Journal Reading
PEMBIMBING:
dr. Edi Setiawan Sp.PD
DISUSUN OLEH:
Abraham William Nugraha
112021200
1. Judul Jurnal/Artikel:
SARS-CoV-2 mRNA Vaccine Immunogenicity in Hemodialysis Patients: Promising
Vaccine Protection That May Be Hindered by Fluid Overload
2. Penulis: Hedia Hebibi, Marvin Edeas, Laure Cornillac, Severine Beaudreuil, Jedjiga
Achiche, David Attaf, Samah Saibi, Charles Chazot, Fatah Ouaaz and Bernard Canaud
I. Deskripsi Artikel
2. Hasil Penelitian:
Satu bulan setelah vaksin pertama, 64,3% pasien mempunyai titer anti-S <50 U/mL,
dan satu bulan setelah vaksin kedua, 96,5% pasien mempunyai titer anti-S >250
U/mL. Hasil ini menunjukkan vaksin dengan teknologi mRNA ini mempunyai
efektivitas yang signifikan pada pasien dialysis.
Satu bulan setelah vaksin pertama, 95% dari pasien yang telah terinfeksi COVID-19
sebelumnya mempunyai titer anti-S > 250 U/mL. Hasil ini menunjukkan adanya
korelasi antara paparan COVID-19 sebelumnya dengan respon imun dari vaksin.
Sebaliknya, respon imun pada pasien dialysis yang mengalami fluid overload
menurun di mana 84% mempunyai titer anti-S yang lebih rendah dibandingkan
dengan pasien dialysis lainnya.
Pasien dialysis menunjukkan efek samping yang lebih sedikit disbanding dengan
kelompok kontrol. 79% dan 74% dari kelompok dialysis melaporkan tidak ada efek
samping setelah vaksin pertama dan kedua, disbanding 0% dan 35% dari kelompok
kontrol.
3. Kesimpulan Penelitian:
Vaksin COVID-19 dengan teknologi baru mRNA menunjukkan respon imun
dan toleransi efek samping yang sangat baik untuk pasien dialysis. Riwayat paparan
COVID-19 sebelum vaksinasi dapat meningkatkan derajat respon imun. Fluid
overload (FO) dapat menjadi faktor inhibisi respon imun pada pasien dialysis.
1. Gaya Penulisan
a. Sistematika penulisan :
Abstract / Abstrak
Discussion / Diskusi
Conlusion / Kesimpulan
References / DaftarPustaka
b. Tata bahasa :
Tata bahasa artikel penelitian ini memiliki sifat objektif, teknis, dan praktis.
2. Penulis
a. Kualifikasi penulis :
Hedia Hebibi, Jedjiga Achiche, Samah Saibi: NephroCare Ile de France, 94800
Villejuif, France
Laure Cornillac, David Attaf, Charles Chazot: Fresenius Medical Care France,
94260 Fresnes, France
Fatah Ouaaz: Institut Cochin, INSERM, CNRS, Université de Paris, 75014 Paris,
France
3. Judul
a. Kelebihan : Judul jelas, mudah dimengerti, relevan, tanda baca dan ejaan sudah
sesuai
b. Kekurangan : -
4. Sasaran:
Melihat apakah ada hubungan antara kadar Vitamin D dengan derajat
keparahan penyakit tuberkulosis paru.
5. Defenisi Operasional:
Vitamin D atau kalsiferol merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang
memiliki peran klinis dalam homeostasis kalsium dan metabolisme tulang.
Vitamin D dari kulit dan makanan dimetabolisme di hati menjadi 25-
hidroksivitamin D (25(OH)D), yang digunakan untuk menentukan kondisi
status vitamin D pasien. 25(OH)D ini diubah menjadi bentuk aktifnya, 1,25-
dihidroksi vitamin D (1,25(OH)2 D) di ginjal oleh enzim 25hidroksivitamin
D-1α hidroksilase. Vitamin D memiliki peran penting dalam pertahanan
kekebalan inang terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Defisiensi Vitamin D apabila nilai 25(OH)D ≤ 20 ng/ml.
Insufisiensi Vitamin D apabila nilai 25(OH)D antara 21-29 ng/ml.
Optimal Vitamin D apabila nilai 25(OH)D ≥ 30 ng/ml
Hipoalbuminemia apabila kadar albumin serum total <3,5 g/dl
Hipokalsemia apabila konsentrasi kalsium serum terkoreksi <9mg/dl.
Tuberkulosis paru primer apabila hasil foto rontgen dada menunjukkan
konsolidasi parenkim homogen terutama di lobus bawah dan tengah
(subpleural site), adanya limfadenopati dan efusi pleura.
Tuberkulosis paru progresif apabila hasil foto rontgen dada menunjukkan
konsolidasi merata biasanya di lobus atas, lesi kavitas, tuberkulosis milier dan
limfadenopati mediastinum multipel.
6. Metode
a. Desain penelitian : Kasus kontrol
Populasi :
Sampel :
50 pasien di kelompok kontrol dan 50 pasien di kelompok penelitian.
Teknik :
Peserta menjalani pem riwayat medis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab -
rutin hitung darah lengkap, tes fungsi hati dan ginjal, kadar glukosa darah ,
HIV ELISA, serologi HBsAg dan anti HCV, kalsium serum, dan kadar
albumin. Radiografi dada dan setidaknya dua sampel dahak pagi hari awal
diperoleh dari setiap pasien untuk pewarnaan tahan asam. Kadar serum
25(OH)D diukur sebelum memulai terapi Obat Anti Tuberculosis (OAT)
c. Variabel penelitian :
Variabel dependen
Derajat tuberkulosis paru
Variabel independen
Kadar Vitamin D
Hasil pemeriksaan laboratorium rutin seperti hitung darah lengkap, tes fungsi hati
dan ginjal, kadar glukosa darah HIV ELISA, serologi HBsAg dan anti HCV, kalsium
serum dan kadar albumin serta hasil foto rontgen. Hasil ini kemudiannya dianalisis
menggunakan SPSS 20.0.
Analisis data : SPSS 20.0. Hasil disajikan sebagai median dan interkuartil (IQR).
Man Whitney U Test : Variable kontinu seperti nilai BMI, serum 25(OH)D, serum
albumin dan serum kalsium terkoreksi
Chi Square Test : Variabel kategori seperti tuberkulosis paru primer dan
tuberkulosis paru progresif.
b. Hasil Penelitian :
• Pada kedua kelompok kontrol dan penelitian, mayoritas adalah laki-laki (88%).
BMI (<0,0001) lebih rendah secara signifikan pada kelompok tuberkulosis (19,40
(17,20, 22,0) vs 24.00 (22,50, 25,47).
• Kadar vitamin D serum yang sangat rendah secara signifikan (P = 0.012) pada
kelompok tuberkulosis (19 (7,75, 27,25) ng/dl) dibandingkan dengan kelompok
kontrol (25 (19,75, 32,00) ng/dl).
• Dari 50 pasien TB, 27 (54%) memiliki defisiensi vitamin D, sementara di
kelompok kontrol, hanya 13 (26%) yang memiliki defisiensi vitamin D.
• Di antara pasien PTB yang mengalami defisiensi vit D, 44% memiliki BTA
3+/hpf pada pemeriksaan dahak.
a. Kelebihan :
Memberikan deskripsi rinci tentang hasil penelitian disertai dengan tabel dan
grafik.
b. Kekurangan :
Saran:
Randomization
--Was the randomization list concealed from patients, clinicians and researchers?
Tidak. Pada kelompok penelitian hanya terdiri dari pasien TB sementara kelompok
kontrol hanya terdiri dari individu sehat.
II. Importance
--Is this study important?
Studi ini penting karena membuktikan bahwa ada hubungan antara kadar Vitamin D yang
mempengaruhi derajat penyakit tuberkulosis paru.
III. Applicability
Using results in your own setting
--Is this study important?
Studi ini penting karena membuktikan bahwa ada hubungan antara kadar Vitamin D yang
mempengaruhi derajat penyakit tuberkulosis paru.
--Are your patient so different from those studied that the results may not apply to
them?
Tidak berbeda, jadi hasil tersebut dapat diaplikasikan pada pasien di Indonesia
--Is your environment so different from the one in the study that the methods could
not be use there?
Ada perbedaan lingkungan karena perbedaan Negara, tapi metode ini dapat digunakan.
III. Kesimpulan
Sesuai atau tidak
Sesuai