Anda di halaman 1dari 10

Telaah Kritis

Journal Reading

PEMBIMBING:
dr. Edi Setiawan Sp.PD

DISUSUN OLEH:
Abraham William Nugraha
112021200

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 18 APRIL 2022 - 26 JUNI 2022
REVIEW DAN TELAAH KRITIS
JURNAL

Nama: Abraham William Nugraha


NIM:112021200
Pembimbing : dr. Edi Setiawan Sp.PD

1. Judul Jurnal/Artikel:
SARS-CoV-2 mRNA Vaccine Immunogenicity in Hemodialysis Patients: Promising
Vaccine Protection That May Be Hindered by Fluid Overload

2. Penulis: Hedia Hebibi, Marvin Edeas, Laure Cornillac, Severine Beaudreuil, Jedjiga
Achiche, David Attaf, Samah Saibi, Charles Chazot, Fatah Ouaaz and Bernard Canaud

3. Publikasi : Hedia et. Al. Kidney and Dialysis 2022; 2 (1):44-56

4. Penelaah: Abraham William Nugraha

5. Tanggal Telaah: Senin, 18 April 2022

I. Deskripsi Artikel

1. Tujuan Utama Penelitian:


• Untuk mengidentifikasi keamanan, efektivitas, dan faktor yang mempengaruhi respon
imun pada vaksin BNT162b2 (Pfizer).

2. Hasil Penelitian:
 Satu bulan setelah vaksin pertama, 64,3% pasien mempunyai titer anti-S <50 U/mL,
dan satu bulan setelah vaksin kedua, 96,5% pasien mempunyai titer anti-S >250
U/mL. Hasil ini menunjukkan vaksin dengan teknologi mRNA ini mempunyai
efektivitas yang signifikan pada pasien dialysis.
 Satu bulan setelah vaksin pertama, 95% dari pasien yang telah terinfeksi COVID-19
sebelumnya mempunyai titer anti-S > 250 U/mL. Hasil ini menunjukkan adanya
korelasi antara paparan COVID-19 sebelumnya dengan respon imun dari vaksin.
Sebaliknya, respon imun pada pasien dialysis yang mengalami fluid overload
menurun di mana 84% mempunyai titer anti-S yang lebih rendah dibandingkan
dengan pasien dialysis lainnya.
 Pasien dialysis menunjukkan efek samping yang lebih sedikit disbanding dengan
kelompok kontrol. 79% dan 74% dari kelompok dialysis melaporkan tidak ada efek
samping setelah vaksin pertama dan kedua, disbanding 0% dan 35% dari kelompok
kontrol.

3. Kesimpulan Penelitian:
Vaksin COVID-19 dengan teknologi baru mRNA menunjukkan respon imun
dan toleransi efek samping yang sangat baik untuk pasien dialysis. Riwayat paparan
COVID-19 sebelum vaksinasi dapat meningkatkan derajat respon imun. Fluid
overload (FO) dapat menjadi faktor inhibisi respon imun pada pasien dialysis.

II. Telaah Artikel

A. Fokus Utama Penelitian


Untuk mengidentifikasi respon imun vaksin Pfizer COVID-19 pada pasien dialysis.

B. Elemen yang Mempengaruhi Tingkat KepercayaanSuatuPenelitian

1. Gaya Penulisan
a. Sistematika penulisan :

 Abstract / Abstrak

 Background / Latar Belakang

 Methods / Metode Penelitian

 Results / Hasil Penelitian

 Discussion / Diskusi

 Conlusion / Kesimpulan
 References / DaftarPustaka

b. Tata bahasa :
Tata bahasa artikel penelitian ini memiliki sifat objektif, teknis, dan praktis.

2. Penulis
a. Kualifikasi penulis :
 Hedia Hebibi, Jedjiga Achiche, Samah Saibi: NephroCare Ile de France, 94800
Villejuif, France

 Hedia Hebibi, Severine Beaudreuil: Néphrologie Dialyse et Transplantation CHU


Bicêtre, 94275 Le Kremlin Bicêtre, France

 Marvin Edeas: Department Endocrinology, Metabolism and Diabetes, Institut


Cochin, INSERM U1016-CNRS UMR 8104-Université de Paris, 75014 Paris,
France

 Laure Cornillac, David Attaf, Charles Chazot: Fresenius Medical Care France,
94260 Fresnes, France

 Fatah Ouaaz: Institut Cochin, INSERM, CNRS, Université de Paris, 75014 Paris,
France

 Bernard Canaud: France and Fresenius Medical Care Deutschland, Global


Medical Office, Montpellier University, Montpellier, DE-61352 Bad Homburg,
Germany

3. Judul
a. Kelebihan : Judul jelas, mudah dimengerti, relevan, tanda baca dan ejaan sudah
sesuai

b. Kekurangan : Judul tidak menspesifikasi tipe vaksin yang digunakan dalam


penelitian (Pfizer).
4. Abstrak
a. Kelebihan : Ringkas, jelas, mengandung seluruh aspek penelitian.

b. Kekurangan : -

C. Elemen yang mempengaruhi kekuatan suatu penelitian

1. Tujuan/ Masalah Penelitian:


Banyak studi berpendapat bahwa kejadian TB paru dapat dikaitkan dengan kadar
Vitamin D yang rendah. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara serum kalsium rata-rata dan Vitamin D dengan pasien TB paru dan
kontrol. Penelitian ini akhirnya dilkukan untuk mengidentifikasi hubungan antara
kadar Vitamin D dan PTB.

2. Konsistensi logis (sistimatika penulisan):


Vitamin D atau kalsiferol merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang
memiliki peran klinis dalam homeostasis kalsium dan metabolisme tulang. Vitamin D
menginduksi cathelicidin peptida antimikroba yang berfungsi menghambat
multiplikasi mikobateri dalam makrofag. Penurunan kadar Vitamin D akan meningkat
multiplikasi MTB sehingga menyebabkan seseorang mengalami TB dengan derajat
lebih parah.

3. Pertanyaan penelitian/ hipotesis:


 Apakah ada hubungan antara kadar Vitamin D dengan kejadian tuberkulosis
paru?

4. Sasaran:
Melihat apakah ada hubungan antara kadar Vitamin D dengan derajat
keparahan penyakit tuberkulosis paru.

5. Defenisi Operasional:
 Vitamin D atau kalsiferol merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang
memiliki peran klinis dalam homeostasis kalsium dan metabolisme tulang.
Vitamin D dari kulit dan makanan dimetabolisme di hati menjadi 25-
hidroksivitamin D (25(OH)D), yang digunakan untuk menentukan kondisi
status vitamin D pasien. 25(OH)D ini diubah menjadi bentuk aktifnya, 1,25-
dihidroksi vitamin D (1,25(OH)2 D) di ginjal oleh enzim 25hidroksivitamin
D-1α hidroksilase. Vitamin D memiliki peran penting dalam pertahanan
kekebalan inang terhadap Mycobacterium tuberculosis.
 Defisiensi Vitamin D apabila nilai 25(OH)D ≤ 20 ng/ml.
 Insufisiensi Vitamin D apabila nilai 25(OH)D antara 21-29 ng/ml.
 Optimal Vitamin D apabila nilai 25(OH)D ≥ 30 ng/ml
 Hipoalbuminemia apabila kadar albumin serum total <3,5 g/dl
 Hipokalsemia apabila konsentrasi kalsium serum terkoreksi <9mg/dl.
 Tuberkulosis paru primer apabila hasil foto rontgen dada menunjukkan
konsolidasi parenkim homogen terutama di lobus bawah dan tengah
(subpleural site), adanya limfadenopati dan efusi pleura.
 Tuberkulosis paru progresif apabila hasil foto rontgen dada menunjukkan
konsolidasi merata biasanya di lobus atas, lesi kavitas, tuberkulosis milier dan
limfadenopati mediastinum multipel.

6. Metode
a. Desain penelitian : Kasus kontrol

b. Populasi dan Sampel

 Populasi :

Populasi penelitian terdiri daripada pasien yang menderita tuberkulosis paru


dan orang sehat. Pasien dengan TB dimasukkan ke kelompok penelitian
sementara individu sehat dimasukkan ke kelompok kontrol. Individu
kelompok kontrol mencakup kerabat pasien yang dirawat dan petugas
kesehatan dengan latar belakang etnis dan sosial ekonomi yang sama dengan
kelompok studi.

 Sampel :
50 pasien di kelompok kontrol dan 50 pasien di kelompok penelitian.

 Teknik :
Peserta menjalani pem riwayat medis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab -
rutin hitung darah lengkap, tes fungsi hati dan ginjal, kadar glukosa darah ,
HIV ELISA, serologi HBsAg dan anti HCV, kalsium serum, dan kadar
albumin. Radiografi dada dan setidaknya dua sampel dahak pagi hari awal
diperoleh dari setiap pasien untuk pewarnaan tahan asam. Kadar serum
25(OH)D diukur sebelum memulai terapi Obat Anti Tuberculosis (OAT)

 Penentuan besar sample :


Tidak dijelaskan

 Sesuai/tidak, jelaskan (pemilihan, teknik, penentuan besar sample):


Tidak dijelaskan

c. Variabel penelitian :

 Variabel dependen
Derajat tuberkulosis paru

 Variabel independen
Kadar Vitamin D

d. Instrumen yang digunakan :

Hasil pemeriksaan laboratorium rutin seperti hitung darah lengkap, tes fungsi hati
dan ginjal, kadar glukosa darah HIV ELISA, serologi HBsAg dan anti HCV, kalsium
serum dan kadar albumin serta hasil foto rontgen. Hasil ini kemudiannya dianalisis
menggunakan SPSS 20.0.

7. Data analisis /hasil


Analisis statistik yang digunakan :

 Analisis data : SPSS 20.0. Hasil disajikan sebagai median dan interkuartil (IQR).

 Man Whitney U Test : Variable kontinu seperti nilai BMI, serum 25(OH)D, serum
albumin dan serum kalsium terkoreksi

 Chi Square Test : Variabel kategori seperti tuberkulosis paru primer dan
tuberkulosis paru progresif.

 Nilai signifikan secara statistik ditetapkan pada P≤0.05

b. Hasil Penelitian :
• Pada kedua kelompok kontrol dan penelitian, mayoritas adalah laki-laki (88%).
BMI (<0,0001) lebih rendah secara signifikan pada kelompok tuberkulosis (19,40
(17,20, 22,0) vs 24.00 (22,50, 25,47).
• Kadar vitamin D serum yang sangat rendah secara signifikan (P = 0.012) pada
kelompok tuberkulosis (19 (7,75, 27,25) ng/dl) dibandingkan dengan kelompok
kontrol (25 (19,75, 32,00) ng/dl).
• Dari 50 pasien TB, 27 (54%) memiliki defisiensi vitamin D, sementara di
kelompok kontrol, hanya 13 (26%) yang memiliki defisiensi vitamin D.
• Di antara pasien PTB yang mengalami defisiensi vit D, 44% memiliki BTA
3+/hpf pada pemeriksaan dahak.

8. Pembahasan temuan hasil penelitian

a. Kelebihan :

Memberikan deskripsi rinci tentang hasil penelitian disertai dengan tabel dan

grafik.

b. Kekurangan :

Tidak dijelaskan bagaimana menentukan besar sampel pada penelitian ini.


Kemudian tidak diketahui apakah paparan sinar UV dapat mempengaruhi kejadian
defisiensi Vitamin D.

9. Literatur review/ Referensi :

Penelitian menggunakan 31 referensi dengan rentang tahun antara 1986 hingga


2017.

10. Kesimpulan dan Saran :

Prevalensi vitamin D pada kasus tuberkulosis paru sangat tinggi. Hipovitaminosis D


dikaitkan dengan gejala klinis yang lebih parah, sputum smear positif yang lebih
tinggi, dan lesi yang luas pada radiografi dada di antara pasien tuberkulosis paru.

Saran:

a. Kelebihan : Bagian diskusi mencakup dan menjelaskan seluruh penelitian.


b. Kekurangan : Menjelaskan bagaimana menentukan besar sampel pada penelitian.

D. Penilaian VIA (Validity, Importancy,Applicability)


I. Study validity
 Research question
--Is the research question well-defined that can be answered using this study
design?
Pertanyaaan penelitian sudah terjawab dengan design studi ini

--Does the author use appropriate methods to answer their questions?


Penulis menggunakan metode yang sesuai untuk penelitian ini

--Is the data collected in accordance with the purpose of research?


Data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan awal penelitian

 Randomization
--Was the randomization list concealed from patients, clinicians and researchers?
Tidak. Pada kelompok penelitian hanya terdiri dari pasien TB sementara kelompok
kontrol hanya terdiri dari individu sehat.

 Interventions and co-interventions


--Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed by
others?
Tidak dijelaskan.
--Other than intervention, were the two groups cared for in similar way of
treatment?
Tidak dijelaskan.

II. Importance
--Is this study important?
Studi ini penting karena membuktikan bahwa ada hubungan antara kadar Vitamin D yang
mempengaruhi derajat penyakit tuberkulosis paru.
III. Applicability
Using results in your own setting
--Is this study important?
Studi ini penting karena membuktikan bahwa ada hubungan antara kadar Vitamin D yang
mempengaruhi derajat penyakit tuberkulosis paru.

--Are your patient so different from those studied that the results may not apply to
them?
Tidak berbeda, jadi hasil tersebut dapat diaplikasikan pada pasien di Indonesia

--Is your environment so different from the one in the study that the methods could
not be use there?
Ada perbedaan lingkungan karena perbedaan Negara, tapi metode ini dapat digunakan.

III. Kesimpulan
 Sesuai atau tidak
Sesuai

 Dapat digunakan atau tidak


Hasil penelitian dapat digunakan.

Anda mungkin juga menyukai