PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Berangkat dari hal ini maka Muhammadiyah sebagai bagian dari komponen
bangsa sekaligus sebagai warna dalam kemajemukkan bangsa tercinta ini. Kita akui
sebagai bangsa yang majemuk baik dari terdapatnya berbagai macam suku, bahasa
dan kebudayaan serta organisasi-organisasi kemasyarakatan (ORMAS) adalah warna
yang masing-masing mempunyai keunikan tersendiri. Dalam muhammadiyah ada
sebuah pedoman yang disebut dengan khithah, dimana khittah tersebut sebagai
langkah atau kebijakan yang dirumuskan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu kita
perlu mempelajari tentang khittah perjuangan muhammadiyah tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa (lughowi) istilah Khittah berasal dari bahasa arab yaitu khiththotun
yang artinya garis/langkah. Sehingga arti Khittah Muhammadiyah berarti garis-garis
besar atau langkah-langkah persyarikatan Muhammadiyah. Sedangkan dari segi istilah,
Khittah Muhammadiyah adalah pedoman yang berisi arah, kebijakan atau langkah-
langkah yang dirumuskan oleh persyarikatan Muhammadiyah, yang harus dilaksanakan
untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Khittah Perjuangan Muhammadiyah artinya garis besar perjuangan Muhammadiyah.
Khittah itu mengandung konsepsi (pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan,
pedoman, dan arah perjuangan. Hal tersebut mempunyai arti penting karena menjadi
landasan berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota Muhammadiyah.
Garis-garis besar perjuangan Muhammadiyah tersebut tidak boleh bertentangan dengan
asas dan tujuan serta program yang telah disusun.
1
1. Perumusan Langkah Muhammadiyah tahun1938 – 1940.
Langkah Muhammadiyah tahun 1938-1940 lebih menekankan pada garis-garis
besar program Muhammadiyah yang ditetapkan untuk kurun waktu tertentu yaitu
mulai tahun 1928 dan diharapkan tuntas atau tercapai penyelesaiannya pada tahun
1940 (satu periode kepemimpinan). Pada periode ini terkenal dengan sebutan
Langkah Dua Belas Muhammadiyah, yang dirumuskan pada periode kepemimpinan
K.H. Mas Mansur. Berikut merupakan Langkah Dua Belas Muhammadiyah :
a. Memperdalam Masuknya Iman
Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-lebarnya,
yakni diberi riwayatnya dan diberi dalil buktinya, dipengaruhkan dan
digembirakan, sampai iman itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum
dan mendalam di hati sanubari kita, sekutu-sekutu Muhammadiyah
seumumnya.
b. Memperluas Faham Agama
Hendaklah faham agama yang sesungguhnya itu dibentangkan dengan
arti yang seluas-luasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan, sehingga kita
sekutu-sekutu Muhammadiyah mengerti perluasan Agama Islam, itulah yang
paling benar, ringan dan berguna, maka, mendahulukanlah pekerjaan
keagamaan itu.
c. Memperbuahkan Budi Pekerti
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji dan
akhlaq yang tercela serta diperbahaskannya tentang memakainya akhlaq yang
mahmudah dan menjauhkannya akhlaq yang madzmumah itu, sehingga
menjadi amalan kita, ya seorang sekutu Muhammadiyah, kita berbudi pekerti
yang baik lagi berjasa.
d. Menuntun Amalan Intiqad (self correctie)
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self
correctie), segala usaha dan pekerjaan kita, kecuali diperbesarkan, supaya
diperbaikilah juga. Buah penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan di
tempat yang tentu, dengan dasar mendatangkan maslahat dan menjauhkan
madlarat, sedang yang kedua ini didahulukan dari yang pertama.
e. Menguatkan Persatuan
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan menguatkan persatuan
organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita serta
mempersamakan hak-hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita.
f. Menegakkan Keadilan
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan
mengenai badan sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu dibela
dan dipertahankan di mana juga.
g. Melakukan Kebijaksanaan
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah
disendikan kepada Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang
menyalahi ke-dua pegangan kita itu, mestilah kita buang, karena itu bukan
kebijaksanaan yang sesungguhnya. Dalam pada itu, dengan tidak mengurangi
segala gerakan kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1838-1940 H.
1
h. Menguatkan Majlis Tanwir
Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan kita
Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga disisi
Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah, maka sewajibnyalah kita perteguhkan
dengan diatur yang sebaik-baiknya.
i. Mengadakan Konperensi Bagian
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah bagian
kita, maka hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi bagian,
umpama: Konperensi Bagian: Penyiaran Agama seluruh Indonesia dan lain-
lain sebagainya.
j. Mempermusyawaratkan Putusan
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan, maka hendaklah
setiap ada keputusan yang mengenai kepala Majlis (Bagian),
dimusyawarahkanlah dengan yang bersangkutan itu lebih dahulu, sehingga
dapatlah mentanfidzkan dengan cara menghasilkannya dengan segera.
k. Mengawaskan Gerakan Jalan
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan akan mengawasi gerak kita
yang ada di dalam Muhammadiyah, yang sudah lalu, yang masih langsung
dan yang bertambah (yang akan datang/berkembang).
l. Mempersambungkan Gerakan Luar
Kira berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran
(ekstern), lain-lain persyarikatan dan pergerakan di Indonesia, dengan dasar
Silaturahim, tolong-menolong dalam segala kebaikan, yang tidak mengubah
asasnya masing-masing, terutama perhubungan kepada persyarikatan dan
pemimpin Islam.
Dimana yang langkah 1 sampai ke 7 merupakan langkah ilmu yaitu langkah-
langkah yang masih memerlukan penjelasan berupa ilmu sebelum dilaksanakan.
Kemudian langkah 8 sampai ke 12 merupakan langkah alami yaitu langkah-langkah
yang tinggal mengamalkan atau melaksanakan sehingga tidak perlu dijelaskan karena
sudah terang dan nyata.
2. Khittah Palembang 1956 – 1959.
Khittah palembang ini dirumuskan pada muktamar muhammadiyah ke 33
tahun 1956 di palembang pada periode kepemimpinan AR (Ahmad Rasyid) Sutan
Mansur. Isi khittah palembang menguraikan 7 langkah pokok yang berisi kebijakan
program dalam muhammadiyah untuk tahun 1956-1959. Khittah palembang mirip
dengan dua belas langkah Muhammadiyah yaitu menanamkan kembali kesadaran
akan posisi Muhammadiyah sebagai gerakan islam yang memerlukan pagar tertentu
agar menjadi pedoman bersikap dan bertindak bagi seluruh anggotanya. Berikut
merupakan penetapan khittah pada periode ini:
a. Menjiwai pribadi para anggota terutama para pemimpin Muhammadiyah
dengan :
Memperdalam dan mempertebal Tauhid.
Menyempurnakan ibadah dengan khusuk dan tawadlu.
Mempertinggi ahlak.
Memperluas ilmu pengetahuan.
1
Menggerakan Muhammadiyah dengan penuh keyakinan dan rasa
tanggung jawab, hanya mengharapkan keridhoan Allah dan
kebahagian umat.
b. Melaksanakan Uswatun Hasanah :
Muhammadiyah harus selalu dimuka membimbing arah pendapat
umum.
Menegakan agama islam.
Membentuk rumah tangga bahagia.
Mengatur hidupdan kehidupan antara rumah tangga dan tetangga.
Anggota muhammadiyah harus menyesuaikan hidup dimasyarakat.
c. Mengutuhkan Organisasi Dan Merapikan Administrasi :
Memeliharah fitrah terhadap keutuhan organisasi dan administrasi.
Memperkuat keahlian para pekerja dan pemimpin agar tetap segar
dan giat.
Menanamkan kesadaran organisasi.
Administrsi dituntun menurut ketentuan yang ada.
d. Memperbanyak Dan mempertinggi Mutu Amal
Memperbaiki dan melengkapi amal usaha muhammadiyah
(termasuk tempat ibadah pada sekolah-sekolah) sehingga dapat
mendatangkan manfaat kepada sesama manusia dari segala lapisan
dan golongan.
Menggiatkan gerakan perpustakaan, karang-mengarang,
penterjemahan, penerbitan, taman bacaan dan kutub khanah.
Mendirikan asrama-asrama di tempat-tempat yang ada di sekolah-
sekolah lanjutan di beri pendidikan jasmani dan rohani.
e. Mempertinggi Mutu Anggota Dan Membentuk Kader.
Menetapkan minimum pengertian dan amalan agama yang perlu
dimiliki oleh tiap-tiap anggota Muhammadiyah.
Memberi penghargaan setiap keluarga Muhammadiyah dan anak
Muhammadiyah dan umat islam pada umumnya yang berjasa,
“yang tua dihormati”, “yang muda disayangi”.
Menuntun anggota menurut bakat dan kecakapannya (tani, buruh,
pedagang, pegawai, cerdik pandai, dll) sesuai dengan ajaran islam.
Menempatkan pecinta dan pendukung muhammadiyah berjenjang
naik; simpatisan, calon anggota anggota dan anggota teras.
Mengadakan kursus kemasyarakatan di daerah.
f. Memperarat Ukhuwah.
Mempererat hubungan antara sessama muslim menuju ke arah
kesatuan umat islam.
Mengadakan ikatan yang nyata, umpamanya berjama’ah, himpunan
berkala, ta’ziah dsb.
Mengadakan badan ishlah untuk :
- Sebagai penghubung bilamana ada kertakan
- Mencegah hal-hal yang akan menimbulkan kerusakan
1
- Menghindarkan dan menjauhkan segala hal yang dapat
menimbulkan perselisihan dan persengketaan.
g. Menuntun Penghidupan Anggota.
Membimbing usaha keluarga muhammadiyah yang meliputi segenap
persoalan-persoalan, penghidupan dan pencarian nafkah dan
menyalurkannya kepada saluran yang menuju kearah kesempurnaan.
1
b. Program Dasar Perjuangan
Dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar dalam arti proporsi yang
sebenarbenarnya, muhammadiyah harus mampu membuktikan bahwa ajaran islam
mampu mengatur masyarakat dalam NKRI yang berpancasila dan ber UUD 1945
menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, materil, dan
spritual yang diridhoi Allah SWT.
a. Hakekat Muhammadiyah
Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang disebabkan oleh daya
dinamika dari dalam ataupun karena persentuhan dengan kebudayaan dari
luar, telah menyebabkan perubahan tertentu. Perubahan itu menyangkut
seluruh segi kehidupan masyarakat, diantaranya bidang sosial, ekonomi,
politik dan kebudayaan yang menyangkut perubahan struktural dan
perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam hubungan antar manusia.
Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan dan
perubahan itu, senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan
amar ma'ruf nahyi munkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal
usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya, ialah masyarakat,
sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya: "Menegakkan
dan menjungjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya". Dalam melaksanakan usaha tersebut,
Muhammadiyah berjalan diatas prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud
1
dalam "Mattan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah".
Keyakinan dan cita-cita Hidup Muhammadiyah itu senantiasa menjadi
landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan amal usaha dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta
dalam kerjasama dengan golongan Islam lainnya.
1
mengamalkan Agama Islam serta membela kepentingannya. Dalam
melakukan kerjasama tersebut, Muhammadiyah tidak bermaksud
menggabungkan dan mensubordinasikan organisasinya dengan organisasi
atau institusi lainnya.
e. Dasar Program Muhamamdiyah
Berdasarkan landasan serta pendirian tersebut diatas dan dengan
memperhatikan kemampuan dan potensi Muhammadiyah dan bagiannya,
perlu ditetapkan langkah kebijaksanaan sebagai berikut:
1
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan