Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KAPITA SELEKTA BIOKIMIA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK METANOL DAUN

TEMBAKAU (Nicotiana Tabacum L.)

OLEH:

NURFATIMAH

H031181028

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK METANOL

DAUN TEMBAKAU (Nicotiana Tabacum L.)”  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas dosen pada matakuliah kapita selekta biokimia. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana tembakau dapat

dimanfaatkan sebagai antioksidan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah

membimbing saya dan telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan

demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 01 April 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan Flora dan fauna. kekayaan flora

Indonesia, termasuk dalam kategori tanaman obat. di Indonesia terdapat sekitar

30000 jenis tanaman di mana 7000 spesies diantaranya memiliki khasiat obat.

Banyak penelitian yang membuktikan khasiat tanaman obat dari tumbuhan yang

ada di Indonesia namun banyak juga yang belum diketahui Salah satunya yaitu

tanaman tembakau. Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim tetapi di

dunia pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan yang banyak

diteliti dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan merupakan komoditas

perdagangan penting di dunia. Indonesia termasuk dalam 10 besar negara

penghasil tembakau terbesar di dunia.

Secara umum daun tembakau dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan rokok dan telah menjadi kontroversi karena dapat menyebabkan

dampak negatif bagi kesehatan. namun jika ditinjau dari sisi pengobatan justru

daun tembakau memiliki peluang besar untuk dijadikan sebagai salah satu Bahan

alternatif obat herbal. Hal ini terbukti dari beberapa penelitian bahwa tembakau

dapat digunakan sebagai bahan antimikroba dan antioksidan. Hal ini karena

tembakau mengandung banyak komponen bioaktif yang bermanfaat bagi

kesehatan Seperti flavonoid Fenol alkaloid saponin dan minyak atsiri .  Karena

Salah satu sifat bioaktif dari tembakau ini yaitu flavonoid maka pada penelitian

ini Digunakan sampel daun tembakau dengan pelarut methanol melalui ekstraksi
soxhletasi karena metanol adalah pelarut yang dapat melarutkan semua senywa

baik polar maupun non polar karena ukuran molekulnya kecil sehingga lebih

bagus digunakan sebagai pelarut karena kemampuannya masuk ke dalam sampel

lebih besar. dari beberapa penelitian diketahui bahwa flavonoid itu memiliki

antioksidan yang mampu menghambat Radikal bebas .Di mana senyawa radikal

bebas ini merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan DNA yang dapat

menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker.Sumber radikal bebas dapat

berasal dari polusi udara alkohol rokok sinar ultraviolet obat-obatan makanan dan

lain-lain.Nah supaya radikal bebas ini tidak merajalela tubuh, secara spontan

tubuh akan memproduksi zat antioksidan yang akan bekerja sebagai inhibitor

yang menghambat proses oksidasi .Selain antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

ada juga antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan misalnya dari makanan

yang dikonsumsi maupun tumbuh-tumbuhan nah salah satunya dari daun

tembakau ini yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan (Latief, 2015).

Adapun penelitian terkait yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh

Rahmani Prastiwi, Wranti Sri Rahayu, Dwi Hartanti pada tahun 2010 yang

berjudul “perbandingan daya antioksidan ekstrak metanol daun tembakau

(Nicotiana tabacum L.) dengan rutin terhadap radikal bebas 1,1-diphenil-2

pikrilhidrazil (DPPH)”, hasil dari penelitian ini yaitu uji antioksidan antara

ekstrak methanol daun tembakau dan rutin berbeda, dimana aktivitas antioksidan

ekstrak methanol daun tembakau lebih tinggi daripada aktivitas antioksidan Rutin.

Selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ayu Lisna Ningsih pada tahun

2018 yang berjudul “Aktivitas antioksidan dari ekstrak daun tembakau (Nicotiana

Tabacum L.) Yang berasal dari desa Cabbenge Kabupaten Soppeng” dengan hasil

penelitian yaitu Ekstrak n-Heksan, ekstrak Etil Asetat, ekstrak etanol 96% dan
ekstrak Air Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.) memiliki aktivitas

antioksidan dan Nilai IC50 ekstrak n-Heksan 2,87 ppm. Ekstrak Etil asetat 2,28

ppm, ekstrak etanol 96% 2,96, ekstrak Air 3,96 ppm. Penelitian terkait ketiga

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Riria Hendarto Putri, Izzata Barid, Banun

Kusumawardani pada tahun 2015 yang berjudul “daya hambat ekstrak etanol daun

tembakau (Nicotiana tabacum L.) terhadap pertumbuhan mikroba rongga mulut”,

penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol daun tembakau memiliki

daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans serta memiliki daya antijamur

Konsentrasi ekstrak etanol daun tembakau yang paling efektif dalam menghambat

pertumbuhan Streptococcus mutans adalah ekstrak etanol daun tembakau

konsentrasi 80%.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengekstraksi komponen kimia dalam tumbuhan

tembakau ?

