OKTAVIANI
PO.714241.18.1.064
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Skripsi
OKTAVIANI
NIM. PO.714241.18.1.064
Dengan Judul :
Telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi dan dapat diajukan dalam Ujian/Seminar
Proposal Skripsi
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul “Pengaruh pemberian muscle energy technique Dan ischemic
compression technique terhadap penurunan nyeri akibat Myofascial pain
syndrome di kampus jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar”
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan sehingga proposal skripsi ini dapat selesai.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada: Ibu Hj. Hasniah Ahmad, S.Pd.
S.St.Ft, M.Kes. dan bapak Arpanjam’an, S.KM. S.St.Ft. M.Adm.Kes. selaku
dosen pembimbing proposal skripsi.
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal skripsi ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dialami masyarakat umum. Nyeri ini ditandai dengan adanya taut band dan
trigger point. Trigger point aktif dan menimbulkan nyeri banyak di jumpai pada
biasanya banyak terjadi pada punggung atas. Lokasi umum yang sering terjadi
subscapularis, rhomboid major dan minor, dan pectoralis major. (Leon chaitow :
2016). Keluhan yang sering ditimbulkan, antara lain: nyeri otot, pegal di sekitar
leher dan bahu, kaku, kesemutan pada lengan, sehingga gerak dan fungsinya
menjadi terbatas. Nyeri otot pada punggung atas lebih sering terkena dibanding
elektronika lainnya merupakan hal yang umum dilakukan. Selain untuk bekerja,
media elektronik juga dapat digunakan sebagai media hiburan. Banyak orang yang
aktivitas di depan komputer dan gadget, 10% individu akan melakukan forward
head posture dibandingkan dengan ketika mereka dalam posisi duduk santai. Jika
hal ini terus dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, tanda-tanda patologis
dari otot-otot postural akan sering terlihat misalnya pada otot punggung atas.
(I Gede, 2017).
1
Myofascial pain syndrome adalah gangguan nyeri yang kompleks
ditandai dengan nyeri tumpul yang stabil mengacu pada daerah yang spesifik dari
myofascial pain syndrome pada bagian otot yang dapat dipalpasi. Myofascial
Trigger Point adalah spot kecil yang hiperiritasi,memusat, yang timbul di dalam
taut band otot skeletal yang mengalami cidera atau beban kerja yang berlebihan
dan terus menerus (statis). Penekanan spot ini menimbulkan nyeri setempat dan
disfungsi motorik dan sensorik. Postur tubuh yang buruk, posisi statis untuk
waktu yang lama juga dapat menyebabkan nyeri myofascial (Nambi : 2013)
terbaru yang dimuat dalam jurnal milik Jan Dommerholt (2006) mulai
yang berhubungan dengan trigger point. Salah satu pembentuk dan pembangkit
aktualitas trigger point yang sudah terkenal secara umum adalah kontraksi otot
yang berlangsung terus-menerus yang salah satunya disebabkan postur kerja yang
mereka kuliah didepan komputer tidak kurang dari 4 jam dalam sehari yang
pada otot-otot punggung atas juga melakukan gerakan lateral fleksi kanan dan
2
nyeri, dimana dari 5 kelas mahasiswa yang dilakukan pemeriksaan, terdapat 19
mahasiswa yang mengalami keluhan nyeri pada punggung atas. Sehingga peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap myofascial pain syndrome pada otot
otot aktif (biasanya isometrik) digunakan untuk memulai gerakan pada elemen
tulang dengan sifat insersi, dan sesudah itu restriksi mobilisasi sendi. Kuncinya
terjadi dengan penggantian elemen tulang akibat kontraksi hebat pada tendon
dari pengobatan osteopatik dan dirancang untuk memanjangkan otot dan fascia
serta untuk memobilisasi sendi. Prosedur ini menggunakan kontraksi otot volunter
dari pasien dalam arah yang terkontrol dengan baik dengan intensitas melawan
2016).
dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dengan terjadinya hyperemia reaktif pada
daerah trigger points serta adanya mekanisme spinal refleks yang memulihkan
3
spasme otot. Sasarannya adalah pada substansia gelatinosa dengan tujuan
terdiri dari penerapan tekanan berkelanjutan dalam waktu yang cukup lama untuk
B. Rumusan Masalah
penelitian ini yaitu : Apakah ada pengaruh Muscle Energy Technique dan
Pain Syndrome?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Syndrome.
2. Tujuan Khusus
Technique.
4
b. Untuk mengetahui tingkat nyeri myofascial pain syndrome setelah
Technique.
Compression Technique.
A. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
atau pembaca lainnya yang ingin mengambil topik penelitian yang relevan.
1. Manfaat Praktis
Technique.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atas. Lokasi umum yang sering terjadi nyeri yaitu pada trapezius, levator
6
a. Trauma pada jaringan myofascial dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1. Trauma makro adalah suatu cidera pada otot atau fascia. Ketika
akibat dari suatu kerja yang terus menerus dengan beban yang
30% masa otot terutama otot tipe II, degenerasi myofibril yang akan
et al, 2017).
salah satu bahu dapat menyebabkan kompresi pada otot yang akan
sehingga tercetuslah MPS otot upper trapezius. (Unalan, Javid & Halil,
2010)
regional terkait dengan kelainan pada fungsi motorik dan sensorik. Hal ini
7
ditandai dengan adanya taut band yang teraba dari otot yang mengandung
fungsi yang berubah dalam bentuk kelemahan otot tanpa atrofi dan adanya
kedutan cepat dan sementara dari taut band setelah diberikan stimulus fisik
taut band). Adanya taut band ini menyebabkan terjadi penyempitan aliran
menyebabkan distress jaringan dan pelepasan zat-zat yang peka. Zat-zat ini
asetikolin dan hipoperfusi yang disebabkan oleh kontraksi otot secara terus
yaitu menyebabkan rasa sakit yang dapat dilihat pada titik pemicu
8
5. Letak Myofascial Pain Syndrome
berlokasi di struktur otot atau fascia yang menegang, jika ditekan dapat
jaringan konektif yang tebal (deep fascia) dan menutupi struktur tubuh,
perbedaan struktur fascia yang mengelilingi tulang, otot, dan sendi. Fascia
juga menyebar pada kulit, lapisan dari otot, ruang tubuh, dan cavities.
(Cael, 2010).
Fascia memiliki tiga lapisan, yaitu: superficial fascia, deep fascia, dan
dermis dari kulit. Deep fascia dibentuk dari lapisan rumit yang
9
lapisan ini merupakan bagian dari deep fascia yang memisahkan antara
1. Pengertian nyeri
orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang
mengatakkannya.
melilit, seperti emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih,
setiap perasaan nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh
rasa cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari atau
tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan
2. Penyebab nyeri
10
Penyebab timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
persepsi.
nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini,
neuron spinal.
11
Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat
menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah
kornu dorsalis.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang
ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri,
2006
3. Mekanisme nyeri
oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K + dan
12
menyebabkan peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri
peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan
transmisi sinyal nyeri. (Hartwig & Wilson, 2005) Gate Control Theory
13
merupakan model modulasi nyeri yang populer. Teori ini menyatakan
sinyal dari sistem asendens dan desendens maka input akan ditimbang.
Integrasi semua input dari neuron sensorik, yaitu pada level medulla
spinalis yang sesuai, dan ketentuan apakah gate akan menutup atau
dalam persepsi nyeri, termasuk motivasi untuk bebas dari nyeri, dan
14
bertujuan sebagai proprioceptive neuromuscular facilitation untuk
dan lembut sehingga tidak membuat jaringan iritasi dan teregang kuat
area telinga/mastoid sisi yang sakit untuk memfiksasi dan tangan kiri
posisi kepala kearah lateral fleksi lalu rotasi secara pasif. Kemudian
15
fisioterapis melakukan depresi shoulder secara pasif dan arahkan pasien
Teknik ini dilakukan selama 10 detik dengan 3-5 kali repetisi setiap 1
al., 2013).
saraf yang akan merangsang serat saraf eferen memasuki akar dorsal di
16
tulang belakang bertemu dengan excitatory dan berhenti di neuron otot
halus dan tanpa tekanan pada jaringan, yang diaplikasikan pada jaringan
c. Pada fascia
Chaitow, 2011).
d. Pada otot
17
Otot yang kontraksi berlebihan akan mengakibatkan hipertonus.
Hal ini akan merubah fisiologi otot oleh mekanisme refleks. Ketika otot
18
2) Meningkatkan luas gerak sendi pada jaringan otot yang
mengalami kelemahan.
tekanan bebas nyeri diatas area trigger point sampai batas dari tahanan
untuk melepaskan tegangan trigger point dan nyeri tekan. (Nambi, et al.,
2013).
19
nyeri yang dapat ditoleransi menggunakan tekanan ibu jari atau algometer
yaitu pada nyeri myofascial syndrome yang ditandai dengan adanya taut
band jaringan otot dan tenderness (nyeri tekan). Karena dengan pengaruh
jaringan yang terhalang oleh trigger point akan menyebar ke area lain
akan terjadi limpahan aliran darah pada area trigger point yang dapat
arteri yang dapat mengurangi penumpukan zat iritan pada otot, sehingga
perubahan ini pada akhirnya dapat mengurangi rasa nyeri (Ni Made I, et al
: 2017).
20
a. Untuk mencari lokasi trigger point, palpasi pada otot untuk merasakan
a. Area yang akan diterapi dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi
compression.
mengurangi gesekan.
e. Pastikan bahwa pasien tetap berada pada ambang batas toleransi rasa
sakitnya.
21
Menurut Nambi S et al., 2013 teknik ini sebaiknya dilakukan
sebanyak 3-5 kali repetisi setiap pertemuan dengan 3 sesi per minggu
3) Ulkus,
4) Keganasan,
5) Aneurisma,
6) Hipersensitivitas,
7) Osteoporosis,
9) Luka terbuka,
22
1. Definisi Visual Analog Scale (VAS)
adanya tekanan (palpasi) dan dapat diukur menggunakan Visual Analog Scale
“tidak nyeri, ringan, sedang, atau berat”. (Djohan Aras, dkk., 2016)
memberikan sebuah titik yang mewakili keadaan nyeri yang dirasakan pasien.
Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan
deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang
lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat
vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/
reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak > 8 tahun dan dewasa.
(Yudianta,dkk.2015).
23
Skala 0- 0,4 : Tidak nyeri (tidak ada rasa sakit).
Skala 0,5- 4,4 : Nyeri ringan (masih bisa ditahan dan aktivitas tak
terganggu.
BAB III
A. Kerangka Konsep
trigger point pada taut band yang disebabkan oleh perlengketan pada
lokal akibat sirkulasi darah dan kebutuhan nutrisi berkurang serta hypoksia
yang sering disebut sebagai akumulasi asam laktat. Adapun penyebab yang
24
menimbulkan terjadinya myofascial pain syndrome yaitu trauma makro
dan mikro pada jaringan myofascial, degenerasi pada otot, ergonomi kerja
1. Skematik
Penyebab
Myofascial pain syndrome
terjadinya
pada otot
myofascial pain
syndrome
Ischemic
Muscle Energy
Compression
Technique
Technique
25
Perubahan Nyeri
Keterangan:
B. Hipotesis
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja yang dipilih secara
(Arikunto : 2010)
Desain Penelitian:
26
O1
S x O2
Gambar 4.1
Desain penelitian
Keterangan:
S : Sampel
O1 : Pre test
Technique
O2 : Post test
Dalam penelitian ini, tempat dan waktu penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tempat penelitian
2. Waktu penelitian
27
Penelitian ini akan berlangsung pada bulan Januari sampai dengan April
2022.
1. Populasi penelitian
Makassar
N
n=
1+ N ¿ ¿
sampel penelitian.
28
3. Besar sampel
N
n=
1+ N ¿ ¿
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
N
n=
1+ N ¿ ¿
19
n=
1+19 ¿ ¿
19
n=
1+19( 0,0025)
19
n=
1,0475
29
n=18,13
1. Identifikasi variabel
compression technique
1. Defenisi operasional
30
3. Myofascial pain syndrome adalah suatu kondisi nyeri karena adanya
a. Nyeri menurun jika nilai VAS berubah lebih kecil dari pre test ke
post test.
b. Nyeri menetap jika nilai VAS tidak mengalami perubahan dari pre
c. Nyeri meningkat jika nilai VAS lebih besar dari pre test ke post test.
A. Instrumen Penelitian
Scale (VAS).
B. Prosedur Penelitian
Populasi
Kriteria Kriteria
Inklusi Eksklusi
Sampel
Pre test
31
Ischemic
Muscle Energy
Post Test Compression
Technique
Technique
Analisis Data
Prosedur penelitian
C. Prosedur Kerja
sampel terpenuhi.
dan resiko yang bisa saja muncul dalam penelitian ini. Bila pasien
32
3. Pasien yang telah menandatangani lembar persetujuan akan mengisi
4. Pengukuran nyeri
pasien tentang nilai pada visual analog scale dan pasien diharapkan
33
2. Posisi fisioterapis : Berdiri dibelakang pasien dengan kedua
D. Analisis Data
2. Uji analisis komparatif (uji hipotesis), jika hasil uji normalitas data
parametrik, yaitu uji paired t sample dan uji independent t sample. Jika
hasil uji normalitas data tidak berdistribusi normal, maka dipergunakan uji
34
DAFTAR PUSTAKA
Carolyn, K., Lynn A. C. 2016. Terapi Latihan:Dasar dan Teknik. Vol 1 edisi 6
35
I, Gede. D. 2017. Perbedaan Metode Integrated Neuromuscular Inhibition
Technique Dengan Deep Tissue Massage Dan Contract-Relax Stretching
Dalam Meningkatan Lingkup Gerak Sendi Servikal Pada Myofascial Pain
Syndrome Otot Upper Trapezius Di Sma Negeri 1 Semarapura. NASKAH
PUBLIKASI: 1.
Made, A. P. A,. Nila, W., I. Gusti A. 2017. Perbandingan Intervensi Muscle Energy
Technique Dan Infrared Dengan Contract Relax Stretching Dan Infrared
Dalam Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Leher Pada Pemain Game
Online Dengan Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius Di
Denpasar. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 5, Nomor 2: 14.
Nuri, Syara., Moh, Ali. 2015. Perbedaan Pengaruh Muscle Energy Technique
Dengan Ischaemic Compression Technique Terhadap Myofascial Trigger
Point Syndrome Otot Upper Trapezius. NASKAH PUBLIKASI: 3
36