Anda di halaman 1dari 17

GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI PATOLOGIS SISTEM

PENCERNAAN DAN METABOLIK ENDOKRIN

NAMA : ASRUL
NIM : 105111100419

PRODI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I

1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penulisan

BAB II

1. Anamnesakebutuhan nutrisi
2. Prosedur pemeriksaan fisik
3. Prosedur pemeriksaan diagnostik

BAB III

1. Kesimpulan
2. Saran.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta segala rahmat, berkah, dan
hidayah-Nyasehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“GANGGUAN
KEBUTUHAN NUTRISI PATOLOGIS SISTEM PENCERNAAN DAN METABOLIK
ENDOKRIN” Makalah ini disusun guna memberikan informasi mengenai hakikat
manusia danpengembangannya juga untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sumbernya
berupa artikel dan tulisanyang telah dijadikan referensi guna penyusunan
makalah ini, semoga dapat terus berkaryaguna menghasilkan tulisan-tulisan yang
mengacu terwujudnya generasi masa depan yanglebih baik.Semoga informasi
yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi para pembaca padaumumnya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih, masing-masing atas bantuan dan
dukungannya dalam mengerjakan makalah ini. Akhir kata, kami berharap
makalah ini bisa menambah pengetahuan dan menjelaskan pembaca tentang
hakikat manusia danpengembangannya.

Takalar, 14 Desember 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh,


pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan
pergantian sel yangrusak. Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada
sel tubuh. Prosesmetabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan
katabolisme (pemecah). Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan
dan metabolism tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah
faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti
adanya penyakit tertentu yangmenganggu pencernaan atau meningkatkan
kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.Nutrisi sangat penting bagi manusia karena
nutrisi merupakan kebutuhanfital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi
nutrien (zat gizi) yang buruk bagitubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun
akan menjadi racun yangmenyebabkan penyakit dikemudian hari.
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di
dalamnya yaitu sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan
organ asesoris,saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian
distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan
pankreas.Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada
nutrisimaka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan
penyakit /terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.
B. Rumusan masalah
a. Anamnesa gangguan nutrisi
b. Jenis dan cara Pemerisksaan fisik gangguan nutrisi
c. Jenis dan cara Pemerisksaan diagnostik gangguan nutrisi

C. Tujuan penulisan
a. Mengetahui cara Anamnesa gangguan nutrisi
b. Mengetahui Jenis dan cara Pemerisksaan fisik gangguan
nutrisi
c. Mengetahui Jenis dan cara Pemerisksaan diagnostik
gangguan nutrisi

BAB II
PEMBAHASAN
 
A.  Anamnesa kebutuhan nutrisi

1. Pengertian

Melakukan pengkajian perawatan pada pasien dengan gangguan nutris


2. Tujuan

Memperoleh data subyektif pasien


Melengkapi data pasien2.
3. Prosedur pelaksanaan
● Fase praorientasi

1. Melakukan pengecekan program terapi


2. Mencuci tangan
Cuci tangan
● Fase praorientasiccc

1.      Melakukan pengecekan program terapi


2.      Mencuci tangan
● Fase orientasi

1.      Member salam
2.      Menanyakan identitas pasien
3.      Memperkenalkan diri
4.      Menjelaskan tujuan kedatangan, prosedur pelaksanaan, dan kontrak waktu
5.      Menanyakan kesiapan pasien

● Fase kerja

1.      Menanyakan bagaimana napsu makan sebelum dan selama sakit


2.      Menanyakan bagaimana pola makan pasien sebelum dan selama sakit
(frekuensi,porsi)
3.      Menanyakan apakah sedang menjalani diet
4.      Menanyakan pasien apakah mengalami penurunan berat badan dalam
kurun waktu 6 bulan terakhir
5.      Menanyakan apakah pasien mengalami kesulitan menelan
6.      Menanyakan apakah pasien mengalami mual, muntah
7.      Menanyakan makanan kesukaan pasien (asin, manis, gurih, berlemak/
gorengan, bakar-bakaran)
8.      Menanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi makanan buah-buahan,
sayur-sayuran
9.      Menanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi suplemen jenis vitamin
untukmeningkatkan daya tahan tubuh
10.  Menanyakan apakah pasien sering mengalami kesulitan penyembuhan luka
11.  Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit (kencing
manis, hipertensi, kanker, stroke)
● Fase terminasi

1. Menyampaikan hasil anamnesa dan mengevaluasi


2. Member kesempatan pasien untuk bertanya
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Cuci tangan
B. Prosedur pemeriksaan fisik