2. Bagaimana efektivitas ekstrak metanol daun tembakau (Nicotiana

tabacum L.) sebagai antioksidan?

3. Berapakah nilai IC50 ekstrak methanol daun tembakau (Nicotiana

tabacum L.) ?

1.3. Tujuan

1. Menentukan cara mengekstraksi komponen kimia dalam tumbuhan

tembakau.

2. . Menentukan efektivitas dari ekstrak metanol daun tembakau sebagai

antioksidan dengan metode DPPH

3. Menentukan nilai IC50 dari ekstrak metanol daun tembakau.


1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan

memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan daun

tembakau (Nicotiana Tabacum L.) sebagai antioksidan yang belum banyak

diketahui masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tembakau

Tembakau berasal dari Amerika, yang pertama ditemukan oleh Colombus

pada tahun 1942, ketika mendarat di Pulau Guanakani (San Salvador). Ia telah

melihat orang-orang Indian mengisap rokok yang dibuat dari daun tembakau yang

kering dan digulung dengan kulit jagung (mais) dan gulungan-gulungan daun ini

oleh orang-orang Indian, disebut “tobacco”. Mulamula tanaman tembakau

ditanam di Eropa dan digunakan sebagai tanaman hias, seperti di Portugal,

Perancis dan Florenc. Mengenai masuknya tembakau ke Indonesia dan kapan

tembakau mulai dipergunakan sebagai tanaman perdagangan tidak diketahui

secara pasti. Banyak dugaan bahwa tembakau digunakan oleh bangsa Portugis

kurang lebih tahun 1600, tetapi banyak pula yang mengatakan, bahwa tanaman

tembakau pertama-tama didatangkan dari Meksiko melalui Filipina dan kemudian

melalui Filipina tersebar meluas ke seluruh Asia, termasuk Indonesia. Tetapi pada

waktu Rhumpius mengelilingi Indonesia pada tahun 1650, tanaman tembakau

sudah dilihat dimana-mana juga di tempat-tempat yang sama sekali belum pernah

dikunjungi oleh bangsa Portugis (Tumbel, 2010).

1. Sistematik

Nicotiana tabacum Linne diklasifikasikan sebagai berikut (Susilowati,

2006).

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Sympetalae

Ordo : Pelemeniales

Famili : Solanaceae

Sub Famili : Nicotianae

Genus : Nicotiana

Spesies : Nicotiana tabacum Linne

Gambar 1. Tanaman Tembakau (Susiloati, 2006)

2. Zat Kandungan

Dalam daun tembakau, terdapat nikotin C10H14N2, nornikotin C9H12N2,

nikotirina C10H10N2, anabasin C10H10N2 asam malat, asam sitrat, karbohidrat,

protein, minyak atsiri, enzim-enzim, klorofil dan pigmen lainnya (Tumbel, 2010).

Daun tembakau telah diketahui mengandung senyawa utama alkaloid

dan senyawa-senyawa kimia, mulai dari golongan asam, alkohol, aldehid, keton,

asam amino, karbohidrat, ester, dan terpenoid. Kandungan utama dari tembakau

adalah alkaloid. Adanya kandungan alkaloid dalam tanaman tembakau

menjadikan efek racun bagi serangga (hama) tetapi tidak beracun bagi
tanaman tembakau itu sendiri. Oleh karena itu tembakau dapat digunakan

sebagai pestisida nabati (Nurnasari, 2018).

2.2 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder penting pada

tumbuhan. Secara umum klasifikasi flavonoid terdiri dari flavon, flavonol,

flavanol, flavanone, ansotianidin, dan kalkon. Klasifikasi flavonoid ini tergantung

pada perbedaan substitusi struktur flavonoid dan perbedaan ini menyebabkan

aktivitas farmakologi yang beragam. Perbedaan aktivitas farmakologi flavonoid

diantaranya adalah sebagai anti-inflamasi, anti-oksidan, anti-diabetes, dan anti-

bakteri. Pada studi pustaka ini akan dibahas aktivitas farmakologi potensial

flavonoid sebagai anti-oksidan (Alfaridz, 2016).

Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyak

terdapat pada jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas

antioksidatif flavonoid bersumber pada kemampuan mendonasikan atom

hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam. Berbagai

hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mempunyai aktivitas

antioksidan yang beragam pada berbagai jenis sereal, sayuran dan buahbuahan.

Penelitian-penelitian mengenai peranan flavonoid pada tingkat sel, secara

in vitro maupun in vivo, membuktikan pula adanya korelasi negatif antara asupan

flavonoid dengan resiko munculnya penyakit kronis tertentu, salah satunya

diduga karena flavonoid memiliki efek kardioprotektif dan aktivitas

antiproliferative (Redha, 2010).

2.3. Metode Ekstraksi


Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dangan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dari massa atau serbuk

yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Anonim, 2000: 7).

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik dan memisahkan senyawa yang

mempunyai kelarutan berbeda–beda dalam berbagai pelarut komponen kimia

yang terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan, dan biota laut

dengan menggunakan pelarut organik tertentu (Anonim, 2000).

Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang

akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan

terlebih dahulu. Ada be-berapa target ekstraksi, diantaranya (Sarker SD, dkk.,

2006): Senyawa bioaktif yang tidak diketahui; Senyawa yang diketahui ada pada

suatu organisme; Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan

secara struktural.

Jenis-jenis ekstraksi :

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan. Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan

pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi

termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada

keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Anonim, 2000).

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. ini

sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan

memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang
tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan

banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan

beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit

diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat

menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Agoes, 2007).

2. Perlokasi

Pada metode perlokasi, serbuk sampel dibasahi perlahan dalam sebuah perlokator.

Pelarut ditambahkan pada bagian atas sebuk sampel dan dibiarkan menetes

perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dri metode ini adalah sampel senantiasa

dialiri oleh pearut baru. Sedngkan kerugiannya yaitu jika smpel dalam perlokator

tidakhomogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu juga

membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu (Mukhriani, 2014).

3. Soxhletasi

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel alam sarung

selulos (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan diatas

labu dan dibawah kondensor. Pelarut yangsesuai dimasukkan ke dalam labu da

suhu penagas diatur di bawah suhu refluks. Keuntungan metode ini adalah proses

ekstraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi

sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.

Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena

ekstrak yang diperoleh terus menerus berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).

4. Refuks

Refluks adalah metode penyarian dengan cara cairan penyari dipanaskan

hingga mendidih, penyari akan menguap ke atas melalui serbuk simplisia,


uappenyari pengembun karena didinginkan oleh pendingin balik (kondensor).

Embun turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali

ke labu. Cairan akan menguap berulang hingga pelarut jenuh (Anonim, 2000).

5. Destilasi Uap

Destilasi uap memiliki proses yang sama degan refluks dan biasanya digunakan

untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap).

Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang

tidak saling bercampr) ditampung dlam wadah yang terhubung dengan kondensor.

Kerugian dari metode ini adalah senyaaa yang bersifat termolabil dapat

terdegradasi (Mukhriani, 2014).

2.4 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan molekul dengan elektron tak berpasangan yang

tak stabil dan berasal polutan lingkungan dan dari gaya hidup masyarakat yang

tidak sehat sehingga menurunkan kualitas hidup dengan adanya berbagai penyakit

degeneratif dari penuaan dini, stroke, bahkan kanker. Dengan adanya senyawa

antioksidan, stress oksidatif yang dipicu oleh radikal bebas dapat distabilkan dan

dinetralkan sehingga dapat menurunkan risiko kerusakan pada sel tubuh. Dengan

penggunaan senyawa dari bahan alam sebagai antioksidan yaitu senyawa

golongan flavonoid (kuersetin, rutin) dan glutation yang merupakan antioksidan

endogen yang telah diformulasikan dengan radionuklida teknesium-99m (99m-

Tc) menjadi beberapa sediaan radiofarmaka yang siap digunakan sebagai alat

deteksi dini adanya radikal bebas dalam tubuh manusia penyebab kanker

(Arnanda, 2019).

Sumber radikal bebas ada yang bersifat internal yaitu dari dlam tubuh an

eksternal yaitu dari luar tubuh (Khaira, 2010).


1. Radikal bebas internal

Radikal bebas internal brasal dari oksigenyang kitahirup. Oksigen biasa

yang kita hirup merupakan penopang utama kehidupan karena menghasilkan

banyak energi namun hasil samping dari reaksi pembentukan energi tersebut akan

menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS).

Metabolisme aerobic yang merupakan proses penting dalam kehidupan

organisme selalu diikuti oleh terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas terbentuk

saat proses sintesis energi oleh mitokondria atau proses detoksifikasi yang

melibatkan enzimsitokrom di hati.

2. Radikal bebas eksternal

Sumber radikal bebas eksternal dapat berasal dari :polusi udara, alkohol,

rokok, radiasisinar ultra violet, obat-obatan tertentu seperti anestesi, pestisida,

sinar X dan kemoterapi.

Radiakal bebas juga dihasilkan dari proses pengolahan makanan yang

berlebihan. Beberapa cara pengolahan makanan yang akrab dengan kehidupan

sehari hari adalah menggoreng, membakar, atau memanggang. Proses

menggoreng atau memanggang dengan suhu yang terlalu tinggi, terutama pada

makanan hewani berkadar protein dan lemak tinggi sebaiknya jangan sering

dilakukan karena akan menimbulkan dampak terbentuknya radikal bebas.

Supaya radikal bebas tidak merajalela, tubuh secara spontan akan

memproduksi zat antioksidan. Zat antioksidan ini akan berperan sebagai inhibitor

yang bekerja menghambatoksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal

bebas reaktif membentuk radikalbebas yang tidk reaktif yang relative stabil
sehingga dapat melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen yang

aktif (Khaira, 2010).

2.5 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang memiliki peranan penting dalam

menjaga kesehatan karena dapat menangkap molekul radikal bebas sehingga

menghambat reaksi oksidatif dalam tubuh yang merupakan penyebab berbagai

penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan komponen

bioaktif meliputi total fenolik, total flavonoid, total vitamin C dan aktivitas

antioksidan sari buah namnam. Hasil analisis menunjukkan bahwa sari buah

namnam murni mengandung fenolik sebesar 996.03 mg/L, flavanoid 421.09

mg/L, vitamin C 121.44 mg/100mL dan aktivitas antioksidan dengan IC50 5

μL/mL (Adawiyah dkk., 2015).

Antioksidan digunakan juga dalam makanan untuk mengontrol oksidasi

lipid. Senyawa t-butil hidroksi anisol (BHA) dan di-tbutil hidroksitoluen (BHT)

digunakan sebagai antioksidan pangan, tetapi adanya kemungkinan efek samping

yang merugikan maka tidak digunakan untuk bahan terapi. Pengembangan

antioksidan alamiah mendapat perhatian besar beberapa tahun terakhir. Hal ini

dimaksudkan untuk tujuan pengobatan preventif dan untuk industri makanan.

Antioksidan alami selain dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas juga

mampu memperlambat terjadinya penyakit kronik yang disebabkan penurunan

spesies oksigen reaktif (ROS) terutama radikal hidroksil dan radikal superoksida.

Antioksidan alami juga berfungsi menghambat oksidasi lipid yang menyebabkan

ketengikan dan kerusakan pada bejana maserasi tertutup (stoples), corong

buchner, pengaduk, rotary evaporator, labu erlenmayer, plat aluminium silika gel
F254, plat kaca, corong pisah, kolom gelas untuk kromatografi cair vakum

(sinterglass), pipet tetes, pipa kapiler dan lain-lain (Wahdaningsih dkk., 2011).

Antioksidan ada 2 macam, yaitu antioksidan endogn yang diproduksi oleh

tubuhn sendiri dan antioksidan yang berasal dariluar tubuh. Antioksidan yang

diproduksi tubuh terdiri atas tiga enzim yaitu, super oksida dis mutase , glutation

peroksidase, katalase, serta non enzim, yaitu senyawa protein kecil glutathion

berperan dalam melawan radikal bebas pada mitokondria sitoplasma, dan bakteri

aerob dengan mengurangi bentuk radikal bebas superoksida. soda murni berupa

tidak Cina yang disebut agen anti peradangan titik antioksidan glutation

peroksidase bekerja dengan cara menggerakkan H2O 2 dan lipid peroksida

dibantu dengan ion logam logam transisi. 

Antioksidan alami 

Pekerjaan antioksidan endogen dalam menetralkan radikal bebas dibantu

oleh antioksidan anoksik eksogen. antioksidan eksogen tidak melulu berarti

suplemen sintesis atau suplemen Hasil produk manusia yang dijual di pasaran

dengan harga yang cukup mahal. antioksidan bisa dengan mudah kita dapatkan

dari makanan karena berbagai antioksidan telah terdapat secara alamiah terutama

dalam sayur-sayuran buah-buahan dan rempah-rempah. aktivitas antioksidan dari

berbagai tanaman diperkirakan mempunyai kekuatan yang sedang sampai tinggi

beberapa ekstrak tanaman yang telah diketahui mempunyai aktivitas oksidan

tinggi ada banyak.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sampel (daun

tembakau), Metanol, Air, Kertas Saring, Serbuk DPPH, FeCl 3, H2SO4.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Alat soxhletasi, Tabung reaksi,

Rotavapor, Labu ukur,Pipet tetes, Gelas ukur, Gelas kimia, Pisau, incubator.

3.3. Prosedur Percobaan

3.3.1 PengambilanSampel

Sampel penelitian yang digunakan adalah daun Tembakau (Nicotiana

tabacum L.). Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 10.00 WITA. Daun yang

digunakan adalah daun yang bagus, tidak rusak, tidak berjamur dan tidak

berwarna kuning atau terlalu tua.

3.3.2 Preparasi Sampel

Sampel yang telah diambil kemudian disortasi basah untuk memisahkan

sampel dari kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya. Kemudian sampel dicuci

dengan air bersih untuk menghilangkan tanah atau pengotor lainnya yang melekat

pada daun. Setelah itu sampel dipotong kecil-kecil, lalu dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan, terlindung dari sinar matahari kemudian diserbukkan hingga

menjadi simplisia.

3.3.3 Ekstraksi

Pembuatan ekstrak metanol daun tembakau dilakukan dengan cara

Menimbang 50 gram serbuk daun tembakau Puna dibungkus dengan kertas saring

dan kedua ujungnya diikat dengan benang kemudian Dimasukkan dalam  alat 

soxhltasi  lalu disoxhletasi Dengan pelarut metanol sebanyak 300 mL.  Ekstraksi

dilakukan  sampai yang disari Terdapat pada tembakau habis,  Ditandai dengan

cairan penyari tidak berwarna kemudian ekstrak dipekatkan dengan rotavapor

Sampai pelarut menguap serta didapatkan ekstrak yang kental .

3.3.4 Skrining Fitokimia

a. Uji Tanin

Ekstrak dipipet sebanyak 3 tetes ke dalam plat tetes. Ekstrak ditambahkan

dengan larutan FeCl3 1% sebanyak 2 tetes. Sampel positif mengandung tanin jika

larutan mengalami perubahan warna menjadi hijau kehitaman.

b. Uji Alkaloid

Ekstrak dipipet sebanyak 3 tetes ke dalam plat tetes. Ekstrak ditambahkan

dengan pereaksi Dragendorf, jika sampel positif mengandung alkaloid, maka

timbul warna jingga dengan latar belakang kuning.

c. Uji Flavonoid

Ekstrak dipipet sebanyak 3 tetes ke dalam plat tetes. Ekstrak ditambahkan

dengan pereaksi H2SO4, jika larutan positik maka akan mengalami perubahan

warna kunig, merah atau coklet.

d. Uji Steroid
Ekstrak dipipet sebanyak 3 tetes ke dalam plat tetes. Ekstrak ditambahkan

dengan pereaksi Liebermann-Burchard atau pereaksi Salkowski. munculnya

warna hijau kebiruan menunjukkan adanya steroid.

3.3.5 Pembuatan Larutan DPPH

Larutan pereaksi adalah Larutan dpph dalam pelarut metanol yang dibuat

dengan  menimbang menimbang 0,009 mg Serbuk dpph  kemudian dimasukkan

Dalam labu ukur 50 mL Ditambahkan ke dalamnya  kedalam larutan metanol

sampai tanda batas dan dihomogenkan.

3.3.6 Penentuan Operating Time

Penentuan operating time larutan DPPH 0,5 M untuk uji aktivitas

antioksidan ekstrak metanol daun tembakau dilakukan dengan 1 mL larutan

DPPH 0,5 M ditambahkan 4 ml methanol, dikocok homogen dan diamati

serapannya ada menit ke- 5; 10; 20; 30; 40; 50; 60. Kemudin ditentukan waktu

operating timenya

3.3.7 . Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan Panjang gelombang maksimum larutan DPPH 0,5 M untuk uji

aktivitas antioksian ekstrak methanol daun tembakau dilakukan dengan cara 1 ml

larutan DPPH 0,5 M ditambahkan 4 ml methanol, dikocok homogen dan diamati

serapannya pada rentang 517 nm dengan menggunakan blanko methanol.

3.3.8 Uji Aktivitas Antioksidan

Sampel 1, 250, 500, dan 1000 μg/mL dipipet masing-masing 4 mL

kedaalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 mL pereaksi DPPH, lalu

didiamkan dalam suhu ruang, kemudian diukur absorbansinya pada Panjang

gelombang maksimum. Dilakukan pengukuran triplo.


3.3.9 Penentuan Nilai IC50

penentuan nilai IC50 dilakukan dengan cara 2 ml larutan DPPH


ditambahkan 2 mllarutan sampel, kemudian di inkubasi selama 30 menit pada
suhu 27 derajat, kemudian diamati hingga terjadi perubahan warna. Kemudian di
uji nilai absorbansinya dengan Panjang gelombang 517 nm, lalu
dilakukanpengukuran triplo, dan dihitung rata-ratanya sebagai nilai absorbansi
sampel dan dihitung % absorbansinya.
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Sukandar, D., dan Muawanah, A., 2015, Aktivitas Antioksidan dan
Kandungan Komponen Bioaktif Sari Buah Namnam, Jurnal Kimia
Valensi: Jurnal penelitian dan pengembangan Ilmu Kimia, 1(2): 130-136.

Alfaridz, F., Amalia, R., 2016, Review Jurnal: Klasifikasi dan Aktivitas
Farmakologi Senyawa Aktif Flavonoid, Jurnal Farmaka, 16(3): 2-10.

Anonim. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. 2000.

Arnanda, Q.P., dan Nuwarda, R.F., 2019, Penggunaan Radiofarmaka Teknesium-


99M dari Senyawa Glutation dan Senyawa Flavonoid Sebagai Deteksi
Dini Radikal Bebas Pemicu Kanker, Jurnal Farmaka, 17(2): 236-243.

Khairah. Kuantum. Menangkal Radikal Bebas Dengan Anti-Oksidan. Sumatra


barat: STAIN Batusangkar. 2010.

Latief. Muh. Skrining Kandungan Kimia Ekstrak Etanol 80% Kulit Batang
Michelia Champata L. Jurusan Framasi. Universitas udanayan. 2015

Lisyanto. Maria. Analisis Kadar Nikotin dalam Tembakau Tongka Kabupaten


Bantaeng. Jurusan Kimia FMIPA: Universitas Negeri Makassar. 2010.
(http://ojs.unm.ac.id/bionature/article/view/1383. Diaksesa pada tanggal
10 april 2018).

Mukhriaani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan IdentifikasiSenyawa


Aktif, jurnal kesehatan, 7(2):361-367.

Nurnasari, D., dan Subiyakto, 2018, Diversifikasi Produk Tembakau Non Rokok,
Jurnal Perspektif Kimia, 17(1): 40-51.

Prastiwati, R., Rahayu, W.S., dan Hartanti, D., 2010, Perbandingan Daya
Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.)
Dengan Rutin terhadap Radikal Bebas DPPH, Jurnal Pharmacy, 7(1):
1693-3591.

Redha, A., 2010, Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidan dan Peranannya dalam
Sistem Biologis, Jurnal Pertanian, 3(8): 195-201.

Susilowati, E. Y. identifikasi Nikotin dari Daun Tembakau (Nicotiana tabacum)


kering dan uji efektifitas ekstrak Daun Tembakau sebagai insektisida
penggerak batang padi (Scirpopaga Innonata). Semarang: Universitas
negeri semarang. 2006. (https://lib.unnes.ac.id.diakses pada tanggal 10
april 2018
Tumbel, M., 2010, Analisis Kadar Nikotin dalam Tembakau Tongka Kabupaten
Bantaeng, Jurnal Bionature, 1(2): 89-94.
Wahdaningsih, S., Setyowati, E.P., Wahyuono, S., 2011, Aktivitas Penangkapan
Radikal Bebas Dari Batang Pakis (Alsophila glauca J.Sm), Jurnal Obat
Tradisional, 16(3): 15

Anda mungkin juga menyukai