PERSOALAN DUAL
Pada bab ini dibahas persoalan rangkap atau dual dari sebarang program linear. Memahami
hubungan antara program linear dengan dual-nya serta penafsirannya sangat penting dalam
memahami topik – topik lanjut dari program linear dan nonlinear. Juga hubungan ini sangat
penting karena dapat memberikan interpretasi ekonomi yang menarik. Konsep dualitas
mempunyai keterkaitan dengan analisa sensitivitas atau analisa setelah solusi optimal
diperoleh atau analisa pasca optimalitas (post optimality analysis). Analisa sensitivitas
memungkinkan untuk melakukan alternatif lain dalam pengambilan keputusan tanpa
mengganggu keadaan optimalitas.
Kendala dalam bentuk persamaan sudah memuat variabel slack dan surplus. Dalam bentuk
notasi sigma ditulis
Untuk maksud pembentukan dual, secara skematis koefisien primal disusun seperti
tampak pada Tabel 5.1. Diagram tersebut menunjukkan bahwa dual diperoleh secara simetris
dari primal berdasarkan aturan berikut:
1. Untuk masing – masing kendala primal terdapat sebuah variabel dual.
2. Untuk masing – masing kendala dual terdapat sebuah variabel primal.
3. Koefisien kendala dari sebuah variabel
Variabel primal membentuk koefisien ruas kiri dari
primal
kendala dual yang berkorespondensi; dan koefisien fungsi tujuan dari variabel
yang sama menjadi ruas kanan kendala dual tersebut.
Tabel 5.1
Ruas kanan
kendala dual
x1 x2 xj xn
Aturan ini menunjukkan bahwa persoalan dual akan memilki m variabel (y1, y1, , ym) dan n
kendala (yang berkorespondensi dengan x1, x2, , xn).
kendala x1 + 2x2 ≤ 6
2x1 + x2 ≤ 8
x1 + x2 ≤ 1
x2 ≤ 2
x1 , x2 ≥ 0
min z b T y
kendala A T y c
y0
(P)
(D)
Sekarang, apakah dual dari dual? Untuk menjawab pertanyaan ini, pandang persoalan (D)
sebagai primal.
Dari proses di atas, lihat persoalan maks yang terakhir, tampak bahwa dual dari dual adalah
primal.
Contoh 5.1 Pandang kembali bentuk dual persoalan PT Pelangi dan tulis kembali dalam
bentuk dan pertimbangkan sebagai persoalan primal.
Dengan w sebagai variabel dual, persoalan dual dari program linear ini adalah
Tampak bahwa bentuk maks yang terakhir tiada lain adalah bentuk primal dari persoalan PT
Pelangi.
, atau
Bukti formal dari pernyataan di atas diberikan sebagai berikut: Misalkan primal
adalah
yang berukuran 2m×1, maka bentuk yang terakhir dapat ditulis menjadi
atau
atau
atau
Hasil dari keseluruhan pembahasan di atas diringkas dalam Tabel 5.2. Untuk hasil
nomor 3 dalam Tabel 5.2, diserahkan kepada pembaca untuk membuktikannya. Untuk
memudahkan pembaca, gunakan saja pasangan primal – dual nomor 1 untuk merubah bentuk
primal ke bentuk dual dari sebarang program linear.
2. 2.
3. 3.
Solusi Untuk memudahkan penggunaan sifat – sifat yang telah diperoleh pada Tabel 5.2,
terlebih dahulu ubah bentuk program linear di atas menjadi bentuk primal yang ada pada tabel
tersebut, yaitu
8x1+9x2-10x3 <=11
-8x1-9x2+10x3<=-11
Min z=7y1+11y2-11y3-15y4
Kendala 4y1+8y2_8y3_12y4>=1
5y1+9y2-9y3+13y4>=2
-6y1-10y2+10y3>=-3
-14y4>=1
Mis y2-y3=y
Min z=7y1+11y-15y4
Kendala 4y1+8y-12y4>=1
Kemudian perhatikan korespondensi antara kendala (variabel) primal (dual) dengan variabel
(kendala) dual (primal). Maka dual dari persoalan primal ini adalah
Sifat no.3
Solusi
Cara 1: Ubah fungsi tujuan menjadi persoalan maksimisasi, dan tanda kendala ketiga
menjadi “≤”.
Dualnya adalah
Cara 2: Pandang persoalan minimisasi sebagai primal dan lakukan penyesuaian pada
kendala; yaitu, ganti kendala pertama menjadi “≥”.
Dualnya adalah
Bukti Pertimbangkan x0 sebagaimana di atas, maka dengan sifat – sifat perkalian matriks
diperoleh (pembaca diminta untuk menelaahnya)
(5.1)
(5.2)
▄
Contoh 5.5 Perhatikan program linear berikut:
Solusi dengan grafik seperti yang terlihat pada Gambar 5.1 menunjukkan bahwa program
linear ini memilki daerah fisibel takterbatas dan solusi optimalnya juga takterbatas.
Gambar 5. 1
Sekarang, perhatikan dual dari program linear di atas.
62
Grafik dari dual di atas dapat dilihat pada Gambar 5.2. Pada gambar terlihat bahwa dual dari
program linear tersebut takfisibel.
Gambar 5. 2
Akibat 5.2 Jika persoalan primal (dual) mempunyai solusi optimal takterbatas, maka dual
(primal)-nya takfisibel atau tidak memiliki daerah solusi (bukti formal diserahkan kepada
pembaca).
Apakah berlaku sebaliknya; yaitu, jika primal takfisibel maka dualnya takterbatas?
Untuk menjawab pertanyaan ini, perhatikan Contoh 5.6.
Min z’=-y1-4y2
Kendala 2y1-2y2>=3
-2y1+2y2>=2
63
Y1,y2>=0
Grafik dari program linear di atas dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5. 3
Dari Gambar 5.3 terlihat bahwa program linear di atas tidak memiliki daerah solusi atau
takfisibel. Sekarang, pandang dual dari program linear tersebut, yaitu
Kendala pertama dan kedua dari persoalan dual di atas memperlihatkan bahwa persoalan dual
juga tidak mempunyai daerah solusi; dengan kata lain persoalan dual di atas takfisibel. Jadi,
jika primal takfisibel maka dualnya juga takfisibel (bukti formal diserahkan kepada pembaca).
Bukti Anggaplah x1 sebarang solusi fisibel (tidak harus optimal) dari primal. Lalu, dari hasil
sebelumnya diketahui bahwa
64
Seterusnya, anggaplah y1 sebarang solusi fisibel (tidak harus optimal) dari dual, maka
Bukti Akan dibuktikan bagian (a), bukti bagian (b) diserahkan kepada pembaca.
Sebagaimana yang telah diperoleh sebelumnya, pasangan primal dan dual adalah sebagai
berikut:
Primal Dual
dengan
, , , , .
Dengan mengalikan kedua ruas persamaan di atas dengan yT dari kiri, diperoleh
65
atau
.
Disini karena masing – masing suku taknegatif, maka setiap suku bernilai nol, yaitu
Min z’=8y1+18y2
Kendala y1+3y2>=2
2y1+4y2>=1
Y1,y2>=0
Solusi optimalnya adalah x1 = 6, x2 = 0, dan z = 12. Dual dari program linear ini adalah
66
Perhatikan kembali tabel simpleks versi matriks yang telah dibahas pada Subbab 4.2,
yaitu:
0 z 1
Sebarang
1–m xB 0
Pada tabel simplex, primal adalah vektor baris sedangkan dual adalah vektor kolom. Secara
lebih khusus, perhatikan kembali dual dan tabel optimal PT Pelangi. Nilai variabel dual
optimal y1, y2, y3, dan y4 masing – masing berkorespondensi dengan nilai s1, s2, s3, dan s4, yaitu
y1 = , y2 = , y3 = 0, y4 = 0 dan = 6( ) + 8( ) +1(0) +1(0) = = z. Pembaca
dapat mencari nilai variabel dual optimal PT Pelangi dengan menggunakan complementary
slackness dan dualitas berdasarkan Tabel 5.3. Lihat soal latihan no.7 pada akhir bab ini.
z 1 0 0 0 0 12
x2 0 0 1 – 0 0
Optimal x1 0 1 0 – 0 0
s3 0 0 0 –1 1 1 0 3
s4 0 0 0 – 0 1
Ketika menggunakan metode simplex untuk menyelesaikan suatu persoalan maks (pandang
sebagai persoalan primal), bermula dengan suatu solusi fisibel primal (karena setiap kendala
pada tabel awal mempunyai ruas kanan taknegatif). Karena sekurang – kurangnya satu
variabel pada Baris 0 mempunyai koefisien negatif, maka solusi primal awal bukan fisibel
dual. Melalui serangkaian iterasi simplex, fisibilitas primal dipertahankan dan diperoleh
solusi optimal bila fisibilitas dual (Baris 0 taknegatif) dicapai. Dalam banyak keadaan, adalah
lebih mudah untuk menyelesaikan suatu program linear bermula dengan suatu tabel yang
setiap variabel pada Baris 0 mempunyai koefisien taknegatif (jadi tabel adalah fisibel dual)
dan sekurang – kurangnya satu kendala memilki ruas kanan negatif (jadi tabel adalah
takfisibel primal). Metode simplex dual mempertahankan Baris 0 taknegatif (fisibel dual) dan
akhirnya memperoleh suatu tabel yang setiap ruas kanannya taknegatif (fisibel primal). Pada
keadaan ini, solusi optimal telah diperoleh. Karena teknik ini mempertahankan fisibilitas dual,
metode ini dinamakan metode simplex dual.
Metode simplex dual dapat dipakai (untuk persoalan maks) bilamana terdapat suatu
solusi dasar yang setiap variabelnya memiliki koefisien taknegatif pada baris 0.
Tabel 5.4
No.
VD z x1 x2 x3 x4 x5 RK
Iterasi
z 1 1 2 0 0 0 0
0 x4 0 –1 2 –1 1 0 –4
x5 0 –2 –1 1 0 1 –6
Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kriteria optimalitas sudah dipenuhi, tetapi persoalan ini
takfisibel, karena ruas kanan negatif. Untuk itu gunakan metode simplex dual.
Sementara tinggalkan dulu Contoh 5.8 dan simak langkah – langkah metode simplex
dual untuk persoalan maksimisasi berikut:
Langkah 5 Dapatkan kolom pivot: Bentuk rasio Baris 0 dengan baris pivot negatif.
Pilih rasio yang terbesar (pilih sebarang jika lebih dari satu). Ini
menentukan kolom pivot
Langkah 6 Bentuk tabel baru dengan pivoting (melakukan iterasi) dan kembali ke
Langkah 2.
Kembali ke Contoh 5.8, iterasi simplex dual mulai dari tabel awal sampai tabel
optimal dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5
No.
VD z x1 x2 x3 x4 x5 RK
Iterasi
z 1 1 2 0 0 0 0
0 x4 0 –1 2 –1 1 0 –4
x5 0 –2 –1 1 0 1 –6
Rasio
z 1 0 0 –3
1 x4 0 0 – 1 – –1
–
x1 0 1 0 – 3
Rasio
z 1 0 0 –
2 53
(Optimal)
x3 0 0 1
x1 0 1 13 0 13 13
Soal – Soal Latihan
69
REFERENSI TERPILIH
Hillier, F. S. & G. J. Lieberman. 1990. Introduction to Mathematical Programming. McGraw-
Hill, New York.
71