1. Prosedur pemeriksaan Anthropometric


Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan
tubuh dan bagian khusus tubuh. Pengukuran antropometrik yang
membantu dalam mengidentifikasi masalah
nutrisi termasuk
a. Tinggi badan dan berat badan
Pengukuran tinggi badan dan berat badan klien harus diperoleh
ketika masuk rumah
sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan. Apabila
memungkinkan, klien harus ditimbang
pada waktu yang sama setiap hari, pada skala yang sama, dan
dengan pakaian atau linen
yang sama.
b. Lingkar pergelangan tangan
1) Digunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh klien.
2) Ukuran kerangka adalah tinggi badan dibagi lingkar pergelangan
tangan, hasilnya
dihitung nilai r
3) r = {tinggi badan (cm): lingkar pergelangan tangan (cm)}.
4) Wanita: nilai r > 11,0 (kecil); nilai r 10,1 sampai 11,0 (sedang),
dan nilai r < 10,1
(besar).
5) Laki-laki: nilai r > 10,4 (kecil), nilai r 9,6 sampai 10,4 (sedang),
dan < 9,6 (besar).
c. Lingkar lengan bagian tengah atas (mid-upper arm circumference,
MAC)
1) Memperkirakan massa otot skelet.
2) Lengan non dominan klien direlaksasikan, dan lingkarnya diukur
pada titik
tengah, antara ujung dari prosesus akromial skapula dan prosesus
olekranon
ulna.
d. Lipatan kulit tricep (triceps skinfold, TSF)
1) Digunakan untuk memperkirakan isi lemak dari jaringan
subkutan.
2) TSF adalah pengukuran yang paling umum
3) Dengan ibu jari dan jari tengah, lipatan panjang dari kulit dan
lemak yang
dipegang kira-kira 1 cm dari titik tengah MAC. Jepitan dari jangka
lengkungan
lipatan kulit standar ditempatkan pada sisi lain dari lipatan lemak.
Pengukuran
rata-rata diambil dari ketiga catatan. Area anatomi lain untuk
pengukuran lipatan
kulit termasuk bisep, skapula, dan otot abdominal
e. lingkar otot lengan bagian tengah atas (mid-upper arm muscle
circumference, MAMC)
■ MAMC adalah perkiraan dari masa otot skelet, dihitung dari
pengukuran
antropometrik MAC dan TSF.
MAMC = MAC – (TSF x 3,14).
Nilai untuk MAC, TSF, dan MAMC dibandingkan dengan standar
dan dihitung
sebagai suatu persentase standar.

2. Cara menghitung IMT yang tepat

Indeks massa tubuh, merupakan perhitungan yang didapatkan


dari membagi berat badan (dalam kilogram) dengan ukuran tinggi
badan (dalam meter). Nilai IMT, merupakan salah satu acuan untuk
melihat posisi berat badan Anda.IMT dapat dibagi menjadi kekurangan
berat badan, berat badan normal, kelebihan berat badan, dan obesitas.
Nilai IMT merupakan salah satu pengukuran, yang dilihat oleh dokter
untuk menilai risiko Anda mengalami suatu penyakit kronis, seperti
jantung dan diabetes.

Cara menghitung IMT yang tepat, dapat dilihat menggunakan rumus di


bawah ini:
IMT = Berat badan (dalam kg) : Tinggi badan (dalam m)²

Hasil pengukuran IMT orang Indonesia, berbeda dari orang yang berasal
dari benua Eropa ataupun Amerika.

Berikut ini acuan IMT dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


1. Untuk perempuan
Rentang nilai indeks massa tubuh untuk perempuan dewasa adalah
sebagai berikut:
Kurus: < 17 kg/m²

Normal: 17 – 23 kg/m²

Kegemukan: 23 – 27 kg/m²

Obesitas: > 27 kg/m²

2. Untuk laki-laki
Rentang nilai indeks massa tubuh untuk laki-laki dewasa adalah sebagai
berikut:
Kurus: < 18 kg/m²

Normal: 18 – 25 kg/m²

Kegemukan: 25 – 27 kg/m²

Obesitas: > 27 kg/m²


3. Prosedur pemeriksaan saluran cerna bentuk abdomen

Prosedur pemeriksaan fisik abdomen meliputi inspeksi, palpasi, perkusi,


auskultasi. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik abdomen. Baju yang dikenakan
perlu diangkat sampai minimal setinggi garis puting, serta menggunakan selimut
untuk menutup tungkai sampai simfisis pubis. Minta pasien untuk melipat paha
dan lutut agar dinding abdomen lebih rileks.
a. Inspeksi

Inspeksi dilakukan dengan cara melihat permukaan, kontur, dan pergerakan


dinding abdomen. Inspeksi meliputi :
● Kulit : Pada kulit, perhatikan apabila terdapat skar, striae, dilatasi vena,
serta kemerahan dan ekimosis (dapat terlihat pada perdarahan
intraperitoneal atau retroperitoneal)
● Ekimosis : Selain menunjukkan adanya perdarahan intraperitoneal atau
retroperitoneal, adanya ekimosis juga dapat mengarahkan diagnosis
lainnya. Grey Turner sign merupakan ekimosis yang dapat disertai warna
kehijauan pada area flank pada pasien pankreatitis akut dengan
perdarahan ekstraperitoneal yang berdifusi sampai ke jaringan subkutan
area flank. Cullen’s sign merupakan ekimosis yang dapat disertai warna
kebiruan pada kulit area periumbilikal karena adanya perdarahan
retroperitoneal atau intraabdominal, seperti kehamilan ektopik
terganggu 
● Umbilikus : Pada umbilikus, perlu diperhatikan kontur dan lokasinya,
serta ada atau tidaknya inflamasi ataupun benjolan, seperti pada hernia
umbilikalis 
● Kontur abdomen : Kontur abdomen yang dimaksud adalah permukaan
(datar, distensi, menonjol, atau cekung), bagian samping abdomen (ada
atau tidaknya benjolan atau massa), kesimetrisan dinding abdomen,
massa atau organomegali yang tampak menonjol (misalnya hepatomegali
atau splenomegali) [1,32]
● Peristaltik : Pada pasien yang sangat kurus, kemungkinan gerakan
peristaltik usus dapat terlihat, terutama apabila terdapat obstruksi [1,32]
● Pulsasi : Pulsasi aorta juga dapat terlihat pada pasien yang sangat kurus.
Apabila terlihat pada area epigastrium, maka dapat dikatakan normal.

b. Auskultasi
Auskultasi pada pemeriksaan abdomen terutama memberikan
informasi mengenai bising usus. Berbeda dari pemeriksaan fisik lainnya,
disarankan untuk melakukan pemeriksaan auskultasi terlebih dahulu pada
pemeriksaan fisik abdomen karena manuver perkusi dan palpasi dapat
menstimulasi ataupun mendepresi peristaltik usus. Bising usus normal berkisar
antara 5-34 kali/menit. [1,3,33] Auskultasi minimal dilakukan selama 2 menit
pada tiap regio, dan minimal dilakukan pada 1 regio untuk menentukan
kesimpulan bunyi usus pasien. [6]
Adanya inflamasi (misal peritonitis), infeksi, ileus paralitik, dan ileus
obstruktif akan mengubah karakteristik bising usus. Pada keadaan tertentu
seperti infeksi, dapat terdengar bunyi borborygmi dan hiperperistalsis. Pada
auskultasi peristaltik usus, perlu diperhatikan frekuensi, durasi, volume, dan
kualitas bising usus. [1,28,34,35]
Pada auskultasi abdomen, dapat ditemukan adanya bunyi seperti murmur di
aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis. Murmur dapat terdengar terutama pada
pasien dengan hipertensi. Murmur juga dapat terdengar pada pasien dengan
stenosis arteri maupun dilatasi arteri yang disebabkan oleh aneurisma. Murmur
arteri renalis, sesuai dengan posisi anatomisnya akan lebih terdengar dari
punggung.
Pada area hepar dan lien, perlu dilakukan auskultasi untuk melihat
adanya friction rub. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan hepatoma,
infeksi gonococcus pada area hepar, dan infark lien.

c. Perkusi

Perkusi dilakukan untuk melihat distribusi gas intraabdomen, kemungkinan


adanya massa, serta ukuran hepar dan lien serta organ lainnya. Perkusi dilakukan
pada keempat kuadran abdomen dengan melihat area yang timpani maupun
pekak. Bunyi timpani disebabkan karena adanya gas pada traktus
gastrointestinal, sedangkan bunyi pekak dapat disebabkan oleh adanya cairan,
massa atau pembesaran organ, maupun feses.
Perkusi pada bagian infero-anterior arcus costae sebelah kanan dapat ditemukan
pekak karena adanya hepar, sedangkan di sebelah kiri akan ditemukan timpani
pada area gaster dan fleksura lienalis.
Perkusi dilakukan dengan mengekstensikan jari tengah telapak tangan kiri
(pleximeter) pada permukaan bagian abdomen yang mau diperkusi, dengan jari
tengah kanan difleksikan (perkusor) sambil diketuk berulang di sendi
interphalangeal distal pada pleximeter.
d. Palpasi

Palpasi pada pemeriksaan fisik abdomen terdiri dari palpasi ringan dan dalam.
Palpasi ringan dapat menilai adanya nyeri tekan, defans muskular, dan massa
pada organ-organ superfisial. Palpasi ringan dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Meletakkan telapak tangan dengan jari-jari yang rapat dan rata pada
dinding abdomen
2. Lakukan penekanan ringan pada keempat kuadran abdomen.
3. Pada palpasi ringan ini, perlu dilakukan identifikasi organ-organ maupun
massa yang letaknya superfisial, serta area yang mengalami nyeri tekan.
4. Apabila terdapat defans, bedakan antara tahanan volunter dan spasme
otot involunter, karena adanya spasme yang involunter dapat
mengarahkan diagnosis ke peritonitis.

Palpasi dalam dilakukan untuk menggambarkan massa intra-abdomen serta


adanya organomegali. Palpasi ini dilakukan dengan :
a. Gunakan permukaan telapak tangan, kemudian lakukan
penekanan pada keempat kuadra
b. Apabila terdapat massa, lakukan identifikasi lokasi, ukuran,
bentuk, konsistensi, nyeri saat penekanan, pulsasi, dan mobilitas
massa

4. Bising usus

Auskultasi pada pemeriksaan abdomen terutama memberikan informasi


mengenai bising usus. Berbeda dari pemeriksaan fisik lainnya, disarankan untuk
melakukan pemeriksaan auskultasi terlebih dahulu pada pemeriksaan fisik
abdomen karena manuver perkusi dan palpasi dapat menstimulasi ataupun
mendepresi peristaltik usus. Bising usus normal berkisar antara 5-34 kali/menit.
Auskultasi minimal dilakukan selama 2 menit pada tiap regio, dan minimal
dilakukan pada 1 regio untuk menentukan kesimpulan bunyi usus pasien.
Adanya inflamasi (misal peritonitis), infeksi, ileus paralitik, dan ileus
obstruktif akan mengubah karakteristik bising usus. Pada keadaan tertentu
seperti infeksi, dapat terdengar bunyi borborygmi dan hiperperistalsis. Pada
auskultasi peristaltik usus, perlu diperhatikan frekuensi, durasi, volume, dan
kualitas bising usus. Pada auskultasi abdomen, dapat ditemukan adanya bunyi
seperti murmur di aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis. Murmur dapat
terdengar terutama pada pasien dengan hipertensi. Murmur juga dapat
terdengar pada pasien dengan stenosis arteri maupun dilatasi arteri yang
disebabkan oleh aneurisma. Murmur arteri renalis, sesuai dengan posisi
anatomisnya akan lebih terdengar dari punggung.
Pada area hepar dan lien, perlu dilakukan auskultasi untuk melihat
adanya friction rub. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan hepatoma,
infeksi gonococcus pada area hepar, dan infark lien.

C. Prosedur pemeriksaan diagnostik

1. Pemeriksaan X-Ray dengan Kontras Barium

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat perubahan bentuk kerongkongan dan


aktivitas otot-ototnya. Dalam prosedurnya, pengidap biasanya akan diminta
meminum larutan barium yang akan melapisi kerongkongan. Kemudian,
pengidap akan diminta juga untuk menelan makanan padat atau pil yang dilapisi
dengan barium, dan dokter akan melihat adanya perubahan bentuk
kerongkongan dan menilai aktivitas otot, ketika proses menelan berlangsung.
2. Pemeriksaan USG

Setelah pasien berbaring sesuai posisi yang diharapkan, dokter mengoleskan


gel ultrasound ke abdomen pasien dan menempelkan transducer. Dokter dapat
menginstruksikan kapan pasien perlu menarik nafas atau membuang nafas serta
kapan pasien perlu mengubah posisi untuk memudahkan visualisasi
organ. Transducer akan mengeluarkan gelombang ultrasonik yang kemudian
dipantulkan kembali oleh organ-organ abdomen dan tampak di monitor sebagai
gambaran yang bisa diinterpretasikan.
Dokter dapat menilai kondisi sistem gastrointestinal (lambung, usus halus,
apendiks, dan kolon) serta kondisi hepar, kandung empedu, limpa, pankreas, dan
aorta abdominalis. Kelainan yang diperiksa dapat berupa perforasi organ,
perdarahan, inflamasi, batu, atau tumor.
Perforasi saluran cerna akan menunjukkan gambaran udara bebas
intraperitoneal yang dapat ditemukan di kuadran kanan atas abdomen. Perforasi
dapat disebabkan oleh tukak lambung, trauma tumpul atau penetrasi, faktor
iatrogenik, benda asing, maupun neoplasma.
Pada kasus apendisitis akut, pemeriksaan USG dapat merupakan sebuah
tantangan apabila apendiks tidak dapat tervisualisasi dengan baik. Pada kasus ini,
temuan berupa volume cairan yang meningkat, phlegmon, dan perubahan lemak
pericecal dapat mengarahkan diagnosis ke apendisitis akut.

3. Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi dilakukan dengan menggunakan alat tipis nan fleksibel


yang dimasukkan ke kerongkongan, sehingga dapat melihat kondisi
kerongkongan. Prosedur ini juga dilakukan untuk mendeteksi adanya
peradangan, penyempitan, hingga tumor.

4. Pemeriksaan gula darah

Tes gula darah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan
darah melalui pembuluh darah vena atau menggunakan alat khusus
pengukur gula darah (glukometer).
Tes gula darah dengan pengambilan sampel darah
● Prosedur pengambilan darah melalui pembuluh darah vena
meliputi:
● Tenaga medis akan membersihkan area pengambilan darah
dengan cairan antiseptik untuk membunuh kuman.
● Lengan atas akan diikat oleh perban elastis agar aliran darah di
lengan dapat terkumpul.
● Setelah vena ditemukan, darah lalu akan diambil dengan jarum
suntik steril dari pembuluh darah. Pasien mungkin akan merasa
sedikit nyeri ketika jarum dimasukkan, tapi keluhan ini dapat
diredakan dengan melemaskan tangan.
● Ketika sampel darah sudah cukup, jarum akan dilepas dan bagian
yang disuntik akan ditutup dengan perban.
● Tenaga medis akan memberikan tekanan selama beberapa menit
untuk mencegah memar.
● Sampel darah yang diambil kemudian dikirim ke laboratorium
untuk dianalisis.

Bila Anda juga dianjurkan menjalani tes gula darah dua jam setelah
makan, Anda akan diminta untuk makan segera sehabis tes gula darah
puasa. Dua jam kemudian, sampel darah Anda diambil lagi untuk
diperiksa.
Tes gula darah dengan glukometer
Prosedur ini dilakukan sendiri di rumah dan langkahnya meliputi:
● Pastikan alat glukometer bersih dan siap digunakan.
● Ambil strip tes glukosa dari wadahnya, lalu tutup kembali
wadahnya dengan rapat. Strip tes dapat rusak bila terpapar
kelembapan udara.
● Cuci tangan dengan sabun dan air hangat, lalu keringkan.
● Jangan menggunakan alkohol karena dapat kulit dapat menjadi
terlalu kering.
● Pijat tangan supaya darah mengumpul pada jari. 
● Gunakan jarum lancet untuk menusuk jari.
● Tekanlah bagian dasar jari untuk mengalirkan darah ke atas strip
tes glukosa. 
● Letakkan strip tersebut ke dalam glukometer.
● Setelah beberapa detik, angka kadar gula darah akan muncul.
● Catat hasil pemeriksaan tersebut.
● Buang jarum lancet dan strip tes ke dalam tempat sampah.

Tes gula darah puasa


● Normal: 70-100 mg/dL
● Prediabetes: 100-125 mg/dL
● Diabetes: 125 mg/dL atau lebih
Tes gula darah sewaktu
● Normal: di bawah 125 mg/dL
● Prediabetes: 140-199 mg/dL
● Diabetes: 125 mg/dL atau lebih

Tes gula darah dua jam setelah makan


● Normal: Di bawah 140 mg/dL
● Prediabetes: 140-199 mg/dL
● Diabetes: Di atas 200 mg/dL pada lebih dari satu kali pemeriksaan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal. Sedangkan organ
asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan pankreas.

Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka
tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit /terkena
gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.

B. Saran

Dengan melihat pembahasan makalah gangguan kebutuhan nutrisi patologis


sistem pencernaan dan metabolik endokrin, kita harus memenuhi kebutuhan
tubuh akan nutrisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia,
seimbang antara pemasukan nutrisi dengan pengeluaran supaya tidak
menimbulkan gangguan nutrisi. Serta pemeriksaan fisik dan diagnostik pada
gannguan nutrisi harus lengkap agar bisa menegakan diagnosa yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai