Anda di halaman 1dari 14

MATERI 1

DASAR ANALISIS SPASIAL

 PENGERTIAN
 Analisis spasial adalah suatu inferensi visual dalam bentuk peta yang
merupakan gabungan dari data spasial dan data atribut.
 Konsep dasar dari analisis spasial adalah “kewilayahan” dan aspek lokasional
(space & location)
 Istilah – istilah lain→ Medical geography, Spatial Epidemiology, Health
Geography
 DEFINISI DAN KONSEP ANALISIS SPASIAL
Fakta : berbeda lokasi di muka bumi berkaitan terhadap perbedaan profil lokasi
seperti physical, biological, environmental, economic, social, cultural, yang jelas
memberikan pengaruh terhadap masalah kesehatan, penyakit serta pelayanan
kesehatan.
 Profil wilayah ini serta hubungannya terhadap kondisi dan masalah kesehatan
juga berubah seiring dengan berjalannya waktu
 → Konsep Spatial dan Temporal Epidemiology.
 Sejarah dan Perkembangan
Konsep bahwa lokasi mempengaruhi kesehatan → Abad ke 3 SM oleh Hippocrates,
beliau mengamati bahwa penyakit-penyakit tertentu hanya terjadi di lokasi tertentu
saja, dan tidak di tempat lain.
 1854 di Outbreak / Wabah Kolera di London menjadi tonggak sejarah
berkembangnya GIS dan analisis spasial, yang di motori oleh Dr. John Snow ▪
Beliau memetakan setiap penderita dan kematian karena kolera dimana
Outbreak terjadi
 Kejadian Kolera saat itu terpusat (clustered) di sekitar pompa air Broad Street
milik Southwark and Vauxhall Water Company
 Rekomendasi Beliau → Melepas handle pompa → Menghentikan transmisi.
 Dengan menggunakan peta untuk mengamati dan menganalisis lokasi
geografis dari kasus kolera terhadap letak lokasi objek lain (pompa air dan
kuburan tempat penderita yang meninggal akbiat kolera)→ spatial analysis.
 Potensial Implementasi GIS dan Analisis Spasial Bidang Kesmasyarakat Yaitu •
Communicable Disease Control • Environmental Health Research, Planning and
Operations • Nutrition and Physical Activity • Child and Youth Health • Health
Promotion • Chronic Disease Prevention • Alcohol, Tobacco and Other Drugs Service
(ATODS) provision • Injury • Mental Health • Vector Control •
Communication/Public Engagement • Public Health Service Planning • Etc
 Kluster Penyakit (Disease Clustering)
 Definisi Kluster Penyakit : Kluster penyakit merupakan pengelompokkan
spasial atau space-time suatu penyakit yang signifikan secara statistik.
 Clustered → Pola penyebaran secara global / umum
 Clustering → Pola penyebaran mengikuti faktor lain (faktor
risiko/determinan)
 Pada awalnya mendeteksi kluster sangat sulit, dengan adanya teknologi
informasi serta aplikasi GIS maka semakin mudah mendeteksi pola
penyebaran pnyakit.
 Metode Deteksi Cluster Penyakit
 Metode Deteksi Kluster terbagi menjadi dua :
1. Global Detection test → Mendeteksi pola penyebaran penyakit dan
mendeteksi ada tidaknya kluster terjadi di dari seluruh wilayah
penelitian tanpa menetukan letak lokasi kluster terjadi.
2. Local Detection test → Mendeteksi pola pennyebaran penyakit, ada
tidaknya terjadi kluster serta menentukan dimana (dan kapan) lokasi
kluster terjadi (mendeteksi hotspot)
 Deteksi kluster bisa dilakukan untuk data spasial berbentuk point ataupun
polygon (aggregate area)
MATERI 2

Pemodelan Spasial Pada SIG


 Pendahuluan
 Bentang lahan dengan berbagai prosesnya adalah fenomena yang sangat kompleks
Satu bentang lahan akan memiliki variabilitas pada penyusun bentang lahan
tersebut.
Kompleksitas bentang lahan tersebut meliputi keragaman komponen biologi dan
fisik yang saling berinteraksi antar ruang dan waktu (Watkins dan Freeman,
2008).
 Interaksi tersebut membentuk sebuah sistem yang sering disebut sebagai suatu
sistem lingkungan.
 Masing-masing dari unsur pembentuk lingkungan akan saling memberikan
pengaruh satu sama lain dalam perputaran sistem lingkungan tersebut.
 Kompleksitas sistem lingkungan dapat dilihat dari karakteristiknya seperti
dijelaskan oleh Letcher dan Jakeman (2009). Karakteristik sistem lingkungan
dicirikan oleh beberapa hal yaitu :
a. ketergantungannya terhadap interaksi tidak linear yang kompleks dengan
sistem-sistem yang lain, variabel penyusun sistem lingkungan pada umumnya
adalah sangat heterogen,
b. karakteristik dari komponen sistem lingkungan sering tidak selaras dalam
skala spasial dan temporal, dan
c. terdapatnya beberapa sistem lingkungan yang tidak dapat atau sulit diakses,
sebagai contoh adalah sistem sungai bawah tanah.
 Teknik geostatistik adalah salah satu bentuk pemodelan spasial yang banyak
dilakukan dalam pemodelan spasial menggunakan SIG (Liebhold dkk, 1993; Thonon
dan Pose, 2001; Gharbia dkk, 2016).
 Metode lain adalah dengan memadukan SIGdan teknik statistik multivariat..
 Geostatistik adalah statistik terapan yang ditujukan untuk memperkirakan
nilai-nilai pada seluruh wilayah dan menjelaskan berbagai pola spasial dengan
mendasarkan pada nilai sampel yang ada (Liebhold dkk. 1993; Hengl, 1997).
 Perkiraan nilai pada seluruh wilayah ini disebut sebagai perkiraan spasial
(spatial prediction).
 Metode-metode lain adalah dengan membangun model melalui analisis
multivariat.
 Sebagai contoh adalah dengan menggunakan teknik regresi logistik dan
selanjutnya mengaplikasikan model tersebut pada SIG.
 Taylor dan Karlin (1998) menjelaskan beberapa komponen penting dalam pemodelan.
Komponen pemodelan spasial tersebut terdiri :
1. fenomena alamiah yang dikaji,
2. sistem logika untuk deduksi fenomena tersebut,
3. alur keterkaitan antara fenomena alamiah yang dikaji dengan sistem logika yang
dibangun dalam model.
 Aral (2010) menyebutkan tujuan lain dari pembangunan model secara umum adalah
untuk mensimulasi karakter lingkungan yang dimodelkan tersebut.
Uraian lebih lanjut menjelaskan tentang tujuan yang lebih detil dari pembangunan
model, yaitu :
 sebagai pengembangan ilmu pengetahuan terkait pemodelan itu sendiri;
 digunakan untuk mengkarakterisasi area yang diteliti seperti dalam kajian
kebumian;
 digunakan untuk merekonstruksi fenomena masa lalu dan
untuk memperkirakan kondisi yang akan datang;
 digunakan sebagai satu prediktor dalam sebuah perencanaan induk yang lebih
besar;
 digunakan untuk membantu pengambilan keputusan secara teknis.
 Konsep pemodelan spasial oleh Brown (2005) dibagi menjadi dua yaitu
 model data spasial (spatial data model) dan
 model proses spasial (spatial process model).
Model tersebut didasarkan pada karakter fitur alamiah dan proses-proses yang terjadi
dalam sistem lingkungan.
 Terdapat dua sudut padang pada model data spasial, yaitu ;
 sudut pandang lapangan (field view) dan
 sudut pandang objek (object view).
 sudut pandang lapangan (field view)
o melihat data spasial sebagai variabel-variabel geografis yang yang tersebar
bervariasi secara kontinyu.
o Model membagi fitur alamiah secara diskret dan merentangkannya dalam satu
interval tertentu.
o Model data spasial ini memiliki bentuk raster.
o Contoh dari model data spasial ini adalah data penginderaan jauh seperti citra
satelit dan foto udara digital.
 Sudut pandang objek (object view).
o Sudut pandang obyek berfokus pada entitas diskret yang memiliki informasi
lokasi yang diwujudkan dalam fitur spasial seperti titik, garis, dan poligon.
o Perwujudan dari model data spasial ini adalah dalam bentuk data vektor.
 TOKSONOMI MODEL
 Model proses spasial berfokus pada perubahan karakter obyek dan
perpindahannya secara spasial
 Skidmore (2002) menguraikan klasifikasi model berdasar pada cara karakteristik
penalaran dan metode prosesnya.
 Klasifikasi model berdasar pada karakteristik penalarannya dikenal adanya model
induktif dan model deduktif.
 Model induktif dan deduktif ditunjukkan dalam logika pengambilan
kesimpulannya.
 Model induktif mengacu pada data-data parsial yang selanjutnya diaplikasikan
kepada seluruh populasi yang ada,
 sementara itu model deduktif mengacu dari kebenaran-kebenaran umum yang
selanjutnya diaplikasikan kepada satu fenomena yang spesifik.
 Klasifikasi model
 deterministik dan
 stokastik
Model deterministik dan stokastik dalam aplikasinya dapat menggunakan pendekatan
induktif, deduktif, ataupun campuran dari kedua pendekatan tersebut.
 Deterministik
 Taylor dan Karlin (1998) menyatakan bahwa model deterministik
memperkirakan hasil outcome dari serangkaian variabel tertentu.
 Model deterministik oleh Essink (2000) disebut sebagai model yang
dihasilkan oleh keterkaitan sebab-akibat

 Stokastik
 Model stokastik memperkirakan beberapa kemungkinan hasil outcome dari
nilai kemungkinannya atas suatu nilai variabel
 Model berbasis pengetahuan
 Model berbasis pengetahuan menggunakan berbagai hukum untuk membentuk
model keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas dalam sistem
lingkungan.
 Bousquet dkk (1999) menyebut model ini sebagai cognitive model dan mendesain
sebuah model untuk merepresentasikan dinamika ekologis dan sosial yang
dinamakan dengan multi-agent modelling.
 Desain model ini terdiri atas tahap konstruksi, restitusi, dan simulasi.
 Tahap Model berbasis pengetahuan
1. Tahap pertama bertujuan menyusun pengetahuan awal tentang pokok
permasalahan yang akan dimodelkan hingga alternatif penyelesaiannya
melalui berbagai kajian dan literatur.
2. Tahap kedua merupakan tahap pengujian dan validasi. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan hasil proses dari model dengan berbagai fakta dan
hukum yang ada dan diyakini kebenarannya
3. Tahap simulasi dilakukan dengan mencobakan model dengan beberapa
skenario yang telah dirancangkan dalam model tersebut.
 Model MATEMATIS
 Model matematis adalah satu bentuk model empiris yang banyak digunakan dalam
pemodelan sistem air tanah melalui SIG.
 Model matematis dalam pemodelan sistem air tanah pada umumnya terkait
dengan masalah pengaliran air tanah dan masalah pengangkutan bahan terlarut
dalam air tanah tersebut.
 Tahapan pembentukan model matematis
 Persiapan
 Penyusunan model dan kalibrasi
 Validasi

 Aplikasi model
 Persiapan
Tahap persiapan terdiri atas penetapan tujuan pembentukan model, pemahaman
permasalahan yang akan dimodelkan, dan evaluasi terhadap model-model sejenis
yang telah ada.
 Penyusunan model dan kalibrasi
Tahap penyusunan model terdiri atas penetapan cakupan model, penetapan
batasan model, penetapan area yang dimodelkan, dan penetapan parameter model.
Tahap kalibrasi dilakukan untuk mendapatkan tetapan nilai dari parameter yang
digunakan dalam model.
 Validasi
Validasi adalah tahap pembandingan hasil model dengan hasil amatan independen
atau dari lapangan (Holzbecker dan Sorek, 2005). Validasi ini dimakudkan untuk
mendapatkan keyakinan bahwa model yang dibangun dapat menggambarkan
proses atau sistem yang dimodelkan.
 Aplikasi model
Model diaplikasikan apabila model memiliki tingkat validasi yang dapat diterima
dan dianggap dapat mewakili proses dan sistem yang dimodelkan tersebut.

MATERI 3

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

 PENGERTIAN
Merupakan serangkaian sistem perangkat keras dan lunak komputer yang memiliki
fungsi-fungsi untuk perolehan dan verifikasi, kompilasi, penyimpanan, pembaruan
dan perubahan, pengelolaan dan peralihan, manipulasi, perolehan ulang dan
penampilan, analisis dan kombinasi atas data geografis
 Data pada Sistem Informasi Geografis
A. Data Spasial O'Brien (1992) menjelaskan bahwa data spasial adalah data yang
memiliki referensi geografis. Data spasial ini merupakan penyederhanaan dan
representasi dari dunia nyata yang diwujudkan dalam objek-objek kartografis,
dimana objek ditunjukkan dalam bentuk, ukuran, warna, dan skala yang berbeda
sesuai dengan keperluan dan tujuannya (Bernhardsen, 1992; DeMers, 1997).
 Data spasial mencakup dua komponen yaitu
1. komponen spasial
2. komponen tematik
 Komponen spasial memberikan keterangan tentang lokasi dari keberadaan
data tersebut. Terdapat dua bentuk dari aspek komponen spasial ini yaitu
a. lokasi absolut : merupakan lokasi yang mendasarkan pada posisi
koordinat tertentu dalam sebuah sistem proyeksi
b. lokasi relatif : menunjuk suatu lokasi berbanding pada suatu lokasi data
lainnya
 Komponen tematik merujuk pada jenis informasi yang terkandung pada data
spasial. Data ini dapat berbentuk simbolik, kuantitatif ataupun sebagai data
deskribtif dan terrekam sebagai data atribut. Komponen tematik memunculkan
informasi tematik yang dimunculkan atas sebuah peta dasar.
 Penjelasan lain tentang data spasial diperoleh dari Liu dan Mason (2009). Data
spasial dicirikan oleh empat hal yaitu :
1. dibentuk oleh keterkaitan yang nyata antara objek geometris dengan
atribut yang menjelaskan objek tersebut;
2. data spasial memiliki georeferensi yang nyata di muka bumi
3. data spasial terkategori dan direpresentasikan sebagai objek titik, garis atau
area, sesuai dengan karakter dasar dari objek tersebut dalam dunia nyata
4. data dikelola menjadi peta-peta tematik sesuai dengan jenis fiturnya dalam
dunia nyata. Sejalan dengan karakteristik terakhir tersebut, data spasial
yang memuat informasi tertentu yang sering disebut sebagai peta tematik.
B. Bentuk Data Spasial
Data spasial sering diwujudkan dalam dua bentuk yaitu:
1. Data digital : dihasilkan atas suatu proses digital menggunakan perangkat
komputer
2. Data analog : dihasilkan dari proses manual ataupun cetak dari data
digital.
 Data digital dan analog memiliki karakteristik yang berbeda.
o Perbedaan karakteristik ini mencakup bentuk dan ukuran data.
o Karakteristik data ini memberikan pengaruh terhadap cara pengelolaan
dan pengolahannya dalam aplikasi.
o Data analog pada umumnya memerlukan metode-metode manual,
o sementara data digital memerlukan metode terotomasi berbantuan
komputer.
o Data digital pada saat ini lebih banyak dimanfaatkan dalam berbagai
aplikasi.
 Sistem Informasi Geografis (SIG) akan mengolah dan memvisualisasikan data spasial
dalam bentuk
1. struktur data raster atau
2. vector
 Struktur data raster adalah satu bentuk data diskrit. Informasi yang tersimpan
pada data tipe raster ini akan menjadi data yang bersifat diskret.
 Data diskret tersebut dapat diklasifikasi sehingga dapat dihasilkan data
kualitatif yang bersifat kontiyu. Analisis terhadap data raster dapat dilakukan
melalui berbagai algoritma terotomasi sehingga dapat dilakukan dengan cepat
dan obyektif
 Format penyimpanan data raster penginderaan jauh ini berupa
 band interleaved by line (.bil),
 band interleaved by pixel (.bip),
 band sequential (.bsq).
 Perkembangan teknik kompresi data raster selanjutnya yang digunakan adalah
JPEG, TIFF, MrSID, ECW dan lain-lain (Liu dan Mason, 2009).
 Data vektor menyimpan bentuk geometris dan lokasi objek dalam bentuk
vektor dan tabel atribut.
 Data tipe vektor terdiri dari titik dan garis atau lengkungan (arc) yang dalam
penggambarannya, fitur objek data vektor diwujudkan dalam bentuk:
 titik (point),
 garis (line) dan poligon (polygon).
 Perwujudan bentuk ini terkait dengan karakteristik objek atau fenomena yang
digambarkan dan skala penggambarannya.
C. Input Data Spasial Berapa jenis data yang dapat digunakan dalam SIG secara
umum menurut Bernhardsen (1992) adalah:
a. data digital dalam berbagai bentuk seperti data vektor, raster, basisdata,
tabel spreadsheet, data satelit dan lain-lain
b. gambar non digital seperti peta tercetak, foto udara, sketsa dan lain-lain
c. Dokumen konvensional dan file
d. laporan ilmiah dan kompilasinya e. hasil pengukuran survey seperti tabel
koordinat atau unit lainnya
 Beberapa metode input data dalam SIG adalah :
1. digitasi peta eksisting melalui digitizer atau onscreen digitizing.
2. penyiaman atau scanning
3. entri manual dari tabel hasil pengukuran dan tabel koordinat
4. transfer data digital

MATERI 4

OPERASI SPASIAL DALAM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

 Operasi spasial merupakan satu kekuatan yang dimiliki oleh SIG.


 Pengambilan kesimpulan atas suatu analisis spasial didasarkan pada operasi-operasi
spasial ini  Operasi spasial mencakup proses-proses spasial sederhana hingga yang
bersifat kompleks dengan melibatkan lebih dari satu data spasial.
 Operasi spasial secara umum dibagi menjadi tiga yaitu
1. operasi layer tunggal,
2. operasi layer ganda, dan
3. transformasi spasial.
 Operasi layer tunggal
A. Pengubahan fitur - Pengubahan fitur meliputi proses :
1. penambahan,
2. penghapusan,
3. penggeseran,
4. pemecahan dan penggabungan,
5. eliminasi,
6. penyatuan objek, dan
7. buffer.
 Operasi-operasi tersebut menghasilkan perubahan geometri pada data spasial
yang diolah atau menghasilkan data spasial baru dari hasil proses tersebut.
 Operasi pengubahan fitur dilakukan untuk mengubah bentuk fitur pada satu
data spasial yang telah ada.
 Pengubahan dilakukan dengan proses digitasi ataupun penyalinan dari obyek
lain pada data tersebut
 Operasi ini dapat dilakukan terhadap fitur data bertipe titik, garis ataupun
poligon Gambar di atas menunjukkan ilustrasi proses penggabungan fitur.
Fitur yang terpilih ditunjukkan dengan warna kuning. Hasil penggabungan
fitur nampak seperti pada Gambar bagian kanan.
 Buffering adalah satu bentuk proses pengubahan fitur yang terotomasi.
Operasi ini menghasilkan satu data baru yaitu bentuk area penyangga (buffer)
dari fitur yang telah ada.
 Area penyangga dihitung dari posisi obyek fitur yang telah ada dalam satuan
metrik tertentu. Buffer fitur garis dari peta jalan menunjukkan satu bentuk
poligon penyangga (buffer) sebagai contoh hasil dari proses buffering.
 Fitur garis dijadikan sebagai dasar perhitungan area buffer tersebut.Area
penyangga dari satu buah fitur titik akan menghasilkan bentuk lingkaran. Jika
jarak antar fitur titik tersebut lebih kecil dari pada jarak buffer yang
ditentukan, maka area penyangga akan membentuk area yang meliput seluruh
titik tersebut.
B. Pemilihan Fitur
 Operasi pemilihan fitur sering pula disebut sebagai operasi pencarian
 Operasi ini sangat membantu apabila data spasial yang diolah memiliki
jumlah rekord yang besar.
 Proses ini juga akan sangat membantu apabila pencarian didasarkan
pada proses multi kondisi.
 Kecepatan proses pada beberapa perangkat lunak SIG sangat
dipengaruhi oleh besarnya data dan tipe data spasial tersebut.
 Operasi pemilihan fitur dilakukan melalui ekspresi logikal pada tabel
atribut ataupun menggunakan perangkat graphical user interface
(GUI).
 Operasi logikal dilakukan dengan memberikan input dalam bentuk
perintah logikal pada perangkat lunak.
 Operasi pemilihan dengan menggunakan ekspresi logikal pada
umumnya dilakukan terhadap perangkat database atau tabel atribut
data spasial.
 Hasil pemilihan fitur akan memberikan luaran dengan penandaan
warna tertentu pada baris basis data dan fitur GUI.
 Pemilihan fitur melalui GUI akan memberikan pemilihan pada tabel
atribut, demikian sebaliknya, pemilihan pada tabel atribut akan
memberikan pemilihan pada fitur GUI. contoh dari hasil proses
pemilihan fitur melalui perangkat GUI. Fitur terpilih akan ditampilkan
dengan warna yang berbeda. Baris rekod pada tabel atribut yang
memiliki keterkaitan topologis dengan fitur yang terpilih juga akan
disorot dengan warna yang berbeda. Hal sebaliknya, jika satu baris
rekord pada tabel dipilih maka fitur pada visualisasi peta akan nampak
terpilih dengan simbol warna yang berbeda.
 Operasi layer ganda
 Operasi layer ganda dilakukan dengan menggunakan minimal dua layer data
spasial.
 Operasi ini dapat menghasilkan data spasial baru dengan nilai data yang
berasal dari data-data spasial yang dikenai operasi tersebut.
 Operasi layer ganda dibagi menjadi:
1. Operasi tumpang susun (overlay),
2. Analisis kedekatan jarak (proximity), dan
3. Analisis korelasi spasial.
A. Tumpang Susun (overlay) - Operasi tumpang susun secara umum dilakukan pada
data bertipe vektor. - Operasi tumpang susun menghasilkan data spasial baru yang
memiliki bentuk geometri baru dan data atributal penggabungan kedua data
spasial masukan. Gao (2008) Diagram proses operasi tumpang susun
 Diagram diatas. menunjukkan operasi tumpang susun dilakukan secara
bertahap.
 Dua layer data spasial dilakukan pada putaran pertama yang akan
menghasilkan data spasial baru dengan nama overlay 1.
 Proses selanjutnya melakukan operasi tumpang susun kedua pada dua data
spasial yang lain yang akan menghasilkan data spasial bernama overlay 2.
 Tahap terakhir adalah melakukan proses tumpang susun data spasial
overlay 1 dan overlay 2 yang akan menghasilkan data spasial baru
bernama overlay akhir.
B. Kedekatan Jarak (proximity)
 Analisis kedekatan jarak (proximity) merupakan analisis yang didasarkan
pada jarak geometrik untuk menentukan kedekatan jarak dari satu atau
lebih objek target.
 Operasi pemilihan berbasis layer Gambar di atas sebelah kiri, nampak
seluruh persil yang berada dalam lingkaran teridentifikasi dan
disimbolkan dengan warna yang berbeda. Gambar sebelah kanan nampak,
persil yang bertepatan dengan lokasi titik akan teridentifikasi dan
disimbolkan dengan warna yang berbeda.
C. Korelasi Spasial
 Analisis korelasi spasial banyak digunakan dalam proses pemodelan.
 Fotheringham dkk (2000) menyebut operasi ini dengan istilah spatial
regression models. - Selain itu, proses formulasi model dapat juga
dilakukan melalui analisis statistik multivariat yang kemudian
diaplikasikan dengan operasi matematis pada perangkat lunak SIG.
 Proses ini dapat dilakukan pada data vektor dengan vektor, vektor dengan
raster atau raster dengan raster.
 Operasi korelasi spasial vektor dengan vektor atau vektor dengan raster
dapat dilakukan apabila pada data spasial vektor terdapat data yang
bertipe numeris.
 Sedangkan pada data spasial dengan tipe raster, operasi akan dapat
dilakukan dengan baik.
 Operasi korelasi spasial ini juga mensyaratkan sebaran data dari kedua
data spasial tersebut adalah sama baik lokasi ataupun sistem proyeksi
yang digunakannya.
 Ketidaksamaan lokasi akan mengakibatkan kegagalan proses operasi
korelasi spasial ini.
 Transformasi Spasial
 Operasi lain yang termasuk kategori transformasi spasial adalah digitasi dan
generalisasi peta, proyeksi dan transformasi berbasis pada grid.
 Proses dalam operasi ini pada umumnya menghasilkan data baru dengan satu
kondisi yang baru.
 Pembentukan data vektor dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
ploting dari suatu data koordinat.
 Proses ini menghasilkan satu data spasial digital baru yang selanjutnya
digunakan dalam berbagai analisis pada SIG.

Anda mungkin juga menyukai