Anda di halaman 1dari 31

BAB XII

SPESIFIKASI TEKNIS

Keterangan :

Pokja ULP menguraikan Spesifikasi Teknis dan Gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

1. LINGKUP PEKERJAAN

Uraian dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini menyangkut segi lingkup pekerjaan :
REHABILITASI GEDUNG KANTOR BADAN PENGHUBUNG PROVINSI JAWA TIMUR.

2. JENIS DAN MUTU BAHAN

2.1. Jenis dan mutu bahan yang akan dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi
dalam negeri, sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi,
Menteri Perindustrian dan Menteri Penertiban Aparatur Negara tanggal 23 Desember 1980
dan Perpres Nomor 54 tahun 2010.

2.2. Bahan-bahan bangunan/tenaga kerja setempat, sesuai dengan lokasi yang ditunjuk, bila
bahan-bahan bangunan dari semua jenis memenuhi syarat teknis, sesuai dengan
peraturan yang ada dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan ijin dari Kuasa
Pengguna Anggaran / Direksi (secara tertulis).

2.3. Bila bahan-bahan bangunan yang telah memenuhi spesifikasi teknis terdapat
beberapa/bermacam-macam jenis (merk) diharuskan untuk memakai jenis dan mutu
bahan satu jenis.

2.4. Bila Rekanan telah menanda tangani/melaksanakan jenis dan mutu bahan untuk
pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan bahan-bahan
tersebut harus ditolak dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam setelah
ditolak dan biaya menjadi tanggung jawab rekanan.

2.5. Bila dalam uraian dan syarat-syarat yang disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu
barang, maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukan kualitas dan tipe dari barang-
barang yang memuaskan Pemberi Tugas.

3. URAIAN PEKERJAAN

3.1. Penyediaan
Pemborong harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk semua alat-alat
pembantu yang dipergunakan seperti andang-andang, alat-alat pengangkat, mesin-mesin,
alat-alat penarik dan sebagainya yang diperlukan oleh rekanan dan untuk semua alat-alat
tersebut pada waktu pekerjaan selesai karena sudah tidak berguna lagi, dan untuk
memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.

3.2. Kuantitas dan kualitas pekerjaan


a. Kuantitas dan kualitas pekerjaan yang termasuk dalam harga kontrak harus dianggap
seperti apa yang tertera dalam gambar kontrak atau diuraikan dalam uraian dan syarat-
syarat. Tetapi kecuali yang disebut diatas apa yang tertera dalam uraian dan syarat-syarat
dalam kontrak itu bagaimanapun tidak boleh menolak, merubah atau mempengaruhi
penerapan dari apa yang tercantum dalam syarat-syarat ini.
b. Kekeliruan dalam uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan bagian-bagian dari
gambar dan uraian dan syarat-syarat tidak boleh merusak (membatalkan) kontrak ini,
tetapi hendaknya diperbaiki dan dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh
pemberi tugas.

4. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN

4.1. Gambar-gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar bestek, gambar detail
konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang telah dilaksanakan oleh perencana telah
disampaikan kepada rekanan beserta dokumen-dokumen lain. Rekanan tidak boleh
mengubah atau menambah tanpa mendapat persetujuan tertulis dari Kuasa Pengguna
Anggaran. Gambar-gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak
ada hubungannya dengan pekerjaan pemborongan ini atau dipergunakan untuk maksud-
maksud lain.

4.2. Gambar-gambar tambahanBila Kuasa Pengguna Anggaran / Direksi menganggap perlu,


maka Konsultan Perencana harus membuat gambar detail (gambar penjelasan) yang
disyahkan oleh Direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik Direksi.

4.3. As Built Drawing (Gambar yang sesuai sebagaimana yang dilaksanakan)


Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar-gambar baik penyimpangan
atas perintah pemberi Tugas atau tidak, pengawas harus membuat gambar-gambar yang
sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan (As Built Drawing) yang jelas memperhatikan
perbedaan antara gambar-gambar kontrak dan pekerjaan yang dilaksanakan. Gambar-
gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3  (tiga) dan semua biaya
pembuatannya ditanggung oleh Rekanan.

4.4. Gambar-gambar ditempat pekerjaan


Rekanan harus menyimpan ditempat pekerjaan satu rangkap gambar kontrak lengkap
termasuk rencana Kerja dan Syarat-syarat, Berita Acara Aanwijzing, Time Schedule
dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas) termasuk perubahan-perubahan terakhir
dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika pemberi tugas atau wakilnya
sewaktu-waktu memerlukan.

5. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI)

5.1. Adapun kebangsaan pemborong, Sub Pemborong, leveransir  atau penengah (Arbitrase)
dan dimanapun mereka bertempat tinggal / menetap (domisili) atau dimanapun pekerjaan
atau bagian pekerjaan berada Undang-undang Republik Indonesia adalah Undang-
undang yang melindungi kontrak ini.

5.2. Untuk memudahkan komunikasi demi untuk mempermudah jalannya pelaksanaan


pekerjaan rekanan pemborong berkewajiban memberikan alamat yang tetap dan jelas
dengan nomor telpon rumah kepada Kuasa Pengguna Anggaran.

6. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

6.1. Bila terdapat perbedaan gambar, antara gambar rencana dan gambar detail maka gambar
detail yang dipakai/diikuti.

6.2. Bila terdapat skala gambar dan ukuran dalam gambar tidak sesuai, maka ukuran dengan
angka dalam gambar yang diikuti.

6.3. Bila ukuran-ukuran jumlah yang diperlukan dan bahan-bahan/barang dipakai dalam RKS
tidak sesuai dengan gambar, maka RKS yang diikuti.
6.4. Rekanan berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang hal-hal tersebut diatas.
Setelah rekanan menerima dokumen dari Kuasa Pengguna Anggaran dan hal tersebut
akan dibahas dalam rapat penjelasan.

6.5. Sebelum melaksanakan pekerjaan rekanan diharuskan meneliti kembali semua dokumen
yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Rapat penjelasan.

7. PERSIAPAN DI LAPANGAN

7.1. Los Kerja / Direksi Keet.


Pemborong diwajibkan membuat bouwkeet untuk kantor pegawainya, dan gudang
untuk bahan-bahan yang perlu terhindar dari gangguan cuaca.
a. Bila dianggap perlu oleh Direksi lapangan, pemborong diwajibkan membuat los kerja
untuk tempat pekerja, sehingga terhindar dari matahari dan hujan.

7.2. a. Sebelum rekanan Pemborong mengadakan persiapan di lokasi, sebelumnya harus


memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan / perkenan untuk memulai dengan
persiapan-persiapan pembangunan kepada Ketua Jurusan yang bersangkutan
terutama tentang dimana harus membangun bangunan, jalan masuk dan sebagainya.
b. Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran Direksi lapangan sudah harus
mulai aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai dengan tugasnya.
c. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum pada tiap-tiap bagian
pekerjaan dilaksanakan, diharuskan mendapat ijin tertulis dari Direksi lapangan untuk
dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara berkala.

8. JADWAL PELAKSANAAN

Pada saat rekanan akan mulai pelaksanaan dilapangan atau setelah rekanan menerima SPK dari
Kuasa Pengguna Anggaran harus segera mengadakan persiapan antara lain pembuatan jadwal
pelaksanaan yang berupa Bar Chart secara tertulis, berisi tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan,
waktu yang dicantumkan atau direncanakan dan disesuaikan dengan jangka waktu yang
ditetapkan dalam kontrak. Bar Chart tersebut harus selalu berada dilokasi, tempat pekerjaan
untuk diikuti dengan perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan dengan diberikan
tanda garis tinta warna merah. Bila terdapat/terlihat hambatan, semua pihak harus segera
mengadakan langkah-langkah untuk penanggulangan hambatan yang akan terjadi.

9. KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN

9.1. Pengawasan dan Prosedur Pelaksanaan

Pemborong/rekanan harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan


kecakapan dan perhatian sepenuhnya.Ia  harus semata-mata bertanggung jawab untuk
semua alat-alat konstruksi, cara-cara teknik urutan dan prosedur dan untuk
mengkoordinasikan semua bagian pekerjaan yang berada didalam kontrak.

9.2. Pegawai pemborong yang melaksanakan :

a. Sebagai pemimpin pelaksanaan proyek sehari-hari pada pelaksana pekerjaan


pemborong harus dapat menyerahkan kepada seorang pelaksanaan ahli, cakap sesuai
bidang keahliannya, yang diberi kuasa dengan penuh tanggung jawab dan selalu berada
ditempat pekerjaan.

b. Sebagai penanggung jawab di lapangan pekerjaan pelaksanaan harus mempelajari dan


mendalami semua isi gambar, bestek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga tidak terjadi
kesalahan-kesalahan konstruksi maupun kualitas bahan-bahan yang harus
dilaksanakan.
c. Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan-bahan bangunan dapat dilaksanakan
apabila ada  izin tertulis dari Pengawas/ Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkan rapat
Direksi. Menyimpang dari hal tersebut menjadi tanggung jawab pemborong, untuk
melaksanakan sesuai gambar dan bestek.

d. Direksi berhak menolak penunjukan seorang  pelaksana (Uitvoerder) dari pemborong


berdasarkan pendidikan, pengalaman tingkah laku dan kecakapan, dalam hal ini
pemborong harus segera menempatkan pengganti lain dengan persetujuan Direksi.

10. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

10.1. Keamanan dan kesejahteraan


Selama pelaksanaan pekerjaan rekanan pemborong diwajibkan mengadakan segala hal
yang diperlukan untuk keamanan para pekerja dan tamu, seperti pertolongan pertama,
sanitasi, air minum, dan  fasilitas-fasilitas kesejahteraan. Juga diwajibkan memenuhi
segala peraturan dan tata tertib, ordonansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah setempat.

10.2. Terhadap wilayah orang lain


Pemborong diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar tampak dan harus
mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang berdekatan.

10.3. Terhadap milik umum


Pemborong harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil dan hak pemakai jalan, bersih
dari bahan-bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas, baik
bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
perlengkapan umum (fasilitas) seperti saluran air, listrik dan sebagainya yang disebabkan
oleh kegiatan pemborong, maka biaya pemasangan kembali dan segala perbaikan
kerusakan menjadi tanggung jawab pemborong.

10.4. Keamanan Terhadap Pekerjaan


Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk bahan-bahan
bangunan dan perlengkapan instalasi ditapak, hingga kontrak selesai dan diterima baik
oleh Direksi. Pemborong harus menjaga perlengkapan bahan-bahan dari segala
kemungkinan kerusakan, kehilangan dan sebagainya untuk seluruh pekerjaan termasuk
bagian-bagian yang dilaksanakan oleh pekerja-pekerja dan menjaga agar pekerjaan
bebas dari air hujan dengan melindungi memakai tutup yang layak, memompa atau
menimba seperti apa yang dikehendaki atau diinstruksikan.

11. JAMINAN DAN KESELAMATAN BURUH

11.1. Air Minum dan Air untuk Pekerjaan


a. Pemborong harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih ditempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.
b. Air untuk keperluan bangunan selama pelaksanaan, dapat mempergunakan atau
menyambung pipa air yang telah ada dengan meteran air tersendiri (guna
memperhitungkan pembayaran) atau air sumur yang bersih/jernih dan tawar, bila hal
ini meragukan pengawas harus diperiksa di laboratorium.

11.2. Kecelakaan
Apabila terjadi kecelakaan untuk tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan tersebut
pada waktu pelaksanaan, pemborong harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk
keselamatan si korban dengan biaya pengobatan dan lain-lain menjadi tanggung jawab
pemborong dan harus  segera melaporkan kepada Instansi yang berwenang dan Direksi.

11.3. Dilokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk pertolongan


pertama yang selalu tersedia dalam setiap saat dan berada ditempat Direksi
Keet/Bouwkeet.

12. ALAT-ALAT PELAKSANAAN /PENGUKURAN

Selama pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan/menyiapkan alat-alat baik untuk


sarana peralatan pekerjaannya maupun peralatan-peralatan yang diperlukan untuk memenuhi
kwalitas hasil pekerjaan antara lain : pompa air, beton mollen dan sebagainya.

13. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

13.1. Pemborong harus selalu memegang teguh disiplin keras dan perintah yang baik antara
pekerjanya dan tak akan mengerjakan tenaga yang tidak sesuai atau tidak mempunyai
keahlian dalam tugas yang diserahkan kepadanya.

13.2. Pemborong menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang disediakan
menurut kontrak dalam keadaan baru dan bahwa semua pekerjaan akan berkualitas baik
bebas dari cacat. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standart ini dapat dianggap
defiktif.

13.3. Dalam pengajuan penawaran pemborong harus memperhitungkan biaya-biaya pengujian /


pemerikasaan berbagai bahan pekerjaan.
Diluar jumlah tersebut pemborong tetap bertanggungjawab atas biaya-biaya pengiriman
yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki.

14. PEKERJAAN TIDAK BAIK

14.1. Pemberi  tugas  berhak mengeluarkan  instruksi  agar pemborong membongkar pekerjaan
apa saja yang  telah ditutup   untuk  diperiksa,  atau mengatur untuk mengadakan
pengujian bahan-bahan atau  barang-barang baik  yang sudah maupun yang belum
dimasukkan  dalam pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan.
Ongkos untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban pemborong untuk
disempurnakan dengan kontrak.

14.2. Pemberi  tugas berhak mengeluarkan  instruksi  untuk menyingkirkan   dari tempat
pekerjaan, pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan  atau barang apa saja yang tidak sesuai
dengan kontrak.

14.3. Pemberi tugas berhak (tetap tidak dengan cara tidak adil atau menyusahkan)
mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan siapa saja dari pekerjaan.

15. PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG (MEER EN MINDERWERK)

15.1. Pemborong berkewajiban sesuai dengan pekerjaan yang diterima menurut ketentuan AV-
41 pasal (2) ayat  (3) dan menurut gambar-gambar detail yang telah disahkan oleh Direksi
melaksanakan secara keseluruhan atau dalam bagian-bagian menurut persyaratan-
persyaratan teknis untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.
Pemborong selanjutnya berkewajiban pula tanpa tambahan biaya mengerjakan segala
sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan atau memakai bahan-bahan yang tepat walaupun
satu dan lain hal tidak dicantumkan dalam gambar dan bestek.

15.2. Pekerjaan  tambah dan kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau persetujuan
secara tertulis dari Direksi. Selanjutnya perhitungan penambahan atau pengurangan
pekerjaan dilakukan atas dasar harga yang disetujui oleh kedua belah pihak jika tidak
tercantum dalam daftar harga upah dan satuan pekerjaan.
15.3. Pekerjaan tambah dan kurang yang dikerjakan tidak seizin direksi secara tertulis adalah
tidak sah dan menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.

16. PAPAN NAMA PROYEK

16.1. Pemborong tidak diizinkan membuat iklan dalam bentuk apapun, dalam batas-batas
lapangan pekerjaan atau ditanah yang berdekatan tanpa tanpa ijin Direksi.

16.2. Pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki lapangan
pekerjaan.

16.3. Pemborong harus memasang papan nama proyek dilokasi dengan ukuran 0,8 x 1,2 m 2
warna dasar putih tulisan hitam.

17. PEKERJAAN PEMBONGKARAN

17.1. Pembongkaran dilaksanakan pada :


 LANTAI I
 Bongkar rangka atap + penutup atap
 Bongkar plafond + rangka
 Bongkar kusen pintu, jendela dan BV + daunnya
 Bongkar beton dan dinding bata
 Bongkar keramik lantai dan dinding
 Bongkar tangga monyet
 Bongkar klosed duduk
 LANTAI II
 Bongkar plafond + rangka
 Bongkar kusen pintu, jendela dan BV + daunnya
 Bongkar beton dan dinding bata
 Bongkar keramik lantai dan dinding
 Bongkar klosed duduk

17.2. Pembongkaran harus dilaksanakan secara tertib dan hati-hati sehingga :

- Tidak merusakkan bagian lainnya yang tidak semestinya dibongkar.


- Tidak membahayakan manusia, baik orang lain, personil yang terlibat dalam
pelaksanaan ini maupun pekerjanya sendiri.
- Pada waktu pembongkaran,pemborong harus mengerjakan secara bertahap
apabila
ada ruangan yang masih harus dipergunakan. Pemindahan semua perabot dalam
ruangan yang akan dibongkar juga dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak
barang-barang yang ada didalamnya.
- Pemborong harus menyediakan jaring pengaman atau pentup sementara terhadap
barang-barang yang tidak dapat dipindahkan sehingga tidak merusak atau
mengganggu dalam pengerjaannya.

17.3. Material bekas bongkaran yang oleh direksi lapangan direkomendasikan dapat
dipergunakan kembali dan yang akan digunakan kembali didalam pelaksanaan ini
dengan yang tidak direkomendasikan untuk dipakai kembali namun memiliki kondisi
baik, harus dipisah-pisahkan dan ditempatkan dilapangan pekerjaan sesuai petunjuk
direksi dan dibuatkan berita acara serah terima kepada owner.
18. PEKERJAAN PERSIAPAN

18.1. Termasuk didalam lingkup perkerjaan persiapan pelaksanaan konstruksi ini adalah
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan :
a. Pembersihan lokasi akibat bongkaran dan galian
b. Pekerjaan pengukuran
c. Pekerjaan pemasangan papan bangunan (pasang bouwplank)

18.2. Sebelum rekanan pemborong mengadakan persiapan dilokasi sebelumnya harus


memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan/perkenan untuk memulai dengan
persiapan-persiapan pembangunan kepada pemerintah daerah setempat, terutama
tentang dimana harus membangun Direksi Keet, bahan-bahan bangunan, jalan masuk
dan sebagainya.

18.3. Pada saat mengadakan persiapan pengukuran Direksi Lapangan sudah harus mulai aktif
untuk mengadakan pengawasan sesuai dengan tugasnya.

18.4. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum tiap-tiap bagian pekerjaan
dilaksanakan, diharuskan mendapatkan ijin tertulis dari Direksi lapangan untuk dapat
meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara berkala.

19. PEMBERSIHAN LOKASI

19.1. Pembersihan dilaksanakan pada :


a. Semua jenis kotoran, tanaman, tumpukan sisa material, peralatan tak terpakai dan
lain-lain yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan konstruksi disekitar daerah
pekerjaan hingga seluas kapling bangunan.

19.2. Pembuangan sisa-sisa pembersihan lokasi harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
atau ditempatkan dilapangan pekerjaan sesuai petunjuk direksi.

19.3. Setelah pembersihan lahan bekas bongkaran lantai bagian belakang harus dilakukan
perataan lahan rata dengan tanah.

20. PEKERJAAN PENGUKURAN

20.1. Lingkup pekerjaan pelaksanaan konstruksi ini adalah penyediaan tenaga, bahan
material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pematokan.

20.2. Bahan yang dimaksud adalah bahan untuk pemasangan patok ukur yang terdiri dari
kayu meranti/kruing ukuran 5/7 serta peralatan ukur berupa pesawat ukur theodolite dan
atau alat ukur lainnya.

20.3. Pengukuran awal harus dilakukan guna menentukan titik-titik kolom bangunan di
lapangan, serta duga tinggi ± 0.00 (yakni sama dengan tinggi permukaan BM yang
sudah ditentukan).

20.4. Pengukuran selanjutnya dilaksanakan bertahap sesuai dengan tahapan pekerjaan yang
membutuhkannya yang antara lain adalah :
a. Untuk penetapan pemasangan bouwplank
b. Untuk leveling lantai struktur, ring balk, untuk kedudukan kuda-kuda dan lain-lain.
c. Untuk pengecekan kebenaran kedudukan elemen-elemen konstruksi selama
pengerjaannya.
20.5. Hasil pengukuran di lapangan harus dinyatakan dengan tanda patok-patok ukur dititik-
titik koordinat yang dimaksud serta diberi tanda duga tingginya (peil) dengan cat warna
merah.

20.6. Patok-patok ukur harus terbuat dari kayu meranti/kruing berukuran penampang 5/7 cm,
ditanam kokoh sedemikian rupa sehingga tidak rusak atau berubah tempat oleh
benturan- benturan kecil akibat pelaksanaan pekerjaan lainnya (pemasangan
bouwplank). Bila patok-patok ini bergeser, miring, atau tenggelam/tercabut, maka
kontraktor pelaksana harus menggantinya dengan melakukan pengukuran kembali
sebagaimana mestinya.

20.7. Pengukuran harus dilaksanakan oleh tenaga pengukur lapangan yang terampil dengan
menggunakan alat ukur theodolite. Pengukuran ini harus selalu disertai oleh Konsultan
Pengawas / Direksi dan sebelum penanaman patok ukur, titik-titik ukur yang ditetapkan
sudah harus disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.

20.8. Pengukuran awal ini akan dituangkan dalam Berita Acara pengukuran awal (Uitzet) yang
ditanda tangani semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi bangunan ini
untuk dipakai sebagai pedoman bagi pengukuran selanjutnya.

20.9. Berdasarkan keperluannya diatas maka kontraktor pelaksana harus senantiasa


menyediakan pesawat ukur di lapangan dalam jumlah yang cukup serta dapat berfungsi
dengan baik selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.

20.10. Bila oleh karena sesuatu hal kontraktor pelaksana tidak dapat menyediakannya di
lapangan pekerjaan maka Konsultan Pengawas/Direksi berwenang mengadakannya
dengan biaya sewa yang ditanggung oleh kontraktor pelaksana.

20.11. Hal ini sudah harus dianggap sebagai faktor-faktor yang sudah diperhitungkan di dalam
penawaran pekerjaan ini.

20.12. direksi dan dibuatkan berita acara serah terima kepada owner.

21. PEKERJAAN PEMASANGAN PAPAN BANGUNAN (PASANG BOUWPLANK)

21.1. Termasuk didalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga, bahan material dan
peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan pemasangan bouwplank.

21.2. Bahan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah :


a. Kayu meranti ukuran 5/7 dan papan meranti MC 2/20
b. Cat warna merah

21.3. Papan bangunan ukuran 2/20, diketam rata permukaan atasnya, di pasang rata air
setinggi duga lantai (± 0.00) berjarak 2 m kearah luar as kolom bangunan.

21.4. Tiang-tiang papan bangunan ukuran 5/7, dipasang kokoh maksimal setiap jarak 2 m.

21.5. Semua titik as kolom pada papan bangunan harus diberi tanda dengan cat dan paku.

21.6. Papan bangunan harus tetap berdiri kokoh hingga pelaksanaan konstruksi mencapai
pengecoran beton plat lantai.
22. PEKERJAAN TANAH / URUGAN

Pekerjaan ini dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :


 LANTAI I DAN PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK
22.1. Pekerjaan urugan dilaksanakan pada lahan yang akan dipakai untuk bangunan ini
seperti yang tercantum pada gambar.

22.2. Lahan yang akan dipakai untuk bangunan baru ini diurug dengan menggunakan urugan
sirtu yang kemudian dipadatkan dengan menggunakan masin pemadat/mesin penggilas
dengan menggunakan mesin pemadat.

22.3. Sedangkan untuk pekerjaan urugan pasir dilaksanakan untuk pekerjaan, urugan bawah
pondasi batu kali.

22.4. Dalamnya parit pondasi harus sesuai gambar dan gambar detail. Hal-hal yang
menyimpang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan lebih atau kurang, galian harus
cukup lebar untuk dapatnya pekerja dengan baik serta sisinya tidak mudah gugur.

22.5. Galian tanah pondasi harus dibuang diluar bouwplank dan diratakan diluar gedung
sedemikian rupa hingga tidak mudah gugur kembali kedalam lobang parit pondasi.

22.6. Jika Direksi menganggap pondasi sudah cukup mengeras urugan dilakukan selapis
demi selapis dengan pasir urug yang sudah dipilih (bersih) dan ditumbuk hingga padat.

22.7. Urugan samping pondasi seluruhnya dilaksanakan dengan urugan tanah galian
sehingga mencapai tanah asli, baik bagian luar maupun semua bagian dalam
dipadatkan dan disiram dengan air sehingga kenyang dan padat.

22.8. Dibawah pondasi harus diurug dengan pasir urug minimal tebal setelah dipadatkan 10
cm atau sesuai gambar.

22.9. Pemborong harus menyediakan mesin-mesin pompa yang bekerja baik untuk
menguras/mengeringkan genangan-genangan air pada galian dan lobang pondasi
akibat hujan, air sumber atau sebab-sebab lain pondasi harus dikerjakan dalam keadaan
galian yang kering.

23. PEKERJAAN PONDASI STRAUSS

 LANTAI I DAN PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK


23.1. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan dan pendayagunaan tenaga kerja,
bahan-bahan instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua
pekerjaan pemasangan pondasi strauss dan yang berhubungan, antara lain :
a. Perataan dan pembersihan lokasi kerja hingga benar-benar datar dan bebas
darisegala macam bahan yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
b. Survei dan setting titik strauss sesuai berita acara uitzet.
c. Penyediaan material dan pekerjaan pembersihan.

23.2. Pondasi strauss yang digunakan setara produksi lokal dengan penampang lingkaran
diameter 30 cm dengan mutu beton K.250, dengan kedalam tiang 6 m untuk gedung
lantai I dan penampang lingkaran diameter 30 cm dengan mutu beton K.250, dengan
kedalam tiang 3 m untuk pembuatan joglo pintu masuk atau sesuai gambar rancangan
pelaksanaan.

23.3. Pemasangan pondasi strauss harus dilaksanakan tepat pada titik-titik pondasiyang telah
disetujui Direksi. Arah pondasi strauss adalah tegak lurus bidang rata air. Oleh
karenanya selama pengerjaan pondasi, kelurusan harus dikontrol dengan 2 alat ukur
theodolite pada sumbu absis dan ordinatnya. Penyimpangan akhir pelaksanaan hanya
diperkenankan maksimum 5 cm dari sumbu absis dan ordinatnya.
23.4. Bila penyimpangan kedudukannya lebih dari yang disyaratkan, kontraktor pelaksana
harus membuat rencanan perubahan poer beserta perhitungan konstruksinya dan harus
mendapatkan persetujuan direksi sebelum poer dilaksanakan.

23.5. Bila hal ini terjadi, tambahan biaya yang mungkin timbul sepenuhnya menjadi tanggung
jawab kontraktor pelaksana.

23.6. Pemasangan pondasi strauss dilaksanakan pada titik yang telah ditentukan dengan
pedoman sesuai gambar rencana.

23.7. Pengerjaan pondasi strauss dilakukan hingga kedalam 6 m dan 3 m dari permukaan
tanah asli. Setiap pekerjaan pondasi strauss harus disaksikan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.

23.8. Pekerjaan pembuatan poer harus dilaksanakan sesuai gambar perencanaan, Agar
tulangan dari pondasi strauss tersebut dapat dikaitkan di dalam poer adalah menjadi
tanggung jawab kontraktor dan sudah harus dianggap telah termasuk dalam faktor-
faktor penawaran.

23.9. Sebelum pelaksanaan pemancangan kontraktor harus memberitahu terlebih dahulu


kepada Pengawas proyek dan harus sudah mendapat persetujuan dari Pengawas
proyek.

23.10. Pelaksanaan konstruksi diatas pondasi baru boleh dilaksanakan setelah pondasi benar-
benar kering (minimal 3 minggu setelah selesai pengecoran poer di tiap-tiap titik
pondasi) serta meperoleh persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi.

24. PEKERJAAN PONDASI PLAT POOR DAN PLAT MENERUS


 LANTAI I DAN PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK
23.1 Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan dan pendayagunaan tenaga kerja,
bahan-bahan instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua
pekerjaan pemasangan pondasi plat dan yang berhubungan, antara lain :

a. Perataan dan pembersihan lokasi kerja hingga benar-benar datar dan bebas
darisegala macam bahan yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
b. Survei dan setting titik strauss sesuai berita acara uitzet.
c. Penyediaan material dan pekerjaan pembersihan.

23.2 Pondasi plat poor yang digunakan setara produksi lokal dengan penampang 216cm x
150cm x 50cm P1, 150cm x 150 x 50cm P2, 150cm x 150 x 50cm P3, 60cm x 150 x
50cm P4, untuk pondasi gedung bangunan lantai I, dengan mutu beton K.250,
penampang 60cm x 150cm x 50cm untuk pondasi gedung bangunan pembuatan joglo
pintu masuk, dengan mutu beton K.250, sedangkan untuk pondasi plat menerus tebal
12cm untuk pondasi gedung bangunan lantai I, dengan mutu beton K250 atau sesuai
dengan gambar kerja perencanaan.

23.3 Peletakan pondasi plat poor dan plat menerus harus dilaksanakan tepat pada titik-titik
pondasi yang telah disetujui Direksi. Arah pondasi plat adalah tegak lurus bidang rata
air. Oleh karenanya selama pengerjaan pondasi, kelurusan harus dikontrol dengan 2
alat ukur theodolite pada sumbu absis dan kordinatnya. Penyimpangan akhir
pelaksanaan hanya diperkenankan maksimum 5 cm dari sumbu absis dan ordinatnya.

23.4 Bila penyimpangan kedudukannya lebih dari yang disyaratkan, kontraktor pelaksana
harus membuat rencanan perubahan poer beserta perhitungan konstruksinya dan harus
mendapatkan persetujuan direksi sebelum poer dilaksanakan.

23.5 Bila hal ini terjadi, tambahan biaya yang mungkin timbul sepenuhnya menjadi tenggung
jawab kontraktor pelaksana.
23.6 Sebelum pelaksanaan pembesian dan pengecoran pondasi kontraktor harus
memberitahu terlebih dahulu kepada Pengawas proyek dan harus sudah mendapat
persetujuan dari Pengawas proyek.

23.7 Pelaksanaan konstruksi diatas pondasi baru boleh dilaksanakan setelah pondasi benar-
benar kering (minimal 3 minggu setelah selesai pengecoran poer di tiap-tiap titik
pondasi) serta meperoleh persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi.

25. PEKERJAAN BETON DAN BETON BERTULANG


 LANTAI I, LANTAI II DAN PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK
25.1. Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku (PBI
1971) dengan jenis beton sesuai gambar perencanaan.

25.2. Pekerjaan beton bertulang dengan Mutu Beton K175 dan K250 harus dilaksanakan pada
beton bertulang struktur dan diaduk dengan mesin pengaduk / mollen sesuai dengan
persyaratan uji :

 Trial Test dan Mix Design


Merupakan uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan, untuk mengetahui takaran
sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan untuk
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pelaksanaan beton struktur.

 Actual Random Test


Merupakan uji acak selama pelaksanaan pengecoran berlangsung untuk
mengetahui mutu beton pada bagian struktur tertentu.

 Slump Cone Test


Merupakan uji acak untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini jumlah
volume airnya, untuk menjaga konsistensi perbandingan air, semen sehingga
didapat mutu beton seperti yang disyaratkan.
Seluruh prosedur pengujian mengacu pada PBI 1971, dilakukan oleh Kontraktor
dan lembaga/laboratorium uji konstruksi yang ditetapkan sebelumnya dan selalu
dalam pengawasan Konsultan Pengawas, seluruhnya atas biaya Kontraktor.

 Tes Balok Beton


Pada saat pelaksanaan pengecoran plat / balok lantai dasar harus dibuatkan balok-
balok berupa balok kubus atau silinder dengan ukuran dan jumlah disesuaikan
dengan ketentuan yang dimuat dalam PBI 1971, dan dilakukan pengetesan di
Laboratorium konstruksi beton.

25.3. Adukan beton dengan perbandingan 1 pc : 3 ps : 5 kr digunakan untuk beton tidak


bertulang seperti : rabat beton dan lantai kerja, sedangkan adukan beton dengan
campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr dipakai untuk kolom praktis, balok latai, ring balk atau beton
yang bukan struktur.

25.4. Bahan untuk adukan beton :

Semen :
 Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen produksi dalam
negeri merk Gresik, Tiga Roda atau setara dan sesuai standart SNI.
 Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produk/merk.
 Semen yang didatangkan harus baik dan baru serta di dalam kantong-kantong
semen yang masih utuh.
 Untuk penyimpanan diletakkan min. 20 cm diatas tanah. Semen yang mulai
mengeras harus segera dikeluarkan dari lapangan/lokasi.
Agregat Beton :
 Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran dan bahan kimia, bahan
organik dan susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-persyaratan PBI 71
jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dari 5% keseluruhannya.
 Ukuran maksimum dari batu pecah/split adalah 2 cm dengan bentuk lebih kurang
seperti kubus dan mempunyai “bidang pecah” minimum 3 muka dan split harus
bersih, keras dan bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi mutu
beton dan memenuhi persyaratan PBI 71.
 Susunan ukuran koral/pembagian butir harus termasuk susunan batu agregat
campuran di daerah baik menurut PBI 71.

Air :
 Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali
dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
 Penggunaan air kerja harus mendapatkan persetujuan dari Direksi dan bila air yang
digunakan meragukan, maka Pemborong harus mengadakan penelitian
Laboratorium dengan biaya atas tanggungan Pemborong.

Besi Beton :
 Besi beton yang digunakan adalah baja tulangan dengan mutu Ø8 (polos), Ø10
(polos), Ø12 (polos), D-13 (ulir) dan D-16 (polos dan ulir) dilengkapi dengan
pengetesan di Laboratorium dengan diameter-diameter seperti yang tertera dalam
gambar.
Penggunaan diameter yang lain diperkenankan apabila ada persetujuan tertulis dari
Direksi.
 Pembengkokkan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut
gambar / rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal-mal yang sesuai
dengan diameter masing-masing.

Kayu untuk cetakan beton :


 Kayu untuk beton dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PPKI 70 atau dipakai
kayu meranti.
 Papan bekisting dari papan meranti tebal 2 cm / multiplek tebal ± 6 mm dan
pemakaiannya maksimum 2 (dua) kali. Sebelum pengecoran bidang multiplek dilapis
cairan mud oil sampai rata agar pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel
pada papan / multiplek, perancah bekesting dipergunakan kayu meranti ukuran
minimum 5/7 cm atau rangka baja/schafolding.

25.5. Pelaksanaan Pekerjaan Beton :


 Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan
penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan pada tempat-tempat
yang aman dan sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan Direksi.
 Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata pemborong harus
memakai mesin Pengaduk beton / Concrete mixer pengaduk (untuk pembuatan
beton praktis campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr dan 1 pc : 2 ps : 3 kr ) dan memakai Ready
Mix untuk pembuatan untuk pembuatan beton struktur strous dia. 30cm L,6m, dia.
30cm L,3m beton plat menerus tebal 12cm, beton plat poor 216x150x50P1,
150x150x50P2, 150x150x50P3, 60x150x50P4, sloof 15/25, 20/30, kolom 15/15,
25/25, 30/30, 15/30, 20/20, balok 12/25, 20/30, 25/30, 30/40, 30/50, 15/25, 20/35,
20/50, beton plat dack tebal 10 cm, 12 cm, beton plat lisplank tebal 8 cm, 10 cm,
beton plat meja tebal 10 cm memakai mutu beton K-250, untuk beton konsol 15/20,
beton balok latai 12/20 memakai mutu beton K-175, beton rabat lantai kerja tebal 5
cm dan beton rabat tebal 5 cm memakai mutu beton K-100.
 Pengecoran hanya dapat dilaksanakan bila mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi. Untuk itu selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum tanggal pengecoran
yang direncanakan, pemborong harus mengajukan surat permohonan ijin untuk
pengecoran kepada Direksi.
 Segera setelah beton dituankan kedalam bekesting, adukan harus dipadatkan
dengan concrete vibrator dan harus mendapat persetujuan Direksi.
 Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan yang terlalu
cepat dan melindunginya dengan menggenangi air diatas permukaan terus menerus
selama paling tidak 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran plat lantai, sedangkan
untuk kolom struktur harus dilindungi dengan membungkus dengan karung goni yang
dibasahi.
 Pembongkaran bekesting tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan menurut
PBI 71 dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak
merusak beton yang sudah mengeras, dengan terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan Direksi.
 Apabila konstruksi beton bertulang langsung terletak diatas tanah, maka
sebelumnya harus dibuat lantai kerja yang rata dengan campuran 1 pc :
3 ps : 5 kr.

25.6. Pekerjaan Bekisting :


 Untuk mendapatkan bentuk penampang, ukuran dari beton seperti yang ditentukan
dalam gambar konstruksi, bekesting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.
 Bekesting untuk pekerjaan beton, yaitu kolom, lantai, balok dll. dibuat dari papan /
multiplek t = 9 mm yang berkwalitas baik dan tidak pecah-pecah.
 Konstruksi dari bekesting seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang
memerlukan perhitungan harus diajukan kepada Direksi untuk diperiksa dan disetujui
untuk dilaksanakan.
 Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan
tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat
pelaksanaan.
 Bambu tidak boleh digunakan sebagai tiang cetakan, disamping kekuatan dan
kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik, terutama
terhadap berat beton sendiri serta bahan-bahan lainnya yang timbul selama
pengecoran, seperti akibat vibrator dan berat para pekerja.
 Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekesting harus bersih dan kering
dari air limbah, minyak dan kotoran lainnya.

25.7. Pekerjaan Baja Tulangan :


 Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan,
pembengkokan, sambungan, penghentian dll. Untuk semua pekerjaan tulangan
harus dipersiapkan oleh Pemborong kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu sebelum pelaksanaan. Semua detail harus memenuhi persyaratan,
seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat yang harus diikuti
menurut PBI 71, NI-2 dan Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton
Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung tahun 1983.
 Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang ditentukan dalam
gambar.
 Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu
untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan
perbaikan bila perlu.
 Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh Direksi.

26. PEKERJAAN PEMELIHARAAN BETON

26.1. Termasuk didalam lingkup pekerjaan pemeliharaan beton ini adalah penyediaan tenaga,
bahan material, dan peralatan untuk pelaksanaan perlindungan beton hingga beton yang
baru dicor terlindungi dari sinar matahari langsung, angin, dan hujan sampai beton sempat
mengeras secara wajar.

26.2. Bahan yang digunakan anatara lain :


a. Goni
b. Air
26.3. Kontraktor pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar
matahari langsung, angin, dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.

26.4. Kontraktor pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat dengan
cara-cara sebagai dibawah ini :
a. Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi secara teratur
sampai dibongkar.
b. Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya permukaan
plat lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan pengikatan awal
berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14 hari sejak saat
pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan pengawas/Direksi.
c. Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2x sehari harus dilakukan setelah
bekisting dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7 hari.
d. Tidak dibenarkan menimbun atau menggangkut barang diatas beton atau memakai
bagian beton sebagai tumpuan selama menurut Konsultan pengawas/Direksi bahwa
beton tersebut belum cukup mengeras.

27. PEKERJAAN PEMBONGKARAN BEKISTING

27.1. Termasuk didalam lingkup pekerjaan pembongkaran bekisting ini penyediaan tenaga,
bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pembongkaran bekisting beton.

27.2. Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :

a. Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai PBI 1971 Bab 5 ayat 8.
b. Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk mendukung beban kerja di
atasnya bila hal tersebut akan dilakukan.

27.3. Sebelum melaksanakan pembongkaran, Kontraktor pelaksana harus mengajukan ijin


pembongkaran secara lisan kepada Konsultan Pengawas/Direksi. Namun sebelum
Konsultan pengawas/Direksi memberikan ijin secara tertulis (baik melalui surat resmi
maupun tertulis dalam buku Konsultan pengawas/Direksi), Kontraktor pelaksana tidak
dibenarkan melakukan pembongkaran.

27.4. Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati-hati sedemikian rupa sehingga:

a. Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun


konstruksi lainnya.
b. Tidak membahayakan pekerja dan orang lain.

27.5. Bagian beton yang keropos setelah pembongkaran bekisting harus segera diisi dengan
mortar beton sesuai campuran asal.

27.6. Bahan-bahan bekisting bekas bongkaran harus dikumpulkan disuatu tempat atas petunjuk
Konsultan pengawas/Direksi sehingga tidak menghambat jalannya pelaksanaan
selanjutnya.

27.7. Akibat-akibat dari kekhilafan kontraktor pelaksana dalam hal ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawabnya.

28. PEKERJAAN PASANGAN


 LANTAI I, LANTAI II DAN PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK
Pekerjaan ini meliputi : Pemasangan dinding batu bata yang dapat dilihat pada gambar
perencanaan dengan syarat sebagai berikut :
28.1. Semua pasangan tembok batu bata tebal ½ bata dan 1 bata dibuat dengan campuran
(adukan) perekat 1 Pc : 5 Ps sedangkan untuk pasangan tembok yang harus rapat
air (trasraam) dibuat dengan perekat 1 Pc : 3 Ps.

28.2. Tembok harus dipasang tegak lurus siku-siku dan rata, tidak boleh terdapat retak-retak
dengan maksimum pecah dari batu bata merah 20 %.

28.3. Bata harus berukuran sama menurut aturan  normalisasi, dan sebelum dipasng direndam
air terlebih dahulu hingga kenyang.

28.4. Bata yang digunakan harus berkualitas baik dan hasil pembakaran yang matang,
berukuran sama, tidak boleh pecah-pecah dan lain-lain menurut pemeriksaan Direksi

28.5. Tidak diperbolehkan dipasang bata bekas atau batu bata yang pecah-pecah.

28.6. Perancah (andang) tidak diperbolehkan dipasang dengan menembus tembok.

29. PEKERJAAN PLESTERAN


 LANTAI I, LANTAI II DAN PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK
Pekerjaan ini dilaksanakan pada pasangan batu bata baru sebagai berikut :

29.1. Campuran spesi untuk plesteran beton dibuat 1 Pc : 3 Ps sedang untuk plesteran tembok
biasa dilaksanakan campuran 1 Pc : 5 Ps hasil  ayakan yang halus dan selalu ditakar.

29.2. Semua pekerjaan plesteran beton maupun plesteran tembok rata dan halus, merupakan
suatu bidang yang tegak lurus dan siku. Tidak boleh ada retak-retak, kemudian jika terjadi
retak-retak pemborong harus segera memperbaikinya.

29.3. Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing  ( benangan ) supaya digunakan plesteran


1 Pc : 3 Ps dilaksanakan dengan lurus dan tajam.

30. PEKERJAAN KUSEN, JENDELA DAN PINTU

30.1. Pekerjaan yang dilaksanakan antara lain :

 LANTAI I
 Pasang kosen kayu jati 6/15
 Pasang kosen alumunium 4"
 Pasang daun pintu kaca tempered T= 19mm uk. 0.9 x 2.2m
 Pasang daun pintu double teakwood uk. 0.8 x 2.1m
 Pasang daun pintu double teakwood uk. 0.6 x 2.1m
 Pasang daun pintu double teakwood uk. 0.8 x 2.2m
 Pek. daun pintu WPC uk. 0.7x2.1m
 Pasang daun jendela kaca rangka kayu uk. 0.4x0.6m
 Pasang daun jendela kaca rangka kayu uk. 0.4x0.8m
 Pasang kaca bening T= 5mm
 Pasang kaca tempered T= 19mm
 Pek. kubikel toilet + aksesories
 Pasang rangka galvalume
 Pasang multiplek T= 12mm lapis megateak T= 3mm
 Pek. meja receptionist
 LANTAI II
 Pasang kosen kayu jati 6/15
 Pasang kosen aluminium 4"
 Pasang daun pintu double teakwood uk. 0.6 x 2.1m
 Pasang daun pintu double teakwood uk. 0.8 x 2.2m
 Pek. daun pintu WPC uk. 0.7x2.1m
 Pasang kaca bening T= 5mm
 Pasang kaca timah T= 5mm
 Pek. kubikel toilet
 Pasang rangka galvalume
 Pasang multiplek T= 12mm lapis teakwood T= 3mm
 Pasang wallpaper
 Pasang list kayu 15cm

30.2. Persyaratan Bahan :

a. Mutu dan kwalitas kayu yang dipakai untuk kosen adalah jati 6/15 kamper sesuai
dengan persyaratan bahan yang berlaku di Indonesia.

b. Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering (oven), lurus, tanpa cacat
dan retak.

c. Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti tertera pada gambar kerja dengan toleransi 3
mm.

d. Sebelum pelaksanaan semua pekerjaan kayu, material yang digunakan harus sesuai
contoh yang disetujui Direksi Pengawas lapangan dari setiap jenis yang dipilih.

e. Mutu dan kualitas alumunium adalah alumunium lokal sesuai dengan persyaratan
bahan yang berlaku di Indonesia.

f. Untuk kosen yang menggunakan alumunim 4" produksi pabrik (disertai dengan
contoh dan brosur), berkualitas baik dengan spesifikasi sebagai berikut :
 Dimensi : 4" x 1 ¾"
 Tebal profil alumunium : 1.00 mm
 Ultimate strength : 28.000 psi
 Yield strenght : 22.000 psi
 Shear strenght : 17.000 psi
 Anodizing ketebalan lapisan di seluruh permukaan alumunium adalah 8 mikron
dengan (warna coklat) atau ditentukan kemudian

g. Karet sealer harus sesuai ukuran dan bentuknya dengan pintu, jendela

h. Semua alumunium yang dipakai harus pabrikasi, benar-benar lurus dan kualitas
baik.

i. Ukuran alumunium adalah ukuran jadi seperti tertera pada gambar kerja dengan
toleransi 2 mm.

j. Semua pengikat berupa paku, skrup, baut, dynabolt, kawat dan lainnya harus
bergalvanisir sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Indonesia.

k. Pemborong wajib mengajukan contoh bahan/material untuk mendapatkan


persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
l. Untuk pemasangan aluminium composite panel dipasang dengan baik,rapi dan
setiap sambungan sudut harus di verstek sesuai dengan gambar detail yang sudah
ada.

m. Pemasangan kaca pada kusen/daun jendela, menggunakan list, dempul, ataupun


silent yang sesuai dengan gambar perencanaan sedemikian rupa hingga rapat, tidak
bergetar.

31. PEKERJAAN RANGKA ATAP

31.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan baja khusus dipasang untuk kuda-kuda, gording dan nok serta jurai yang
meliputi :
 LANTAI II
 Pasang kuda-kuda baja WF.175.90.5.8
 Pasang gording besi C. 150.65.20.3,2
 Pasang plat pengaku WF T= 10mm
 Pasang plat plendes T= 10mm
 Pasang plat dudukan gording T= 10mm
 Pasang trekstang besi Ø 10mm
 Pasang ikatan angin besi Ø 16mm
 Pasang besi tarik Ø 16mm
 Pek. baut mur Ø 10mm
 Pek. baut angkur Ø 16mm L= 35cm
 Pek. jarum keras Ø 16mm
 Pasang rangka atap galvalum
 Pasang genteng bubungan
 Pasang genteng
 Pasang listplank kalsiplank
 PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK
 Pasang kuda-kuda jurai baja WF 125.60.6.8
 Pasang gording besi C 125.50.20.2,3
 Pasang plat Pengaku WF T= 10mm
 Pasang plat plendes T= 10mm
 Pasang plat dudukan gording T= 10mm
 Pasang trekstang besi Ø 10mm
 Pek. baut mur Ø 10mm
 Pek. baut mur Ø 16mm
 Pek. baut angkur Ø 16mm L= 40cm
 Pasang rangka atap galvalum
 Pasang mahkota bubungan
 Pasang genteng
 Pasang listplank kalsiplank L= 30cm

Umum
 Pekerjaan struktur baja adalah bagian-bagian yang dalam gambar rencana
dinyatakan sebagai struktur baja, juga bagian yang menurut sifat strukturnya
memakai baja dalam hal ini adalah sebagai rangka atap Gedung.
 Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut kontraktor harus membuat gambar kerja
(shop drawing) dari pekerjaan baja dan bila perlu dilengkapi dengan perhitungan
struktur seperlunya.
 Gambar kerja meliputi detail pemasangan, pemotongan, penyambungan, lubang
baut angkur, las, pertemuan pada pemutusan, pengaku, ukuran-ukuran dan lain-lain
yang secara teknis diperlukan, terutama untuk fabrikasi dan pemasangan.
 Gambar-gambar perencana sebagai gambar referensi untuk gambar kerja.
 Setiap ada perubahan dimensi dari profil baja bangunan harus dengan persetujuan
direksi.
 Sub kontraktor yang dipakai oleh kontraktor (bila ada) harus diketahui dan disetujui
oleh direksi.

Peraturan – peraturan / Standart


 Pelaksana pekerjaan harus melaksanakan pekerjaan baja sesuai dengan peraturan
perencanaan Bangunan baja Indonesia.
 Semua pekerjaan baja harus memenuhi syarat dari AISC “Specification For
Fabrication and Erection”.
 Semua pekerjaan baut harus memenuhi syarat dari AISC “Specification For
Fabrication For Structural Joints Boltz.
 Semua pekerjaan las harus mengikuti American Welding Society Code For Arc
Welding in Building Construction Section 4.

Mutu Bahan
 Profil baja dan plat yang digunakan adalah baja St-37 atau ASTM A-36 atau SS.41
(JIS G.3101 – 1970) atau Fe 360 (PPBI) dan harus ada sertifikat pabrik. Tegangan
leleh minimum 2400 kg/cm².
 High strength bolt sesuai ASTM A-325 (High Strength Friction Grip).
 Digunakan 18lectrode las dengan mutu AWS E-6010, sesuai dengan ASTM A-233.
 Cat yang dipergunakan adalah cat yang diperuntukkan khusus untuk baja oleh pabrik
pembuatnya dan dari jenis yang berkualitas baik.
 Untuk baja yang tidak dibungkus beton harus diberi cat Zinkromate / Anti karat.
 Semua bahan yang digunakan harus disertai dengan sertifikat dari pabrik
pembuatnya dan harus diperiksa serta mendapat persetujuan direksi.

 Untuk rangka atap baja ringan produksi pabrikan berstandart SNI produksi
SUPERTRUSS, SMARTRUSS, SMARTFRAME dan setara lainnya dengan kualitas
baik. Dimensi / ukuran untuk Usuk Maintruss C 75.30.0,75 dan Reng UK 30.20.0,45
serta pemasangannya menggunakan selt driling screw dengan jumlah pada masing-
masing titik buhul disesuaikan dengan gambar perencanaan.
 Pekerjaan atap/kap harus dikerjakan dengan baik dan rapi sehingga mendapat
bidang yang rata dan rapat.
 Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh pada bagian penting (lihat gambar detail)
harus ditambah ikatan atau batang perkuatan.

31.2. Pabrikasi
a. Umum
Tenaga kerja yang digunakan (termasuk tukang-tukang) harus betul-betul ahli pada
bidangnya dan melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk-petunjuk
direksi proyek. Ketelitian pekerjaan sangat diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh
bagian dapat cocok satu dengan lainnya pada waktu pemasangan.Sebelum
pelaksanaan pabrikasi, gambar shop drawing harus sudah disetujui oleh direksi.Direksi
proyek mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan
pemeriksaan pekerjaan.Tidak satu pekerjapun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim
sebelum diperiksa dan disetujui. Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan
gambar rencana atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera diperbaiki.Kontraktor
pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri semua pekerjaan, alat-alat perancah
dan sebagainya yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.Kontraktor
pabrikasi harus memperkenankan kontraktor Montase untuk sewaktu-waktu memeriksa
pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan lain-lain yang
berhubungan dengan waktu pemasangan ditempat pekerjaan.Kontraktor Montase tidak
mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi-instruksi mengenai cara
penyelenggaraan pabrikasi.
b. Pola Pengukuran
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjamin
ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh kontraktor pabrikasi. Semua pengukuran
harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui.

c. Kelurusan Pelat / Profil Baja


Sebelum pekerjaan penyambungan dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus
diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus dengan
toleransi yang diizinkan oleh ASTM specification A-6 harus bebas dari puntiran, bila
terjadi puntiran harus diperbaiki, sehingga setelah pelat-pelat disusun akan terlihat
rapat seluruhnya. Pelurusan ataupun pelengkungan yang diperlukan harus dikerjakan
dengan sistem mekanis ataupun dipanaskan setempat dimana temperatur tidak boleh
lebih dari 650 derajat Celcius.

d. Pekerjaan Baja dapat dipotong dengan menggunting, menggergaji atau dengan Las
pemotong
Pemotongan dengan oksigen lebih baik dibandingkan dengan mesin. Permukaan yang
diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan siku terhadap bidang yang
dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.

e. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Gerinda yang diperkenankan


Kalau pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, maka pada
pemotongan diperkenankan terbuangnya metal sebanyak – 3 mm, pada pelat setebal
12 mm atau lebih kecil dan sebanyak-banyaknya 6 mm pada pelat yang tebalnya lebih
besar dari 12 mm.

f. Memotong dengan Las Pemotong


Las pemotong digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal serta
bergerak dengan kecepatan tetap.Pinggit yang dihasilkan oleh las pemotong harus
bersih serta lurus dan untuk menghaluskan tepi yang dipotong itu harus digunakan
gerinda.Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tapi harus diselesaikan
sedemikian rupa sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran besi.

g. Pekerjaan Las & Pengawasan Pekerjaan Las


Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tukang las yang berpengalaman dibawah
pengawasan langsung seorang yang menurut anggapan direksi mempunyai keahlian
dan pengalaman yang sesuai untuk penyelenggaraan pekerjaan semacam itu.
Kontraktor harus menyerahkan rencana kerja kepada direksi untuk mendapatkan
persetujuan, maka cara itu tidak akan diubah tanpa persetujuan lebih lanjut.
Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan sambungan, cara pengelasan / jenis
dan ukuran electrode, tebal bagian-bagian, ukuran dari las serta kekuatan arus listrik
untuk las tersebut harus diajukan kontraktor untuk mendapatkan persetujuan direksi
terlebih dahulu sebelum pekerjaan las listrik dapat dilakukan.
Ukuran electrode, arus dan tegangan listrik dan kecepatan busur listrik, yang
digunakan pada listrik, harus seperti yang dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut dan
tidak akan dibuat penyimpangan tanpa persetujuan tertulis dari direksi.
Pelat-pelat yang akan dilas harus bebas dari kotoran-kotoran besi, minyak, cat, karet
atau lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu las. Las dengan retak susut, retak
pada bahan dasar, berlubang dan kurang tepat letaknya harus disingkirkan.

h. Mengebor Pelat Baut Angkur


Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila keadaan
memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya harus dijepit
bersama-sama dan dibor menembus seluruh tebal sekaligus agar diperoleh posisi
lubang yang tepat. Bila menggunakan baut pas pada salah satu lubang maka lubang ini
dibor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar untuk mencapai ukuran dan
sebenarnya. Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan
menggunakan mal. Setelah mengebor seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan
pelat-pelat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu.Diameter lubang untuk angkur baut,
kecuali baut pas adalah 1.50 mm lebih besar dari pada diameter yang tertera pada
gambar rencana. Diameter lubang-lubang untuk baut pas harus dalam toleransi yang
diberikan. Dalam hal ini menggunakan pas lubang yang tidak dibor menembus
sekaligus untuk seluruh tebal elemen-elemennya, maka lubang dapat dibor dengan
ukuran yang lebih kecil dahulu dan diperbesar kemudian pada saat montase
percobaan.

i. Montase dibengkel (Montase percobaan)


Sebelum diangkat, pekerjaan baja harus dipasang sementara (montase percobaan)
pada halaman kontraktor pabrikasi yang terlindung dari cuaca untuk diperiksa oleh
direksi mengenai alignemen serta tepatnya seluruh bagian dan sambungan.
Kalau terjadi perbedaan kedudukan, maka batang yang berdampingan harus
dimontase bersama-sama pada kedudukan yang dikehendaki lengkap dengan
perletakan-perletakan, gelagar melintang dan seluruh batang-batang penguatnya.
Sambungan sementara harus berhubungan betul menyeluruh dengan menggunakan
cara yang disetujui seperti wartel, jack, las.
Pemahatan yang dilakukan pada saat montase hanyalah untuk membawa bagian-
bagian itu pada posisi yang dikehendaki dan bukan untuk memperbesar lubang atau
merusak material.
Pemberitahuan harus diberikan kepada direksi bila pekerjaan siap untuk diperiksa dan
semua fasilitas yang diperlukan untuk maksud pemeriksaan itu harus disediakan oleh
kontraktor.
Montase percobaan tidak akan dilepas dulu sebelum mendapat persetujuan tertulis dari
direksi.

j. Memberi tanda untuk pemasangan akhir


Setelah montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan direksi, tetapi belum
dilepas, setiap bagian harus diberi tanda tangan yang jelas (dengan pahatan & cat).
Cat dari warna yang berbeda digunakan untuk membedakan bagian-bagian yang
sama. Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat, tanda-tanda itu
oleh kontraktor pabrikasi diberikan dengan cuma-cuma kepada direksi dan kontraktor
Montase dari bangunan itu, pada saat pengiriman-pengiriman pekerjaan baja itu.

k. Pengecatan di bengkel
Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase percobaan, maka
permukaan dari seluruh pekerjaan baja, kecuali pada bagian yang dikerjakan dengan
mesin perkakas dan pada perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sehingga menjadi
logam yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand blasting) atau
dengan cara lain yang disetujui.

l. Toleransi
Batang-batang profil harus lurus menurut ASTM specification A–. Batang profil tekan
tidak boleh bengkok dengan 1/1000 dari ujung batang.
Batang profil harus bebas dari puntiran bengkokan dan lubang-lubang dan bengkokan
tajam.
Perbedaan panjang tidak boleh melebihi 1/32 inch untuk ujung-ujungnya yang dibuat
sebagai perletakan dan 1/16 inch untuk hating – batang struktur yang panjangnya 9
meter kurang, dan 1/8 inch untuk batang yang panjangnya lebih dari 9 meter.

m. Penyerahan Untuk Pemasangan Akhir (montase lapangan)


Transport dan Handling
Cara transport dan handling pekerjaan besi harus sesuai dengan cara yang telah
disetujui oleh direksi.
Sebelum penyerahan, untuk menjamin terlindungnya dari kerusakan, maka perhatian
khusus diperlukan dalam pengepakan serta cara perkuatan pada saat transport,
handling dan montase percobaan pekerjaan besi itu.

n. Penyerahan, penerimaan dan menjaga pekerjaan ini


Kontraktor pabrikasi bertanggung jawab untuk menjaga keamanan pekerjaan besi, dan
memperbaiki semua kerusakan sampai kerusakan sampai diserahkan dan diterima
baik oleh kontraktor montase.
Kontraktor montase akan menerima seluruh pekerjaan besi ditempat pekerjaan, atau
ditempat penyerahan lain seperti diisyaratkan dan akan membongkar, mentransport
ketempat pekerjaan bila perlu dan menyimpan dengan aman bebas dari kerusakan-
kerusakan hingga akhirnya terpasang.Segera setelah menerima penyerahan pekerjaan
besi kontraktor Montase akan segera menyampaikan kepada direksi atau wakilnya,
setiap kehilangan atau ketidakcocokan dari barang-barang besi itu dan akan
melaporkan juga secara tertulis kepada direksi setiap kerusakan serta cacat tanda
ditunda-tunda, atau kalau tidak melakukan demikian maka dia harus memperbaiki
setiap kerusakan serta cacat yang terjadi sebelum dan sesudah penyerahan, diatas
biayanya sendiri.

31.3. Pemasangan (Erection)


a. Umum
Kontraktor Montase harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat yang
diperlukan dan mendirikannya ditempat pekerjaan, memasang dan mengeling dan atau
baut dan atau las seluruh pekerjaan besi. Pekerjaan besi tidak boleh dipasang sebelum
cara, alat dan sebagainya yang akan digunakan telah mendapat persetujuan direksi.
Semua pekerjaan harus dikerjakan secara hati-hati dan dipasang dengan teliti.
Penggunaan material martil yang berlebihan yang dapat merusak atau mengganggu
material tidak diperkenankan.
Setiap kesalahan pada pekerjaan bengkel yang menyulitkan pekerjaan montase serta
menyulitkan pengepasan bagian-bagian pekerjaan dengan menggunakan pekerjaan
dengan menggunakan draft secara wajar (moderate) harus dilaporkan kepada direksi.
Permukaan yang dikerjakan dengan mesin perkakas harus dibersihkan sebelum
dipasang hoppel dan sambungan lapangan pada umumnya dilas sementara sebanyak
50% panjang rencana sebelum dilas permanen.

b. Kerangka Baja
Satu batang kerangka baja dipasang atas tumpuan – tumpuan sedemikian rupa,
sehingga kerangka baja itu dapat membentuk lawan lendut seperti tertera digambar
rencana.
Tumpuan-tumpuan itu tidak disingkirkan sebelum seluruh sambungan (kecuali
sambungan pendek pada puncaknya), telah dibuat permanen.
Pemasangan permanent baut tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan direksi dan pada
umumnya persetujuan semacam itu tidak akan diberikan sebelum bentang itu telah
terpasang dengan gelagar melintang, batang penguat dan baut-baut stel seperti yang
disyaratkan.

c. Pengontrolan
Pengecekan hubungan tegangan / torque dilakukan oleh kontraktor Montase dan
direksi akan melakukan test pengecekan torque dilapangan.
Setiap panjang las yang kurang harus disesuaikan menurut kebutuhan sehingga
mencapai tegangan yang diperlukan.

d. Pengecatan Baja
Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan cat dasar yang
telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang dikerjakan dengan mesin perkakas
misalnya pada perletakan.

Cat lapangan terdiri dari :


 Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah dicat
dibengkel, seperti diperintahkan oleh direksi yang telah rusak pada saat transport
atau pemasangan serta bidang - bidang lain seperti yang diperintahkan oleh direksi
dimana cat dasarnya telah rusak.
 Pemakaian cat dasar dan bahan sejenisnya seperti yang diisyaratkan dalam
pengecatan dibengkel, pada bidang-bidang yang tertera pada 1 diatas.
 Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan tertentu, untuk
seluruh bidang terbukan pekerjaan besi itu.
e. Pekerjaan rangka atap ini dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

 Untuk listplank memakai listplank kalsiplank dengan kualitas baik dan disesuaikan
dengan gambar perencanaan.
 Pekerjaan atap/kap harus dikerjakan dengan baik dan rapi sehingga mendapat
bidang atap yang rata dan rapat.
 Ukuran balok-balok kap dalam gambar terlampir dilaksanakan dengan ukuran
perdagangan dengan mengikuti rencana gambar yang ada, yaitu sebagai berikut :
 listplank pemasangannya disesuaikan dengan yang telah terlukis dalam gambar
perencanaan.

32. PEKERJAAN PENUTUP ATAP


 LANTAI II DAN PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK
Pekerjaan penutup atap gedung asrama menggunakan atap genteng baru yang dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut :
- Penutup atap genteng dipasang pada seluruh bagian atap gedung dengan
menggunakan genteng dan bubungan baru, model karang pilang (Bambe) tipe kodok kw 1
dengan kualitas baik.
- Pemasangan genteng harus rapat, lurus dalam segala arah kaitan, saling
menutup dan tidak terdapat kebocoran. Untuk menghindari hal itu maka dalam rencana
pemasangannya harus disesuaikan antara pemasangan reng dan ukuran genteng yang akan
dipakai.
- Sebagai bubungan, dipakai produksi sama dengan genteng yang dipakai dan
dipasang dengan perekat 1 pc : 3 ps.

33. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

 LANTAI I, LANTAI II DAN PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK


Pekerjaan langit-langit ini hanya dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk penggantung langit-langit (Plafond  hanger) dan rangka utama digunakan rangka
hollow berukuran 4 x 4 cm sebagai rangka pengisi dan penggantung, sebagaimana
telah tergambar didalam gambar perencanaan dengan ketebalan 0.45 mm.
b. Pola atau bentuk plafond (langit-langit) sesuai dengan gambar denah dan detail
plafond.
c. Untuk langit-langit lantai I, lantai II digunakan Gypsumboard berukuran 1.2 x 2.4 m
dengan tebal 6 mm, sedangkan untuk langit-langit pembuatan joglo pintu masuk
memakai calsiboard tebal 3.5mm ex. Jayaboard, Elephant, Knauf produksi
pabrikan berstandar SNI dengan kualitas baik yang dapat disetujui Direksi atau
pengawas dengan mengajukan contoh terlebih dahulu.
d. Pemasangan langit-langit harus lurus dan rata atau horisontal sesuai dengan pola jarak
nat diusahakan sebaik dan serapi mungkin. Untuk bagian tepi eternit yang saling
berhubungan dan harus benar-benar lurus rata dan halus.
e. Untuk list plafond dipasang list gypsum dengan ukuran sesuai gambar dan finishing
cat.
f. Paku/baut langit-langit dipasang dengan jarak masing-masing maksimum 10 cm secara
teratur.
g. Pemborong wajib mengajukan contoh bahan/material untuk mendapatkan persetujuan
Direksi / Pengawas Lapangan.
34. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING

Pekerjaan lantai ini dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :


 LANTAI I
 Pasang lantai marmer
 Poles lantai marmer
 Pasang keramik lantai kasar 30x30 KM/WC
 Pasang granit dinding 60x60 warna terang KM/WC
 Pasang granit dinding 60x60 warna gelap KM/WC
 Pasang granit alam dinding ruang loby
 Pasang GRC dinding 60x120
 Pasang GRC kolom
 LANTAI II
 Pasang lantai marmer
 Poles lantai marmer
 Pasang keramik lantai kasar 30x30 KM/WC
 Pasang granit dinding 60x60 warna terang KM/WC
 Pasang granit dinding 60x60 warna gelap KM/WC
 PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK
 Pasang granit alam beton kolom

a. Pekerjaan lantai yang dilaksanakan adalah :


 Untuk Pekerjaan lantai menggunakan lantai marmer yang berstandart mutu,
berkualitas baik. Dipasang bagian yang telah ditunjuk didalam gambar perencanaan.
 Untuk GRC dinding berukuran 60 x 120 cm produksi pabrik yang berstandart mutu,
kualitas baik bentuk maupun ukurannya (presisi) dipasang pada dinding kamar
mandi / wc dan pantry sesuai dengan gambar perencanaan.
 Untuk granit alam dinding ruang loby produksi pabrik yang berstandart mutu,
berkualitas baik dengan bentuk maupun ukurannya (presisi). Dipasang bagian yang
telah ditunjuk didalam gambar perencanaan.
 Untuk Pekerjaan lantai KM/WC menggunakan keramik lantai kasar warna terang
berukuran 30 x 30 cm, granit dinding terang,kasar 60x60cm produksi pabrik yang
berstandart mutu, berkualitas baik dengan bentuk maupun ukurannya (presisi).
Dipasang bagian yang telah ditunjuk didalam gambar perencanaan.
 Pemasangan lantai dan dinding dengan pola sesuai gambar menggunakan perekat 1
pc : 3 ps dengan jarak celah (nat) 2 mm diisi semen cair + lem Rajawali, sedemikian
rupa datar, nat lurus dan siku.
 Untuk pemasangan pelapis dinding dipasang dengan baik dan rapi dan setiap
sambungan sudut harus di verstek.
b. Sebelum pemasangan keramik pemborong wajib mengajukan contoh bahan/material
ex. Indogres, Granito, Essenza pilih salah satu untuk mendapatkan persetujuan
Direksi / Pengawas lapangan
c. Pemborong bertanggung jawab atas kerapian pasangan dan kesamaan warna dan
kualitas dari keramik demikian juga terhadap pemasangannya harus mendapat
persetujuan dari Direksi.

35. PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

35.1. Pekerjaan yang dilaksanakan antara lain :


 LANTAI I
 Pasang kunci silinder
 Pasang kunci tanam 2 x putar
 Pasang handle pintu
 Pasang engsel pintu
 Pasang grendel pintu
 Pasang engsel jendela
 Pasang hak angin jendela
 Pasang grendel jendela
 LANTAI II
 Pasang kunci silinder
 Pasang handle pintu
 Pasang engsel pintu
 Pasang grendel pintu
35.2. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Engsel pintu dan jendela dipakai engsel model casement 12” ex. Solid, Yale,
SES produksi pabrik yang berstandart mutu dan berkualitas baik, warna kuning,
dipasang 3 buah engsel besar pada tiap daun pintu sehingga daun pintu terpasang
kuat pada kusennya dan dapat dibuka tutup dengan baik dan rapat.
b. Handle + Kunci pintu dan kunci silender yang dipakai adalah ex. Solid, Yale,
SES produksi pabrik yang berstandart mutu, berkualitas baik 2 x putar, dan sebelum
dipasang harus mendapat persetujuan Direksi. Pemasangan kunci harus rapat.
c. Pekerjaan lainnya yang dilaksanakan adalah pemasangan grendel jendela, hak
angin jendela sikutan bulat, pemasangan harus kuat dan tidak mudah terlepas demi
kesempurnaan pelaksanaan pekerjaan.
d. Untuk pekerjaan kaca yang dilaksanakan adalah pemasangan kaca es dengan
t=5mm dan kaca riben t=8mm dengan menggunakan kaca ex. ASAHI atau setara,
halus, rata dan tidak bergelombang, dilaksanakan pada tempat sesuai yang ditunjuk
dalam gambar perencanaan.
e. Pemasangan kaca pada kusen/daun jendela, menggunakan list dan dempul yang
sesuai ukuran profil / listnya sedemikian rupa hingga rapat, tidak bergetar.
f. Pemborong wajib mengajukan contoh bahan/material untuk mendapatkan
persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.

36. PEKERJAAN PENGECATAN

Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengecatan bagian–bagian yang ditunjuk dalam


gambar maupun bagian lain yang memerlukan perlindungan dengan cara pengecatan.
Pada garis besarnya yang termasuk pekerjaan pengecatan adalah :
 LANTAI I
 Cat dinding dalam
 Cat dinding luar watersheild
 Cat plafond
 Melamine kosen kayu
 Melamine daun pintu double teakwood
 Melamine multiplek T=12mm lapis megateak
 LANTAI II
 Cat dinding dalam
 Cat dinding luar watersheild
 Cat plafond
 Melamine kosen kayu
 Melamine daun pintu double teakwood
 Melamine multiplek T=12mm lapis teakwood T=3mm
 Cat lisplank kalsiplank
 Waterproofing
 LANTAI I
 Cat beton plat dan balok
 Cat plafond
 Cat lisplank kalsiplank
 Waterproofing

Dan pekerjaan pengecatan lainnya sesuai yang ditunjuk dalam gambar rencana dengan
warna sesuai persetujuan user.
Penyempurnaan dan pengulangan pengecatan karena belum merata, berubah warna atau
sebab-sebab lainnya sampai pada saat serah terima untuk yang kedua kalinya menjadi
tanggung jawab kontraktor.

a. Cat dinding, Plafond dan lisplank


 Untuk cat dinding luar menggunakan cat ex. Dulux Watershielld, Jotun Jotashield,
Nippon Weatherbond dan untuk cat dinding dalam,plafond menggunakan cat ex.
Dulux Catylac, Jotun interior, Nippon Weatherbond produksi pabrik yang
berstandart mutu kualitas baik (disertai dengan brosur dan contoh warna) dengan
warna ditentukan kemudian.
 Dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dalam, dinding luar, plafond dan
lisplank sesuai gambar perencanaan.
 Pelaksanaan pengecatan sesuai dengan ketentuan standart dari pabrik pembuat.
 Sebelum dicat permukaan dinding tembok/beton yang akan dicat harus betul-betul
rata dan dibersihkan dengan cara menggosok memakai kain yang dibasahi /
amplas basah dan setelah kering diplamir sehinga permukaannya menjadi rata dan
halus.
 Pengecatan dilakukan dengan kuas/roller sampai didapatkan hasil akhir yang
merata warnanya minimal 3 kali pengecatan dan harus didapat warna yang merata.
 Untuk fhinis batu alam dilaksanakan pada bagian – bagian yang telah di tentukan
pada gambar perencanaan, dengan baik dan rapi.
 Sedangkan untuk pekerjaan waterproofing dilaksanankan rapi, rata dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan standart dari pabrik pembuat.
 Sebelum pekerjaan pengecatan pemborong harus terlebih dahulu mengajukan
contoh untuk mendapatkan persetujuan dari pihak direksi.

b. Finish melamin
 Dempul terlebih dahulu pada bagian cacat kayu seperti mata mati, hati, lubang dll.
Untuk jenis lem yang digunakan untuk mendempul pada tahapan ini disarankan
menggunakan lem epoxy (terdiri dari resin dan hardener) sebab lem epoxy sangat
kuat dan tidak mudah lepas atau pecah. Lem ini banyak dijual di toko-toko
bangunan
 setelah dempulnya benar-benar kering, kemudian gerinda barang tersebut
menggunakan kertas gosok no 80 atau 100 hingga permukaan kayunya benar-
benar rata dan datar (tidak bergelombang). Proses penggerindaan ini
membutuhkan keahlihan, jika anda rasa pekerja anda kurang ahli dalam
menggunakan mesin grinda, sebaiknya jangan dipaksakan sebab barang tersebut
malah akan menjadi rusak (akan terlalu bergelombang). Ada alternatif lain yakni
dengan cara menggosoknya secara manual menggunakan kertas gosok no 40
(paling kasar).
 Untuk tahapan yang kedua ini, hasil yang ditargetkan bukan halusnya barang
melainkan barang tersebut harus benar-benar rata dan datar (tidak bergelombang)
terlebih dahulu.
 setelah proses kedua selesai, kemudian dilanjutkan dengan menggosok lagi
dengan kertas gosok no 150. Tahapan ini dikerjakan secara manual dan hasil akhir
yang ditargetkan adalah kehalusan barang.
 Tahapan pertama hingga ketiga harus benar-benar anda kontrol sebab kualitas
hasil akhir nanti banyak ditentukan oleh tahapan ini.
 Jika furniture yang anda kerjakan tersebut dirasa sudah baik dan cukup kemudian
dilanjutkan dengan mengkuaskan wood filler pada permukaan kayunya. Untuk
meminimalisir biaya, anda bisa menggantinya menggunakan bahan lain yakni
campuran sendiri. Bahan yang dibutuhkan adalah talek, oker kuning, oker merah,
lem putih (lem fox atau sejenisnya) dan air. Dan cara mencampurnya, dengan
perbandingan talek 1 kg : oker kuning  ± ½ ons : oker merah ± ¼ ons : lem putih 1
bungkus lalu dicampur air dan diaduk hingga benar-benar bercampur (airnya
jangan terlalu banyak, dibikin kental saja).
 Setelah kering, gosok lagi furniture yang sudah dikuas wood filler tersebut dengan
kertas gosok no 180 atau 220 hingga bersih.
 Kuas lagi dengan sanding sealer yang sudah dicampur tinner. Cara
mencampurnya sanding ½ kg : tinner 1 liter (Tiner ND) dan tambahkan hardener
secukupnya agar cepat kering.
 Setelah sandingnya kering, kemudian tutup pori-pori kayu yang kecil-kecil dengan
menggunakan wood filler yang kental. (yang ini jangan menggunakan bahan
campuran sendiri ya)
 Gosok dengan kertas gosok no 180 atau 220.
 Setelah selesai, kemudian lanjutkan dengan proses pewarnaan  dengan
menggunakan spray atau spet. Cara membuatnnya, sanding sealer 1 kg + tinner 1
kg + woodstain (warna sesuai selera : darkbrown, candy brown, walnut brown dll)
dan jangan lupa kasih hardener secukupnya.
 Setelah kering, gosok menggunakan kertas gosok air no 400 (ini membutuhkan
pekerja yang berpengalaman sebab jika tenaga pemula, sangat rawan warna
menjadi hilang dan menjadi berbelang)
 Jika selesai, semprot dengan sanding sealer. Campurannya : sanding sealer 1 kg +
tinner 1 liter ( tiner A spesial) + hardener. Lalu biarkan hingga kering, disarankan
biarkan selama sehari
 Setelah kering, gosok lagi menggunakan kertas gosok air no 400 (dibutuhkan
tenaga kerja yang berpengalaman)
 Seprot dengan melamine clear, bisa doff, gloss atau semi gloss sesuai selera.
Campurannya: clear 1 kg + tinner 1 liter (tiner A spesial) dan hardener secukupnya
(jangan terlalu banyak agar hasilnya benar-benar halus. 

c. Water proofing

 Untuk water proofing menggunakan produksi pabrik yang berstandart mutu, dan
kualitas baik yang dapat disetujui oleh Direksi.
 Sebelum pengecatan/aplikasi, bersihkan permukaan substrat dari minyak,
jamur/lumut, debu, dan kotoran-kotoran lainnya dengan menggunakan amplas,
sikat kawat, larutan pembersih atau alat lainnya.
 Untuk pengecatan/aplikasi gunakan kuas, roll, convensional spray gun atau airless
spraygun.
 Gunakan campuran water proofing dan semen putih (1 : 1) untuk kondisi normal,
dan untuk retakan yang lebar gunakan campuran water proofing, semen dan pasir
halus (1 : 1 : 1), sedangkan untuk retakan pada atap atau dak beton, pertama
aplisikasikan waterproofing, kemudian perkuat fiberglass mat atau kain kasa,
setelah itu aplikasikan campuran waterproofing, semen dan pasir halus (1 : 1 : 1),
tambahkan air secukupnya.
 Setelah kering, bersihkan sisa pasir yang tidak menempel.
 Seluruh pekerjaan tersebut diatas harus dilaksanakan dengan baik sampai didapat
hasil yang baik dan aplikasi yang merata dengan pelaksanaan yang sesuai
ketentuan standart dari pabrik pembuat.

37. PEKERJAAN LISTRIK

Pekerjaan listrik dilaksanakan dengan menggunakan instalasi listrik baru dengan pemasangan
instalasi seperti pada gambar perencanaan.
37.1. Persyaratan
a. Untuk keperluan ini pemborong dapat menugaskan pihak ketiga (instalatir) yang
mempunyai sertifikat dari PLN setempat dengan mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi secara tertulis.
b. Pemborong tetap bertanggung jawab atas pekerjaan instalasi yang dimaksud.
c. Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut pemborong harus membuat
gambar / diagram instalasi dengan skala 1 : 100 dengan mendapat persetujuan
dari Direksi.
d. Menurut penjelasan-penjelasan dan peraturan-peraturan dalam uraian ini dengan
tegangan / voltage : 110 / 220 V sesuai dengan keadaan setempat yang ada.
e. Menurut segala  petunjuk-petunjuk  dari Direksi.
f. Menurut peraturan-peraturan listrik yang masih  berlaku di Indonesia  pada waktu
ini (PUIL) tahun 1997.
g. Instalasi listrik dipasang dengan kondisi sampai menyala.

37.2. Pekerjaan Pemasangan Pipa


a. Pemasangan pipa-pipa seluruhnya ditanam didalam tembok sedemikian rupa,
sehingga bila ditutup (diplester) tidak menonjol keluar, penanaman pipa
dilaksanakan sebelum tembok diplester.
b. Pipa-pipa yang ditanam didalam tembok harus dipasang dengan klem-klem dan
pipa yang digunakan ialah pipa-pipa PVC.
c. Pemasangan pipa yang diletakkan diatas kayu harus diberi lapak (klos) yang jarak
pemasangannya satu sama lain minimal 1 (satu) meter.
d. Pada tiap-tiap pasangan pipa jarak 8 m harus diberi Trakdoos (T.doos).

37.3. Pemasangan Kawat / Kabel


a. Kawat yang digunakan untuk pemasangan tersebut adaah kawat NYA ex lokal
kualitas LMK atau yang telah disetujui oleh PLN (Pusat Penyelidikan Masalah
Kelistrikan) berukuran 4 mm untuk aliran induk, 2,5 mm untuk aliran pembawa dari
skaklar ke lampu dengan satu sama lain berlainan warna (merah/hitam).
b. Penarikan kawat diatas isolator dikerjakan diatas langit-langit yang tidak terlihat
dari bawah.
c. Isolator yang digunakan ialah R.25 berukuran 25 x 25 mm dengan jarak kurang
dari 0,80 m.
d. Pada tiap-tiap penyambungan kawat dipergunakan lasdoop.
e. Pada tempat-tempat persilangan dan penyebrangan diatas tembok muka kawat itu
dimasukkan kedalam pipa sebagai pengaman.
f. Semua kawat yang dimasukkan kedalam pipa, tidak boleh ada sambungan.

37.4. Pemasangan Saklar, Stop Kontak, Sekringkast dll


a. Pemasangan saklar berkekuatan 6 A-250 V, stop kontak 15 Amp dari ebonit putih
merk VIMAR,BROCO atau PANASONIC harus dipasang serapi-rapinya dan warna
harus satu macam, tidak boleh dicat atau diduco, semuanya pasangan dalam
(inbouwmounting)
b. Untuk saklar seri supaya dipasang  memakai double truimel.
c. Tinggi saklar, stop kontak dari lantai menurut petunjuk PLN setempat. (menurut
ketentuan  A.V.E.)  atau 1,50  m dari lantai.

37.5. Jumlah Titik Lampu yang diperlukan


a. Jenis lampu yang digunakan adalah :
 LANTAI I
 Pasang lampu TL RMI 1 x 28 Watt T5
 Pasang lampu TL RMI 2 x 28 Watt T5
 Pasang lampu downlight LED 5 Watt
 Pasang lampu downlight LED 11 Watt
 Pasang lampu downlight LED 13 Watt
 LANTAI II
 Pasang lampu TL RMI 2 x 28 Watt T5
 Pasang lampu downlight LED 5 Watt
 Pasang lampu downlight LED 11 Watt
 Pasang lampu gantung 1 LED 6 x 15 Watt
 Pasang lampu gantung 2 LED 3 x 15 Watt
 Pasang lampu gantung 3 LED 8 x 15 Watt
 Pasang lampu tempel LED 3 Watt
 PEMBUATAN JOGLO PINTU MASUK
 Pasang lampu DL out bow Watt
b. Semua lampu penempatannya disesuaikan gambar masing-masing lokasi.
c. Jumlah titik lampu untuk pembagian group supaya diatur sedemikian rupa
sehingga apabila salah satu group tersebut putus, penerangan dan  stop kontak
pada ruangan itu tidak padam seluruhnya.

37.6. Ukuran Isolasi


Untuk ukuran isolasi ditentukan antara 0.5 Ohm sampai 0.3 Ohm.

37.7. Kotak Sekering (Panel).


a. Kotak berkunci tersebut dari plat baja dengan ukuran sesuai dengan perencanaan
serta dilengkapi dengan sekring MCB merk Siemen /sejenis.
b. Pemasangan sekring / panel secara tertanam dalam tembok terpasang kuat dan
rapi dengan lokasi yang tidak mengganggu lalu lintas serta mudah untuk dijangkau.

38. PEKERJAAN SANITASI

38.1. Untuk pekerjaan sanitasi yang dilaksanakan sebagai berikut :


 LANTAI I
 Pasang klosed duduk monoblok
 Pasang urinoir
 Pasang wastafel
 Pek. cermin wastafel dibevel 3 cm
 Pasang kran wastafel
 Pasang kran + shower
 Pasang floordrain
 Pasang saluran air bersih pipa PVC 3/4"
 Pasang saluran air bersih pipa PVC 1"
 Pasang saluran air kotor pipa PVC 3"
 Pasang talang tegak pipa PVC 2.5"
 Pasang saluran kotoran pipa PVC 4"
 LANTAI II
 Pasang klosed duduk monoblok
 Pasang urinoir
 Pasang wastafel
 Pek. cermin wastafel dibevel 3 cm
 Pasang kran wastafel
 Pasang kran + shower
 Pasang floordrain
 Pasang roofdrain
 Pasang saluran air bersih pipa PVC 3/4"
 Pasang saluran air bersih pipa PVC 1"
 Pasang saluran air kotor pipa PVC 3"
 Pasang talang tegak pipa PVC 2.5"
 Pasang saluran kotoran pipa PVC 4"

38.2. Klose duduk monoblok menggunakan klosed ex. Toto, Toho, Duty yang diproduksi oleh
pabrik yang memiliki standart mutu yang dipersyaratkan
38.3. Kran air, floor drain, roofdrain, urinoir, jet shower, avour dan wastafel menggunakan
material yang diproduksi oleh pabrik yang memiliki standart mutu yang dipersyaratkan
38.4. Pipa PVC Ø 3/4", 1”, 2,5” kualitas AW untuk air bersih, PVC menggunakan PVC yang
diproduksi oleh pabrik yang memiliki standart mutu yang dipersyaratkan
38.5. Pipa PVC Ø 3" dan Ø 4" kualitas AW untuk air kotor dan kotoran, PVC menggunakan
merk Maspion dan yang setara.
38.6. Pemasangan peralatan sanitair dan finishingnya harus baik dan rapi serta perletakannya
sesuai dengan gambar perencanaan.
38.7. Khusus untuk pipa air kotor harus dipasang sedemikian rupa dengan kemiringan yang
cukup (untuk pipa air kotor dan kotoran) sehingga air dapat mengalir lancar ke
septictank dan resapan.

39. PEKERJAAN PENANGKAL PETIR

39.1. Lingkup Pekerjaan


Pemasangan Penangkal Petir Konvensional Sistem Tongkat Franklin pada atap-atap
bangunan sesuai yang ditujukkan dalam gambar.

39.2. Persyaratan Bahan :


a. Jarum Spitzen dipasang pada atap bangunan
b. Kabel BC 50 mm2 , untuk saluran turun ke pentanahan (down conductor)
c. Elektrode tanah pipa galvanis Ø 2”.

39.3. Pedoman Pelaksanaan :


a. Dipasanag 5 buah spitzen pada atap bangunan dengan saluran turun ke bawah
(down conductor) menggunakan kabel BC 50 mm2 atau sesuai gambar rencana.
b. Ujung tongkat penerima petir setinggi 1 meter dari puncak bangunan atau sesuai
gambar.
c. Saluran untuk down conductor tersebut dipasang pada klem penyangga seperti
gambar rancangan pelaksanaan dengan jarak klem 50 cm antar satu dengan yang
lain.
d. Kabel down conductor yang turun melalui ruang dimana terdapat aktifitas manusia
harus dilindungi dengan pembungkus pipa PVC Ø 1” dan diklem tersendiri pada
pipa pelindung tersebut agar tidak membebani kabel down conductor.
e. Pada tempat dimana pipa pentanahan (ground rod) ditancapkan, harus dibuatkan
bak kontrol dengan ukuran sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan, bak
kontrol harus dibuat di luar lantai bangunan.
f. Titik pertanahan untuk penangkal petir harus dipisahkan dengan titik pentanahan
panel.
g. Saluran BC dari bak kontrol ke tepi bangunan harus dilindungi dengan pipa
galvanis Ø ¾”, bak kontrol tersebut harus diberi penutup.
h. Saluran BC yang dipasang vertikal pada tembok bagian tepi luar bangunan harus
dilindungi dengan pipa PVC 1” setinggi 2,50 meter dari lantai
i. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton bangunan
dengan cara ditanam pada plesteran beton atau diklem, dengan dilindungi pipa
PVC AW 1”. Saluran ini tidak boleh ada sambungan dalam pipa (lihat gambar
detail).
j. Saluran BC untuk seluruh sistem pentanahan ini tidak diperbolehkan ada
sambungan pada tempat yang tidak semestinya.
k. Elektrode tanah menggunakan elektroda pipa dengan pipa galvanis 1 ½” dengan
kawat BC 50 mm2 minimal sedalam 6 m.
l. Besarnya tahanan sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2 ohm.
m. Pengurusan ijin instalasi penangkal petir kepada instasi yang berwenang (Bina
Lindung Depnaker) merupakan pekerjaan dan tanggung jawab dari kontraktor.
n. Apabila tidak memungkinkan karena tanah berbatu, Pertanahan untuk penangkal
petir bisa dilakukan dengan menanam pipa ground pada sumur air yang ada dan
tidak terpakai atau dengan menggali atau mengebor tanah sedalam 1,5 m yang
diisi dengan batu bagian atas yang dihubungkan dengan sal air hujan.

40. PEKERJAAN LAIN-LAIN

40.1. Untuk Pekerjaan Tempat parkir membran, dengan menggunakan material baru produksi
pabrikan dengan kualitas baik dan disetujui oleh Direksi, Pemasangannya sesuai
dengan gambar detail perencanaan yang telah ada didalam gambar kerja.

40.2. Sedangkan untuk pekerjaan las penyambung besi deck beton dan pasang pipa besi
stainlees 2” menggunakan material baru produksi pabrikan dengan kualitas baik dan
disetujui oleh Direksi, Pemasangannya sesuai dengan gambar detail perencanaan yang
telah ada didalam gambar kerja.

40.3. Pembersihan Akhir


a. Pembersihan dilaksanakan pada :
Semua jenis kotoran, tanaman, tumpukan sisa material, peralatan tak terpakai dan
lain-lain yang berada disekitar daerah pekerjaan hingga seluas kapling bangunan.
b. Pembuangan sisa-sisa pembersihan lokasi harus segera dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan atau ditempatkan dilapangan pekerjaan sesuai petunjuk direksi.
c. Setelah pembersihan lahan harus dilakukan perataan lahan kembali.

41. PEMBERITAHUAN PENYERAHAN PEKERJAAN YANG PERTAMA

Apabila dalam waktu pelaksanaan dalam kontrak atau tanggal baru akibat perpanjangan waktu
sesuai dengan addendum kontrak telah berakhir, pemborong harus telah menyerahkan
pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada Kuasa Pengguna Anggaran secara
tertulis dan pengawas berkewajiban :

a. Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak


pemborongan.
b. Menanggapi / melaporkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran tentang hasil pekerjaan
pemborong tersebut secara tertulis.

Kuasa Pengguna Anggaran akan mengadakan rapat proyek mengenai pekerjaan penyerahan
tersebut diatas berdasarkan :
 Kontrak pemborong
 Surat penyerahan pekerjaan dari pemborong
 Surat tanggapan dari pengawas, setelah dapat menerima penyerahan pekerjaan tersebut.

42. PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA

Terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama, hingga serah
terima yang kedua adalah merupakan masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab
pemborong sepenuhnya, antara lain :

a. Penyempurnaan dan pemeliharaan


b. Pembersihan
c. Keamanan dan penjagaan
Apabila pemborong telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai dengan kontrak, maka
penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur) pada
penyerahan pekerjaan yang pertama.
43. P E N U T U P

a. Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan,
pekerjaan-pekerjaan, yang  tidak disebut perkataan atau kalimat " diselenggarakan oleh
pemborong " maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan.

b. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk
didalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata dalam RKS ini,
haruslah diselenggarakan oleh pemborong dan diterima sebagai " hal " yang disebutkan
dan segala biaya yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor.

c. Kontraktor harus memasukkan segala resiko kekeliruan perhitungan kubikasi dan lain-lain
sebagainya sehubungan dengan keadaan setempat yang memungkinkan tidak sesuai
dengan dugaan Kontraktor. Dan segala kerusakan jalan masuk akibat dari lewatnya
kendaraan-kendaraan dan lain-lain sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

d. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan  ditentukan lebih lanjut oleh pihak
Direksi/ Pemberi Tugas, bila perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.

Anda mungkin juga menyukai