Anda di halaman 1dari 7

Masa Gigi Desidui, Gigi Bercampur, Gigi Permanen ( Usia Muda )

a. Metode Erupsi dan Perkembangan Gigi


1. Berdasarkan erupsi gigi
a. Masa gigi desidui
Gigi desidui pertama yang erupsi adalah gigi insisif sentral
mandibula, pada usia sekitar 6 bulan, diikuti gigi insisif lateral mandibula
kemudian gigi insisif maksila. Lebih kurang dua bulan sebelum insisif
lateral maksila terlihat, insisif lateral mandibula biasanya muncul lebih
awal dari pada insisif lateral mandibula. Selanjutnya adalah munculnya
gigi molar pertama sulung pada usia 1 tahun atau lebih. Sementara itu gigi
kaninus muncul pada usia 16 bulan, diikuti molar kedua pada usia 20 atau
24 bulan. Dengan demikian, gigi sulung akan lengkap setelah terjadi
oklusi molar kedua, kira-kira usia 3 tahun.
b. Masa gigi campuran
Perkembangan gigi pada masa gigi campuran dimulai pada usia janin 3,5
bln. Pembentukan benih gigi permanen dimulai pada usia janin 3,5 bln
sampai bayi usia 4 tahun (molar 3). Kalsifikasi gigi permanen dimulai
pada bayi waktu lahir sampai usia 3 tahun usia 10 tahun (molar 3).
Pembentukan mahkota selesai dimulai pada anak usia 2,5 tahun sampai
usia 8 thn (molar 2).
c. Masa gigi permanen
Urutan untuk gigi pengganti pada dasarnya sama dengan urutan
eksfoliasi gigi sulung yang mereka gantikan. Perlu diingat bahwa gigi
insisif sentral erupsi sebelum insisif lateral, dan gigi insisif mandibula
erupsi sebelum gigi insisif maksila. Gigi insisif permanen pertama yang
mengalami erupsi adalah gigi insisif sentral mandibula (mendekati usia 6
tahun) dan gigi insisif terakhir yang erupsi adalah gigi insisif lateral
maksila (mendekati usia 9 tahun). Gigi insisif lateral mandibula dan insisif
sentral maksila erupsi dari usia 7 hingga 8 tahun. Gigi Kaninus mandibula
menggantikan gigi sulung kaninus mandibula mendekati usia 9 tahun,
diikuti oleh gigi premolar yang menggantikan gigi molar sulung antara
usia 10 dan 12 tahun. Sedangkan gigi kaninus atas muncul terakhir dalam
jangka waktu sekitar usia 12 tahun. Akar gigi permanen akan sempurna
sekitar 3 tahun setelah kemunculannya didalam rongga mulut. Sebagian
gigi pada mandibula mengalami erupsi sedikit lebih cepat dibandingkan
pasangannya pada maksila

2. Berdasarkan Radiografi
1. Metode Schour & Masssler ( 1941 )
Pada tahun 1941, Schour and Massler meneliti perkembangan gigi desidui dan
permanen, menjabarkan 21 tahap-tahap kronologis mulai umur 4 bulan hingga 21
tahun dan mempublikasikannya dalam bentuk diagram perkembangan numerikal.
American Dental Association (ADA) secara berkala telah memperbarui grafik ini dan
menerbitkannya pada tahun 1982, sehingga memungkinkan untuk membandingkan
secara langsung tahap kalsifikasi gigi pada radiografi dengan standar yang telah
dibuat Schour-Massler. Pada grafik ini jenis kelamin tidak diperhitungkan.

2. Metode Nolla (1958)


Metode Nolla membagi periode kalsifikasi gigi permanen menjadi 10 tahapan
dimulai dari terbentuknya benih gigi sampai dengan penutupan foramen apikal gigi.
Pembentukan crypte hingga penutupan apeks akar gigi yang dapat dilihat pada foto
radiografi disebut tingkat 1 dan selanjutnya sampai penutupan apeks akar gihi adalah
tingkat 10. Masing-masing tahapan juga diberi nilai skor. Dengan foto panoramik
cukup menggunakan satu sisi dengan mengabaikan geraham 3, gigi permanen rahang
atas dan rahang bawah dianalisis dicocokkan tahapannya dan diberi skor. Skor
masing-masing tahapan ditotal. Metode Nolla juga menggunakan tabel konversi.

