MODUL 11
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menguraikan dan menjelaskan kembali konsep dasar diagnostik kesulitan
belajar dan pengajaran remedial
2. Menerapkan konsep dasar diagnostik kesulitan belajar dan pengajaran
remedial
3. Menganalisa konsep dasar diagnostik kesulitan belajar dan pengajaran
remedial
C. MATERI PEMBELAJARAN
Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
Pengertian Diagnosis berarti kefasihan dalam membedakan penyakit yang
satu dengan yang lain atau penentuan penyakit dengan menggunakan ilmu”.
Dilihat dari akar katanya, diagnosa atau diagnosis berasal dari kata Yunani atau
Greek “dia “dan “gigno skein” yang berarti mengetahui. “Gnosis” berarti
pengetahuan/ pengenalan/ ilmu” (Busono, 1988: 1).
Menurut Thorndike dan Hagen (1995:530-532), diagnosis dapat diartikan
sebagai berikut:
a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,
disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas
gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Dan dalam kaitannya dengan Bimbingan dan Konseling, Bruce
Shertzer dan Shelley C. Stone ( 1980 : 310 ) dan Hansel ea.al (1977 : 371 )
mengemukakan bahwa “Diagnosis merupakan upaya untuk mengenal dan
memahami klien sehingga upaya –upaya yang dilakukan selanjutnya dalam
pelaksanaan konseling dapat lebih terarah”.
Dari ketiga definisi di atas, diagnosis bukan hanya sekedar mengidetifikasi
jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit
tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan
(predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Sedangkan pengertian kesulitan belajar adalah suatu kejadian yang dialami
siswa saat proses pembelajaran itu berlangsung. Penurunan kinerja akademik dan
prestasi belajar di sekolah merupakan contoh yang dapat terlihat dari siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Selain itu juga dapat terlihat dari perilaku yang
ditujukan oleh siswa. (Syah Muhibbin, 2008:184) Pada umumnya, “kesulitan
belajar” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga
memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya.
Prayitno, dalam buku Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling (Dari “Pola
Tidak Jelas ke Pola Tujuh Belas”) Materi Layanan Pembelajaran, Depdikbud
(1995/1996:1-2) menjelaskan: Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hambatan-
hambatan tersebut mungkin dirasakan atau mungkin tidak dirasakan oleh siswa
yang bersangkutan. Jenis hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan
fisiologis dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
Menurut Burton (1952 : 622-624) mengidentifikasi seorang siswa dapat
dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan
menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.
Kegagalan belajar didefinisikan sebagai berikut :
1) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mecapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat
penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu. Kasus siswa semacam ini
dapat digolongkan ke dalam lower group.
2) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan
atau mencapai prestasi yang semestinya. Ia diramalkan akan dapat
mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai
dengan kemampuannya. Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan ke
dalam under archievers.
3) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan
tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan
pola organismiknya pada fase perkembangan tertentu. Kasus siswa
semacam ini dapat digolongkan ke dalam slow learners.
4) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai
tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada
tingkat pelajaran berikutnya. Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan ke
dalam slow learners atau belum matang sehingga mungkin harus mengulang.
Dari empat defenisi diatas disimpulkan bahwa seorang peserta didik dapat
mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai
taraf kualifikasi belajar tertentu. Melalui adanya diagnostik terhadap permasalahan
siswa terutama yang berkaitan dengan proses belajar siswa di lingkungan
pendidikan, maka seorang pendidik ataupun pihak-pihak yang bersangkutan
dengan siswa yang mengalami kegagalan tersebut, dapat mengupayakan adanya
pemberian bantuan berupa layanan bimbingan kepada siswa tersebut agar dapat
mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapinya sehingga siswa dapat
mencapai hasil yang diharapkan serta dapat mencapai tugas perkembangannya
dengan baik.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Berpikir reflektif tentang materi modul 11
2. Mengerjakan lembaran kerja, materi modul 11 dalam gambar secara
kelompok
3. Menempelkan hasil kerja kelompok
4. Melakukan windows shopping
E. EVALUASI
1. Jelaskan Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar
2. Sebutkan Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
3. Jelaskan dan sebutkan Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Peserta
Didik
4. Apa saja Ciri-Ciri Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar
5. Jelaskan Pengertian Pengajaran Remedial
6. Jelakan dan sebutkan Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial
7. Mengapa diperlukan Metode dalam Pengajaran Remedial
8. Apa sajakah Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
9. Jelaskan dan sebutkan Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran
Remedial
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:
RINEKA CIPTA, 2003.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006.
Bahri Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakara: Rineka Cipta, 2002.
Mudzakir, Ahmad, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pusaka Setia, 1997.
Learning Assistance Program for Islamic Scools Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Psikologi Belajar, 2009.
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar.(Jakarta: PT Rineka Cipta,2004)
hlm. 182