TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Menurut sitiatava 2015 dalam (OKTAVIA et al., 2022) Secara umum, jenis
kanker dibagi menjadi 3, yaitu kanker payudara invasive, non-invasive dan
paget’s disease. Jenis kanker pertama & kedua berdasarkan sifat
serangannya dan jenis ketiga yang jarang terjadi.
a. Kanker payudara invasive
lemak dan jaringan ikat di sekitar payudara. Pada tahap ini, kanker telah
menyebar dari saluran susu dan menyerang area di luar kantong susu
disekitar jaringan,bahkan mengakibatkan penyebaran (metastase)
6
7
kebagian tubuh lain, melalui pembuluh darah seperti kelenjar limfa dan
lainnya.
b. Non invasive
Tumor belum menyebar kebagian jaringan luar kantong susu. Sel tumor
terperangkap dalam saluran susu dan tidak menyerang lemak serta
jaringan penghubung di sekitar payudara.
Berdasarkan WHO histology classification of breast tumor, kanker non
invasive terbagi menjadi dua :
1) Non-invasive ductal karsinoma
Berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang ke putting susu
2) Lobular karsinoma in situ
Kanker yang masih ditempatnya, ,dan kanker dini yang belum
menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.
c. Paget’s disease
Jenis tumor ini bermula dari saluran susu, kemudian menyebar ke kulit
aerola dan putting. kejadian ini hanya terjadi pada 1% dari seluruh
populasi wanita. Kulit payudara pecah, memerah dan mengeluarkan
cairan. Dalam kasus tumor ini, wanita memiliki tingkat pemulihan yang
lebih baik jika tidak disertai dengan munculnya benjolan.
3. Etiologi
Menurut Mansjoer & Suprohaita 2009 dalam (Rohana, 2017) etiologi
kanker kelenjar susu tidak dapat dengan pasti diketahui. Namun ada
beberapa faktor resiko pada pasien yang berhubungan dengan kanker
kelenjar susu yakni:
a. Usia lebih dari 30 tahun.
b. Mempunyai anak pada usia diatas 35 tahun , tidak memiliki anak.
c. Mengalami trauma, infeksi,atau operasi tumor jinak dipayudara.
d. Pernah menjalani operasi ginekologis contohnya tumor ovarium.
8
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif 2015 dalam Harini, R. A., & Wahyuni, L. (2022) ada
beberapa tanda-tanda yang diperlu diperhatikan, diantaranya sebagai
berikut :
a. Terdapat benjolan keras dipayudara disertai rasa sakit maupun tanpa
rasa sakit
b. Berubahnya bentuk putting ( retraksi nipple atau sakit terus-menerus)
c. Keluarnya cairan/darah dari putting ( nipple discharge)
d. Terdapat perubahan di kulit payudara yaitu berkerut seperti kulit jeruk
(peaud’orange),menekuk ke dalam (dimpling) serta borok (ulkus)
e. Terdapat berjolan kecil dikulit atau di dalam payudara (nodul satelit)
f. Terdapat luka yang sulit sembuh dipayudara (paget disease)
g. Terasa nyeri atau sakit
h. Terasa panas, memerah serta membengkak pada payudara
i. Benjolan keras tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya tidak terasa sakit
diawal.
j. Benjolan kanker, awal hanya pada satu payudara
k. Terdapat benjolan diaksila dengan atau tanpa masa dipayudara.
9
5. Patofisiologi
Penyebab spesifik kanker payudara belum dapat diketahui namun bisa
di identifikasi dengan faktor risiko. Faktor ini dapat membantu program
pencegahan. Sebagian kanker muncul dari sel yang mengalami transformasi
abnormal serta berubah menjadi kelompok sel ganas diantara sel normal.
Neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan proliferasi sel
tidak normal. Proliferasi tidak normal sel kanker dapat mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menekan jaringan di area sel saraf dan pembuluh
darah. Terjadi peningkatan konsistensi mammae sehingga payudara
asimetris secara langsung perfusi terganggunya jaringan dan
mengakibatkan ulkus kemudian dilakukan tindakan pembedahan.
Pengangkatan benjolan pada kanker payudara dilakukan dengan proses
operasi, post operasi masektomi menyebabkan adanya nyeri, risiko infeksi
dan gangguan citra tubuh. Proses terjadinya nyeri merupakan aka akibatk
terputusnya kontinuitas jaringan, ujung syaraf terputus, lalu terjadi
pelepasan mediator biokimia (prostaglandin, histamine, serotonin,
bradykinin) yang ditransmisikan oleh reseptor nyeri menuju ke impuls otak
, dan adanya reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri. Pengalaman sujektif
nyeri ada empat proses, yaitu transduksi merupakan proses dimana akhiran
syaraf aferen menerjemahkan stimulus seperti tusukan jarum ke dalam
nosiseptif. Transmisi adalah suatu proses di mana impuls dikirimkan ke
komu dorsalis medulla spinalis, kemudian sepanjang traktus sensori menuju
ke otak. Modulasi adalah proses penguatan sinyal neural terkait nyeri.
Persepsi adalah kesadaran pengalaman nyeri. Persepsi adalah hasil interaksi
proses tranduksi, tranmisi, modulasi, aspek psikologis, serta karakteristik
individu lainnya. Adanya luka terbuka akan mengakibatkan proses invasi
kuman, jika perawatan luka kurang steril dapat menimbulkan resiko infeksi.
Akibat terputusnya kontinuetas jaringan harus dilakukan perawatan luka
10
6. Pathways
Tumor payudara
Impuls ke otak
Nyeri Akut
(D. 0077) Sumber : (wijaya & putri 2013
dalam Rohana 2017)
12
7. Tahapan Kanker
Staging kanker payudara ( American Joint Committe On Cancer )
Menurut Andra & Yessie (2015) dalam (OKTAVIA et al., 2022) :
a. Stadium 0 : Kanker in saudara dimana kabin-kabin cacar bersinggasana
muka tempatnya didalam ikatan susu utama periode mengotot jiwa rata-
rata 90%
b. Stadium 1 : Kanker invasive ceding bagi berpangkal mengekang cm dan
belum mengawur berambai-ambai payuadara, periode mengotot jiwa rata-
rata 70%
c. Stadium II : Kanker invasive jarak mengekang-5 cm pakai mengawur ke
kelenjar arpus bening, pakai periode mengotot jiwa rata-rata 60%
d. Stadium III : Kanker penyerangan skenario lebih berpangkal 5 cm pakai
penyerangan kulit , pakai periode mengotot jiwa rata-rata 40%
e. Stadium IV : cacar gamak mengawur berambai-ambai lingkungan susu dan
gili-gili dada, cetakan ke hati, ayad tiru paru-paru,pakai periode mengotot
jiwa 20%.
8. Pemeriksaan Penunjang
Dalam (Harini & Wahyuni, 2022) pemeriksaan yang dapat dilakukan di
antaranya yakni :
a. Pemeriksaan Laboratorium : Morfologi petak darah, lanju endap darah,
riset pertanda hati, riset otot marker , penelitian sitologik yaitu penilain
tirta yang spontan bertiup semenjak putting, tirta kista/ yang bertiup
semenjak ekskoriasi.
b. Mammagrafi: mengabdikan kebakaran supaya mengetahui dini.
Memperlihatkan figur internal mengetahui jerawat yang tak tersenggol
atau jendulan muka babak awal. Mammografi muka seratus tahun
menoupose kira efektif karna imaji jerawat kira tampak.
13
9. Penatalaksaaan
Menurut (Huda, Amin dan Hardhi, 2016) Beberapa penanganan kanker
payudara yakni
a. Mastektomi yaitu operasi pembedahan pengangkatan payudara ,
terdapat 3 jenis yaitu :
1) Modified radical mastectomy, yakni penabalan berjemaah susu
ditulang dada, jalur selangka, jalur iga, tiru jendulan diarea axilla.
2) Total (simple) mastectomy, yakni penabalan berjemaah dipayudara
saja, bukan dikelenjar ketiak
3) Radical mastectomy, yakni penabalan separo saja ambang segmen
yang berisi petak kanker, bukan kesatuan susu.
b. Radiasi
Merupakan kiat pencahayaan hadirat bidang yang sedia jerawat nyala X
dan gamma tujuannya menjelang menghapus sentong jerawat setelah
dioperasi yang masih tersisa. Adapun risiko mulai sejak rehabilitasi ini
yaitu konstituen lemas, kemarahan penghidupan berkuang, motif
14
4. Klasifikasi nyeri
Menurut Andarmoyo 2013 dalam (Bachtiar, 2022) klasifikasi nyeri dibagi
dalam beberapa, antara lain :
a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri akut
Ialah rasa sakit yang terjadi setelah kecelakaan tiba-tiba, gangguan
kesehatan atau tindakan operasi dan memiliki perkembangan yang
cepat dengan tingkat keparahan yang berbeda mulai dari ringan,
sedang, hingga parah dan berlangsung dalam durasi yang singkat
(sekitar 6 bulan).
2) Nyeri kronik
Merupakan rasa sakit yang terus-menerus yang terjadi secara tidak
teratur selama jangka waktu tertentu. Rasa sakit berlangsung dalam
waktu yang lama dengan tingkat keparahan yang berbeda dan
dirasakan selama lebih dari 6 bulan.
b. Klasifikasi Nyeri Bedasarkan Asal
1) Nyeri nosiseptif
Merupakan rasa sakit yang disebabkan oleh aktivitas atau kepekaan
nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang
mengirimkan rangsangan yang menyakitkan. Rasa sakit nosiseptor
dapat terjadi karena adanya rangsangan yang mengenai kulit, sendi,
tulang, otot, jaringan ikat, dan sebagainya.
2) Nyeri neuropatik
Nyeri ini lebih sulit untuk diobati. Adalah konsekuensi dari cedera
atau kelainan yang terjadi pada struktur saraf perifer maupun
sentral.
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervial atau kutaneus
18
Adalah rasa sakit yang dihasilkan oleh rangsangan pada kulit. Ciri
khas dari rasa sakit ini berlangsung sebentar dan terlokalisasi, terasa
sebagai sensasi yang menusuk. Contohnya adalah luka sayat kecil
atau luka tusukan dengan jarum.
2) Visceral Dalam
Merupakan rasa sakit yang terjadi akibat rangsangan organ-organ
dalam. Rasa sakit bersifat menyebar dan dapat menjalar ke beberapa
arah. Contohnya sensasi hantaman (crushing) seperti angina
pectoris dan sensasi terbakar seperti pada luka lambung.
3) Referred pain (Nyeri alihan)
Adalah hal yang umum dalam nyeri viseral karena banyak organ
tidak memiliki sensor nyeri, rasa nyeri dirasakan pada bagian tubuh
yang berbeda dari sumber nyeri dan dapat dirasakan dengan
berbagai karakteristik. Contohnya adalah nyeri yang terjadi pada
serangan jantung, yang menyebabkan nyeri menjalar ke rahang,
lengan kiri, kandung empedu, yang mengalihkan nyeri ke area
selangkangan.
4) Radiasi Nyeri
Ialah sensasi nyeri yang menjalar dari lokasi awal ke bagian tubuh
yang lain. ciri khas nyeri dapat dirasakan menjalar ke bagian bawah
karena pecahnya cakram intervertebralis yang disusul oleh nyeri
yang menyebar sepanjang kaki akibat iritasi saraf skiatik.
6. Penatalaksanaan nyeri
Starategi penatalaksanaan nyeri merupakan suatu tindakan supaya nyeri
dapat berkurang. Terdapat dua cara yaitu tindakan farmakologi dan
nonfarmakolog (Nimas Arinda et al., n.d.)
a. Tindakan farmakologi
Merupakan tindakan yang efektif untuk menurunkan nyeri dengan
menggunakan obat-obatan analgesik yaitu analgetik narkotik atau opoid
seperti morfin dan kodein. Saat menggunakan obat ini perlu
mengevaluasi perubahan status pernafasan kerena efek obat ini
mempunyai efek depresi di pusat pernafasan di medulla batang otak.
Kemudian analgetik non narkotik serta obat inflamasi non steroid
(NSAID) yaitu seperti paracetamol, aspirin, dan ibu profen selain sifat
21
1. Pengkajian Keperawatan
Merupakan proses awal pengumpulan data atau informasi dari klien.
Bertujuan untuk menciptakan informasi dasar mengenai tingkat kesehatan
pasien, praktik medis, riwayat penyakit, dan tujuan perawatan medis.
Evaluasi yang komprehensif, terstruktur, dan logis akan membantu dan
mendukung dalam mengidentifikasi masalah-masalah pasien. Masalah-
masalah yang ditemukan melalui evaluasi digunakan sebagai dasar untuk
merumuskan rencana perawatan medis. (Hutagalung, 2019). Meliputi
sebagai berikut :
a. Identitas
Identitas umum mencakup identitas pribadi, usia, gender, etnis,
kepercayaan agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal,
23
berat badan bayi yang baru lahir. anak. Adanya haid, siklus haid,
nyeri haid.
6) Riwayat kontrasepsi
Kaji riwayat kontrasepsi untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang
dipakai sebelumnya, dan apakah ada masalah dengan kontrasepsi
tersebut serta apakah klien akan mengikuti program kontrasepsi
setelah masa nifas.
c. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola perpsepsi dan manajemen kesehatan
Gambaran persepsi yang klien lakukan pertama terhadap kesehatan
klien, perawatan luka akibat post mastectomy dan kebersihan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Kaji asupan nutrisi, pola makan dan perubahan nafsu makan klien,
kaji apakah ada alergi makanan tertentu, apakah klien mengalami
mual dan muntah serta pantangan makan yang menghalangi proses
cepatnya penyembuhan luka.
3) Pola Eliminasi
Kaji BAK klien frekuensi,warna, jumlah ,bagaimana kebiasan bak
mengalami nyeri atau tidak, terpasang kateter atau tidak. Kemudian
BAB klien kaji setelah operasi apakah sudah bisa bab, kaji warna,
konsistensi, warna dan frekuensi BAB.
4) Pola latihan dan aktivitas
Kaji apakah klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa misalnya
makan,minum,personal hygiene, bergerak dan berjalan. Dalam
melakukan aktivias apakah bisa dilakukan secara mandiri, atau
memerlukan bantuan. Observasi apakah ada gangguan mobilisasi
dan perubahan kekuatan otot.
5) Pola tidur dan istirahat
25
Dokter, apakah ada perubahan dalam pola tidur dan berapa lama
klien tidur dalam sehari? Klien yang baru menjalani operasi
mengalami perubahan dalam pola tidur karena merasakan nyeri dari
luka operasi.
6) Pola sensori dan kognitif
a) Persepsi
Observasi fungsi penglihatan, pembau, perasa, pendengaran dan
kompensasi dengan tubuh. Salah satunya kaji nyeri pada klien
dengan menggunakan pengkajian PQRST. Klien post operasi
merasa nyeri pada abdomen karena luka post pembedahan.
(1) Faktor pencetus (Provocate)
Kaji penyebab nyeri yang dirasakan klien, dapat dilakukan
observasi pada bagian yang tubuh yang mengalami nyeri.
(2) Kualitas (Quality)
Kualitas nyeri yang dirasakan dan diungkapkan setiap klien
berbeda-beda. Kualitas nyeri dapat dikatakan dengan
kalimat : Nyeri bedenyut, tajam, tumpul, seperti tertindih,
menusuk-nusuk, perih, berpindah-pindah, dan lain-lain.
(3) Lokasi (Region)
Kaji dimana lokasi nyeri dirasakan. Klien diminta untuk
menunjukan atau mengatakan lokasi nyeri yang dirasakan.
(4) Keparahan (Skala)
Kaji tingkat keparahan nyeri yang dirasakan. Skala nyeri
ditentukan dengan penilain intensitas nyeri.
(5) Waktu (Time)
Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan muncul , apakah
nyeri dirasakan setiap saat, pada saat apa nyeri timbul, nyeri
bertahap atau mendadak.
b) Pola kognitif
26
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan medis tentang respons
individu terhadap masalah kesehatan pasien baik yang terjadi saat ini
maupun yang mungkin terjadi di masa depan yang didapatkan dari hasil
pengkajian serta pemeriksaan keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan dasar dalam menyusun intervensi asuhan keperawatan, tujuan
dan menuliskan masalah yang dialami (Safira, 2019).
Diagnosa yang timbul pada pasien setelah operasi adalah nyeri tajam.
Menurut (SDKI, 2016) nyeri tajam (D.0077) adalah pengalaman sensorik
atau emosional yang terkait dengan kerusakan jaringan sebenarnya atau
fungsional, dengan timbulnya tiba-tiba atau perlahan dan berintensitas
rendah hingga tinggi yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Faktor
penyebab nyeri tajam antara lain:
a. Agen pencedera jasad (misalnya : kebijakan operasi, abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengambil berat, pelajaran jasad
berlebihan )
b. Agen pencedera kimiawi ( misalnya : terbakar, sosok matematika
iritan )
c. Agen pencedera fisiologis (misalnya : inflamasi , iskemia, dan
neoplasma.
Tanda dan gejala utama nyeri: mengadu sakit, terlihat menahan rasa
sakit, gelisah bertindak defensif (misalnya: waspada, menghindari
posisi yang menyebabkan rasa sakit), kesulitan tidur. Tanda dan gejala
minor: tekanan darah naik, pola pernapasan berubah, selera makan
berubah, lebih fokus pada diri sendiri, proses berfikir terganggu.
3. Perencanaan Keperawatan
Menurut (Lingga, 2019) Intervensi keperawatan ialah tahap
perencanaan kegiatan atau tindakan dalam asuhan keperawatan.
30
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
4. Implementasi Keperawatan
Menurut (Nurhaliza, 2019). Implementasi keperawatan merupakan
pelaksanaan dari rencana keperawatan agar tujuan yang spesifik dapat
tercapai. Beberapa komponen yang harus diperhatikan diantaranya waktu
meliputi hari, tanggal dan jam. Kemudian tindakan meliputi tindakan
observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi.
Ada 3 fase implementasi
a. Fase persiapan, fase pertama kali perawat akan bertemu klien, meliputi
Rencana, pembenaran rencana, kesan dan ketrampilan menjalankan
intervensi, anju nasabah dan lingkungan.
b. Fase Kerja, yaitu tahapan fase implementasi berorientasi dengan tujuan,
perawat diharapkan bisa memberikan asuhan keperawatan dengan
maksimal.
c. Fase terminasi, merupakan fase akhir setelah implementasi dilakukan.
Perawat meninggalkan pesan yang bisa diterima oleh klien bertujuan
agar klien mampu mengikuti saran atau anjuran yang diberikan.
32
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Kurniati, 2019). Merupakan proses keperawatan yang
terakhir dalam tahapan asuhan keperawatan. Terdapat dua elemen untuk
menilai mutu tindakan proses keperawatan yaitu proses formatif dan hasil
evaluasi. Proses evaluatif berfokus pada proses keperawatan serta kualitas
pelayanan. Hasil sumatif berfokus pada perubahan status kesehatan atau
perilaku klien. Hal yang harus dievaluasi ialah teratasi atau tidaknya
masalah keperawatan pada klien, kualitas dan keakuratan data klien, dan
pencapaian tujuan dapat tercapai dengan baik atau tidak serta ketepatan
tindakan yang dilakukan.
Evaluasi dilakukan dengan melihat respon klien sehingga perawat bisa
memutuskan untuk mengakhiri rencana asuhan keperawatan, memodifikasi
rencana keperawatan ataupun meneruskan rencana asuhan keperawatan dan
satu yang dilakukan dengan target yang diharapkan. Evaluasi dapat
dilakukan dengan metode soap yaitu:
S (Subjektif) : ekspresi ramalan atau protes yang dikeluhkan secara
subjektif oleh pelanggan setelah dilakukan gerak-gerik keperawatan.
O (Objektif) : masukan yang di persepsi oleh paramedis pakai pengawasan
objektif dan bisa dilakukan pengukuran.
A (Assesment ) : analisa masukan paramedis setelah mengindra respon
subjektif atau objektif apakah pasal terpecahkan, terpecahkan sebagian,
atau belum terpecahkan. Dengan mengibaratkan seslat soap pakai sasaran
dan standar terusan yang final ditetapkan.
P (Planning) : pendekatan gerak-gerik keperawatan yang akan dilakukan
bersandarkan analisis.
Evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnose nyeri akut kriteria hasil
yang dapat dicapai adalah sebagai berikut :
a. Keluhan nyeri menurun.
b. Gelisah menurun.
33
c. Meringis menurun.
d. Pola nafas membaik.
e. Tekanan darah membaik.
f. Proses berfikir membaik.