Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN KOMUNITAS

“Asuhan Keperawatan Pada Agregat Lansia Dengan Rheumatik”

Disusun oleh kelompok : IV


1. Wa Irma 6. Yolanda Kakisina
2. Sukuria 7. La Sumitron
3. Wa Astrid 8. Yoan E Piter
4. Jesica Lumalessil 9. Sulasri Sudin
5. Wisye L Siwalette 10. Wati Rumagutawan
.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

TAHUN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia, berkat, rahmat dan
hidaya-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Agregat Lansia Dengan Rheumatik” tepat waktu. Kami berharap semoga dengan diterbitkannya
makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembacanya Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kesalahan-
kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.

Kairatu, Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia


B. Konsep Dasar Teori Reumatik
C. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas

BAB III LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Intervensi Keperawatan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organisation (WHO) lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas. Secara global jumlah penduduk lansia adalah 11,7% dari seluruh penduduk
dunia dan angka tersebut diperkirakan naik menjadi 21% pada tahun 2050, angka tersebu akan terus
meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Usia harapan hidup pendduk dunia pada
tahun 2005-2010 adalah 68,7 tahun, pada tahun 2010-1015 70 tahun, dan pada tahun 2015-2020 71
tahun (World Populaion Prospects,2012).
Di Indonesia persentase penduduk lansia juga bertambah stiap tahunnya. Menurut data World
Populaion Prospects jumlah lansia pada tahun 2013 adalah 8,9% dari jumlah penduduk Indonesia,
persentase tersebut akan terus meningkat dan diperkirakan menjadi 21,4% pada tahun 2050.
Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan-
perubahan pada tubuh manusia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua
system muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan rematik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Yang Di Maksud Dengan Lansia?
2. Bagaimana Konsep Teori Tentang Penyakit Reumatik
3. Bagaimana Konsep Teori Tentang Keperawatan Komunitas
4. Bagaimana Tinjauan Kasus Tentang Askep Agregat Pada Lansia Dengan Reumatik?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tentang Lansia
2. Untuk Mengetahui Tentang Penyakit Reumatik
3. Untuk Mengetahui Tentang Keperawatan Komunitas
4. Untuk Mengetahui ASKEP Agregat Pada Lansia Dengan Reumatik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lansia
A. Pengertian Usia Lanjut
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupaka proses alamiah, yang berarti
seseorang telah meliputi tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis (H. Wahyudi Nugroho, 2013).
Usia lanjut adalah proses alami yang tidak dapat di hindari. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan yang berangsung-angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian (Darmojo, 2012).
Jadi menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Adapun beberapa teori mengenai proses menua yang bersifat individual :
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu factor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.

B. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO dalam (Maryam, 2008) klasifikasi lansia di golongkan menjadi 4 yaitu :
1. Usia pertengahan atau middleage yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun

2. Lanjut usia elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun


3. Lanjut usia tua old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun
4. Lanjut usia tua very old yaitu seseorang yang berusia diatas 90 tahun

C. Penyakit yang Sering Terjadi pada Lanjut Usia


Menurut Aspiani tahun (2014), ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses
menua, yaitu :
1. Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh
darah di otak, coroner dan ginjal.
2. Gangguan metabolisme hormonal, seperti : diabetes mellitus, klimakterium dan
ketidakseimbangan tiroid.
3. Gangguan pada persendian, seperti : osteoarthiritis, gout arthritis, ataupun penyakit kolagen
lainnya.
4. Berbagai macam neoplasma.

Dan menurut “Siti Bandiyah, 2009”, mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan pada
lanjut usia ada 9 macam, yaitu :
1. Sistem pernapasan
2. Sistem penglihatan
3. Kardiovaskuler
4. Sistem pengaturan tubuh
5. Musculoskeletal
6. Gastrointestinal
7. Genitalia urinaria
8. Endoktrin
9. Sistem intigumen
Timbulnya penyakit-penyakit tersebut dapat dipercepat atau diperberat oleh faktor-faktor
luar, misalnya : makaan, kebiasaan hidup yang salah, infeksi dan trauma (Yessi et al, 2013)

2.2 Konsep Dasar Teori Reumatik


A. Pengertia Reumatik
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada
daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adelia, 2011).
Reumatik dapat mengenai siapa saja yang rentan terkena penyakit reumatik. Hal itu tentu saja
tergantung pada jenis reumatik,umumnya penderita reumatik akan merasa nyeri pada sendi dan
tulang dan biasanya mulai terjadi pada usia pertengahan ( Junaidi, 2006 ). Reumatik dapat terjadi
pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat
dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Reumatik adalah salah satu penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat penyakit ini ada
yang menyerang sendi dan ada pula yang hanya menyerang jaringan disekitar sendi (Dalimartha,
2008).

B. Klasifikasi
Menurut (Adelia,2011) ada 2 jenis rematik yaitu rematik sendi dan rematik jaringan lunak.
1. Reumatik sendi adalah reumatik yang menyerang persendian, reumatik ini dibagi beberapa
macam namun yang paling sering dijumpai adalah :
a. Artritis rheumatoid
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman, 2000).
b. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyakit
yang belum diketahui namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis dan
lainnya. Penyebab penyakit ini belum diketahu pasti namun ada beberapa faktor
resiko yang berhubungan seperti usia yang lebih dari 40 tahun, jenis kelamin yaitu
dengan wanita yang lebih sering mengalami, suku bangsa, genetic, kegemukan atau
penyakit metabolik, pekerjaan, olah raga, cidera sendi, kepadatan tulang dan lain-lain
c. Atritis gout
Adalah penyakit yang berhubungan dengan asam urat darah. Penyakit ini disebabkan
karena Kristal monosodium urat dipersendian meningkat, obesitas, penyakit kulit,
kadar trigliserida yang tinggi, pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan
baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton yang meninggi dan akan
menyebabkan asam urat yang ikut meninggi.

2. Reumatik jaringan lunak menyerang jaringan lunak diluar sendi. Jenis yang sering ditemukan
adalah :
a. Fibrosis lebih sering ditemukan pada wanita usia lanjut, dan penyebabnya adalah
faktor kejiwaan.
b. Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri local ditempat
perlekatannya.
c. Tenositivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
d. Entesopati timbul akibat menggunakan lengan secara berlebihan , degenerasi dan
radang sendi.
e. Bursitis adalah peradangan bursa yang terjadi ditempat perlekatan tendon atau otot ke
tulang.
f. Nyeri punggung terdapat didaerah pinggang kebawah yang dapat menjalar sampai
kekaki.

C. Gejala
Gejala rematik Menurut Utami (2005). adalah :
1. Nyeri sendi
Merupakan keluhan utama pada rematik. nyeri sendi ada dua macam yaitu nyeri sendi
mekanis dan nyeri inflamasi (nyeri karena radang), nyeri mekanis biasanya timbul setelah
seseorang melakukan kegiatan atau aktifitas dan akan hilang setelah beristirahat, nyeri
inflamasi biasanya terjadi pada pagi hari ketika sesorang bangun tidur. Nyeri inflamasi
biasanya nyeri hebat ketika digerakan, biasanya nyeri akan menghilang setelah beberapa saat.
2. Kaku sendi
Gejala ini ditandai dengan sulitnya sendi digerakan, biasanya kaku sendi terjadi pada
pagi hari, pada umumnya terjadi pada sendi, seperti pinggul, tulang belakang dan lutut
3. Bengkak pada sendi
Sendi mengalami pembengkakan karena hipertropi tulang, yang disebabkan karena
penumpukan cairan disekitar sendi, kulit dipersendian bengkak kemerahan, nyeri, dan dapat
terjadi kelainan bentuk
4. Gangguan fungsi sendi
Karena sendi tidak dapat berfungsi secara normal, hal ini juga dapat terjadi karena
seseorang ingin menghilangkan rasa nyeri yang meradang dengan cara menekuk posisi
persendian tersebut.
5. Sendi tidak stabil
6. Sendi berbunyi
7. Gejala lain seperti berat badan menurun , rasa lelah dan lesu susah tidur, aktivitas suami istri
terganggu, dan gerakan menjadi lambat

D. Patofisiologi
Pada rematik reaksi autoimun terjadi dalam jaringan synovial, proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi, otot akan turut tertekan karena serabut otot
akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan
kontraksi otot (Smeltzer& Bare , 2002).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat
baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu :
pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi :
1. Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data demografi, vital
statistic, status kesehatan komunitas
2. Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas wilayah, dan
kondisi geografis
3. Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan kesehatan, fasilitas social (pasar, toko,
dan swalayan)
4. Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan, jumlah
pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut
usia.
5. Keamanan dan transportasi
6. Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur organisasi, kelompok
organisasi dalam komunitas, peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
7. Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi yang
digunakan dalam komunitas, cara penyebaran informasi
8. Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas pendidikan yang tersedia, dan
jenis bahasa yang digunakan
9. Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi

B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data;
1. Menetapkan kebutuhan komunitas
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respon komunitas
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

C. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan yang perlu
pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria penapisan, diantaranya:
1. Sesuai dengan perawat komunitas
2. Jumlah yang berisiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai dengan program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya orang
Masalah yang ditemukan dinilai dengan menggunakan skala pembobotan, yaitu : 1 = sangat
rendah, 2 = rendah, 3 = cukup, 4 = tinggi, 5 = sangat tinggi. Kemudian masalah kesehatan
diprioritaskan berdasarkan jumlah keseluruhan scoring tertinggi.

D. Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yaitu, Masalah (Problem) Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang terjadi.

E. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan


Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan
keperawatan meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan
kriteria hasil untuk mencapai tujuan. Tingkat Pencegahan Keperawatan Komunitas Pelayanan yang
diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada
pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum
terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum
dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan
baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik
yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang
paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan
gizi bayi dan balita.
2. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal dengan
mengobati secara tepat. Kegiatankegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikan
sebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
3. Pencegahan tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan stadium
dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal
berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang.

F. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan komunitas yang telah disusun.
Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :
1. Berdasarkan respon masyarakat.
2. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat. Meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara diri sendiri serta lingkungannya.
3. Bekerja sama dengan profesi lain.
4. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit.
5. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
6. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan.
G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut.
BAB III
TINJUAN KASUS

Skenario Kasus
Di RT 1 RW 7 kelurahan Waipan terdapat 150 penduduk lansia, jumlah laki-laki sebanyak 65 jiwa
dan perempuan sebanyak 85 jiwa. Berdasarkan hasil angket 30% lansia mengalami masalah
kesehatan reumatik. Dan berdasarkan hasil angket hanya 20% lansia yang melakukan pemanfaatan
fasilitas kesehatan serta puskesmas dari penduduk yang menderita reumatik

A. Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan data sub sistem.
1. Data Inti
a. Lokasi
1) Provinsi : Maluku
2) Kabupaten : Seram Bagian Barat
3) Kecamatan : Seram Barat
4) Kelurahan : Waipan
5) RT : 01
6) RW : 07
b. Demografi
Di kelurahan Waipan RT01/RW07 kecamatan Seram Barat memiliki jumlah
penduduk lansia sebanyak 20 jiwa, laki- laki sebanyak 12 jiwa dan perempuan
sebanyak 8 jiwa. Di skenario kasus ada 150, disini ada 20 jiw
c. Status Perkawinan
Status perkawinan lansia di kelurahan Waipan RT01/RW07 kecamatan Seram Barat
sudah Menikah semua, tetapi masih ada yang utuh dan ada juga yang tidak utuh
d. Nilai, kepercayaan dan agama
Mayoritas responden beragama islam yaitu 100 %.Berdasarkan survey terdapat masjid
untuk beribadah dan sebagian besar lansianya suka mengkitu pengajian rutinan di
masjid terdekat

2. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Berdasarkan hasil observasi kerbersihan lingkungan di kelurahan Waipan
RT01/RW07 kecamatan Seram Barat terjaga dengan baik. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kader di kelurahan Waipan RT01/RW07 kecamatan Seram Barat
jarang mengadakan kegiatan olahraga terhadap lansia.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial


Berdasarkan hasil wawancara bahwa pihak puskesmas atau pelayanan kesehatan
jarang memberikan edukasi tentang penyakit reumatik dan yang lainnya karna
jangkauan dari puskesmas sangat tidak terjangkau dan kurangnya tenaga kesahatan di
desa tersebut. Berdasarkan hasil angket 20% lansia yang melakukan pemanfaatan
fasilitas kesehatan serta puskesmas, jadi hanya sedikit yang memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk lansia
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil studi dokumen bahwa 85% penduduk lansia kebanyakan sudah
tidak bekerja dan hanya mengandalkan anak nya yang bekerja sebagai buruh pabrik.
Berdasarkan hasil angket 30% mengalami masalah kesehatan seperti Reumatik,
Osteoporosis karna pendapatannya tidak sesuai dengan kebutuhan.
4. Politik dan pemerintahan
Berdasarkan hasil wawancara kader bahwa mereka jarang mengkaji kesehatan pada
lansia. pada subsistem politik dan pemerintahan. Terdapat kader kesehatan namun
belum terlalu memahami tentang penyakit reumatik
5. Transportasi
Berdasarkan hasil wawancara jenis transportasi yang digunakan angkutan umum dan
kendaraan pribadi.
6. Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang
kesehatan melalui televisi.
7. Pendidikan
Berdasarkan hasil angket 75% tidak paham mengenai penyakit rematik dan akibat
yang ditimbulkannya. Berdasarkan hasil wawancara 20 orang mereka belum pernah
mendapatkan penyuluhan terkait Rematik. dan pendidikan terakhirnya adalah lulusan,
SLTP 8 orang, SLTA 12 orang.
8. Rekreasi
Berdasarkan hasil wawancara tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan lansia adalah
pergi ke Masjid Agung untuk bermain dengan cucu nya.

B. Analisa Data
No Data Masalah
1. 1. Berdasarkan hasil studi dokumen Defisiensi Kesehatanm
Berdasarkan hasil studi dokumen bahwa 85% penduduk Komunitas
lansia kebanyakan sudah tidak bekerja dan hanya
mengandalkan anak nya yang bekerja sebagai buruh
pabrik.

2. Berdasarkan hasil wawancara


a. Berdasarkan hasil wawancara bahwa pelayanan
kesehatan sulit dijangkau oleh masyarakat
b. Pihak puskesmas atau pelayanan kesehatan jarang
memberikan edukasi karena sulit menjangkau wilayah
c. Jumlah tenaga kesahatan yang tidak mencukupi,
sehingga sulit untuk melakukan kegiatan di luar gedung

3. Berdasarkan hasil angket


Berdasarkan hasil angket, hanya 20% lansia yang mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan serta puskesmas.
2. 1. Berdasarkan hasil wawancara Ketidak efektifan
a. Terdapat kader kesehatan namun belum terlalu pemeliharaan kesehatan
memahami tentang penyakit reumatik
b. Berdasarkan hasil wawancara kader bahwa mereka
jarang mengkaji kesehatan pada lansia

2. Berdasarkan hasil angket


a. 75% lansia tidak paham mengenai penyakit rematik dan
akibat yang ditimbulkannya.
b. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang lansia
mereka belum pernah mendapatkan penyuluhan terkait
Rematik
c. Pendidikan terakhir ke 20 lansia tersebut adalah SLTP 8
orang, SLTA 12 orang.

3. Berdasarkan hasil angket


Berdasarkan hasil angket 30% lansia mengalami masalah
kesehatan reumatik

C. Intervensi
ANALISA DATA DIAGNOSA NOC (HASIL) NIC (INTERVENSI)
KOMUNITAS
Berdasarkan hasil Defisiensi Kesehatan PREVENSI PRIMER PREVENSI PRIMER
studi dokumen : Komunitas di Kompetensi masyarakat - Pengembangan Program
Berdasarkan hasil kelurahan Pencegahan dan
studi dokumen bahwa Waipan : Penanganan Reumatik
85% penduduk lansia - Pelatihan kader mengenai
kebanyakan sudah :Deteksi dini penyakit
tidak bekerja dan Reumatik, Pentingnya
hanya mengandalkan hidup produktif saat usia
anak nya yang bekerja lanjut
sebagai buruh pabrik.

Berdasarkan hasil PREVENSI SEKUNDER


Wawancara : kontrol terhadap kelompok PREVENSI SEKUNDER
Berdasarkan hasil beresiko efektifitas Skrining Kesehatan
wawancara bahwa program masyarakat - Kader melakukan
pelayanan kesehatan Status kesehatan keluarga skrining kesehatan rutin
sulit dijangkau oleh terhadap lansia
masyarakat. - Dibentuknya
pusling/poskesdes
Pihak puskesmas atau - Pembentukan kelas
Pelayanan kesehatan lansia : terapi okupasi
Jarang memberikan - Pemasangan poster
edukasi karena sulit lansia dan rheumatic
menjangkau wilayah. - Pembentukan dan
pengaktifan
Jumlah tenaga TOGA/BATRA
kesahatan yang tidak - Kunj. rumah utk
mencukupi, sehingga memberikan informasi
sulit untuk melakukan ttg reumatik
kegiatan di luar PREVENSI TERSIER
gedung. Partisipasi tim kesehatan
PREVENSI TERSIER
dalam keluarga.
Berdasarkan hasil - Tindak lanjut melalui
Pengembangan sumber
angket : Telepon ‘membuat
yang ada di komunitas
Berdasarkan hasil group whatsapp “
angket, hanya 20% - Pencatatan insiden
lansia yang mampu - Pemasaran hasil okupasi
Memanfaatkan lansia untuk
fasilitas kesehatan meningkatkan nilai
serta puskesmas. ekonomi.
- Evaluasi keberhasilan
TOGA/BATRA
Berdasarkan hasil Ketidak efektifan PREVENSI PRIMER PREVENSI PRIMER
wawancara : pemeliharaan kesahatan - pengetahuan : perilaku - Lakukan penyuluhan
Terdapat kader di kelurahan Waipan sehat kesehatan tentang
kesehatan namun - pengetahuan : promosi reumatik kepada
belum terlalu kesehatan masyarakat dan lansia
memahami tentang - pengetahuan : gaya hidup
penyakit reumatik. sehat

Berdasarkan hasil
wawancara kader PREVENSI SEKUNDER PREVENSI SEKUNDER
bahwa mereka jarang - Perilaku promosi - Pelatihan kadertentang
Mengkaji kesehatan kesehatan lansia dan rheumatic
pada lansia
- Partisipasi dalam - Seminar mengenai
Berdasarkan hasil pengambilan keputusan lansia dan
angket : perawatan kesehatan permasalahannya
75% lansia tidak bersama warga dan para
paham mengenai tenaga sipil
Penyakit rematik dan pemerintahan
akibat yang
ditimbulkannya.
PREVENSI TERSIER PREVENSI TERSIER
Berdasarkan hasil
Pengembangan sumber - Pencatatan insiden
Wawancara terhadap
yang ada di komunitas - Meningkatkan dukungan
20 orang lansia
mereka belum pernah pemerintahan
Mendapatkan
penyuluhan terkait
Rematik Pendidikan
terakhir ke 20 lansia
tersebut adalah SLTP
8 orang, SLTA 12
orang

Berdasarkan hasil
angket :
Berdasarkan hasil
angket 30% lansia
mengalami masalah
kesehatan reumatik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah proses alami yang tidak dapat di hindari. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan yang berangsung-angsur mengakibatkan perubahan yag komulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian (Darmojo, 2012).
Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan promosi kesehatan dan
melindungi kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan ilmu keperawatan, ilmu sosial
dan ilmu kesehatan masyarakat yang berfokus pada tindakan promotif dan pencegahan penyakit
Pemberian asuhan keerawatan komunitas pada kelompok lansia perlu dilakukan untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan lanjut usia dimana pada lanjut usia akan terjadi perubahan baik secara
fisik maupun psikologis.

B. Saran
Perawat perlu mempelajari asuhan keperawatan komunitas baik pada lansia, anak, ibu hamil,
maupun keompok lainnya. Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai