Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah” Pembelajaran PKn di SD”.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karana itu pada
kesempatan ini disampaikan terimah kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan  dorongan sehingga makalah ini terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyampurnaan tugas selanjutnya. Akhir kata semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.

                                                                                         Kotabumi, April 2022

                                                                                          Penyusun
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar…………………………………………………………………………....... 2

Daftar Isi………………………………………………………………………………….... 3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………...…....…. 4

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...………… 4

C. Tujuan……………………………………………………………………...…………….. 5

BAB II PEMBAHASAN

Kegiatan Belajar 1………………………………………………………...………………… 6

Kegiatan Belajar 2……………………………………………………..…………………… 13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………...……………………. 20

Saran...................................................................................................................................... 21

Daftar Pustaka………………………………………………………………………...….. 22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupaan mata pelajaran yang memiliki salah satu
misinya sebagai pendidikan nilai. Dalam proses pendidikan nasional PKn pada dasarnya
merupakan wahana pedagogis pembangun watak atau karakter. Secara makro PKn juga
merupakan wahana sosial-pedagogis pencerdas kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan
konsepsi fungsi pendidikan nasional membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam konteks pencapaian
tujuan pendidikan nasional PKn secara substantif-pedagogis menyentuh semua esensi tujuam
pendidikan nasional mulai dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
Pendidikan Nilai dan Moral pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan
pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam
masyarakat, seperti perkelahian masal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan
di kota-kota besar tertentu, seperti Jakarta, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat
meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan
generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian
siswa. Berkaitan dengan pembahasan di atas, bahwa pendidikan nilai dan moral adalah
sebuah wadah pembinaan akhlak. Maka hal ini perlu adanya sebuah pendekatan yang akan
membawa siswa atau peserta didik untuk memaknai dan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat.
Disampaikan itu kepada calon pendidik, khususnya seorang guru yang kemudian
dijadikan sebagai pengetahuan untuk menerapkan nilai dan moral dalam pembelajaran PKn
di Sekolah Dasar maupun di tingkat selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:


1. Bagaimana pendekatan PKn sebagai pendidikan nilai dan moral?
2. Bagaimana pendidikan nilai dan moral dalam Standar Isi PKn di SD?
3. Bagaimana hubungan interaktif nilai moral dalam PKn SD?
C. Tujuan
Adapun tujan pembuatan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pendekatan PKn sebagai pendidikan nilai dan moral.
2. Menjelaskan pendidikan nilai dan moral dalam Standar Isi PKn di SD.
3. Menjelaskan hubungan interaktif nilai moral dalam PKn SD.
BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan Belajar 1
Kegiatan Belajar 2
Pendidikan Nilai dan Moral dalam Standar Isi PKn di SD
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menegaskan bahwa
PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Partisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.

Berdasarkan keempat rumusan tujuan di atas mencerminkan kualitas perilaku seperti :


1. Berpikir kritis,
2. Berpikir rasional,
3. Berpikir kreatif,
4. Partisipasi aktif,
5. Bertanggung jawab,
6. Bertindak cerdas,
7. Hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain,
8. Menggunaan ICT untuk berinteraksi.

Secara keseluruhan untuk SD/MI dalam Permendiknas tersebut ditetapkan Struktur


Kurikulum yang dikemukakan sebagai berikut.
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD/MI
Kelas dan Alokasi Watu
Komponen
I II II IV, V, dan VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
Kelas dan Alokasi Watu
Komponen
I II II IV, V, dan VI
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan 4
Kesehatan
B. Muatan Lokal 2
C. Pengembangan Diri 2*)
Jumlah 26 27 28 32
*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang di
dalamnya mengandung dan moral sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi : hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara,
kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif
terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, Hukum, dan Peraturan, meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib
di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional,
hukum dan peradilan internasional.
3. Hak Asasi Manusia, meliputi : hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan Warga Negara, meliputi : hidup gotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
menghargai bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara, meliputi : proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
konstitusi-konstitusi yang pernah digunaan di Indonesia, hubungan dasar negara
dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik, merupakan : pemerintahan desa dan kecamatan, pemerntah
daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik,
budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam
masyarakat demokrasi.
7. Pancasila, meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nila-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi, meliputi : globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di
era Globalisasi, dampa globalisasi, hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Kegiatan Belajar 3
Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKn SD
Hubungan interaktif proses pengembangan nilai dan moral dengan proses pendidikan di
sekolah harus dilihat dalam paradigma pendidikan nilai secara konseptual dan operasional.
Konsep “values education, moral education, education for virtues” yang secara teoritik, oleh
Lickona (1992) diperkenalkan sebagai program dan proses pendidikan yang tujuannya selain
mengembangkan pikiran, dan menurut Bloom untuk mengembangkan nilai dan sikap. Lebih
jauh lagi Lickona (1992:6-7) melihat bahwa para pemikir dan pembangun demokrasi,
berpandangan bahwa pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi perkembangan
dan berhasilnya kehidupan demokrasi. Dalam konteks itu setiap individu warga negara
seyogiyanya mengerti dan memiliki komitmen terhadap fondasi moral demokrasi yani
menghormati hak orang lain, mematuhi hukum yang berlaku, partisipasi dalam kehidupan
masyarakat, dan peduli terhadap kebaikan.

Jean Piaget melakukan penelitian mengenai perkembangan struktur kognitif ana dan kajian
moral anak selama 40 tahunan. Ada dua tingkatan perkembangan moral pada ana usia 6-12
tahun yakni heteronomi dan autonomi. Pada tingkatan heteronomi segala aturan oleh ana
dipandang sebagai hal yang datang dari luar. Sifat heteronomi anak disebabkan oleh faktor
kematangan struktur kognitif yang ditandai sifat egosentrisme dan hubungan interaktif
dengan orang dewasa. Sedangkan tingkat autonomi ana menyadari adanya kebebasan untuk
tidak menerima aturan itu sebagai hal yang datang dari luar dirinya. Sifat autonomi
dipengaruhi oleh kematangan struktur kognitif yang ditandai dengan kemampuan mengkaji
aturan secara kritis dan menerapkannya secara selektif yang muncul dari sikap resiprositas
dan kerjasama.

Piaget membagi dua tahapan dalam dua domain, yakni.


Tahapan pada domain kesadaran mengenai aturan:
1. Usia 0-2 tahun : pada usia ini aturan dirasakan sebagai hal yang tida bersifat memaksa.
2. Usia 2-8 tahun : pada usai ini aturan disikapi sebagai hal bersifat sakral dan diterima tanpa
pemikiran.
3. Usia 8-12 tahun : pada usia ini aturan diterima sebagai hasil kesepaatan.

Tahapan pada domain pelaksanaan aturan:


1. Usia 0-2 tahun : pada usia ini aturan dilaukan sebagai hal yang hanya bersifat motorik
saja.
2. Usia 2-6 tahun : pada usia ini aturan dilakukan sebagai perilau yang lebih berorientasi diri
sendiri.
3. Usia 6-10 tahun : pada usia ini aturan diterima sebagai perwujudan dan kesepakatan.
4. Usia 10-12 tahun : pada usia ini aturan diterima sebagai ketentuan yang sudah dihimpun.

Pendidikan nilai berdasarkan teori Piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan psikologis perkembangan moral kognitif.
Menurut Lawrence Kohlberg mengajukan pstulat atau anggapan dasar bahwa anak
membangun cara berpikir melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti
keadilan, hak, persamaan, dan kesejahteraan manusia. Kohlberg merumuskan adanya tiga
tingkat yang terdiri atas enam tahap perkembangan moral sebagai berikut.
1. Tingkat 1 : Prakonvensional
a. Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan
b. Tahap 2 : Orientasi instrumental nisbi
2. Tingkat II : Konvensional
a. Tahap 3 : Orientasi kepsepakatan timbal balik
b. Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban
3. Tingkat III : Poskonvensional
a. Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial legalistik
b. Tahap 6 : Orientasi prinsip etika universal
Kholberg mengajukan pendekana pendidikan nilai dengan menggunaan pendekatan
klarifikasi nilai. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa tidak ada jawaban benar satu-
satunya terhadap suatu dilema moral tetapi di situ ada nilai yang dipegang sebagai dasar
berpikir dan berbuat.

Kedua teori perkembangan moral memiliki visi dan misi yang sama dan sampai dengan saat
ini menjadi landasan dan kerangka pendidikan nilai di dunia yang menitikberatkan pada
peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moralnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah diuraikan dalam makalah ini, maa dapat disimpulkan
bahwa:
1. KB 1
2. PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai beriku: berpikir kritis,
berpikir rasional, berpikir kreatif, partisipasi aktif, bertanggung jawab, bertindak
cerdas, hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, menggunaan ICT untuk
berinteraksi.
3. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler
yang di dalamnya mengandung dan moral sebagai berikut: Persatuan dan Kesatuan
Bangsa; Norma, Hukum, dan Peraturan; Hak Asasi Manusia; Kebutuhan Warga
Negara; Konstitusi Negara; Kekuasaan dan Politik; Pancasila; Globalisasi.
4. Konsep “values education, moral education, education for virtues” yang secara
teoritik, oleh Lickona (1992) diperkenalkan sebagai program dan proses pendidikan
yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, dan menurut Bloom untuk
mengembangkan nilai dan sikap
5. Jean Piaget melakukan penelitian mengenai perkembangan struktur kognitif ana dan
kajian moral anak selama 40 tahunan. Ada dua tingkatan perkembangan moral pada
ana usia 6-12 tahun yakni heteronomi dan autonomi
6. Menurut Lawrence Kohlberg mengajukan pstulat atau anggapan dasar bahwa anak
membangun cara berpikir melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral
seperti keadilan, hak, persamaan, dan kesejahteraan manusia.

B. Saran
1. Untuk peserta didik sebaiknya dapat memahami bagaimana definisi dan hakikat sastra
anak.
2. Untuk pendidik diharapkan lebih memahami akan implementasi hakikat sastra anak
dalam pembelajaran di sebuah kelas.
3. Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi
pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi pelaku
kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Winataputra, S. Udin. 2014. Pembelajaran PKN di SD. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai