, nyeri
ringan sudah tidak bisa ditoleransi
4) Gambar 3 : lebih nyeri : wajah cemberut dan sedih
20

5) Gambar 4 : sangat nyeri : wajah merengut, alis mengkerut ke


atas
6) Gambar 5 : nyeri sangat hebat : menangis atau air mata keluar

c. Verbal Rating Scale (VRS)


Merupakan penilaian intensitas nyeri. Skala ini dianggap mudah
dimengerti dan sederhana serta efektif untuk menilai nyeri. Dalam
skala ini terdapat tingkatan nyeri dari tidak nyeri hingga nyeri tidak
tertahan.

Gambar 2.3 Verbal Rating Scalee

6. Penatalaksanaan nyeri
Starategi penatalaksanaan nyeri merupakan suatu tindakan supaya nyeri
dapat berkurang. Terdapat dua cara yaitu tindakan farmakologi dan
nonfarmakolog (Nimas Arinda et al., n.d.)
a. Tindakan farmakologi
Merupakan tindakan yang efektif untuk menurunkan nyeri dengan
menggunakan obat-obatan analgesik yaitu analgetik narkotik atau opoid
seperti morfin dan kodein. Saat menggunakan obat ini perlu
mengevaluasi perubahan status pernafasan kerena efek obat ini
mempunyai efek depresi di pusat pernafasan di medulla batang otak.
Kemudian analgetik non narkotik serta obat inflamasi non steroid
(NSAID) yaitu seperti paracetamol, aspirin, dan ibu profen selain sifat
21

analgesiknya memiliki sifat antiinflamasi dan antipiretik. Serta obat-


obatan adjuvan (obat tambahan) seperti sedatif, anti cemas, dan
relaksasi otot mampu meningkatkan kontrol nyeri serta menghilangkan
gejala lainnya berkaitan dengan mual dan muntah.
b. Tindakan nonfarmakologis
Merupakan tindakan tanpa menggunakan obat-obatan. Tindakan
nonfarmakologis digunakan untuk mendukung terapi nonfarmakologi
yang sudah diberikan. Jenis tindakan nonfarmakologi diantaranya :
1) Teknik Relaksasi
Merupakan tindakan asuhan keperawatan, peran perawat
menginstruksikan pada pasien dalam melaksanakan pernafasan,
mengambil napas perlahan (menahan napas dengan maksimal) dan
cara mengeluarkan napas secara perlahan. Dengan memperhatikan
pengendalian pernafasan, diharapkan keadaan pasien menjadi
tenang dan santai. Relaksasi dapat menghilangkan ketegangan
mental dan fisik sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap
rasa sakit. (Azkiyah et al., 2021)
2) Distraksi
Merupakan tindakan asuhan keperawatan mengalihkan perhatian
pelanggan ke aspek-aspek lain yang menguntungkan selain rasa
sakit, sehingga diharapkan dapat mengurangi kekhawatiran
pelanggan terhadap rasa sakit bahkan dapat meningkatkan toleransi
terhadap rasa sakit.
3) Aromaterapi
Aromaterapi adalah pengobatan yang menggunakan minyak
esensial atau minyak murni untuk membantu memperbaiki dan
menjaga kesehatan, memberikan kesegaran, dan meningkatkan
semangat jiwa dan raga. Aromaterapi memiliki dampak positif
karena aroma yang segar dan harum dapat merangsang sensor,
22

reseptor, dan mempengaruhi organ lain yang dapat berpengaruh


pada emosi.
4) Hipnosis
Merupakan tindakan dengan menggunakan sugesti dari kesan
mengenai perasaan yang tenang dengan memanfaatkan konsep
pemikiran kemudian situasi-situasi menghasilkan tanggapan khusus
bagi klien.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Nyeri


Asuhan keperawatan merupakan suatu pendekatan untuk memecahkan
permasalahan yang dilaksanakan perawat dalam mengatur dan memberikan
asuhan keperawatan. Standar Praktik Klinis Keperawatan yang tercantum
dalam asuhan keperawatan terdiri dari lima tahap asuhan keperawatan adalah:
pengamatan keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan penilaian keperawatan. Manfaat penerapan
asuhan keperawatan yang baik ialah dengan meningkatkan mutu serta kualitas
pelayanan dalam bidang keperawatan (Nasution, 2020).

1. Pengkajian Keperawatan
Merupakan proses awal pengumpulan data atau informasi dari klien.
Bertujuan untuk menciptakan informasi dasar mengenai tingkat kesehatan
pasien, praktik medis, riwayat penyakit, dan tujuan perawatan medis.
Evaluasi yang komprehensif, terstruktur, dan logis akan membantu dan
mendukung dalam mengidentifikasi masalah-masalah pasien. Masalah-
masalah yang ditemukan melalui evaluasi digunakan sebagai dasar untuk
merumuskan rencana perawatan medis. (Hutagalung, 2019). Meliputi
sebagai berikut :
a. Identitas
Identitas umum mencakup identitas pribadi, usia, gender, etnis,
kepercayaan agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal,
23

status pernikahan, nomor identitas medis, tanggal penerimaan di


fasilitas kesehatan, dan diagnosis medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama bersifat subyektif saat dikaji. Tanyakan apa yang
dirasakan saat klien dikaji. Keluhan utama klien post operasi
mastectomy ialah nyeri pada luka bekas operasi dibagian payudara.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang data perjalanan dari awal klien sampai saat sekarang.
Berisi data untuk mengetahui penyebab operasi pembedahan. Dan
dilakukan pengkajian setelah pasca operasi beberapa jam. Data yang
harus dikaji keadaan umum klien, kesadaran klien, dan kaji letak
serta ukuran luka post pembedahan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Berisi tentang riwayat penyakit dahulu penyakit yang pernah
diderita oleh klien seperti penyakit kronis, infeksi, hipertensi,
penyakit jantung, diabetes ,hepatitis, dan vulva. Bedah umum/
lainnya, bedah obstetri dan ginelogi ( operasi Caesar, miotektomi,
mastectomy dan lain-lain )
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki sejarah penyakit kronis seperti
tekanan darah tinggi, diabetes, jantung, dan penyakit menular
seksual yang dapat diturunkan pada klien.
5) Riwayat Obsetri
Riwayat kehamilan, persalinan, atau keguguran yang ditunjukkan
dengan kode GxPxAx (jumlah kehamilan, jumlah persalinan,
jumlah keguguran) periksa riwayat obstetri, ibu hamil, bidan,
metode persalinan, penyembuhan luka lahir, kondisi bayi saat lahir,
24

berat badan bayi yang baru lahir. anak. Adanya haid, siklus haid,
nyeri haid.
6) Riwayat kontrasepsi
Kaji riwayat kontrasepsi untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang
dipakai sebelumnya, dan apakah ada masalah dengan kontrasepsi
tersebut serta apakah klien akan mengikuti program kontrasepsi
setelah masa nifas.
c. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola perpsepsi dan manajemen kesehatan
Gambaran persepsi yang klien lakukan pertama terhadap kesehatan
klien, perawatan luka akibat post mastectomy dan kebersihan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Kaji asupan nutrisi, pola makan dan perubahan nafsu makan klien,
kaji apakah ada alergi makanan tertentu, apakah klien mengalami
mual dan muntah serta pantangan makan yang menghalangi proses
cepatnya penyembuhan luka.
3) Pola Eliminasi
Kaji BAK klien frekuensi,warna, jumlah ,bagaimana kebiasan bak
mengalami nyeri atau tidak, terpasang kateter atau tidak. Kemudian
BAB klien kaji setelah operasi apakah sudah bisa bab, kaji warna,
konsistensi, warna dan frekuensi BAB.
4) Pola latihan dan aktivitas
Kaji apakah klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa misalnya
makan,minum,personal hygiene, bergerak dan berjalan. Dalam
melakukan aktivias apakah bisa dilakukan secara mandiri, atau
memerlukan bantuan. Observasi apakah ada gangguan mobilisasi
dan perubahan kekuatan otot.
5) Pola tidur dan istirahat
25

