N
DENGAN STUNTING
Oleh:
NIM : P17230193055
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
BAB 1
KONSEP KELUARGA
Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan darah, adopsi,
perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya hubungan
psikologi (ikatan emosional) (Hanson 2001, dalam Doane & Varcoe, 2005). Keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 dalam Friedman,
1998). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan
Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut.
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan istri
tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai
anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan pengkajian data
dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe ini
dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua dananak
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamintinggal
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebutperlu mendapatkan bantuan
Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini :
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial anggota
keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan
psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga
stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan
harga diri.
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan
suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu secara kontinyu mengubah
perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka
alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh
seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
kebutuhan keluarga.
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-
praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual)
sehat.
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu Anda pelajari berikut ini.
b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru lahir. Tugas
perkembangannya adalah:
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap mengintegrasikan bayi
keluarga;
keamanan;
2) Mensosialisasikan anak;
3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang
lain;
3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua
1.1 Pengertian
Stunting adalah masalah kurang nutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan nutrisi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi
(Farid, dkk. 2017).Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya
malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis berulang yang ditunjukkan
dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) < -2 SD berdasarkan standar WHO
(Hairunisa, 2016).
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkab oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni
tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standart usianya.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak.Faktor penyebab
stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung.
a. Asupan Gizi.
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuh.Usia anak 1 – 2 tahun merupakan masa kritis dimana pada tahun ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi makanan yang tidak cukup
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan stunting (Kinasih dkk, 2016).
Adanya penyakit infeksi dalam waktu lama tidak hanya berpengaruh terhadap berat
badan akan tetapi juga berdampak pada pertumbuhan linier. Infeksi juga mempunyai
kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain karena menurunnya nafsu
makan sehingga asupan makanan berkurang. Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai
dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang diderita tidak tertangani tidak akan
dapat memperbaiki status kesehatan dan status gizi anak balita. (Dewi dan Adhi,
2016).
lain pada bayi berusia 0-6 bulan. ASI sangat penting bagi bayi karena memiliki
komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada ASI terdapat kolostrum
yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan tubuh, foremik (susu awal) yang
mengandung protein laktosa dan kadar air tinggi dan lemak rendah sedangkan
hidramik (susu akhir) memiliki kandungan lemak yang tinggi yang banyak memberi
energi dan memberi rasa kenyang lebih lama (Ruslianti dkk, 2015).
Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang semula
hanya ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MP-ASI adalah
sebagai pemenuhan nutris yang sudah tidak dapat terpenuhi sepenuhnya oleh ASI
waktu dan jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan energinya (Ruslianti dkk,
2015).
Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan memberikaan asuhan
pada keluarga dengan baik pula. Pengetahuan orang tua tentang gizi akan
memberikan dampak yang baik bagi keluarganya karena, akan berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya dapat
c. Faktor ekonomi.
murah dan menu yang kurang bervariasi, sebaliknya pendapatan yang tinggi
yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik. Pendapatan yang tinggi tidak
selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi
yang menderita sakit tidak akan bertindak terhadap dirinya karena merasa dirinya
tidak sakit dan masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan beranggapan bahwa
kesehatan seperti jarak fasilitas kesehatan yang jauh, sikap petugas yang kurang
simpati dan biaya pengobatan yang mahal (Ma’rifat, 2010). Dengan perilaku
Menurut Kementrian desa, (2017) balita stunting dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
f. Pertumbuhan melambat.
nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini
diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai
(Mitra, 2015).
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang menjadi
faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, pemberian ASI dan MP-ASI yang
kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan
mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus berlanjut dan karena
kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian stunting atau kurang gizi
kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga tidak mampu memenuhi
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan lemak di
bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh memanfaatkan
cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin juga ikut menurun
sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan pertumbuhan dan
perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan kadar asam basa
Penilaian status gizi pada anak biasanya menggunakan pengukuran antropometri, secara
2016).
Indeks antopometri yang digunakan biasanya berat badan berdasar umur (BB/U), tinggi
badan berdasar umur (TB/U) dan berat badan berdasar tinggi badan (BB/TB) yang
pengukuran TB/U lalu dibandingkan dengan standar. Secara fisik balita stunting akan tampak
lebih pendek dari balita seusianya. Klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator
Menurut Nurarif dan Kusuma, 2016 mengatakan pemeriksaan penunjang untuk stunting
antara lain:
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, 2017 beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
a. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
b. Pemberian makanan tambahan pada balita.
c. Pemberian vitamin A.
e. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan
menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat meningkatkan asupan energi dan
g. Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siapguna yang dapat
1.8 Pathway
Kurang gizi
Dampak
Kurang pemberdayaan
Pokok masalah Kurangnya pendidikan,
wanita dan keluarga,
di masyarakat pengetahuan dan
kurang pemanfaatan
keterapilan
sumber daya masyarakat.
