Anda di halaman 1dari 15

Makalah kelompok II

BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Lembaga Keuangan Syariah
Dosen : Jelita, M.Si

Oleh:

Dwi Riana
Nim : 2014120279

Fikri Alamsyah
Nim : 2014120252

Muhammad Ridan Ihsani


Nim : 2014120230

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2022 M/ 1443 H.

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Pertama semua kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan kepada kami hingga selesainya makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar khususnya Ibu : Jelita, M.Si
selaku dosen mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah yang telah membimbing
dan mampu membantu menambah wawasan tim penyusun secara bertahap sehingga
dapat terselesaikan makalah ini yang berjudul “ Bank Perkreditan Rakyat Syariah ”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya bagi pembaca untuk
menambah pengetahuan.
Saran dari pembaca sangat kami harapkan, agar makalah ini dapat kami
sempurnakan. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT selalu meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Palangka Raya, maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu
lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti
prinsip–prinsip syariah ataupun muamalah islam. Istilah Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) dikenalkan pertama kali oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI)
pada akhir tahun 1977, ketika BRI mulai menjalankan tugasnya sebagai Bank
pembina lumbung desa, bank pasar, bank desa, bank pegawai dan bankbank
sejenis lainnya. Pada masa pembinaan yang dilakukan oleh BRI, seluruh bank
tersebut diberi nama Bank Perkreditan Rakyat (BPR.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pertama kali diakui sebagai bagian
dari Paket Kebijakan Keuangan, Moneter, dan perbankan. Secara historis,
BPR adalah penjelmaan dari beberapa lembaga keuangan, seperti Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung Pilih Nagari (LPN),
Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit
Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga
perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Desa (BKPD) dan atau lembaga
lainnya yang dapat disamakan dengan itu.
Dalam perkembangan selanjutnya perkembangan BPR yang tumbuh
semakin banyak dengan menggunakan prosedur-prosedur Hukum Islam
sebagai dasar pelaksanaannya serta diberi nama BPR Syariah. BPR Syariah
yang pertama kali berdiri adalah PT. BPR Dana Mardhatillah, kec.
Margahayu, Bandung, PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, kec. Padalarang,
Bandung dan PT. BPR Amanah Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung. Pada
tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR Syariah tersebut telah mendapat ijin
prinsip dari Menteri Keuangan RI dan mulai beroperasi pada tanggal 19
Agustus 1991.
Selain itu, latar belakang didirikannya BPR Syariah adalah sebagai
langkah aktif dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia yang
dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan
perbankan secara umum. Dengan adanya perkembangan teknologi berbasis
mobile yang sangat pesat menyebabkan banyak suatu instansi yang
memanfaatkan smartphone dan koneksi internet sebagai fasilitas instansi
tersebut, salah satunya yaitu pembuatan aplikasi Mobile Banking pada Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).Mobile Banking ini diharapkan dapat
memberikan fasilitas dan kepuasan tersendiri bagi penggunanya (user).
Jumlah pengguna internet dan smartphonesemakin meningkat seiring
berkembangnya era globalisasi. Perusahaan atau instansi tidak cukup hanya
memberikan fasilitas untuk mempermudah nasabah melakukan transaksi.
Fasilitas-fasilitas yang tersedia akan senantiasa memberikan kemudahan yang
efektif bagi nasabah.
Manajemen Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Semarang,
ingin mengembangkan fasilitas pelayanan transaksi untuk nasabah yang
merasa kesulitan bertransaksi dengan cara datang langsung ke bank karena
ada keperluan lain, selain itu Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ingin
memberikan kemudahan dan kepuasan untuk nasabah dalam melakukan
transaksi tanpa terhalang waktu dan tempat. Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) telah mempunyai aplikasi mobile banking yang fungsinya belum
begitu maksimal untuk diaplikasikan oleh nasabah, sehingga masih banyaknya
pengembangan agar dapat diaplikasikan dengan optimal, dengan
pengembangan Mobile banking ini diharapkan mampu membantu Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) untuk memberikan fasilitas yang lebih
baik untuk nasabah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dan sejarah Bank Perkreditan Rakyat Syariah?
2. Apa tujuan Bank Perkreditan Syariah?
3. Apa saja Usaha dan Produk dalam Bank Perkreditan Syariah?
4. Apa saja ketentuan dalam Bank Perkreditan Rakyat Syariah?
5. Bagaimana Organisa/manajemen Bank Perkreditan Rakyat Syariah?
6. Bagaimana strategi dalam Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk Mengetahui pengertian dan sejarah Bank Perkreditan Rakyat
Syariah
2. Untuk Mengetahui apa tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
3. Untuk Mengetahui apa saja Usaha dan Produk dalam Bank Perkreditan
Syariah
4. Untuk Mengetahui apa saja ketentuan dalam Bank Perkreditan Rakyat
Syariah
5. Untuk Mengetahui bagaimana pengenalan umum serta Produk dan
Jasa Bank Syariah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Bank Perkreditan Rakyat Syariah


Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah lembaga keuangan Bank
yang dibawahi oleh dewan kebijakan moneter, yang melakukan kegiatan
ekonominya berdasarkan prinsip Islam atau syariah, tanpa menghalalkan
adanya riba atau suku bunga yang berorientasi pada masyarakat di tingkat
desa ataupun kecamatan. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) didirikan
berdasarkan UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan dan Peraturan
pemerintah (PP) no.72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi
hasil. Serta berdadarkan pada butir 4 pasal 1 UU. No 10 tahun 1998,
pengganti UU no 7 tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang melakukan
kegiatan usaha berdasrkan prinsip Syariah selanjutnya diatur menurut surat
keputusan Direktur Bank Indonesia No.32/36/KEP/DIR/1999. Tanggal 12
Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip Syari’ah1
Sebagaimana telah diketahui bahwa bank adalah sebuah lembaga
intermediasi keuangan. Umumnya didirikan dengan kewenangan untuk
menerima simpananuang, meminjamkan uang, Peranan bank dewasa ini
sangat dominan dalam perekonomian masyarakat di Indonesia pada
umumnya. Hampir setiap kegiatan perekonomian masyarakat tidak terlepas
dari peran bank maupun lembaga keuangan lainnya diluar bank. Dalam
menjalankan aktifitasnya, bank menawarkan berbagai produk yang berisi
kegiatan pendukung perekonomian masyarakat, mulai dari jasa menabungkan
1
Ismail, Perbankan Syariah, Kencana Pernamedia Group, Jakarta, 2011, cet 1, hlm. 54- 55
uang masyarakat, pengiriman uang atau jasa-jasa yang lainnya intinya
mempermudah masyarakat melakukan aktifitas bisnis dan perekonomian
sehari-hari. dari pentingnya peranan bank yang mencakup semua masyarakat
Bank syariah yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dam menurut jenisnya tridiri atas bank umum syariah (BUS), bank
pembiayaan rakyat syariah (BPRS).2

B. Tujuan bank Perkreditan Rakyat Syariah


Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang menjalankan
usahanya dengan system konvensional, tidak di perbolehkan melakukan
transaksi berdasarkan prinsip bagi hasil. Maka dengan peraturan ini bank
konvensional tidak bias membuka Islamic window, kantor cabang syariah
yang khusus melakukan transaksi berdasarkan system syariah.
Adapun tujuan didirikannya Bank Perkreditan Rakyat Syariah yaitu sebagai
berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama
masyarakat golongan ekonomi lemah3
2. Meningkatkan pendapatan perkapita
3. Menambah lapangan kerja terutama di kecamatan- kecamatan
4. Mengurangi urbanisasi
5. Membina semangat Ukuwak Islamiah melalui kegiatan ekonomi.

C. Usaha dan Produk dalam Bank Perkreditan Syariah


Secara garis besar Produk Penghimpunan Dana BPR syariah adalah
sebagai berikut :4
1. Simpanan Amanah
2
Dwi Suwikonyo, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2010,
hlm.7
3
Karnaen Pepwataatmadja, Bank Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1992, hlm.96
4
Ibid, Karnaen Pepwataatmadja, hlm. 104
Bank menerima titipan amanah (trustee account) berupa dana infaq,
Shadaqah, dan zakat, karena bank dapat menjadi perpanjangan tangan
baitul maal dalam menyimpan dan menyalurkan dana umat agar dapat
bermanfaat secara optimal.
2. Tabungan Wadi’ah
Bank menerima tabungan (saving account), baik pribadi maupun
badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan dana ini
Wadi’ah: yaitu titipan-titipan yang tidak menanggung resiko kerugian,
serta bank akan memberikan kadar profit kepada penabung sejumlah
tertentu dari bagi hasil yang didapat bank dalam pembiayaan kredit
pada nasabah, yang diperhitungan secara harian dan dibayar setiap
bulan.
3. Deposito Wadi’ah atau Deposito Mudharabah
Bank menerima deposito berjangka (time and investment account)
baik pribadi maupun badan / lembaga. Akad penerimaan deposito
adalah Wadi’ah, atau mudharabah dimana Bank menerima dana
masyarakat berjangka 1, 3, 6,12 bulan dan seterusnya, sebagai
penyertaan sementara pada bank.

Sedangkan Produk Pembiayaan Dana adalah sebagai berikut :


1. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah suatu perjanjian pembiayaan antar
bank dengan pengusaha, dimana baik pihak bank maupun pihak
pengusaha secara bersama menbiayai suatu usaha atau proyek yang
dikelola secara bersama pula, atas dasar bagi hasil sesuai dengan
penyertaan.5
2. Pembiayaan Mudharabah

5
Ibid, hlm.106
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usahaantara antara
dua belah pihak, yang mana pihak pertama (shahibul maal) yang
menyediakan seluruh modalnya dan pihak yang lain menjadi
pengelola. Keuntungan usaha dari pembiayaan tersebut dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
3. Pembiayaan Bai Bithaman Ajil
Pembiayaan Bai Bithaman Ajil adalah suatu perjanjian pembiayaan
yang disepakati antara bank dengan nasabahnya, dimana bank
menyediakan dana untuk pembelian barang/asets yang dibutuhkan
nasabah untuk mendukung suatu usaha.
4. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah suatu perjanjian yang disepakati antara
bank dengan nasabah, dimana bank menyediakan pembiayaan untuk
pembelian bahan baku atau modal kerja lainya yang dibutuhkan
nasabah
5. Pembiayaan Qardhul Hasan
Pembiayaan qardhul hasan adalah perjanjian pembiayaan antara bank
dengan nasabah yang dianggap layak menerima yang diprioritaskan
bagi pengusaha kecil pemula yang potensial akan tetapi tidak
mempunyai modal apapun selain kemampuan berusaha.

D. Ketentuan dalam Pendirian Bank Perkreditan Rakyat Syariah6


1. Syarat Pendirian
Dalam mendirikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah mengacu
pada bentuk hukum Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang telah
ditentukan dalam UU Perbankan. Sebagaimana dalam UU Perbankan
no. 10 tahun 1998 Pasal 2, bentuk hukum suatu Bank Perkreditan
Rakyat Syariah dapat berupa :
6
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, hal 88
a. Perseroan Terbatas
b. Koperasi atau
c. Perusahaan Daerah

Adapun syarat-syarat untuk pendirian Bank Perkreditan Rakyat


Syariah adalah sebagai berikut:

a. Bank Perkreditan Rakyat Syariah hanya dapat didirikan dan


melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan
ijin direksi Bank Indonesia.
b. Bank Perkreditan Rakyat Syariah hanya didirikan dan dimiliki
oleh:
1) Warga Negara Indonesia
2) Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya oleh
warga Indonesia
3) Pemerintah Daerah, atau
4) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam
persyaratan diatas

Pemberian ijin pendirian Bank Perkreditan Rakyat Syariah,


sebagaimana dimaksud diatas dapat dilakukan dengan dua tahap:
a. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan
persiapan pendirian Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
b. Ijin usaha, yaitu ijin yang diberikan untuk melakukan kegiatan
usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah setelah persiapan
persetujuan prinsip dilakukan.

2. Syarat Modal
Modal yang harus disetor untuk mendirikan Bank Perkreditan
Rakyat Syariah ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar :
a. Rp 2.000.000.000,- (dua milyar) untuk Bank Perkreditan
Rakyat Syariah yang didirikan di wilayah daerah khusus ibu
kota Jakarta Raya dan Kabupaten / Kotamadya Tangerang,
Bogor, Bekasi dan Kerawang.
b. Rp1.000.000.000,- (satu milyar) untuk Bank Perkreditan
Rakyat Syariah yang didirikan di wilayah ibu kota propinsi
diluar wilayah seperti tersebut pada butir diatas.
c. Rp 5.00.000.000,- (lima ratus juta rupiah) Bank Perkreditan
Rakyat Syariah yang didirikan diluar wilayah yang disebutkan
pada butir 1 dan 2.

E. Organisa/Mananjemen Bank Perkreditan Rakyat Syariah


Kepengurusan Menurut ketentuan pasal 19 SK DIR BI 32/36/1999,
kepengurusan BPR syariah terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi dan juga
wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi
kegiatan BPR syariah. Jumlah anggota Dewan Komisaris BPR syariah
sekurang – kurangnya harus berjumlah 2 (dua) orang. Anggota direksi
dilarang mempunyai hubungan keluarga dengan :
1. Anggota Direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang tua, termasuk
mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar,
suami/istri.
2. Dewan Komisaris dalam hubungan sebagai orang tua, anak, dan
suami/istri.

Dalam rangka menjaga konsistensi dan kelangsungan usaha BPR


Syariah ditentukan bahwa :
1. BPR Syariah dilarang melakukan kegiatan usahasecara konvensional.
2. BPR Syariah tidak diperkenankan untuk mengubah kegiatan usahanya
menjadi BPR Konvensional
3. BPR Syariah yang semula izin usahanya sebagai BPR Konvensional
tidak diperkenankan untuk mengubah status menjadi BPR
Konvensional kembali.
Dilihat dari segi kepemilikannya BPR dapat dibedakan menjadi dalam
3 (tiga) golongan yakni :
1. Milik Pemerintah Daerah (PD) Pengawasan dilakukan oleh Dewan
Pengawas yang di tetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Daerah/Peraturan Daerah
2. Milik Swasta (PT) Pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisaris yang
di tetapkan berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham/Anggaran
Dasar.
3. Milik Anggota Koperasi (Koperasi) Pengawasan dilakukan oleh badan
Pemeriksa yang ditetapkan berdasarkan hasil rapat anggota / Anggaran
Dasar Untuk menjaga konsistenssi dan kelangsungan usaha BPR
syariah, ditentukan bahwa :
a. BPR syariah dilarang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional
b. BPR syarah tidak diperkenankan untuk mengubah kegiatan
usahanya menjadi BPR konvensional.
c. BPR syariah yang semula memiliki ijin usahanya sebagai BPR
konvensional dan telh memiliki ijin perubahan kegiatan usaha
menjadi berdasarkan prinsip syariah, tidak diperkenankan
mengubah status menjadi BPR konvensional. Pembukaan
kantor cabang BPR Syariah dapat membuka kantor cabang
hanya dalam wilayah propinsi yang sama dengan kantor
pusatnya. Pembukaan kantor cabang BPR Syariah dapat
dilakukan hanya dengan izin Direksi Bank Indonesia. Rencana
pembukaan kantor cabang wajib dicantumkan dalam rencana
kerja tahunan BPR Syariah. BPR Syariah yang akan membuka
kantor wajib memenuhi persyaratan tingkat kesehatan selam 12
(dua belas) bulan terakhir tergolong sehat. Dan di dalam
pembukaan kantor cabang BPR Syariah wajib menambah
modal disetor sekurang – sekursngnya sebesar jumlah untuk
mendirikan BPR Syariah untuk setiap kantor.7

F. Strategi Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah


Strategi pengembangan BPR syariah yang perlu di perhatikan sebagai
adalah sebagai berikut:
1. Langkah-langkah untuk mensosialisasikan keberadaan BPR syariah,
bukan saja produknya tapi juga sistem yang digunakan perlu
diperhatikan. Upaya ini dapat dilakukan melalui BPR syariah sendiri
dengan mengunakan pemasaran yang halal, seperti: melalui informasi
mengenai BPR syariahdi media media masa.
2. Hal lain yang di tempuh adalah perlunya kerja sama BPR syariah
dengan lembaga pendidikan atau non pendidikan yang mempunyai
relevansi dengan visi dan misi BPR syariah untuk mensosialisasikan
BPR syariah.
3. Usaha usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM dapat
dilakukan melalui pelatihan pelatihan megenai lembaga keuangan
syariah serta lingkungan yang mempengarurihinya. Untuk itu
diperlukan kerjasama di antara BPR syariah dengan lembaga
pendidikan untuk membuka pusat pendidikan lembaga keuangan
syariah atau kursus pendek (shortcourse) lembaga keuangan syariah.
Tujaan di dirikan shortcourse untuk menyediakan SDM yang siap
kerja di lembaga keuangan syariah.khusus BPR syariah.

7
Struktur Organisasi Bank BPRS Bhakti Sumekar http://bhaktisumekar.co.id/index.php/tentang-
kami/struktur-organisasi-kiri
4. Melalui pemetaan potensi dan optimasi ekonomi daerah akan di
ketahui berapa besar kemampuan BPR syariah dan lembaga keuangan
syariah yang lain dalam mengelola sumber sumber ekonomi yang ada.
Dengan cara itu pula dapat dilihat kesinambungan kerja di antar BPR
syariah,demikian juga kesinambungan kerja BPRsyariah dengan bank
syariah dan BMT lainnya yang ada di Indonesa.
5. BPR syariah bertanggung jawab terhadap masalah keislaman
masyarakat dimana BPR syariah tersebut berada. Maka perlu
dilakukan kegiatan rutin keagamaan dengan tujuan meningkatkan
kesadaran akan peran islam dalam bidang ekonomi.
Demikian juga pola ini dapat membantu BPR syariah dalam mengetahui
gejala gejala ekonomi sosial yang ada di masyarakat. Hal ini akan menjadikan
kebijakan BPR syariah di bidang keuangan lebih sesuai dengan kondisi
masyarakat.

BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai