Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. M PADA An.

N
DENGAN STUNTING

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah


Keperawatan Keluarga

Oleh:

NAMA : Liana Margareta

NIM : P17230193055

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada


Hari :
Tanggal :
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stunting di Kepanjen Kidul

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

(Mujito, A.Per.Pen., M.Kes.) (Anna Improatin, S.Kep, Ns. )


NIP. NIP. 19800222 200604 2 017

BAB 1
KONSEP KELUARGA

1.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan darah, adopsi,

perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya hubungan

psikologi (ikatan emosional) (Hanson 2001, dalam Doane & Varcoe, 2005). Keluarga adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk

menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 dalam Friedman,

1998). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan

saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,1988).

1.2 Tipe Keluarga

Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut.

a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.

1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan

anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan istri

tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai

anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan pengkajian data

dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi datanya.

3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak (kandung

atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe ini

dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami.

5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain,

seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut

oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan.

6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah

(baiksuami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir

sendiriatau sudah menikah.


7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau salinberdekatan dan

menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dankamar mandi yang sama

b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini

tidaklazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.

1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua dananak

dari hubungan tanpa nikah.

2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan

perkawinankarena beberapa alasan tertentu.

3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamintinggal

dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersamaberganti-

ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara

dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebutperlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

1.3 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini :

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial anggota

keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan

psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga

stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan

harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan

suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu secara kontinyu mengubah

perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka

alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh

seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-

praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual)

merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.

3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat.

5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

1.4 Tahap Perkembangan Keluarga

Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu Anda pelajari berikut ini.

a. Keluarga baru menikah atau pemula, tugas perkembangannya adalah:

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan;

2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru lahir. Tugas

perkembangannya adalah:

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap mengintegrasikan bayi

yang baru lahir ke dalam keluarga;

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota

keluarga;

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peranperan

orang tua dan kakek nenek.

c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah. Tugas perkembangannya adalah:


1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan

keamanan;

2) Mensosialisasikan anak;

3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang

lain;

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah. Tugas perkembangannya adalah:

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan hubungan

dengan teman sebaya yang sehat;

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja. Tugas perkembangannya adalah:

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa

dan semakin mandiri;

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda. Tugas perkembangannya adalah:

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru

yangdidapatkan melalui perkawinan anak-anak;

2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubunganperkawinan;

3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.

g. Keluarga dengan usia pertengahan. Tugas perkembangannya adalah:

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua

lansia dan anak-anak;

3) Memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Keluarga dengan usia lanjut. Tugas perkembangannya adalah:

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;

3) Mempertahankan hubungan perkawinan;

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;


5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup).


BAB 2

TINJAUAN TEORI STUNTING

1.1 Pengertian

Stunting adalah masalah kurang nutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan nutrisi yang

kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi

(Farid, dkk. 2017).Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya

malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis berulang yang ditunjukkan

dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) < -2 SD berdasarkan standar WHO

(Hairunisa, 2016).

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkab oleh kurangnya asupan gizi

dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni

tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standart usianya.

1.2 Faktor-Faktor Penyebab Stunting

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak.Faktor penyebab

stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung.

1. Faktor penyebab langsung.

a. Asupan Gizi.

Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

tubuh.Usia anak 1 – 2 tahun merupakan masa kritis dimana pada tahun ini terjadi

pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi makanan yang tidak cukup

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan stunting (Kinasih dkk, 2016).

b. Penyakit infeksi kronis

Adanya penyakit infeksi dalam waktu lama tidak hanya berpengaruh terhadap berat

badan akan tetapi juga berdampak pada pertumbuhan linier. Infeksi juga mempunyai

kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain karena menurunnya nafsu

makan sehingga asupan makanan berkurang. Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai

dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang diderita tidak tertangani tidak akan

dapat memperbaiki status kesehatan dan status gizi anak balita. (Dewi dan Adhi,

2016).

2. Faktor penyebab tidak langsung.

a. Pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI.


ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan

lain pada bayi berusia 0-6 bulan. ASI sangat penting bagi bayi karena memiliki

komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada ASI terdapat kolostrum

yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan tubuh, foremik (susu awal) yang

mengandung protein laktosa dan kadar air tinggi dan lemak rendah sedangkan

hidramik (susu akhir) memiliki kandungan lemak yang tinggi yang banyak memberi

energi dan memberi rasa kenyang lebih lama (Ruslianti dkk, 2015).

Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang semula

hanya ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MP-ASI adalah

sebagai pemenuhan nutris yang sudah tidak dapat terpenuhi sepenuhnya oleh ASI

selain itu sebagai latihan keterampilan makan, pengenalan rasa.MPASI sebaiknya

diberikan setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan mempertimbangkan

waktu dan jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan energinya (Ruslianti dkk,

2015).

b. Pengetahuan orang tua.

Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan memberikaan asuhan

pada keluarga dengan baik pula. Pengetahuan orang tua tentang gizi akan

memberikan dampak yang baik bagi keluarganya karena, akan berpengaruh terhadap

sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi kebutuhan gizi Nikmah, 2015.

c. Faktor ekonomi.

Dengan pendapatan yang rendah, biasanya mengkonsumsi makanan yang lebih

murah dan menu yang kurang bervariasi, sebaliknya pendapatan yang tinggi

umumnya mengkonsumsi makanan yang lebih tinggi harganya, tetapi penghasilan

yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik. Pendapatan yang tinggi tidak

selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi

kenaikan pendapatan akan menambah kesempatan untuk memilih bahan makanan

dan meningkatkan konsumsi makanan yang disukai meskipun makanan tersebut

tidak bergizi tinggi Ibrahim dan Faramita, 2014.

d. Rendahnya pelayanan kesehatan


Perilaku masyarakat sehubungan dengan pelayanan kesehatan di mana masyarakat

yang menderita sakit tidak akan bertindak terhadap dirinya karena merasa dirinya

tidak sakit dan masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan beranggapan bahwa

gejala penyakitnya akan hilang walaupun tidak di obati. Berbagai alasan

dikemukakan mengapa masyarakat tidak mau memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan seperti jarak fasilitas kesehatan yang jauh, sikap petugas yang kurang

simpati dan biaya pengobatan yang mahal (Ma’rifat, 2010). Dengan perilaku

masyarakat yang demikian akan menyebabkan tidak terdeteksinya masalah kesehatan

kususnya kejadian stunting di masyarakat karena ketidakmauan mengikuti posyandu.

1.3 Tanda dan Gejala

Menurut Kementrian desa, (2017) balita stunting dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Tanda pubertas terlambat.

b. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.

c. Pertumbuhan gigi terlambat.

d. Usia 8 - 10 tahun anak menjadi lebih pendiam

e. Tidak banyak melakukan eye contact.

f. Pertumbuhan melambat.

g. Wajah tampak lebih muda dari usianya.

1.4 Patofisiologi Stunting.

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi ketidakcukupan

nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini

diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai

(Mitra, 2015).

Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non

patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan

tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak

terhadap proses pertumbuhan balita (Sudiman, 2018).

Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang menjadi

faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, pemberian ASI dan MP-ASI yang

kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan
mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus berlanjut dan karena

kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian stunting atau kurang gizi

kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga tidak mampu memenuhi

kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani, 2016).

Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan lemak di

bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh memanfaatkan

cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin juga ikut menurun

sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan pertumbuhan dan

perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan kadar asam basa

pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare (Maryunani, 2016).

1.5 Klasifikasi dan Pengukuran Stunting

Penilaian status gizi pada anak biasanya menggunakan pengukuran antropometri, secara

umum pengukuran antopometri berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh.(SDIDTK,

2016).

Indeks antopometri yang digunakan biasanya berat badan berdasar umur (BB/U), tinggi

badan berdasar umur (TB/U) dan berat badan berdasar tinggi badan (BB/TB) yang

dinyatakan dengan standar deviasi (SD).Keadaan stunting dapat diketahui berdasarkan

pengukuran TB/U lalu dibandingkan dengan standar. Secara fisik balita stunting akan tampak

lebih pendek dari balita seusianya. Klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator

tinggi badan per umur (TB/U) (SDIDTK, 2016).

1.6 Pemeriksaan Penunjang.

Menurut Nurarif dan Kusuma, 2016 mengatakan pemeriksaan penunjang untuk stunting

antara lain:

a. Melakukan pemeriksaan fisik.

b. Melakukan pengukuran antropometri BB, TB/PB, LILA, lingkar kepala.

c. Melakukan penghitungan IMT.

d. Pemeriksaan laboratorium darah: albumin, globulin, protein total, elektrolit serum.

1.7 Penatalaksanaan Stunting.

Menurut Khoeroh dan Indriyanti, 2017 beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

mengatasi stunting yaitu.

a. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
b. Pemberian makanan tambahan pada balita.

c. Pemberian vitamin A.

d. Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.

e. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan

ditambah asupan MP-ASI.

f. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan minuman

menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat meningkatkan asupan energi dan

zat gizi yang besar bagi banyak pasien.

g. Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siapguna yang dapat

digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi.

1.8 Pathway

Kurang gizi
Dampak

Penyebab Kebutuhan nutrisi tuidak seimbang Penyakit infeksi


langsung

Sanitasi dan Air


Penyeba Tidak cukup
Pola asuh anak bersih/pelayanan
b tidak persediaan
tidak memadai kesehatan dasar tidak
langsung pangan
memadai

Kurang pemberdayaan
Pokok masalah Kurangnya pendidikan,
wanita dan keluarga,
di masyarakat pengetahuan dan
kurang pemanfaatan
keterapilan
sumber daya masyarakat.

Akar masalah Krisis ekonomi, politik, dan


sosial
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. M PADA An. N DENGAN STUNTING

a. DataUmum
1) Nama kepala keluarga(KK) :Tn. M
2) Tempat,Tanggal lahir : Blitar, 20April 1985
3) Usia :37Tahun
4) Pendidikan :SD sederajat
5) Pekerjaan :Wiraswasta
6) Alamat : Jl. Melati VIII No. 31 Kepanjen Kidul Kota Blitar
7) Tanggal pengkajian/waktu :1 Februari 2022/19.00
Tabel2.Komposisikeluarga
No. Nama Jenis Hubungan Umur Pekerjaan Pendidikan Status
Kelamin Kesehatan
1. Tn. M L Kepala 37th Wiraswasta SD/sederajat Sehat
Keluarga
2. Ny. C P Istri 32th Ibu rumah SLTA/sederajat Sehat s
tangga
3. An. N P Anak 10th Tidak/belum Belum tamat Sehat
bekerja SD
4. An. N L Anak 8th Tidak/belum Belum tamat Sehat
bekerja SD
5. An. N P Anak 4th Tidak/belum Belum/tidak Sehat
bekerja sekolah
8) Genogram

KK
K

Keterangan:
:laki-laki

:perempuan

:laki-laki meninggal dunia

: perempuan meninggal dunia

:yang terindentifikasi / klien

: kepala keluarga

:tinggal dalam satu rumah

9) Tipekeluarga : The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

10) Suku dan Bangsa : Keluarga klien berasal dari suku Jawa atau Indonesia kebudayaan
yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasasehari-hari yang
digunakan yaitu bahasa Jawa.
11) Agama : Agama yang dianut keluarga Tn. M adalah agama islam
12) Status sosial ekonomi keluarga : Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari jasa
bekerja buruh kasar. Barang barang yang dimiliki antara lain televisi, handpone, dan
sepeda motor.
13) Aktivitas rekreasi keluarga : Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu
dengan menonton televisi bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang-kadang
tidak pernah dilakukan.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan saat ini : Tahap perkembangan keluarga Tn.M merupakan tahap
keluarga dengan anak usia sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Keluarga dengan anak remaja
hingga keluarga dengan usia lanjut, karena keluarga Tn. M mempunyai anak anak
dengan usia sekolah
3) Riwayatkeluargainti :
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini keluarga sehat tidak ada keluhan.
b) Tn. M memiliki riwayat hipertensi, jarang sekali sakit tidak mempunyai masalah
kesehatanyangserius,tidakadamasalahistirahat,makanmaupunkebutuhandasaryangl
ain.
c) Ny. C jarang sakit tidak mempunyai masalah dengan istirahat,makan,maupun
kebuthan dasaryanglainnya.
d) An.N dan An. Njarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatan.Imunisasi
sudah lengkap.
e) An. N sempat ada keluhan batuk sehingga tidak bisa pergi ke posyandu. Anaknya
yg ketiga ini sulit untuk gemuk, makan dengan porsi sedikit, suka buah dan sayur
tetapi tidak setiap hari, anaknya sering sakit seperti demam dan batuk pilek,
pernah masuk rumah sakit pada usia 1 tahun karena pneumonia, mendapatkan
imunisasi lengkap, suka makan jajan seperti wafer, minum susu, anaknya sering
tidur jam 4 pagi.
4) Riwayat keluarga sebelumnya : Tn.Mmemiliki riwayat hipertensitapi istrinya tidak ada
riwayat penyakit.
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah : Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi
yang baik, sistem penerangan kurang baik, lantai bukan keramik, rumah sederhana.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW : Hubungan antar tetangga saling
membantu, bila ada tetangga yang membangun rumah dikerjakansaling gotong
royong.
3) Mobilitas geografis keluarga : Keluarga Tn. M berpindah dari alamat rumah lama yang
berada di jalan melati kepanjen kidul kota blitar menjadi di daerah papungan kanigoro.
4) Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat : Tn.M mengatakan mulai bekerja
pukul 08.00-16.00WIB.
5) Sistem pendukung keluarga : Jumlah anggota keluarga yaitu 5 orang, ke Puskesmas
Kepanjenkidul datang sendiri.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga : Anggota keluarga menggunakan bahasa jawa dalam
berkomuni kasisehari-harinya dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas
kesehatan dan televisi.
2) Struktur kekuatan keluarga : Tn.M mempunyai riwayat hipertensi, anggota keluarga
lainnya dalam keadaan sehat, anaknya terakhir memiliki garis KMS merah dalam
catatan posyandu, terlihat berat badan kurang.
3) Struktur peran (formal & informal) :
Formal:Tn.M sebagai Kepala Keluarga,Ny.Csebagaiistri,An. N sebagaianak pertama,
An. N sebagai anak kedua, An. N sebagai anak ketiga.
Informal:Tn.M sebagai kepala keluarga, Ny. C sebagai ibu rumah tangga
4) Nilai dan norma keluarga : Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur,
demikian pula dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada
obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawake Puskesmas Kepanjen kidul.
e. Fungsi Keluarga
1) Keluarga afektif : Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit
langsung dibawa kepetugas kesehatanatau rumah sakit.
2) Fungsi sosial : Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam
keluarga baik dan selalu mentaati norma yang baik.
3) Fungsi perawatan keluarga : Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi,
nasi, laukpauk, dan sayur dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggotakeluarga
yang sakit keluarga merawat dan mengantarkan ke rumahsakitataupetugaskesehatan.
4) Fungsi reproduksi : Tn.M dan Ny. C fungsi reproduksi masih baik
5) Fungsi ekonomi : Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian
untuk anak dan biaya untuk berobat.
f. Stresdan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang:
Stresor jangka pendek :Orang tua An.N mengeluhkan anaknya tidak bisa gemuk.
Stresor jangka panjang:Orang tuan An. N khawatir jika berat badan anaknya tidak ada
perubahan dan pola tidurnya tidak bisa menjadi normal
2) Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor : Keluarga selalu
memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas Kepanjenkidul dengan
petugas kesehatan.
3) Strategi koping yang digunakan : Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
4) Strategi adaptasi disfungsional : Keluarga tetap berusaha memnuhi kebutuhan
anggota keluarga, memberikan makanan yang baik untuk anak anaknya.
g. Pemeriksaan Fisik
TekananDarah :-
Nadi : 86 x/menit
Suhu :370C
Respirasi : 20 x/menit
Beratbadan : 10,4 kg
Tinggibadan :90 cm
Kepala :simetris, berambut bersih berwarna hitam, muka tidak
pucat, lingkar kepala : 40 cm
Mata :konjungtivitis merah muda, sklera putih terdapat gambaran
tipis pembuluh darah.

Hidung :lubang hidung normal simetris, pernafasan vesikuler.


Mulut :bibir tidak kering, tidak ada stomatitis
Telinga : pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan dari
telinga
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
Dada :simetris, tidak ada tarikan intercostae vokal feminus dada
kanan dan kiri sama, terdengar suara sonor pada semua
lapanag paru, suara jantung pekak, suara nafas vesikuler
Perut : simetris, tidak tampak adanya benjolan, terdengar suara
tympani, tidak ada nyeri tekan.
Extremitas :tidak ada oedema, masih dapat gerakaktif, LILA : 14,5 cm
Eliminasi :BAB biasanya 1 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari

Pemeriksaa Tn. M Ny. C An. N An. N An. N


n fisik
Kepala Rambut Rambut hitam Rambut Rambut Rambut
hitam Rontok (+) hitam dan hitam dan hitam dan
Rontok (-) bersih bersih bersih
Rontok (-) Rontok (-) Rontok (-)
TTV TD : 120/90 TD : 110/80 TD : TD : TD :
mmHg mmHg N : 80 x/m N : 100 x/m N : 86 x/m
N : 80 x/m N : 76x/m S : 36,6 ℃ S : 36,6 ℃ S : 36,7 ℃
S : 36,7 ℃ S : 36,7 ℃ RR : 24 x/m RR : 24 x/m RR : 20x/m
RR : 20 x/m RR : 22 x/m
BB/TB 60 kg / 53 kg / 30 kg / 25 kg / 10,4 kg /
165 cm 152 cm 130 cm 126 cm 90 cm
Mata Anemis (-) Anemis (-) Anemis (-) Anemis (-) Anemis (-)
Hidung Secret (-) Secret (-) Secret (-) Secret (-) Secret (-)
Epistaksis Epistaksis Epistaksis (-) Epistaksis Epistaksis
(-) (-) (-) (-)
Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
lembab, lembab, lembab, lembab, lembab,
kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan
menelan (-) menelan (-) menelan (-) menelan (-) menelan
(-)
Leher Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan (-) Benjolan(-)
Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran
kelenjar kelenjar limfe kelenjar kelenjar kelenjar
limfe (-) (-) limfe (-) limfe (-) limfe (-)
Dada Bunyi Bunyi jantung Bunyi Bunyi Bunyi
jantung dan dan paru jantung dan jantung dan jantung dan
paru normal normal paru normal paru normal paru normal
Abdomen Kembung Kembung (-) Kembung (-) Kembung Kembung
(-) Peristaltik Peristaltik (-) (-)
Peristaltik usus (-) usus (-) Peristaltik Peristaltik
usus (-) usus (-) usus (-)
Tangan Bengkak (-) Bengkak (-) Bengkak (-) Bengkak (-) Bengkak (-)
Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit
(-) (-) (-) (-) (-)
Kaki Bengkak (-) Bengkak (-) Bengkak (-) Bengkak (-) Bengkak (-)
Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit
(-) (-) (-) (-) (-)
Keadaan CM CM CM CM CM
umum

h. HarapanKeluarga
Harapan yang diinginkan keluarga : Keluarga berharap berat badan anaknya bisa normal
sesuai usia, dan kebiasaan tiidur anaknya bisa norma
i. ANALISIS DATA/PENGKAJIAN FOKUS
No Data Fokus Penyebab Masalah

1 DS : Faktor psikologis Risiko defisit nutrisi


(keengganan untuk
-Ny C mengatakan anaknya yg ketiga sulit
makan)
untuk gemuk, suka buah dan sayur tetapi
tidak setiap hari, terkadang sulit makan
dan makan dengan porsi sedikit jika
dipaksa makan banyak akan muntah,
anaknya sering sakit seperti demam dan
batuk pilek, pernah masuk rumah sakit
pada usia 1 tahun karena pneumonia,
mendapatkan imunisasi lengkap, suka
makan jajan seperti wafer, minum susu,
anaknya sering tidur jam 4 pagi.

DO :

- Garis KMS merah


- Beratbadan:10,4 kg
- Tinggibadan:90 cm
- Lingkar kepala : 40 cm
- LILA : 14,5 cm
- Anak aktif
j. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
No Diagnosis Keperawatan Keluarga ( P E S)

1 Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)

k. SKORING PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosis Keperawatan Keluarga :

1. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
KRITERIA SKORE PEMBENARAN

1. Sifat masalah (bobot 1) 2/3 x 1 = 2/3 Saat ini klien (An. N) memiliki berat
Skala : badan yang kurang, garis KMS
3 = aktual merh, dan makan hanya dengan
2 = risiko porsi yang sedikit.
1 = sejahtera

2. Kemungkinan masalah dapat ½x2=1 Keluarga klien berusaha memenuhi


diubah (bobot 2) kebutuhan anak anaknya dengan
Skala : baik
2 = mudah
1 = sebagian
0 = tidak dapat

3. Potensi masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3 Orang tuan An. N rutin memebawa
(bobot 1) anaknya ke posyandu untuk
Skala : mengetahu perkembangan status
3 = tinggi gizi dan mengontrol berat badan,
2 = cukup dan berusaha memberikan asupan
1 = rendah yang baik untuk anaknya.

4. Menonjolkan masalah (bobot 1) 1/3 x 1 = 1/3 Ny. C mengatakan An. N makan


Skala : hanya sedikit sedikit, jika makan
2 = berat, segera ditangani lebih banyak maka akan muntah,
1 = tidak perlu segera An. N hanya makan jika dengan
0 = tidak dirasakan lauk yang dia sukai

2
TOTAL SKORE

l. PRIORITAS DIAGNOSA

Prioritas Diagnosis keperawatan keluarga


1. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)

m. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Nama keluarga : An. N di keluarga Tn. M

No/ Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional


Kode
diagnosa

D.0032 Setelah dengan criteria 1. Observasi 1. Observasi


dilakukan hasil : - Identifikasi status - Untuk
Intervensi nutrisi mengetahaui
- Porsi makan
keperawatan - Identifikasi alergi dan status nutrisi
yang dihabiskan
1X24 jam, intoleransi makanan klien
meningkat
maka status - Identifikasi makanan - Untuk
nutrisi -Frekuensi yang disukai mengetahui
membaik makan membaik - Monitor berat badan alergi dan
dengan -Pengetahuan 2. Terapeutik tingkat
criteria tentang standart - Sajikan makanan intoleransi
hasil : asupan gizi secara menarik dan makanan klien

yang tepat suhu yang sesuai - Untuk

meningkat - Beri makanan tinggi mengetahui


protein dan tinggi makanan yang
kalori. disukai
- Berikan suplemen - Untuk
makanan, jika perlu. memantau
3. Edukasi perkembangan
- Ajarkan diet yang berat badan
diprogramkan. klien
4. Kolaborasi 2. Terapeutik
- Kolaborasi dengan - Agar klien
ahli gizi untuk tertarik pada
menentukan makanan
jumlah kalori dan - Agar kebutuhan
jenis nutrien yang kalori dan
dibutuhkan, jika protein
perlu terpenuhi
- Untuk
membantu
melengkapi
kebutuhan
nutrisi
3. Edukasi
- Agar keluarga
mengerti tentang
pemberian
nutrisi seimbang
4. Kolaborasi
- Untuk
mengetahui
jumlah kalori
yang dibutuhkan

n. IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN FORMATIF

Hari/TGL NO Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


Formativ
(SOAP)

Selasa D.0032 1. Observasi S: keluarga Px Reta


1/2/2022 - Mengidentifikasi memahami
status nutrisi pendidikan
- Mengidentifikasi kesehatan yang
alergi dan intoleransi diberikan
makanan O: Px tampak
- Mengidentifikasi kooperatif
makanan yang A: Risiko
disukai Defisit Nutrisi
- Memonitor berat Teratasi
badan P: Intervensi
2. Terapeutik dihentikan
- Menganjurkan
Menyajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Menganjurkan
memberi makanan
tinggi protein dan
tinggi kalori.
- Menganjurkan
memberikan
suplemen makanan,
jika perlu.
3. Edukasi
- Mengajarkan diet
yang diprogramkan.
4. Kolaborasi
- Berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

o. EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN SUMATIF

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD

1 Risiko Defisit Nutrisi S: keluarga Px memahami pendidikan Reta


berhubungan dengan faktor kesehatan yang diberikan
psikologis (keengganan
O: Px tampak kooperatif
untuk makan)
A: Risiko Defisit Nutrisi

P: Intervensi dihentikan

I: Menganjurkan keluarga klien untuk


melakukan peningktan pemberian
nutrisi yang seimbang

E: Keluarga klien dapat memahami


informasi yang diberikan

DAFTAR RUJUKAN

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. STANDART DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2017.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. STANDART INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2018.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. STANDART LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2019

Lampiran 1

SAP STUNTING
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Stunting

Sub Pokok Bahasan : Penyakit stunting

Sub-Sub Pokok Bahasan :


1.      Pengertian dari stunting
2.      Penyebab anak terkena penyakit stunting
3.      Dampak berkepanjangan dari penyakit stunting
4. Faktor-faktor penyakit stunting
5.      Cara pengobatan  penyakit stunting
Sasaran : Keluarga

Hari / Tanggal : Selasa, 1 Februari 2022

Waktu : 19.00-20.00 WIB

Tempat : Rumah Keluarga Tn. M Kepanjen Kidul

Penyuluh : Mahasiswa D III Keperawatan Blitar

II. Tujuan

a. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali
tentang stunting

b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan ibu mampu menjelaskan:

1.      Pengertian dari stunting


2.      Penyebab anak terkena penyakit stunting
3.      Dampak berkepanjangan dari penyakit stunting
4. Faktor-faktor penyakit stunting
5.      Cara pengobatan  penyakit stunting
III. Metode

Ceramah Tanya Jawab, Demonstrasi

IV. Media dan Alat Bantu

Leaflet

V. Materi

Terlampir

VI. Rencana Kegiatan

No Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan peserta


1. Pembukaan 5 menit - Mengucap salam - Menjawab
-  Memperkenalkan salam
diri - Mendengarkan
- Menyebutkan - Menjawab
topik penyuluhan
- Menyampaikan
pertanyaan lisan
- Menyampaikan
materi
- Tanya jawab

2. Isi 15 menit - Membuat - Menjawab


Kesimpulan
- Evaluasi
- Tanya jawab
- Salam penutup

VII. Rencana Evaluasi

a. Evaluasi Proses
1. Diharapkan kegiatan penyuluhan berjalan penyuluhan berjalan interaktif
2. Peran serta aktif dan seluruh peserta
b. Evaluasi aktif
1. Keluarga mampu memahami tentang penyakit Stunting
2. Keluarga mampu memahami tentang penyebab anak terkena penyakit stunting
3. Keluarga mampu memahami tentang dampak berkepanjangan dari penyakit stunting
4. Keluarga mampu memahami tentang faktor-faktor penyakit stunting
5. Keluarga mampu memahami tentang cara pengobatan  penyakit stunting

SATUAN ACARA PENUYULUHAN (SAP)

1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak ( pertumbuhan tubuh dan
otak ) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari
anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
2. Penyebab Stunting
 Pengetahuan ibu yang kurang memadai
 Infeksi berulang atau kronis
 Terbatasnya layanan kesehatan
 Sanitasi yang buruk
3. Dampak jangka panjang
 Perawakan pendek
 Peningkatan risiko obesitas
 Penurunan kesehatan reproduksi
 Di bidang perkembangan, penurunan prestasi dan kapasitas belajar
 Di bidang ekonomi, penurunan kemampuan dan kapasitas kerja
4. Dampak jangka pendek
 Peningkatan mortalitas dan Morbiditas
 Penurunan kognitif, motorik, bahasa pada balita
 Di bidang ekonomi, adanya peningkatan biaya kesehatan
5. - Faktor Lingkungan pra natal
 Gizi pada waktu ibu hamil
 Toksin/zat kimia
 Endokrin
 Radiasi
 Infeksi
 Stress
 Imunitas
 Anoksia embrio
- Faktor Lingkungan post natal
 Biologis
 Faktor fisik misalnya, cuaca, sanitasi, keadaan rumah dst.
 Faktor psikososial misalnya, motivasi belajar, stimulasi dst.
 Faktor keluarga dan adat istiadat misalnya, pendapatan orang tua, pendidikan
orang tua, urbanisasi dst.
6. Pencegahan stunting
 Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
 Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.
 Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat.
 Terus memantau tumbuh kembang anak.
 Selalu jaga kebersihan lingkungan.
 Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor.
Sumber : (Mediatama, 2021)

Anda mungkin juga menyukai