a. DataUmum
1) Nama kepala keluarga(KK) :Tn. M
2) Tempat,Tanggal lahir : Blitar, 20April 1985
3) Usia :37Tahun
4) Pendidikan :SD sederajat
5) Pekerjaan :Wiraswasta
6) Alamat : Jl. Melati VIII No. 31 Kepanjen Kidul Kota Blitar
7) Tanggal pengkajian/waktu :1 Februari 2022/19.00
Tabel2.Komposisikeluarga
No. Nama Jenis Hubungan Umur Pekerjaan Pendidikan Status
Kelamin Kesehatan
1. Tn. M L Kepala 37th Wiraswasta SD/sederajat Sehat
Keluarga
2. Ny. C P Istri 32th Ibu rumah SLTA/sederajat Sehat s
tangga
3. An. N P Anak 10th Tidak/belum Belum tamat Sehat
bekerja SD
4. An. N L Anak 8th Tidak/belum Belum tamat Sehat
bekerja SD
5. An. N P Anak 4th Tidak/belum Belum/tidak Sehat
bekerja sekolah
8) Genogram
KK
K
Keterangan:
:laki-laki
:perempuan
: kepala keluarga
9) Tipekeluarga : The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
10) Suku dan Bangsa : Keluarga klien berasal dari suku Jawa atau Indonesia kebudayaan
yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasasehari-hari yang
digunakan yaitu bahasa Jawa.
11) Agama : Agama yang dianut keluarga Tn. M adalah agama islam
12) Status sosial ekonomi keluarga : Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari jasa
bekerja buruh kasar. Barang barang yang dimiliki antara lain televisi, handpone, dan
sepeda motor.
13) Aktivitas rekreasi keluarga : Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu
dengan menonton televisi bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang-kadang
tidak pernah dilakukan.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan saat ini : Tahap perkembangan keluarga Tn.M merupakan tahap
keluarga dengan anak usia sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Keluarga dengan anak remaja
hingga keluarga dengan usia lanjut, karena keluarga Tn. M mempunyai anak anak
dengan usia sekolah
3) Riwayatkeluargainti :
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini keluarga sehat tidak ada keluhan.
b) Tn. M memiliki riwayat hipertensi, jarang sekali sakit tidak mempunyai masalah
kesehatanyangserius,tidakadamasalahistirahat,makanmaupunkebutuhandasaryangl
ain.
c) Ny. C jarang sakit tidak mempunyai masalah dengan istirahat,makan,maupun
kebuthan dasaryanglainnya.
d) An.N dan An. Njarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatan.Imunisasi
sudah lengkap.
e) An. N sempat ada keluhan batuk sehingga tidak bisa pergi ke posyandu. Anaknya
yg ketiga ini sulit untuk gemuk, makan dengan porsi sedikit, suka buah dan sayur
tetapi tidak setiap hari, anaknya sering sakit seperti demam dan batuk pilek,
pernah masuk rumah sakit pada usia 1 tahun karena pneumonia, mendapatkan
imunisasi lengkap, suka makan jajan seperti wafer, minum susu, anaknya sering
tidur jam 4 pagi.
4) Riwayat keluarga sebelumnya : Tn.Mmemiliki riwayat hipertensitapi istrinya tidak ada
riwayat penyakit.
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah : Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi
yang baik, sistem penerangan kurang baik, lantai bukan keramik, rumah sederhana.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW : Hubungan antar tetangga saling
membantu, bila ada tetangga yang membangun rumah dikerjakansaling gotong
royong.
3) Mobilitas geografis keluarga : Keluarga Tn. M berpindah dari alamat rumah lama yang
berada di jalan melati kepanjen kidul kota blitar menjadi di daerah papungan kanigoro.
4) Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat : Tn.M mengatakan mulai bekerja
pukul 08.00-16.00WIB.
5) Sistem pendukung keluarga : Jumlah anggota keluarga yaitu 5 orang, ke Puskesmas
Kepanjenkidul datang sendiri.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga : Anggota keluarga menggunakan bahasa jawa dalam
berkomuni kasisehari-harinya dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas
kesehatan dan televisi.
2) Struktur kekuatan keluarga : Tn.M mempunyai riwayat hipertensi, anggota keluarga
lainnya dalam keadaan sehat, anaknya terakhir memiliki garis KMS merah dalam
catatan posyandu, terlihat berat badan kurang.
3) Struktur peran (formal & informal) :
Formal:Tn.M sebagai Kepala Keluarga,Ny.Csebagaiistri,An. N sebagaianak pertama,
An. N sebagai anak kedua, An. N sebagai anak ketiga.
Informal:Tn.M sebagai kepala keluarga, Ny. C sebagai ibu rumah tangga
4) Nilai dan norma keluarga : Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur,
demikian pula dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada
obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawake Puskesmas Kepanjen kidul.
e. Fungsi Keluarga
1) Keluarga afektif : Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit
langsung dibawa kepetugas kesehatanatau rumah sakit.
2) Fungsi sosial : Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam
keluarga baik dan selalu mentaati norma yang baik.
3) Fungsi perawatan keluarga : Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi,
nasi, laukpauk, dan sayur dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggotakeluarga
yang sakit keluarga merawat dan mengantarkan ke rumahsakitataupetugaskesehatan.
4) Fungsi reproduksi : Tn.M dan Ny. C fungsi reproduksi masih baik
5) Fungsi ekonomi : Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian
untuk anak dan biaya untuk berobat.
f. Stresdan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang:
Stresor jangka pendek :Orang tua An.N mengeluhkan anaknya tidak bisa gemuk.
Stresor jangka panjang:Orang tuan An. N khawatir jika berat badan anaknya tidak ada
perubahan dan pola tidurnya tidak bisa menjadi normal
2) Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor : Keluarga selalu
memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas Kepanjenkidul dengan
petugas kesehatan.
3) Strategi koping yang digunakan : Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
4) Strategi adaptasi disfungsional : Keluarga tetap berusaha memnuhi kebutuhan
anggota keluarga, memberikan makanan yang baik untuk anak anaknya.
g. Pemeriksaan Fisik
TekananDarah :-
Nadi : 86 x/menit
Suhu :370C
Respirasi : 20 x/menit
Beratbadan : 10,4 kg
Tinggibadan :90 cm
Kepala :simetris, berambut bersih berwarna hitam, muka tidak
pucat, lingkar kepala : 40 cm
Mata :konjungtivitis merah muda, sklera putih terdapat gambaran
tipis pembuluh darah.
h. HarapanKeluarga
Harapan yang diinginkan keluarga : Keluarga berharap berat badan anaknya bisa normal
sesuai usia, dan kebiasaan tiidur anaknya bisa norma
i. ANALISIS DATA/PENGKAJIAN FOKUS
No Data Fokus Penyebab Masalah
DO :
1 Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
1. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
1. Sifat masalah (bobot 1) 2/3 x 1 = 2/3 Saat ini klien (An. N) memiliki berat
Skala : badan yang kurang, garis KMS
3 = aktual merh, dan makan hanya dengan
2 = risiko porsi yang sedikit.
1 = sejahtera
3. Potensi masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3 Orang tuan An. N rutin memebawa
(bobot 1) anaknya ke posyandu untuk
Skala : mengetahu perkembangan status
3 = tinggi gizi dan mengontrol berat badan,
2 = cukup dan berusaha memberikan asupan
1 = rendah yang baik untuk anaknya.
2
TOTAL SKORE
l. PRIORITAS DIAGNOSA
P: Intervensi dihentikan
DAFTAR RUJUKAN
Lampiran 1
SAP STUNTING
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
II. Tujuan
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali
tentang stunting
Leaflet
V. Materi
Terlampir
a. Evaluasi Proses
1. Diharapkan kegiatan penyuluhan berjalan penyuluhan berjalan interaktif
2. Peran serta aktif dan seluruh peserta
b. Evaluasi aktif
1. Keluarga mampu memahami tentang penyakit Stunting
2. Keluarga mampu memahami tentang penyebab anak terkena penyakit stunting
3. Keluarga mampu memahami tentang dampak berkepanjangan dari penyakit stunting
4. Keluarga mampu memahami tentang faktor-faktor penyakit stunting
5. Keluarga mampu memahami tentang cara pengobatan penyakit stunting
1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak ( pertumbuhan tubuh dan
otak ) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari
anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
2. Penyebab Stunting
Pengetahuan ibu yang kurang memadai
Infeksi berulang atau kronis
Terbatasnya layanan kesehatan
Sanitasi yang buruk
3. Dampak jangka panjang
Perawakan pendek
Peningkatan risiko obesitas
Penurunan kesehatan reproduksi
Di bidang perkembangan, penurunan prestasi dan kapasitas belajar
Di bidang ekonomi, penurunan kemampuan dan kapasitas kerja
4. Dampak jangka pendek
Peningkatan mortalitas dan Morbiditas
Penurunan kognitif, motorik, bahasa pada balita
Di bidang ekonomi, adanya peningkatan biaya kesehatan
5. - Faktor Lingkungan pra natal
Gizi pada waktu ibu hamil
Toksin/zat kimia
Endokrin
Radiasi
Infeksi
Stress
Imunitas
Anoksia embrio
- Faktor Lingkungan post natal
Biologis
Faktor fisik misalnya, cuaca, sanitasi, keadaan rumah dst.
Faktor psikososial misalnya, motivasi belajar, stimulasi dst.
Faktor keluarga dan adat istiadat misalnya, pendapatan orang tua, pendidikan
orang tua, urbanisasi dst.
6. Pencegahan stunting
Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.
Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat.
Terus memantau tumbuh kembang anak.
Selalu jaga kebersihan lingkungan.
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor.
Sumber : (Mediatama, 2021)