Analisis Spasial Ramgkuman Uts
Analisis Spasial Ramgkuman Uts
PENGERTIAN
Analisis spasial adalah suatu inferensi visual dalam bentuk peta yang
merupakan gabungan dari data spasial dan data atribut.
Konsep dasar dari analisis spasial adalah “kewilayahan” dan aspek lokasional
(space & location)
Istilah – istilah lain→ Medical geography, Spatial Epidemiology, Health
Geography
DEFINISI DAN KONSEP ANALISIS SPASIAL
Fakta : berbeda lokasi di muka bumi berkaitan terhadap perbedaan profil lokasi
seperti physical, biological, environmental, economic, social, cultural, yang jelas
memberikan pengaruh terhadap masalah kesehatan, penyakit serta pelayanan
kesehatan.
Profil wilayah ini serta hubungannya terhadap kondisi dan masalah kesehatan
juga berubah seiring dengan berjalannya waktu
→ Konsep Spatial dan Temporal Epidemiology.
Sejarah dan Perkembangan
Konsep bahwa lokasi mempengaruhi kesehatan → Abad ke 3 SM oleh Hippocrates,
beliau mengamati bahwa penyakit-penyakit tertentu hanya terjadi di lokasi tertentu
saja, dan tidak di tempat lain.
1854 di Outbreak / Wabah Kolera di London menjadi tonggak sejarah
berkembangnya GIS dan analisis spasial, yang di motori oleh Dr. John Snow ▪
Beliau memetakan setiap penderita dan kematian karena kolera dimana
Outbreak terjadi
Kejadian Kolera saat itu terpusat (clustered) di sekitar pompa air Broad Street
milik Southwark and Vauxhall Water Company
Rekomendasi Beliau → Melepas handle pompa → Menghentikan transmisi.
Dengan menggunakan peta untuk mengamati dan menganalisis lokasi
geografis dari kasus kolera terhadap letak lokasi objek lain (pompa air dan
kuburan tempat penderita yang meninggal akbiat kolera)→ spatial analysis.
Potensial Implementasi GIS dan Analisis Spasial Bidang Kesmasyarakat Yaitu •
Communicable Disease Control • Environmental Health Research, Planning and
Operations • Nutrition and Physical Activity • Child and Youth Health • Health
Promotion • Chronic Disease Prevention • Alcohol, Tobacco and Other Drugs Service
(ATODS) provision • Injury • Mental Health • Vector Control •
Communication/Public Engagement • Public Health Service Planning • Etc
Kluster Penyakit (Disease Clustering)
Definisi Kluster Penyakit : Kluster penyakit merupakan pengelompokkan
spasial atau space-time suatu penyakit yang signifikan secara statistik.
Clustered → Pola penyebaran secara global / umum
Clustering → Pola penyebaran mengikuti faktor lain (faktor
risiko/determinan)
Pada awalnya mendeteksi kluster sangat sulit, dengan adanya teknologi
informasi serta aplikasi GIS maka semakin mudah mendeteksi pola
penyebaran pnyakit.
Metode Deteksi Cluster Penyakit
Metode Deteksi Kluster terbagi menjadi dua :
1. Global Detection test → Mendeteksi pola penyebaran penyakit dan
mendeteksi ada tidaknya kluster terjadi di dari seluruh wilayah
penelitian tanpa menetukan letak lokasi kluster terjadi.
2. Local Detection test → Mendeteksi pola pennyebaran penyakit, ada
tidaknya terjadi kluster serta menentukan dimana (dan kapan) lokasi
kluster terjadi (mendeteksi hotspot)
Deteksi kluster bisa dilakukan untuk data spasial berbentuk point ataupun
polygon (aggregate area)
MATERI 2
Stokastik
Model stokastik memperkirakan beberapa kemungkinan hasil outcome dari
nilai kemungkinannya atas suatu nilai variabel
Model berbasis pengetahuan
Model berbasis pengetahuan menggunakan berbagai hukum untuk membentuk
model keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas dalam sistem
lingkungan.
Bousquet dkk (1999) menyebut model ini sebagai cognitive model dan mendesain
sebuah model untuk merepresentasikan dinamika ekologis dan sosial yang
dinamakan dengan multi-agent modelling.
Desain model ini terdiri atas tahap konstruksi, restitusi, dan simulasi.
Tahap Model berbasis pengetahuan
1. Tahap pertama bertujuan menyusun pengetahuan awal tentang pokok
permasalahan yang akan dimodelkan hingga alternatif penyelesaiannya
melalui berbagai kajian dan literatur.
2. Tahap kedua merupakan tahap pengujian dan validasi. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan hasil proses dari model dengan berbagai fakta dan
hukum yang ada dan diyakini kebenarannya
3. Tahap simulasi dilakukan dengan mencobakan model dengan beberapa
skenario yang telah dirancangkan dalam model tersebut.
Model MATEMATIS
Model matematis adalah satu bentuk model empiris yang banyak digunakan dalam
pemodelan sistem air tanah melalui SIG.
Model matematis dalam pemodelan sistem air tanah pada umumnya terkait
dengan masalah pengaliran air tanah dan masalah pengangkutan bahan terlarut
dalam air tanah tersebut.
Tahapan pembentukan model matematis
Persiapan
Penyusunan model dan kalibrasi
Validasi
Aplikasi model
Persiapan
Tahap persiapan terdiri atas penetapan tujuan pembentukan model, pemahaman
permasalahan yang akan dimodelkan, dan evaluasi terhadap model-model sejenis
yang telah ada.
Penyusunan model dan kalibrasi
Tahap penyusunan model terdiri atas penetapan cakupan model, penetapan
batasan model, penetapan area yang dimodelkan, dan penetapan parameter model.
Tahap kalibrasi dilakukan untuk mendapatkan tetapan nilai dari parameter yang
digunakan dalam model.
Validasi
Validasi adalah tahap pembandingan hasil model dengan hasil amatan independen
atau dari lapangan (Holzbecker dan Sorek, 2005). Validasi ini dimakudkan untuk
mendapatkan keyakinan bahwa model yang dibangun dapat menggambarkan
proses atau sistem yang dimodelkan.
Aplikasi model
Model diaplikasikan apabila model memiliki tingkat validasi yang dapat diterima
dan dianggap dapat mewakili proses dan sistem yang dimodelkan tersebut.
MATERI 3
PENGERTIAN
Merupakan serangkaian sistem perangkat keras dan lunak komputer yang memiliki
fungsi-fungsi untuk perolehan dan verifikasi, kompilasi, penyimpanan, pembaruan
dan perubahan, pengelolaan dan peralihan, manipulasi, perolehan ulang dan
penampilan, analisis dan kombinasi atas data geografis
Data pada Sistem Informasi Geografis
A. Data Spasial O'Brien (1992) menjelaskan bahwa data spasial adalah data yang
memiliki referensi geografis. Data spasial ini merupakan penyederhanaan dan
representasi dari dunia nyata yang diwujudkan dalam objek-objek kartografis,
dimana objek ditunjukkan dalam bentuk, ukuran, warna, dan skala yang berbeda
sesuai dengan keperluan dan tujuannya (Bernhardsen, 1992; DeMers, 1997).
Data spasial mencakup dua komponen yaitu
1. komponen spasial
2. komponen tematik
Komponen spasial memberikan keterangan tentang lokasi dari keberadaan
data tersebut. Terdapat dua bentuk dari aspek komponen spasial ini yaitu
a. lokasi absolut : merupakan lokasi yang mendasarkan pada posisi
koordinat tertentu dalam sebuah sistem proyeksi
b. lokasi relatif : menunjuk suatu lokasi berbanding pada suatu lokasi data
lainnya
Komponen tematik merujuk pada jenis informasi yang terkandung pada data
spasial. Data ini dapat berbentuk simbolik, kuantitatif ataupun sebagai data
deskribtif dan terrekam sebagai data atribut. Komponen tematik memunculkan
informasi tematik yang dimunculkan atas sebuah peta dasar.
Penjelasan lain tentang data spasial diperoleh dari Liu dan Mason (2009). Data
spasial dicirikan oleh empat hal yaitu :
1. dibentuk oleh keterkaitan yang nyata antara objek geometris dengan
atribut yang menjelaskan objek tersebut;
2. data spasial memiliki georeferensi yang nyata di muka bumi
3. data spasial terkategori dan direpresentasikan sebagai objek titik, garis atau
area, sesuai dengan karakter dasar dari objek tersebut dalam dunia nyata
4. data dikelola menjadi peta-peta tematik sesuai dengan jenis fiturnya dalam
dunia nyata. Sejalan dengan karakteristik terakhir tersebut, data spasial
yang memuat informasi tertentu yang sering disebut sebagai peta tematik.
B. Bentuk Data Spasial
Data spasial sering diwujudkan dalam dua bentuk yaitu:
1. Data digital : dihasilkan atas suatu proses digital menggunakan perangkat
komputer
2. Data analog : dihasilkan dari proses manual ataupun cetak dari data
digital.
Data digital dan analog memiliki karakteristik yang berbeda.
o Perbedaan karakteristik ini mencakup bentuk dan ukuran data.
o Karakteristik data ini memberikan pengaruh terhadap cara pengelolaan
dan pengolahannya dalam aplikasi.
o Data analog pada umumnya memerlukan metode-metode manual,
o sementara data digital memerlukan metode terotomasi berbantuan
komputer.
o Data digital pada saat ini lebih banyak dimanfaatkan dalam berbagai
aplikasi.
Sistem Informasi Geografis (SIG) akan mengolah dan memvisualisasikan data spasial
dalam bentuk
1. struktur data raster atau
2. vector
Struktur data raster adalah satu bentuk data diskrit. Informasi yang tersimpan
pada data tipe raster ini akan menjadi data yang bersifat diskret.
Data diskret tersebut dapat diklasifikasi sehingga dapat dihasilkan data
kualitatif yang bersifat kontiyu. Analisis terhadap data raster dapat dilakukan
melalui berbagai algoritma terotomasi sehingga dapat dilakukan dengan cepat
dan obyektif
Format penyimpanan data raster penginderaan jauh ini berupa
band interleaved by line (.bil),
band interleaved by pixel (.bip),
band sequential (.bsq).
Perkembangan teknik kompresi data raster selanjutnya yang digunakan adalah
JPEG, TIFF, MrSID, ECW dan lain-lain (Liu dan Mason, 2009).
Data vektor menyimpan bentuk geometris dan lokasi objek dalam bentuk
vektor dan tabel atribut.
Data tipe vektor terdiri dari titik dan garis atau lengkungan (arc) yang dalam
penggambarannya, fitur objek data vektor diwujudkan dalam bentuk:
titik (point),
garis (line) dan poligon (polygon).
Perwujudan bentuk ini terkait dengan karakteristik objek atau fenomena yang
digambarkan dan skala penggambarannya.
C. Input Data Spasial Berapa jenis data yang dapat digunakan dalam SIG secara
umum menurut Bernhardsen (1992) adalah:
a. data digital dalam berbagai bentuk seperti data vektor, raster, basisdata,
tabel spreadsheet, data satelit dan lain-lain
b. gambar non digital seperti peta tercetak, foto udara, sketsa dan lain-lain
c. Dokumen konvensional dan file
d. laporan ilmiah dan kompilasinya e. hasil pengukuran survey seperti tabel
koordinat atau unit lainnya
Beberapa metode input data dalam SIG adalah :
1. digitasi peta eksisting melalui digitizer atau onscreen digitizing.
2. penyiaman atau scanning
3. entri manual dari tabel hasil pengukuran dan tabel koordinat
4. transfer data digital
MATERI 4