Dokter, apakah ada perubahan dalam pola tidur dan berapa lama
klien tidur dalam sehari? Klien yang baru menjalani operasi
mengalami perubahan dalam pola tidur karena merasakan nyeri dari
luka operasi.
6) Pola sensori dan kognitif
a) Persepsi
Observasi fungsi penglihatan, pembau, perasa, pendengaran dan
kompensasi dengan tubuh. Salah satunya kaji nyeri pada klien
dengan menggunakan pengkajian PQRST. Klien post operasi
merasa nyeri pada abdomen karena luka post pembedahan.
(1) Faktor pencetus (Provocate)
Kaji penyebab nyeri yang dirasakan klien, dapat dilakukan
observasi pada bagian yang tubuh yang mengalami nyeri.
(2) Kualitas (Quality)
Kualitas nyeri yang dirasakan dan diungkapkan setiap klien
berbeda-beda. Kualitas nyeri dapat dikatakan dengan
kalimat : Nyeri bedenyut, tajam, tumpul, seperti tertindih,
menusuk-nusuk, perih, berpindah-pindah, dan lain-lain.
(3) Lokasi (Region)
Kaji dimana lokasi nyeri dirasakan. Klien diminta untuk
menunjukan atau mengatakan lokasi nyeri yang dirasakan.
(4) Keparahan (Skala)
Kaji tingkat keparahan nyeri yang dirasakan. Skala nyeri
ditentukan dengan penilain intensitas nyeri.
(5) Waktu (Time)
Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan muncul , apakah
nyeri dirasakan setiap saat, pada saat apa nyeri timbul, nyeri
bertahap atau mendadak.
b) Pola kognitif
26

Kaji pengetahuan klien tentang edukasi kesehatan perawatan


bayi, perawatan payudara, nutrisi ibu menyusui, teknik
menyusui, KB, dan perawatan luka post operasi
7) Pola Hubungan dan peran
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarga, orang lain
maupun perawat.
8) Pola Koping dan Toleransi Stress
Apakah klien mengalami depresi, stress baik secara fisik maupun
emosional.
9) Pola Reproduksi
Klien Pascaoperasi mengalami kesulitan seksual, yaitu perubahan
dalam hubungan seksual atau fungsi seksual yang tidak memuaskan.
10) Pola Konsep Diri
Kaji bagaimana klien melihat diri sendiri meliputi psikologis,
kemampuan, perasaan serta gambaran diri.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
Kaji nilai kepercayaan klien dalam melakukan ajaran agama yang
dianutnya.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Observasi tingkat kesadaran klien
2) Tanda-tanda vital
Observasi tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, lakukan 4 jam
setelah operasi. Biasanya terjadi peningkatan dari nilai normal
karena nyeri luka post operasi
3) Kepala
Meliputi pemeriksaan kebersihan kepala, bentuk kepala, rambut
lusuh atau kusut, apakah terdapat lesi atau benjolan.
4) Mata
27

Meliputi kesimetrisaan dan kelengkapan mata, konjungtivitas


enemis atau tidak dan ketajaman visual.
5) Hidung
Meliputi kebersihan, kondisi lubang hidung, tulang hidung, polip,
apakah terdapat secret, terjadi perdarahan, serta sumbatan jalan
pernafasan.
6) Telinga
Meliputi kebersihan, bentuk, kesimetrisan, keadaan lubang telinga
apakah ada kelainan pedengaran.
7) Leher
Observasi adanya pembesaran tiroid dan vena jugularis.
8) Dada
a) Jantung
Inspeksi : apakah tampak ictus cordis
Palpasi : apakah ictus cordis teraba pada intercoastal
Perkusi : apakah normal letak jantung berdasarkan bunyi
jantung saat perkusi
Auskultasi : Apakah terdapat suara jantung tambahan
b) Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan dada, apakah terdapat otot bantu
pernafasan
Palpasi : Apakah teraba yaktil fremitus
Perkusi : Saat dilakukan perkusi berbunyi sonor
Auskulasi :Terdengar suara tambahan atau tidak
c) Payudara
Pengkajian payudara meliputi
(1) Keadaan luka post pembedahan
(2) Luas luka pembedahan atau luas balutan
(3) Keadaan kulit pada area payudara akibat post pembedahan
28

(4) Turgor kulit


(5) Terdapat edema atau tidak
(6) Tanda-tanda infeksi
(7) Inspeksi balutan terhadap perdarahan regular
(8) Pantau drainase, observasi area luka terhadap kemerahan,
nyeri serta pembengkakan
9) Abdomen
Kandung kemih dipalpasi apakah distensi atau tidak. Kaji bising
usus dan auskultasi peristaltik.
10) Genetalia
Identifikasi kebersihan genetalia, apakah ada tanda- tanda infeksi,
kaji ada adanya pengeluaran lochea, kaji warna, bau, jumlah apakah
terdapat edema pada vulva, pemasangan kateter terpasang dengan
baik atau tidak.
11) Anus
Identifikasi apakah terdapat hemoroid atau tidak
12) Integumen
Identifikasi warna, turgor,kelembapan kulit, tekstur, dan
hiperpigmentasi.
13) Ektremitas
Kaji pemasangan infus di ektremitas atas, kesimetrisan pada
ektremitas atas dan bawah, kaji apakah terjadi odema atau
penumpukan cairan , ujung jari ada sianosis tidak. Pada ektremitas
bawah apakah terdapat varises tidak.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic atau laboratorium uuntuk mengetahui adanya
komplikasi setelah operasi. Terdiri dari pemeriksaan darah dan urin.
29

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan medis tentang respons
individu terhadap masalah kesehatan pasien baik yang terjadi saat ini
maupun yang mungkin terjadi di masa depan yang didapatkan dari hasil
pengkajian serta pemeriksaan keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan dasar dalam menyusun intervensi asuhan keperawatan, tujuan
dan menuliskan masalah yang dialami (Safira, 2019).
Diagnosa yang timbul pada pasien setelah operasi adalah nyeri tajam.
Menurut (SDKI, 2016) nyeri tajam (D.0077) adalah pengalaman sensorik
atau emosional yang terkait dengan kerusakan jaringan sebenarnya atau
fungsional, dengan timbulnya tiba-tiba atau perlahan dan berintensitas
rendah hingga tinggi yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Faktor
penyebab nyeri tajam antara lain:
a. Agen pencedera jasad (misalnya : kebijakan operasi, abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengambil berat, pelajaran jasad
berlebihan )
b. Agen pencedera kimiawi ( misalnya : terbakar, sosok matematika
iritan )
c. Agen pencedera fisiologis (misalnya : inflamasi , iskemia, dan
neoplasma.

Tanda dan gejala utama nyeri: mengadu sakit, terlihat menahan rasa
sakit, gelisah bertindak defensif (misalnya: waspada, menghindari
posisi yang menyebabkan rasa sakit), kesulitan tidur. Tanda dan gejala
minor: tekanan darah naik, pola pernapasan berubah, selera makan
berubah, lebih fokus pada diri sendiri, proses berfikir terganggu.

3. Perencanaan Keperawatan
Menurut (Lingga, 2019) Intervensi keperawatan ialah tahap
perencanaan kegiatan atau tindakan dalam asuhan keperawatan.
30

Dibutuhkan data yang jelas di ikuti dengan diagnosa yang ditetapkan.


Tujuan perencanaan ialah untuk menurunkan, menghapus, dan mencegah
masalah keperawatan pada pasien. Rencana keperawatan pada pasien pasca
operasi dengan masalah
keperawatan rasa sakit akut adalah sebagai berikut:
a. Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI, 2018)
Setelah dilakukan kiprah keperawatan diharapkan Tingkat Nyeri
menurun (L.08066) pakai standar hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Kesulitan tidur menurun
4) Gelisah menurun
5) Berfokus hadirat jisim batang tubuh menurun
6) Perasaan deteriorasi menurun.
b. Rencana tindakan (SIKI, 2018)
1) Manejemen nyeri (I.08238)
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
gairah nyeri.
b) Identifikasi struktur nyeri.
c) Identifikasi respon nyeri non verbal.
d) Identifikasi anggota yang memperberat dan memperingan nyeri.
e) Monitor ganjaran operasi analgetik.

Terapeutik

a) Berikan daya upaya nonfarmakologis kepada menyurutkan teori


nyeri (misalnya pakai relaksasi, distraksi, dan lain-lain)
b) Kontrol bumi yang memperberat nyeri.
c) Fasilitasi reses tidur.
31

d) Pertimbangkan ragam dan mula nyeri bagian dalam memillih


skema menyukakan nyeri.

Edukasi

a) Jelaskan penyebab, periode, kausa nyeri.


b) Jelaskan skema menyukakan nyeri.
c) Anjurkan menginvestigasi nyeri secara mandiri.
d) Anjurkan memperuntukkan analgetik secara tepat
e) Anjurkan kiat nonfarmakologi menjelang menyusutkan nyeri.

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian analgetik, bila perlu.

4. Implementasi Keperawatan
Menurut (Nurhaliza, 2019). Implementasi keperawatan merupakan
pelaksanaan dari rencana keperawatan agar tujuan yang spesifik dapat
tercapai. Beberapa komponen yang harus diperhatikan diantaranya waktu
meliputi hari, tanggal dan jam. Kemudian tindakan meliputi tindakan
observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi.
Ada 3 fase implementasi
a. Fase persiapan, fase pertama kali perawat akan bertemu klien, meliputi
Rencana, pembenaran rencana, kesan dan ketrampilan menjalankan
intervensi, anju nasabah dan lingkungan.
b. Fase Kerja, yaitu tahapan fase implementasi berorientasi dengan tujuan,
perawat diharapkan bisa memberikan asuhan keperawatan dengan
maksimal.
c. Fase terminasi, merupakan fase akhir setelah implementasi dilakukan.
Perawat meninggalkan pesan yang bisa diterima oleh klien bertujuan
agar klien mampu mengikuti saran atau anjuran yang diberikan.
32

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Kurniati, 2019). Merupakan proses keperawatan yang
terakhir dalam tahapan asuhan keperawatan. Terdapat dua elemen untuk
menilai mutu tindakan proses keperawatan yaitu proses formatif dan hasil
evaluasi. Proses evaluatif berfokus pada proses keperawatan serta kualitas
pelayanan. Hasil sumatif berfokus pada perubahan status kesehatan atau
perilaku klien. Hal yang harus dievaluasi ialah teratasi atau tidaknya
masalah keperawatan pada klien, kualitas dan keakuratan data klien, dan
pencapaian tujuan dapat tercapai dengan baik atau tidak serta ketepatan
tindakan yang dilakukan.
Evaluasi dilakukan dengan melihat respon klien sehingga perawat bisa
memutuskan untuk mengakhiri rencana asuhan keperawatan, memodifikasi
rencana keperawatan ataupun meneruskan rencana asuhan keperawatan dan
satu yang dilakukan dengan target yang diharapkan. Evaluasi dapat
dilakukan dengan metode soap yaitu:
S (Subjektif) : ekspresi ramalan atau protes yang dikeluhkan secara
subjektif oleh pelanggan setelah dilakukan gerak-gerik keperawatan.
O (Objektif) : masukan yang di persepsi oleh paramedis pakai pengawasan
objektif dan bisa dilakukan pengukuran.
A (Assesment ) : analisa masukan paramedis setelah mengindra respon
subjektif atau objektif apakah pasal terpecahkan, terpecahkan sebagian,
atau belum terpecahkan. Dengan mengibaratkan seslat soap pakai sasaran
dan standar terusan yang final ditetapkan.
P (Planning) : pendekatan gerak-gerik keperawatan yang akan dilakukan
bersandarkan analisis.
Evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnose nyeri akut kriteria hasil
yang dapat dicapai adalah sebagai berikut :
a. Keluhan nyeri menurun.
b. Gelisah menurun.
33

c. Meringis menurun.
d. Pola nafas membaik.
e. Tekanan darah membaik.
f. Proses berfikir membaik.

Anda mungkin juga menyukai