Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rollandy. C. V. S.

Ngau

NIM : 201541057

MK : Teologi Feminis

TUGAS PRIBADI

“LAPORAN BUKU”

Permasalan seksisme ini merupakan masalah yang sudah meresap dalam kehidupan
bermasyarakat, yang memiliki tingkat kejahatan seperti rasisme dan clasissme. berbagai cara
untuk memperjuangkannya. Teologi adalah salah satu arena di mana perjuangan ini harus
dilancarkan, karena seksisme memiliki dasar teologis yang mengakar. Seperti dalam bentuk
penindasan lainnya, jenis kelamin dan bentuk dibentuk oleh yang lain. siksaan penindasan.
Dengan begitu harus ada penataan ulang teologis antropologi sebagai respons terhadap seksisme.

Kejahatan" seperti kapitalisme, klassisme, rasisme yang muncul seakan" menjadi


penguasa masyarakat dan menodai wajah manusia, tetapi kali ini yang paling parah. jatuh pada
satu jenis yaitu tindakan jahat terhadap kelamin perempuan., Seksisme adalah penindasan dan
eksploitasi sistemik lebih dari setengah populasi dunia-wanita.. Seksisme ini mengamankan
denominasi pria dari usaha untuk mengegaliter pria dan wanita. Feminis mengajarkan kita bahwa
tidak ada model tunggal di dalam menjadi manusia.

Manifestasi seksisme bisa terang-terangan atau terang-terangan seperti dalam kasus


pembunuhan, pemerkosaan, dan berbagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Adalah salah
untuk berasumsi. bahwa bentuk-bentuk kekerasan yang terang-terangan ini hanya terjadi di
antara orang miskin yang tidak berfungsi. Seksisme dengan mudahnya bergerak kesana kemari
disebabkan oleh sebuah kekuatan yang dilandasi oleh dunia patriark.
Terjadinya ketidak setaraan batn, dimana patriakal dan seksisme mulai memakai topeng. dalam
halnya Pandangan dunia tentang patriarkalyang telah ditopang oleh sains palsu, memberi
argumen yang palsu lewat ilmu biologis untuk mendukung secara penuh laki-laki Dalam peran
memerintah perempuan.

Seksisme adalah fenomena global yang masul dalam kehidupan masyarakat dimana pun
itu. Wanita diseluruh dunia telah diperintah oleh kapitalisme patriarka. Disamping itu rasisme
mendamba kekacauan dengan membuat permasalahan tentang warna kulit. Ekspansi perempuan
terhadap seksisme dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kolonialisme, rasisme, nasionalisme,
dan kapitalisme global. Kekuatan seksisme yang menjaja ini membuat Wanita didunia yang
didominasi pria menjadi lebih teridentifikasi pria dari pada wanita yang diidenfikasi wanita. Dan
ada akibat yang parah jika wanita melawan atau menyimpang dari norma patriakal, akan
mengalami pengeluaranperempuan,serta kekerasan.

Ada beberapa hal tentang upaya mebuat kondisi yang egaliter, dimana laki-laki pun tidak
mau dirugikan dalam hal ini. Sehingga Dekonstruksi teologis dari seksisme dan merekonstruksi
suatu alternatif. Posisi teologis adalah bagian penting dari perjuangan kita melawan seksisme.
Para teolog feminis telah menghasilkan karya-karya signifikan yang mengungkap dasar-dasar
teologis dari patnarki dan seksisme.

Selanjutnya pembahasan dalam Alkitab, yang banyak sekali bersentuhan dengan masalah
antara laki-laki dan perempuan. Itu terlihat dari pembahasan tentang cerita kejatuhan manusia
yang telah disalahkan kepada Hawa sebagai pembuat masalah, ”terdapat dalam kitab kejadian”,
dan juga tentang yang ada di (1 Timotius 2 : 11 – 14). Dalam hal ini kodram perempuan
dipersoalkan, dan banyak pandangan-pandangan para ahli, bapa-bapa Gereja, para reformator,
yang menjelaskan tentang persoalan kodrat perempuat, tetapi tidak ada penejalsan yang tepat
malahan tidak secara clear menjelaskan masalah itu. Pendapat-pendapat yang muncul hanya
kembali pada penekanan bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki. seperti Rosemary
Radford Ruether mengemukakan pendapat bahwa meskipun Agustinus memberikan penebusan
terhadap wanita, dan partisipasi dalam citra Allah,"hal itu terlalu diseimbangkan oleh tubuhnya.
Representasi yang lebih rendah, diri yang cenderung berdosa yang dianggapnya memiliki, citra
Allah hanya bersifat sekunder. Laki-laki saja memiliki citra Allah secara normatif". Meskipun
dengan beberapa modifikasi, Thomas Aquinas melanjutkan pandangan. Agustinianus yang
berpendapat bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki, terutama dalam pengadopsiannya
tentang nota Aristoteles tentang perempuan sebagai "laki-laki yang tidak pantas" (kurang
sempurna).

Pada saat dimana banya yang sibuk dengan mencari tahu maksud Alkitab tentang kodrat
perempuan yang dianggap pembuat dosa, feminis telah datang dengan penafsiran tentang dosa
yang lebih sesuai dengan pengalaman perempuan tentang seksisme dan lebih sesuai dengan visi
mereka tentang kemanusiaan yang ditebus.

Dapat dipahami bahwa seksisme merupakan tindakan yang keji, yang membuat segala
upaya-upaya perjuangan perempuanlah terjadi pelecehan dan hilang diri. Terjadi juga
pembedaan gender dalam paham Kristologi. Ini dikarenakan gereja masi terikat oleh sifat
kedurhakaan system partirkal. Sehingga laki-lakilah yang adalah persyaratan penting yang
mewakili Kritus, yang merupakan pengungkapan Allah laki-laki. Dapat dikatakan bahwa teologi
Kristen lebih besar memiliki pemikiran bahwa perempuan tidak memiliki gambar Allah.

Teologi feminis berusaha mati-matian berusaha mengkaji sebaik-baik mungkin, agar dapat
meyakinkan orang-orang tentang kepantasan kaum perempuan sebagai imago Dei yang setara
dengan laki-laki. Teologi feminis pun berusaha untuk merekonstruksi setiap symbol-simbol
dasar dari system teologi Kristen yaitu tentang doktri Allah, manusia adalah laki-laki dan
perempuan, dosa, Kristus, pelayan gereja dll.yang sebagian memiliki unsur patriarkal atau pun
bersifat seksis. Dengan begitu teologi feminis dapat menghadirkan paham egalitarianism dalam
hidup kekristenan, juga bermasyarakat.

Melihat dari buku yang berjudul “Reimagining The Human” terlihat bagaimana pengalaman
perjuangan perempuan yang merupakan titik terjadinya teologi Freminis. Dan hal ini menjadi
warna baru bagi teologi kekristenan.

Anda mungkin juga menyukai