3. Metode Demerjian et al (1976)


Demirjian membuat 8 tahapan kalsifikasi gigi dari tahap A sampai H pada
radiografi panoramik.25,26,27 Penilaian ini diberikan pada gigi insisivus sentralis,
insisivus lateralis, kaninus, premolar pertama, premolar kedua, molar pertama, dan
molar kedua sebelah kiri rahang bawah.12,21 Penilaian ini dibedakan pada masing-
masing jenis benih gigi dari tahap pembentukan hingga kalsifikasi serta mencapai
penutupan akar. Setiap gigi memiliki skor tersendiri dari tahapan kalsifikasi dan
nilainya berbeda antara laki-laki dan perempuan. Jumlah skor dari 7 gigi permanen
tersebut merupakan nilai maturitas gigi yang kemudian dikonversikan menjadi
perkiraan usia kronologis.

4. Metode Moorees et al (1963)


Pada metode ini, perkembangan gigi dipelajari dalam 14 tahap dari mineralisasi
perkembangan gigi permanen berakar tunggal dan multi akar. Moores dkk
menggunakan radiografi lateral oblique untuk penelitian mereka. Dimulai dari usia 6
bulan dan data yang dihasilkan mencakup perkembangan molar ketiga rahang bawah.
Perkembangan pada wanita lebih pesat dari pada laki-laki dengan tahap pembentukan
akar lebih bervariasi dibandingkan tahap pembentukan mahkota.

Masa Gigi Permanen ( Usia Dewasa )


a. Metode Estimasi Usia Morfologi
Metode morfologi berdasarkan pada penilaian gigi ( ex-vivo ) merupakan salah satu
metode menentukan estimasi usia yang membutuhkan ektraksi gigi dan preparasi jaringan serta
pemeriksaan miskroskop yang mendetail.
1. Metode Gustasfon ( 1950 )
Gustasfon (1950) dan Thoma (1944) menggambarkan perubahan usia yang terjadi
pada jaringan gigi dan mecatat enam perubahan yang yang berhubungan dengan usia,
yaitu: Atrisi dan permukaan insisal atau oklusal karena pengunyahan (A), Periodontitis
(P) , Dentin Sekunder (S), Aposisi Sementum ( C), Resorpsi akaar (R), Transparansi
Akar (T)
Gustasfon menyarankan dua perubahan terakhir. Dalam metode yang diusulkan,
setiap tanda diberi skala nilai 0,1,2,3, poin. Nilai poin dari setiap perubahan usia
ditambahkan sesuai dengan rumusan berikut :

An + Pn + Sn + Cn + Rn + Tn = Poin

Persamaan yang tepat dapat dihitung dengan : y = 11,43 + 4.56x, dimana y =


umur dan x = poin sesuai dengan umur diatas. Standard eror yang dihitung oleh
Gustasfon (1950) adalah ±3,6 tahun.

2. Metode Johanson (1971)


Metode Johanson (1971) membedakan perubahan usia menjadi tujuh tahap berbeda
( A0 – A3 ) dan dievaluasi untuk enam kriteria yang sama, yaitu : Atrisi (A), Pembentukan
dentin sekunder (S), Kehilangan perlekatan periodontal (P), Aposisis sementum (C),
Resorpsi akar (R), Translusensi apical (T)
Johanson membuat studi yang lebih rinci tentang tranparansi akar dan menyatakan
bahwa lebih jelas ketika ketebalan bagian dasar gigi adalah 0.25 mm. Rumus berikut
direkomendasikan.22

Umur = 11,2 = (5,14 x A) + (2,3 x S) + (4,14 x P) + (3,71 x C) + (5,57 x R) + (8,98 x T)

b. Metode Estimasi Usia Biokimia


Metide biokimia didasarkan resemisasi asam amino. Resemisasi asam amino adalah reaksi orde
pertama yang reversible dan relative cepat pada jaringan hidup yang metabolismenya lambat.
1. Metode Helfman dan Bada (1975, 1976)
Helfman dan Bada melakukan pengukuran rasio asam spartate D / L menggunakan protein
dentinal yang diekstraksi dari gigi manusia. Metode ini berfokus pada resemisasi asam amino
dan memperoleh korelasi yang signifikan antara usia dan rasio D / L- enansiomer dalam asam
aspartate pada email dan dentin koronal.
2. Metode Ritz dkk (1995)
Menggunakan metode rasemisasi pada specimen biopsy dentin untuk memperkirakan
usia individu yang masih hidup.
Spesimen yang diambil dengan teknik aspart berukuran panjang sekitar 1 mm, diameter
sekitar 1 mm, dan berat sekitar 1,2 mg (berat basah). Jumlah dentin ini terbukti cukup untuk
menentukan tingkat rasemisasi asam aspartate di semua kasus. Dalam kasus ini, aspart harus
dilakukan di lapisan dentin yang lebih dalam, karena lokasi aspart berpengaruh pada tingkat
rasemisasi asam aspartate.25
Berdasarkan data, usia dentin dapat dihitung dari luas rasemisasi asam aspartat pada
spesimen biopsi dentin saat biopsi dilakukan menggunakan rumus
berikut:25

1 D/ L
t=786,9∈ −3651
1−D/ L

c. Metode Radiografi
Radiologi digunakan dalam proses estimasi usia yang merupakan salah satu alat penting
dalam identifkasi pada ilmu forensic. Penilaian usia radiografik adalah metode sederhana, non
invasif dan dapat digunakan baik pada individu yang masih hidup maupun individu mati yang
tidak diketahui identitasnya.
1. Metode rasio pulp-to-tooth oleh Kvaal et al
Dalam metode ini, rasio gigi-pulpa dihitung menggunakan enam gigi rahang bawah dan
atas, yaitu gigi insisivus sentral dan lateral maksila, gigi premolar dua maksila, gigi insisivus
lateral mandibula, gigi kaninus mandibula, dan gigi premolar pertama. Usia ditentukan dengan
menggunakan rasio pulpa terhadap gigi dalam rumus untuk penentuan usia yang diberikan oleh
Kvaal et al.11
Metode Kvaal et al menggunakan radiografi periapikal intraoral, panjang gigi maksimal
(T), panjang akar pada permukaan mesial (R), panjang pulpa maksimal (P), lebar akar dan pulpa
pada CEJ cemento enamel junction (A), lebar akar dan pulpa di tengah-tengah antara apeks dan
CEJ (C), lebar akar dan pulpa di tengah antara tingkat pengukuran A dan C (B) untuk keenam
gigi diukur. Akhirnya, nilai rata-rata dari semua rasio (M), nilai rata-rata rasio lebar B dan C
(W) dan nilai rata-rata rasio panjang P dan R (L) diganti dalam rumus berikut:11,26

Usia = 129,8 - (316,4 × M) (6,8 × [W - L])

2. The Coronal Pulp Cavity Index


Metode ini menggunakan foto radiografi panoramik. Gigi yang digunakan yaitu
gigi premolar dan molar (tidak termasuk gigi molar ketiga) mandibula saja, karena gigi
mandibula lebih terlihat daripada gigi maksila.27
Pengukuran metode ini dalam milimeter menggunakan kaliper digital mendekati 0,01
mm. Setiap gigi dihitung dari rata-rata (CL) length of the crown dan (CPCH) coronal pulp
cavity height untuk mendapatkan (TCI) tooth coronal index sebagai berikut:27

CPCH x 100
TCI =
CL

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai