Anda di halaman 1dari 144

BUNDEL

GERIATRI

Kumpulan Tugas dan Soal Modul Geriatri


Allah akan meninggikan orang‐orang yang beriman di
antaramu dan orang‐orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan"
(al‐Mujaadilah: 11),

"Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."


('Thaahaa: 114)
TUGAS
Nama: Wulunggono

NPM: 0606066405

Tugas: Kasus simulasi Tutorial 1

 Ny W, 68 tahun, janda dengan 4 anak, dibawa ke RS karena bicara meracau sejak 1 hari
sebelum masuk RS.
 Seminggu SMRS, pasien jatuh terpleset air seninya yang berceceran di lantai kamar saat sedang
terburu‐buru ke kamar mandi. Saat itu, pasien mengeluh nyeri jika buang air kecil (BAK), anyang‐
anyangan dan sulit untuk menahan BAK manakala rasa ingin berkemih muncul. Selain agak demam,
ia juga merasa mual dan nafsu makan menurun.
 Sejak jatuh pasien hanya terbaring di tempat tidur karena nyeri pada pangkal paha kiri.
 Sejak 3 hari SMRS, tiap kali makan hanya 4‐5 sendok, minum hanya 1‐2 gelas sehari. Timbul lecet di
daerah bokong. Jika dibantu didudukkan oleh keluarga, pasien tidak kuat lama karena merasa
pusing dan lemas, serta nyeri pada pangkal paha.

1. Apa saja learning issues di atas?


o Pasien, janda 68 tahun, bicara meracau sejak 1 SMRS
o jatuh terpleset air seninya yang berceceran seminggu SMRS
o nyeri jika buang air kecil (BAK), anyang‐anyangan dan sulit untuk menahan BAK
o demam (+), mual (+), nafsu makan menurun (+)
o pasien hanya terbaring di tempat tidur sejak jatuh
o nyeri pada pangkal paha kiri sejak jatuh
o intake nutrisi tidak adekuat sejak 3 haris SMRS
o lecet di daerah bokong
o duduk tidak kuat lama karena merasa pusing dan lemas

2. Dalam konteks pengkajian paripurna pasien geriatri (comprehensive geriatric assessment, CGA),
apa saja yang masih perlu dikaji/dievaluasi pada kasus tersebut (minimal 5)?
o Pengkajian masalah medik (diagnosis medik)
o delirium/ACS
o inkontinensia uri
o infeksi saluran urin
o jatuh
o intake kurang, kemungkinan malnutrisi
o imobilitas
o fraktur columna femoris
o kemungkinan ulkus dekubitus
o hipotensi ortostatik
o perlu melakukan anamnesis sistem, alergi, penyakit keluarga, obat‐obatan,
perawatan sebelumnya, operasi, dan riwayat nutrisi
o Pengkajian status fungsional (diagnosis fungsional)
o Menilai kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas hidup dasar sehari‐
hari
o Nilai skor ADL (active daily living)

o Pengkajian status kognitif


o Menilai kemampuan kognitif pasien
o Nilai skor AMT

o Pengkajian status emosi/ afek


o Menilai perasaan pasien (non verbal) melalui mimik, sikap saat berbicara,
ungkapan rasa tak puas, sikap merajuk/ngambek
o Nilai skor GDS (geriatric depression scale)

o Pengkajian kondisi sosial


o rencana pengobatan di rumah sakit
o keadaan kalau nanti pulang ke rumah
o Siapa yang akan merawat sementara di rumah
o keadaan pasien secara finansial
o hubungan dengan orang‐orang terdekat

3. Jelaskan masalah yang terdapat pada pasien berikut pengkajian masalah yang meliputi dasar
perumusan masalah, patofisiologi/penyebab masalah, diagnosis banding, rencana
diagnosis/pemeriksaan penunjang, rencana terapi (non farmakologik dan farmakologik), dan
edukasi?
Masalah Atas dasar Patofisiologi/dd Rdx
delirium/ACS Bicara meracau sejak Gangguan Kriteria CAM
1 hari SMRS neurotransmiter, (confusional
hiperaktivitas axis assessment method)
Hipotalamus‐
Hipofisis‐Adrenal
DD: demensia
inkontinensia uri air seninya yang Kontrol otonom Fungsi ginjal, gula
berceceran, sulit berkurang, fibrosis darah, urinalisis,
untuk menahan BAK detrusor, kelemahan urodinamik
sfingter
DD: DM, demensia
berat
infeksi saluran urin nyeri jika buang air Bakteri DPL
kecil (BAK), agak DD: striktur saluran Urinalisis
demam urin Kultur urin
jatuh terpleset Faktor eksternal EKG, DPL, uji
(lantai licin akibat keseimbangan
urin)
DD: sinkop, drop
attck, dizziness, CVD,
PPOK, gagal jantung,
malnutrisi, anemia,
efek obat, dll
intake kurang, Sejak 3 hari SMRS Infeksi, depresi DPL, skor GDS, mini
kemungkinan makan hanya 4‐5 DD: gangguan saluran nutritional
malnutrisi sendok, minum hanya cerna, efek obat assessment (MNA)
1‐2 gelas sehari
imobilitas terbaring di tempat Nyeri pangkal paha, ‐
tidur sejak jatuh fraktur columna
femoris
DD: osteoporosis,
CVD, PPOK, gagal
jantung, malnutrisi,
anemia, efek obat, dll
fraktur columna nyeri pada pangkal Karena jatuh Foto polos daerah
femoris paha kiri sejak jatuh DD: dislokasi femur pangkal paha
kemungkinan ulkus lecet di daerah Luka tekan terus ‐
dekubitus bokong menerus
Hipotensi ortostatik duduk tidak kuat lama Baroreseptor yang Ukur TD posisi
karena merasa pusing kurang peka berbaring, duduk,
dan lemas DD: malnutrisi, CVD, berdiri
gagal jantung,
gangguan paru

Masalah Terapi Edukasi


delirium/ACS Haloperidol 0,5 mg dimulai dari Edukasi keluarga dan
dosis terendah pramuwerdha tentang penjelasan
penyakit pasien, faktor risiko,
Orientasi personal, lingkungan penyebab, dan tatalaksana
yang tenang, penjelasan tindakan,
motivasi, hindari pemindahan,
pola tidur baik, asupan nutrisi
adekuat, hindari komplikasi
inkontinensia uri Tangani penyebab Edukasi pasien dan keluarga
tentang penyebab dan
Bladder training, latihan otot penanganannya
dasar panggul, penggunaan
kateter
infeksi saluran urin Antibiotik (jika terbukti infeksi) ‐

Jaga kebersihan alat kelamin


jatuh Tangani penyebab Edukasi pasien dan keluarga
tentang penyebab jatuh,
Hindari pasien dari segala yang modifikasi lingkungan pasien
menyebabkan jatuh
intake kurang, Tangani penyebab,omeprazol Edukasi keluarga bagaimana
kemungkinan 1x40 mg, IVFD asering 500 cc/8 mengusahakan agar pasien tetap
malnutrisi jam suplemen makanan, UMU makan cukup
balance seimbang/24 jam

mengganti menu harian dengan


yang disukai pasien, diet ekstra
putih telur 3 butir
imobilitas Tangani penyebab Edukasi tentang komplikasi
imobilisasi dan pencegahannya
fraktur columna operasi ‐
femoris
kemungkinan ulkus Bersihkan luka Edukasi pentingnya mencegah
dekubitus ulkus dekubitus, menerangkan
Sering membolak‐balik posisi bagaimana melakukan
pasien, minimal tiap 2 jam pencegahannya
Hipotensi ortostatik Latihan tilting table Edukasi mobilisasi pasien

4. Buatlah kerangka masalah berdasarkan kasus tersebut yang mendeskripsikan hubungan antara
satu masalah dengan masalah yang lain pada pasien tersebut!

delirium

infeksi Inkontinensia uri

malnutrisi Ceceran urin


Usia lanjut jatuh

fraktur

Ulkus dekubitus imobilisasi Hipotensi ortostatik

Referensi:
Laksmi PW. Kuliah sindrom delirium akut. Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM
Roesheroe, AG. Kuliah sindrom geriatri. Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM
Soejono CH. Kuliah comprehensive geriatric assessment. Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/ RSCM
Nama: Wulunggono
NPM: 0606066405
Tugas: Ulkus Dekubitus
Ulkus Dekubitus
Definisi
Dekubitus adalah kerusakan /kematian kulit sampai
jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai
mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu
area secara terus menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat. Area yang biasa
terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang
dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan,
misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor, dan
spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan
siku.1

Insidensi dan prevalensi ulkus dekubitus tinggi pada


semua fasilitas kesehatan. Prevalensi pasien geriatri yang
dirawat dan menderita ulkus mencapai 15%. Ulkus
dekubitus dapat terjadi pada 2 minggu pertama
perawatan (bahkan 5 hari di ICU).2

Faktor Risiko

Faktor risiko timbulnya ulkus dekubitus adalah semua


jenis penyakit dan kondisi yang menyebabkan
seseorang terbatas aktivitasnya. Faktor-faktor risiko
tersebut memperpanjang waktu tekanan kek kulit dan
dan menurunkan resistensi jumlah tekanan. Faktor
risiko yang sering pada usia lanjut adalah demam,
kondisi koma, penyakit serebrovaskular, infeksi,
anemia, malnutrisi, kaheksia, hipotensi, syok, dehidrasi,
penyakit neurologis dengan paralisis, limfosit,
imobilisasi, penurunan berat badan, kulit kering, dan
eritema.3

Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi


dekubitus karena perubahan kulit yang berkaitan dengan
bertambahnya usia, antara lain:

 Berkurangnya jaringan lemak subkutan


 Berkurangnya jaringan kolagen dan elastik
1
 M Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk
en penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan
ur perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit
un sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga tipe:
ny
a
efi
sie
nsi
ko
lat
er
al
ka
pil
er
pa
da
ku
lit
se
hi
ng
ga
ku
lit
m
en
ja
di
le
bi
h
tip
is
da
n
ra
pu
h

Tipe Dekubitus

2
1. Tipe normal, beda temperatur hingga 2,50C dibandingkan kulit sekitar dan akan sembuh
dalam perawatan sekitar 6 minggu. Terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat
tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.
2. Tipe arteriosklerotik, beda temperatur kurang dari 10C dibandingkan kulit sekitar.
Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit arteriosklerotik ikut
berperan untuk terjadinya dekubitus di samping faktor tekanan. Perawatan diharapkan
sembuh dalam 16 minggu.
3. Tipe terminal, terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak dapat menyembuh.

Patofisiologi Terjadinya Dekubitus

Tekanan darah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg – 33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena
sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Bila
tekanan berlebih maka akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis
jaringan kulit. Sumbatan total pada kapiler masih reversibel bila kurang dari 2 jam. Namun,
seseorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dekubitus selama
dapat berganti posisi beberapa kali per-jamnya.

Berikut diperlihatkan beberapa gambar ilustrasi untuk memudahkan mengerti mekanisme


terjadinya dekubitus:
Penampilan klinis dari dekubitus

Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut:

 Derajat I: reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Tampak sebagai daerah
kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
 Derajat II: reaksi yang lebih dalam lagi mencapai seluruh dermis dan lapisan subkutan.
Tampak sebagai ulkus yang dangkal, dengan tepi yang jelas dan perubahan pigmen
warna kulit.
 Derajat III: ulkus menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung,
berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan
nekrotik yang berbau.
 Derajat IV: perluasan ulkus menembus otot, sehingga tampak tulang di dasar ulkus yang
dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

Pengelolaan Dekubitus

Tindakan yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:

 Meningkatkan status kesehatan penderita dengan memperbaiki keadaan umum penderita,


misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi dicukupi atau
dengan mengatasi/mengobati penyakit yang ada pada penderita, misalnya diabetes yan g
belum terkontrol baik.
 Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah dengan alih
posisi paling lama tiap dua jam, kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang
terjadi pada tubuh penderita (kasur dengan gelombang tekanan udara yang berubah-ubah
atau kasur air yang temperaturnya dapat diatur), balok penyangga kedua kaki, bantal-
bantal kecil untuk menahan tubuh penderita, atau kulit domba tebal dan lembut sebagai
alas tubuh penderita.

Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium atau derajatnya, dan tindakan medik
menyesuaikan apa yang dihadapi (Vander Cammen, 1991).

a. Dekubitus derajat I
Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion,
kemudian dimasase 2-3x/hari.

b. Dekubitus derajat II
Perawatan perlu memerhatikan septik dan antiseptik. Dapat diberikan salep topikal,
mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda. Pergantian balut dan salep
jangan terlalu sering karena justru dapat merusak pertumbuhan yang diharapkan.

c. Dekubitus derajat III


Usahakan luka selalu bersih dan eksudat dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal
dan sebaiknya transparan agar permeabel untuk masuk udara/oksigen dan penguapan.
Antibiotik sistemik mungkin diperlukan.

d. Dekubitus derajat IV
Selain melakukan seperti derajat dekubitus sebelumnya, jaringan nekrotik harus
dibersihkan sebab dapat menghalangi epitelisasi. Terapi bedah juga dapat dilakukan
dengan transplantasi kulit setempat.1

Pembahasan

Jika melihat ulkus yang diderita oleh pasien saat kunjungan VISITE DPJP, diketahui ulkus sudah
menembus dermis dan lemak subkutan. Bahkan luka sudah terlihat menggaung dan ada sedikit
jaringan nekrotik. Luka tidak berbau karena sebelumnya sudah diperban. Belum tampak adanya
tulang dan infeksi di sekitar luka. Berdasarkan penampilan klinis yang ada dapat disimpulkan
ulkus pada pasien ini ada ulkus derajat III.

Untuk penanganannya perlu pembersihan luka rutin. Perban jangan terlalu tebal agar
udara/oksigen masih dapat masuk. Usahakan pasien dimiringkan tiap 2 jam sekali untuk
meringankan tekanan sejenak dan mencegah iskemik kapiler di daerah tersebut.
Gait Analysis

Gait adalah bagaimana kita menggerakkan tubuh dari suatu tempat ke tempat lain. Aktivitas ini
lebih sering dikerjakan dengan berjalan, atau berlari, atau melompat. Gait analysis adalah sebuah
metode untuk menilai bagaimana kita berjalan atau berlari untuk mengidentifikasi abnormalitas
biomekanik. Gait analysis dilakukan dengan berjalan atau berlari di treadmill. Gait analysis
dikonsentrasikan pada kaki dan tungkai.

Siklus gait dibagi menjadi 2 fase utama, stance dan swing, dengan siklus lengkapnya terdiri dari
2 fase utama tersebut. Fase stance adalah periode di mana kaki masih kontak dengan tanah dan
sama dengan 60% siklus. Fase swing merupakan 40%-nya. Saat berjalan ada periode yang
disebut double stance, di mana kedua kaki kontak dengan tanah. Fase swing dan stance dapat
dibagi lagi menjadi:

Stance

 Heel strike – saat di mana heel mengenai tanah

 Foot flat – saat di mana seluruh telapak kaki kontak dengan tanah

 Mid stance – saat di mana kita mentransfer berat tubuh dari belakang ke depan

 Toe off – mendorong dengan jari jempol untuk mendorong tubuh ke depan
Swing

 Acceleration – periode dari Toe off ke fleksi lutut maksimum dengan tujuan agar kaki
dapat terangkat dari tanah

 Mid-swing – periode antara fleksi lutut maksimum dan pergerakan maju tibia ke posisi
vertikal

 Decleration – fase akhir swing sebelum masuk ke heel strike

Ketika berlari, proporsi yang lebih besar pada siklus adalah fase swing. Hal ini disebabkan kaki
kontak dengan tanah dalam periode yang lebih pendek. Oleh karena itu, tidak ada fase double
stance sehingga kedua kaki tidak menapak tanah, fase ini disebut fase terbang. Ketika kecepatan
berlari semakin meningkat, fase stance akan semakin pendek.4
Daftar Referensi

1. Darmojo RB, Martono HH, editors. Buku ajar geriatri: ilmu kesehatan usia lanjut. Edisi
pertama. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1999. hal.
214-22.
2. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, editors. Hazzard’s geriatric medicine and
gerontology. 6th Ed. New York: McGraw-Hill; 2009. p. 715.
3. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. hal. 1388.
4. Sports Injury Clinic. Gait analysis [update 2009; cited 2009 October 17]. Available from:
http:// www.sportsinjuryclinic.net
Nama: Wulunggono

NPM: 0606066405

Penyakit parkinson

Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang penyebabnya belum diketahui. Pasien
dengan penyakit ini memiliki karakteristik resting tremor, rigiditas, pergerakan yang lambat,
tulisan tangan yang kecil-kecil, dan instabilitas. Pada progesivitas penyakit ini setelah beberapa
tahun, demensia akan timbul, terutama pada pasien lansia.

Gangguan motorik pada penyakit Parkinson didapatkan dari hilangnya neuron-neuron berpigmen
pada substansia nigra pars compacta. Substansia nigra merupakan massa sel pada midbrain yang
merupakan bagian dari sistem basal ganglia yang terlibat dalam regulasi pergerakan volunter.
Neuron ini mengarah ke putamen dan nukleus caudatum, di mana dopamin dikeluarkan.
Neurotransmisi dopaminergik pada striatum ini merupakan langkah awal jalur sinyal yang
melalui globus pallidus, nukelus subtalamikus, dan talamus hingga ke korteks motorik.1
Berkurangnya pelepasan dopamin di corpus striatum membuat neuron pascasinaps di corpus
striatum menjadi hiperaktif.2 Gejala parkinson baru dimulai jika lebih dari setengah neuron
dopaminergik menghilang.

Walaupun mempengaruhi jalur nigrostriatal, kehilangan neuron dopaminergik ini akan


menyebabkan disregulasi pada sistem traktus ekstrapiramidal (traktus yang mengontrol refleks,
gerakan kompleks, dan kontrol postural) sehingga timbul gejala seperti yang disebut di atas.

Levodopa

Levodopa akan diabsorpsi di traktus gastrointestinal, dapat melalui blood-brain barrier (BBB)
namun kadar obat akan berkurang. Setelah melalui BBB akan diubah menjadi dopamin oleh
aromatik 1-amino acid decarboxilase (AAAD). Akhirnya terjadi peningkatan konsentrasi
dopamin yang dapat meningkatkan konduksi neuron dan memperbaiki gejala parkinson.
Sebelum masuk BBB konsentrasi levodopa akan berkurang karena terjadi breakdown sepanjang
perjalanannya. Karena itu levodopa sering dikombinasikan dengan carbidopa yang merupakan
inhibitor AAAD perifer untuk mencegah breakdown tersebut. Dosis levodopa yang diperlukan
akan berkurang dan efek sampingnya juga akan berkurang.1

Haloperidol
Haloperidol merupakan obat untuk antipsikotik. Haloperidol akan mempengaruhi efek
neurotransmiter di otak. Obat ini akan memblokade reseptor neurotransmitter (terutama reseptor
dopamin dan serotonin type-2) di neuron. Oleh karena dapat menghambat efek dopamin, obat ini
dapat memperburuk penyakit Parkinson dan berlawanan dengan efek levodopa.3
Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD)

Pasien demensia seringkali memperlihatkan gejala perilaku dan problem psikologik. Gejala
tersebut bervariasi dari bentuk apati dan depresi sampai agitasi dan agresif. Gejala psikotik
seperti halusinasi dan waham juga dapat muncul. BPSD sering ditemukan pada pasien rawat
jalan. BPSD menimbulkan hendaya baik pada pasien maupun caregiver, dan seringkali
menyebabkan pasien harus dirawat di rumah sakit.

BPSD secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 bentuk, yaitu gejala yang didapat berdasarkan
wawancara (anksietas, depresi, halusinasi, delusi) dan gejala yang berdasarkan observasi
(agresivitas, berteriak-teriak, gelisah, wandering, disinhibisi seksual dan agresivitas verbal).
Proses penyakit mempengaruhi susunan saraf pusat menyebabkan BPSD. Gejala pada BPSD
dapat berbentuk depresi, anksietas, insomnia, perilaku yang tidak terkontrol, psikotik dan
lainnya. Pasien umumnya dapat memperlihatkan gejala lebih dari satu, misalnya perilaku yang
tidak terkontrol biasanya timbul bersamaan dengan gejala psikotik, sedangkan depresi biasanya
timbul bersamaan dengan insomnia.

Perubahan perilaku lainnya


 Sundowning, pasien agitasi dan kebingungan pada hari menjelang malam. Hal ini diatasi
dengan terus membiarkan lampu menyala saat menjelang malam.
 Apati, ditandai dengan menurunnya kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari,
peningkatan tanda ekstrapiramidal dan gangguan depresi.
 Hiperfagia, dapat disebabkan adanya patologis pada lobus frontal.

Tata laksana
Tata laksana demensia bersifat paliatif, meliputi pemberian nutrisi yang tepat,
berolahraga, dan supervisi dari aktivitas sehari-hari. Obat dapat membantu dalam
mengatasi agitasi dan gangguan perilaku. Propranolol, pindolol, buspiron, dan valproat
dilaporkan membantu mengurangi agitasi dan agresi. Haloperidol dan obat penghambat
dopamin potensi tinggi lain digunakan untuk mengontrol gangguan perilaku yang akut.
Beberapa pasien demensia Alzheimer menunjukkan perbaikan kognitif dan fungsi ketika
diobati dengan tacrine atau donepezil. Ada beberapa studi yang melaporkan bahwa
pemberian suplemen vitamin (400 sampai 600 mg sehari) dapat menghambat progresivitas
demensia.4

Sumber:
1. Lewitt, PA. Levodopa for the treatment of parkinson’s disease. N Engl J Med 2008;359:2468-76.
2. Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2002: p. 159-72
3. MedicineNet. [updated 2000 August 19; cited 2009 October 27]. Available from:
http://www.medicinenet.com/haloperidol/article.htm
4. Damping, CE. Psikiatri geriatri. 2007. hal. 9
Nama: Wulunggono

NPM: 0606066405

RESUME KERJA POLI

KERJA POLI REHABILITASI MEDIK GERIATRI

Anamnesis. Pasien, Ny S, 63 tahun mengeluhkan nyeri lutut kanan dan kiri yang memberat
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Seminggu lalu kedua lutut terasa sakit terutama saat
mau duduk dan berjalan sehingga lebih banyak berpegangan untuk menghindari jatuh. Telapak
kaki dan tangan kesemutan tapi tidak menjalar. Sebelumnya pasien menggunakan obat
counterpain namun nyeri tidak hilang. Lima tahun lalu pasien pernah menderita stroke, sudah
pulih namun pendengaran telinga kiri berkurang. Pasien sudah tidak bekerja sebagai penjahit.
Pasien menikah dan dikaruniai 2 anak dan 4 cucu. Pasien menghadiri pengajian seminggu sekali.
Tidak ada caregiver. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya di rumah yang berlantai
keramik, penerangan cukup, kloset duduk, dan tangga berpegangan. Riwayat jatuh (-). Pasien
makan 1x sehari.

Pemeriksaan. Fisik: TD 125/80 mmHg (duduk), nadi 80x/menit, TB 155 cm, BB 61 kg suhu
afebris. Pasien memakai kacamata, operasi retina mata kiri karena ada selaput di retina,
gangguan pendengaran (+) kiri pasca stroke, OH baik, gigi palsu (+) terpasang baik. Jari kaki
halux valgus sejak muda. Lutut kanan terasa lebih nyeri, bengkak (-), merah (-), kaku (-),
krepitasi (+), skor VAS 5. Tes keseimbangan DBN kecuali balans satu kaki berpegangan. MMSE
29, GDS tidak menunjukkan gejala depresi, indeks Barthel 19, skor IADL 9. Impairment: OA
genu, halux valgus, dan gangguan pendengaran pasca stroke. Disability (-), Handicap (-). Goal:
menghilangkan nyeri di lutut.

Rencana diagnosis: tes lab RF, ANA; foto polos lutut. Rencana terapi: asetaminofen,
glukosamin dan kondroitin. Program rehabilitasi medik: turunkan berat badan pasien, latihan
menguatkan otot hamstring selama 6 detik sehabis sholat, terapi TENS (transelectrical nerve
stimulation). Evaluasi: rasa nyeri. Prognosis. Ad vitam: dubia ad bonam; ad functionam: dubia
ad bonam; ad sanactionam: dubia ad malam.
KERJA POLI GERIATRI TERPADU

Anamnesis. Ny M, 67 tahun, mengeluhkan nyeri dada kiri sejak 5 jam sebelum masuk rumah
sakit yang didahului oleh nyeri pinggang. Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk, rasa berat (+),
menjalar ke lengan kiri. Sesak (+). Pasien kontrol rutin ke poli kardiologi. Pasien pernah
dipasang stent Mid LAD bulan November 2007. BAK dan BAB tak ada gangguan. Riwayat
jatuh (-).aktivitas mandiri sebelum sakit. Hipertensi (+) > 20 tahun. Pasien menikah dan
dikaruniai 5 orang anak dan 10 cucu. Kegiatan sehari-hari hanya di rumah dan merawat cucu
bersama anaknya.

Pemeriksaan. Fisik: kompos mentis, tampak sakit sedang, TD 150/90 mmHg, nadi 72x/menit,
suhu afebris, pernapasan 20x/menit. Keadaan gizi sedang, rambut beruban, OH kurang, jantung
paru abdomen DBN. Tulang belakang kifosis (+). Penunjang: CK 76, CKMB 46, Hb 11,5 g/dL,
LDL 163 mg/dL, HDL 50 mg/dL. Cor angiography: stent patent non significant CAD; EKG:
LVH (+); foto polos lumbal: hipolordosis lumbal; CTR: 50%. MMSE tak dilakukan, GDS: tidak
menunjukkan gejala depresi. Daftar Masalah: dislipidemia, hipertensi grade I, CAD, unstable
angina pektoris, LBP, dan OH kurang.

Rencana diagnosis: profil lipid, ukur tensin darah rutin, EKG, uji latih, kadar troponin T atau I,
CK-MB dan konsul ke bagian Gigi dan Mulut untuk masalah OH kurang. Rencana terapi
farmakologis: simvastatin, captopril 2x12,5 mg, ascradia 1x80 mg, propanolol, ibuprofen, dan
omeprazole serta betadine gargle. Rencana terapi non-farmakologis: ubah lifestyle, pola
makan sehat, olahraga ringan dan teratur, kurangi makanan berlemak dan kurangi asupan garam,
hindari pekerjaan berat, hindari berdiri lama tanpa berpegangan, dan menyikat gigi secara benar
dan teratur. Prognosis. Ad vitam: dubia ad malam; ad functionam: dubia ad bonam; ad
sanactionam: malam.

KERJA POLI PSIKO-GERIATRI

Anamnesis. Pasien, Ny S, 60 tahun, mengeluhkan gemetar pada kedua tangan serta tidak dapat
berjalan tanpa bantuan sejak 1 bulan yang lalu. Empat tahun yang lalu pasien merasakan gemetar
pada tangan kanan. Gejala memberat sehingga pasien tidak lagi dapat berjualan. Kemudian
pasien merasa kaki kanan semakin berat ketika berjalan. Pasien berobat ke RS Budi Asih dan
didiagnosis menderita Parkinson. Sejak 3 tahun lalu pasien mulai sulit bicara dan merasa otot-
otot wajah dan leher semakin kaku. Keluhan gemetar juga dirasakan pada tangan kiri. Pasien
kontrol di RS Budi Asih selama 3 tahun. Tahun 2008 pasien berobat ke RSCM. Pasien mulai
sulit berjalan dan kekakuan dirasa memberat pada kedua tangan dan kaki sehingga berjalan
semakin lambat dengan membungkuk seperti robot, disertai gerakan yang terbatas. Pasien sering
berhalusinasi mendengar suara, mudah curiga pada suami. Dua bulan lalu pasien mengeluh mulai
sering lupa menaruh barang dan tidak bisa konsentrasi. Sejak 1 bulan lalu pasien mengalami
imobilisasi karena kaku di tangan, kaki, dan leher. Kegiatan sehari-hari dibantu keluarga, makan
minum kadang tersedak, riwayat jatuh selama sakit (+), ekspresi wajah kurang, dan hipersalivasi
(+). Riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga (-). Pasien menikah dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Hasil Skor GDS: 7 (pasien memiliki resiko depresi).

Pemeriksaan. Fisik: kompos mentis, tampak sakit sedang, TD 110/80 mmHg, nadi 76x/menit,
suhu 360C, pernapasan 20x/menit. Jantung paru abdomen DBN. Resting tremor (+/+),
bradikinesia (+), rigiditas cogwheel (+/+), gangguan BAK dan BAB (-). Daftar masalah:
Parkinson dan demensia dengan gangguan psikotik. Rencana diagnosis: pemeriksaan brain CT-
Scan, konsul ke poliklinik psikiatri, pemeriksaan DPL, TSH, kadar vitamin B12, dan elektrolit.
Rencana terapi: Madopar 3 x 250 mg, Sifrol 3 x 0,375 mg, Vit B6-B12-As. Folat 3x1.
Prognosis: Ad vitam: bonam; ad functionam: dubia ad malam; ad sanactionam: dubia ad malam.
LAPORAN KAJIAN INSTABILITAS
POSTURAL MODUL PRAKTIK KLINIK
GERIATRI

1. Identitas Pasien
Nama : Ny B
Usia : 72 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : tidak sekolah
Alamat : Kampung Jawa
Pasien rawat inap

2. Anamnesis

Keluhan Utama

Nyeri perut yang memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perutnya terasa
membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini juga disertai bengkak pada kedua
kaki. Demam (-), sesak (-), muntah hitam (-), BAB hitam (-). Pasien datang ke RS dengan
keluhan nyeri perut yang memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terutama
dirasakan pasien sekitar perut bagian bawah. Nyeri terus menerus, memberat, dan menjalar
sampai pinggang belakang. Keluhan nyeri disertai perut yang membengkak semakin lama
semakin besar. Bengkak seperti kantung berisi cairan. Bengkak di perut ini
mengganggunya untuk berjalan.

Demam (-), jumlah BAK berkurang. Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (-),
gangguan tidur (-), batuk (-), wheezing (-), nyeri dada (-). BAB 1 x per hari, masih bisa
ditahan. BAK bisa ditahan, riwayat 3 hari sebelum masuk rumah sakit tidak bisa ditahan.
Pasien memakai pampers.

1
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah jatuh 2x di WC karena lantai licin pada 35 tahun yang lalu dan jatuh 1x pada
10 tahun yang lalu karena menabrak ember yang ditaruh sembarangan. Saat setelah jatuh
itu pasien masih sadar dan dapat bangkit kembali. Pasien hanya mengalami luka dengan
sedikit memar. Tidak ada luka serius atau gejala lain setelah itu. Waktu itu posisi jatuh
pasien terperosok ke depan.

Pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati pada tahun 2008 dan kontrol rutin di poli
geriatri RSCM. Pasien menerima obat captopril 2 x 12,5 mg. Pasien juga memiliki
hipertensi (pasien kurang mengetahui tepatnya kapan). Penyakit diabetes (-), gangguan
jantung (-), TB (-). Aktivitas mandiri (sebelum sakit), riwayat jatuh (+) 3 kali, gangguan
penglihatan (-), gangguan pendengaran (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada. DM (-), Hipertensi (-), hepatitis (-)

Riwayat Psikososial

Riwayat Keluarga:
Pasien menikah dan dikaruniai 7 orang anak. Suami pasien sudah meninggal karena
depresi. Pasien juga sudah memiliki 14 orang cucu dan 2 orang cicit. Pasien mengeluhkan
bahwa kini anak-anak dan menantunya sudah tidak perhatian lagi dengannya dan sibuk
dengan urusan masing-masing. Hanya saat ia menderita berbagai penyakit dan dirawat
barulah anak- anaknya datang menghampiri.

Tinggal dengan siapa:


Selama ini pasien tinggal dengan anak terakhirnya. Pasien sehari-hari hanya makan, tidur,
dan berdagang kecil-kecilan. Pasien sering mengalami masalah dengan anak-anaknya.
Caregiver:
Pasien kini dirawat secara bergantian oleh Ita, Sio, dan Parlin (anaknya).

Aktivitas sosial/keagamaan/rekreasi:
Pasien hampir amat jarang berekreasi. Keseharianya hanya sekedar tegur sapa dengan
keluarga, tetangga, dan kawan seusia. Pasien senang merangkai bunga. Pasien pun masih
pergi beribadah ke gereja namun tidak rutin.

Riwayat Kepribadian:
Saat ditemui pasien hampir selalu sendirian. Anak-anaknya terihat jarang menemui dan
mengajak obrol. Sekalipun datang hanya menemani saja. Pasien mudah diajak bicara
terutama terkait hal masa lalu dan pengalamannya. Ia pun masih ingat betul kapan dan di
mana peristiwa tertentu yang ia alami. Namun, sesekali pasien langsung menangis seketika
jika ditanya tentang keluarganya, terutama dalam hal perhatian.

Analisis Finansial:
Pasien mengaku bahwa sebelum sakit ia masih berdagang kecil-kecilan. Jumlah pendapatan
per hari sekitar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00. Dalam sebulan mendapat kira-kira 400 ribu –
600 ribuan. Biaya hidup dalam sebulan sekitar 1.200.000 sehingga sangat kurang
dibandingkan dengan penghasilan yang ia miliki. Kekurangan biaya hidup ditutupi oleh
anak- anaknya. Jika sudah sehat kembali pasien ingin segera berdagang lagi.

Coping mechanism:
Saat menghadapi masalah biasanya pasien lebih menyukai disimpan sendiri. Pasien
mengaku terkadang ia tertawa saja saat mengingat masalah-masalahnya. Namun, seringkali
pula ia bercerita panjang lebar ke orang lain mengenai anak-anak yang kurang perhatian
kepadanya.
Waktu Perjalanan Klinik Penyakit Perubahan status fungsional
+/- 10 hari lalu Perut terasa bengkak Belum ada
+/- 10-3 hari yang lalu Nyeri di ulu hati Berjalan mulai terganggu
3 hari lalu hingga kini Nyeri perut memberat di Berjalan menjadi sulit
bagian perut bawah, perut
makin membengkak, keluhan
menjalar sampai pinggang
belakang

4. Pemeriksaan Jasmani
 Tanda Vital
o Tekanan darah : 110/70 mmHg dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun
berdiri
o Nadi : 88x/menit
o Pernapasan : 20 x/menit
o Suhu : 37°C
o Berat Badan : 62 kg
o Tinggi Badan : 146 cm
 Mulut
o Higiene oral : buruk
o Gigi palsu : tidak ada
 Kulit
o Bercak kemerahan : tidak ada
o Kelembaban : biasa
o Ulkus dekubitus : tidak ada
 Paru-paru
o Sesak : tidak ada
o Ekspansi rongga dada : normal, simetris
o Auskultasi : vesikuler, ronki (-), mengi (-)
 Abdomen: asites (+), nyeri tekan (-), bising usus (+) N, hati dan limpa sulit dinilai
 Pendengaran dalam batas normal
 Penglihatan dalam batas normal
 Ekstremitas: akral hangat, pitting edema (+) tibia
 Analisis pola jalan, sikap tubuh, dan alat bantu
o Pola jalan : langkah pendek
o Sikap tubuh : normal
o Alat bantu : tidak digunakan
 Muskuloskeletal
o Deformitas : tidak ditemukan
o Nyeri : (-)
 Penilaian motorik
Penilaian Motorik Motorik LGS Tonus Refleks
Anggota Tubuh Atas
 Bahu Skor : 5/5 normal hipotonus
 Siku Skor : 5/5 normal hipotoni Positif
 Pergelangan tangan Skor : 5/5 normal hipotoni
 Jari-jari tangan Skor : 5/5 normal Hipotoni
Anggota Tubuh Bawah
 Paha Skor : 5/5 normal hipotoni
 Lutut Skor : 5/5 normal Hipotnik Positif
 Pergelangan Kaki Skor : 5/5 normal Hipotonik Positif
 Jari kaki Skor : 5 normal hipotoni

 Penilaian neurologis
o Fungsi luhur
 Berbahasa/memori : baik
 Visuospasial/emosi : baik
o Fungsi bicara
 Disfonia : (-)
 Disartria : (-)
o Fungsi menelan : baik
o Koordinasi
 Jari-hidung : tidak dilakukan
 Tumit-lutut : tidak dilakukan
 Romberg : tidak dilakukan
 Pemeriksaan keseimbangan
MANUVER NORMAL BANTUAN ABNORMAL

Balans duduk Stabil, mampu Berpegangan Bersandar, butuh


bangun dari kursi dengan 1 kali menggunakan lengan bantuan orang lain
gerakan (pada kursi atau pada
menggunakan alat bantu jalan)
lengan

Balans berdiri (3‐5 Mampu tanpa Berpegangan dengan Meraih, sesuatu


menit) berpegangan alat bantu/sesuatu untuk support,
obyek goyang tubuh nyata

Balans bediri Mampu berdiri pada Mampu berdiri tetapi


ke‐2 kaki merapat tidak dapat
merapatkan kedua
kaki

Balans dengan mata Mampu berdiri Mampu berdiri, Gejala tidak mampu
tertutup (Romberg tanpa berpegangan kedua kaki atau butuh
Test) dengan ke‐2 kaki tidak merapat berpegangan pada
merapat obyek

Balans (360o) Tanpa berpegangan, Gerakan tidak mulus Gejala tidak mampu
berputar gerakan mulung atau berpegangan pada
obyek

Dorongan pada Mampu menahan Perlu menggerakkan Mampu jatuh atau perlu
sternum 3 kali kaki tapi dapat menolong untuk
menahan mempertahankan
keseimbangan keseimbangan

Leher berputar, Mampu tanpa Berkurang Tidak mampu


pasien dimimta mencari bantuan, kemampuan tanpa
menggerakkan leher tidak pusing, tidak bantuan
ke kiri dan kanan,
menengadah ke nyeri
atas, sementara
kedua kaki merapat

Balans 1 kaki Mampu berdiri Mampu berdiri pada 1 Tidak mampu


pada 1 kaki, 5 detik kaki dengan
tanpa berpegangan berpegangan

Ekstensi punggung Mampu berdiri Mampu tapi Tidak mampu


tanpa berpegangan berpegangan

Reaching up (pasien Mampu berdiri Mampu tapi Tidak mampu


diminta mencoba tanpa berpegangan berpegangan
mengambil sesuatu
benda kecil seperti
ball point)

Bending down Mampu berdiri Mampu berdiri tapi Tidak mampu berdiri
(pasien diminta tanpa berpegangan perlu menggerakkan diam atau tegak seperti
mencoba mengambil tubuh lengan atau benddown atau perlu
sesuatu benda kecil berpegangan pada gerakan motorik
seperti ball point) sesuatu sehingga berdiri

Sitting down (duduk Mampu berdiri Perlu bantuan lengan Jatuh dari kursi, salah
kembali) tanpa berpegangan untuk dikursi atau menduga gerakan
gerakan tidak tidak
halus

5. Pemeriksaan Status Fungsional

 Indeks ADL Barthel


No. Fungsi I II III
1. Mengendalikan rangsang pembuangan tinja 2 2 2
2. Mengendalikan rangsang berkemih 2 2 2
3. Membersihkan diri 1 1 1
4. Menggunakan jamban 2 2 2
5. Makan 2 2 2
6. Berubah posisi dari berbaring menjadi duduk 3 3 3
7. Berpindah/berjalan 3 2 2
8. Memakai baju 2 2 2
9. Naik turun tangga 2 1 1
10. Mandi 1 1 1
Total 20 18 18

I : sebelum sakit ( Mandiri )


II : saat sakit, masuk RS (ketergantungan ringan)
III : saat sakit, setelah beberapa hari perawatan (Ketergantungan ringan)

 Skala IADL Lawton


No. Aktivitas Skor
1. Dapatkah menggunakan telepon 1
2. Mampukah pergi ke suatu tempat 2
3. Dapatkah berbelanja 3
4. Dapatkah menyiapkan makanan 3
5. Dapatkah melakukan pekerjaan rumah tangga 3
6. Dapatkah melakukan pekerjaan tangan 3
7. Dapatkah mencuci pakaian 3
8. Dapatkah mengatur obat-obatan 2
9. Dapatkah mengatur keuangan 3
Total 23

6. Pemeriksaan Psikiatrik
 Pemeriksaan MMSE
Nilai
ORIENTASI
Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5/5
Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5/5
REGISTRASI
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda: satu detik untuk setiap benda. 3/3
Pasien diminta mengulangi nama ketiga objek tersebut. Berilah nilai 1 untuk tiap
nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan
benar:
(bola, kursi, buku) Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah: 3 kali
ATENSI DAN KALKULASI
Pengurangan 100 dengan 7, nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan 5/5
setelah 5 jawaban, atau eja terbalik “WAHYU” (Nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan, misal UYAHW = 2)
MENGENAL KEMBALI
Pasien diminta menyebut kembali 3 nama objek yang di atas tadi. Berikan nilai 1 3/3
untuk tiap jawaban yang benar.
BAHASA
Apakah nama benda ini? Perlihatkan pinsil atau arloji 2/2
Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut: “Jika tidak, dan atau tapi” 1/1
Pasien diminta melakukan perintah “Ambillah kertas itu dengan tangan anda, 3/3
lipatlah
menjadi dua dan letakkan di lantai.”
Pasien disuruh membaca, lalu melakukan perintah kalimat “Pejamkan mata anda” 1/1
Pasien diminta menulis kalimat lengkap dengan spontan (tulis apa aja) 1/1
Pasien diminta menggambar bentuk berikut ini 1/1
Skor 30/30
 Pemeriksaan Penapisan Depresi (GDS)
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan YA
anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan? YA
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Tidak
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan tidak
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda tidak
dibandingkan kebanyakan orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? Tidak
13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda? Tidak
Skor 2

 Uji Mental Singkat


Umur: 72 tahun 1
Waktu/jam sekarang: Sore jam 3 1
Alamat tempat tinggal: Jl. Sayuti Mardani 1
Tahun ini: 2009 1
Saat ini berada di mana: RS Cipto 1
Mengenali orang lain di RS (iya) 1
Tahun kemerdekaan RI: 1945 1
Nama Presiden RI: SBY 1
Tahun kelahiran pasien….jawaban pasien tidak jelas 0
Menghitung terbalik (20 s/d 1) 1
Skor 9
Perasaan hati (afeksi) Labil

7. Pemeriksaan Penunjang

Darah:
Hb: 8,8 Ht: 26 Limfosit: 2400 Trombosit: 73000 MCV: 99 MCH:34 GDS: 85
Elektrolit: 143 (Na)/ 4,2 (K)/ 113 (Cl) Cr: 0,9 CCT: 58,5 SGPT: 31

Urin:
Epitel: (+) Leukosit: 2-3 Eritrosit: banyak bakteri: (-) Kristal: (-)

Lain-lain:
EKG: ST no change, HR: 75x/menit, LVH (-), RVH (-), BBB (-)
USG Abdomen tanggal 18 Desember 2008; sirosis hepatis dengan asites, splenomegali,
hipertensi portal

8. Diagnosis

 Medik :
Asites dengan riwayat SBP perbaikan
Atas dasar: pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati, splenomegali dan
hipertensi portal tahun 2008. Berdasarkan hasil PF ditemukan asites (+), edema tibia (+)
pitting. Nyeri perut bagian bawah semakin lama semakin berat.
Rencana diagnosis: paracentesis asites, kultur cairan asites.
Rencana terapi: cefotaxime 3x1 gr, diuretik, azitromisin 1x500
mg

CAP dd TB paru + infeksi sekunder


Atas dasar: pada anamnesis didapatkan gejala berupa nafsu makan menurun dan lemas.
Tidak terdapat demam. Gejala seperti sesak napas dan batu kering disangkal. Namun
dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya ronki basah di kedua lapang paru kanan dan
kiri.
Pasien memiliki oral higienis yang buruk. Dipikirkan pneumonia karena pasien berumur
lebih dari 65 tahun dan menjalani perawatan dalam jangka waktu lama.
Rencana diagnosis: sputum BTA 3x, pewarnaan Gram, Kultur bakteri, foto polos thorax.
Rencana terapi: ceftriaxone 2x2 gr, azitromisin 1x500 mg, inhalasi ventolin:NaCl = 1:1/8
jam, ambroxol 3xCI

DIC dekompensata
Atas dasar: pasien memiliki riwayat sirosis hati yang dapat menurunkan produksi faktor
koagulasi
Rencana diagnosis: kadar D-dimer, fibrinogen, PT, dan
APTT Rencana terapi: transfusi FTP 900 cc, cek APTT post
transisi

SH dekompensata
Atas dasar: riwayat pasien menderita sirosis
hati Rencana diagnosis:
Rencana terapi: diet hati III 1900 kkal, lactulac 3xCI, cefotaxime 3x1 mg

Intake kurang + dispepsia


Atas dasar: pada anamnesis didapatkan gejala mual(+), perut terasa begah, nafsu makan
menurun. Ada nyeri ulu hati.
Rencana diagnosis: endoskopi, albumin, penimbangan berat badan tiap minggu.
Rencana terapi: omeprazole 2x20 mg, sukralfat 4x1 sendok, domperidon 3x10 mg

Hematuria Mikroskopis
Atas dasar: hasil laboratorium, mual, dan hematuria.
Rencana Diagnosis: tes fungsi ginjal, USG ginjal, kultur
urin.
Rencana Terapi: membatas jumlah minum jika diketahui fungsi ginjal buruk, menjaga
kebersihan alat kelamin.

Anemia makrositer
Atas dasar: dari hasil anamnesis diketahui pasien berkurang asupan makanannya. Dari
hasil pemeriksaan penunjang diketahui Hb 8,8. MCV 99. Pasien pun mengalami
hematuria.
Rencana diagnosis: retikulosist, morfologi, schilling test
Rencana terapi: observasi

CAD anteroseptal
Atas dasar: pasien memiliki faktor risiko CAD seperti:
hipertensi Rencana Diagnosis: echocardiografi
Rencana Terapi: Ascardia 1x80mg sebagai terapi untuk mencegah timbulnya infark.

Hipertensi terkontrol
Atas dasar: pasien mempunyai riwayat hipertensi, namun terkontrol tiap bulannya.
Rencana diagnosis: asam urat, profil lipid, EKG
Rencana terapi: captopril 2x12,5 mg

Oral Higienis buruk


Atas dasar: pasien mengakui sering merasa tidak nyaman di gigi. Sehabis makan terasa
banyak sisa makanan di mulut. Gigi dan gusi belakang sudah banyak yang rusak dan
berwarna hitam kecokelatan. Lidah kotor dan terlihat serpihan makanan.
Rencana Terapi: edukasi perawatan gigi dan gusi dengan tepat. Sikat gigi 2x sehari dan
kumur dengan Betadine garglin

 Psikiatrik : tidak kelainan.


Pada pemeriksaan ini didapat skor MMSE penuh 30 dan nilai GDS 2 menunjukkan
bahwa psikis pasien tidak ada kelainan.

 Fungsional : ketergantungan ringan.


Penilaian menggunakan indeks Barthel. Saat aktivitas sehari-hari ketika pasien
sehat, pasien dapat melakukan secara mandiri. Indeks Barthel saat itu mencapai 20.
Namun, setelah masuk RS didapatkan skor menjadi 18 yang berarti pasien memiliki
ketergantungan ringan. Begitu juga dengan nilai IADL Scale yang hanya mencapai
23.

 Impairment : nyeri ulu hati, bengkak perut bawah akibat asites


 Disability : berjalan lambat, cepat lelah karena terasa berat
 Handicap : aktivitas dagang menjadi terhambat (sulit mobilisasi jauh)

9. Resume

 Masalah Pasien (Kerangka Teori)

o Kajian instabilitas dan jatuh pasien

Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan jatuh
pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik. Faktor risiko intrinsik meliputi
faktor risiko yang ada pada pasien sedangkan ekstrinsik adalah yang terdapat
di lingkungan.

Faktor risiko intrinsik dibagi menjadi 2, faktor lokal dan sistemik.


Berdasarkan hasil anamnesis pasien tidak memiliki faktor risiko intrinsik
lokal, melainkan sistemik. Faktor sistemik tersebut berupa penyakit yang
dapat memicu timbulnya gangguan keseimbangan dan jatuh. Pada pasien ini
adalah penyakit pneumonia dan gangguan jantung.

Faktor risiko ekstrinsik merupakan faktor-faktor yang berada di lingkungan


yang memudahkan orang lansia mengalami jatuh. Pada anamnesis
didapatkan bahwa pasien pernah 3 kali jatuh di kamar mandi karena
tersandung benda- benda yang ditaruh tidak pada tempatnya. Selain itu
kondisi kamar mandi juga agak gelap. Selain di kamar mandi, ruangan lain
dalam rumah sudah aman dari risiko jatuh. Lantai yang tidak licin,
penerangan yang memadai, pegangan yang erat pada tangga.

Evaluasi yang komprehensif terdiri atas riwayat jatuh dan medis yang rinci,
pemeriksaan fisik, pengkajian cara berjalan, dan keseimbangan, pengkajian
terhadap kondisi lingkungan tempat pasien tinggal atau terjatuh, serta pada
keadaan tertentu, pemeriksaan laboratorium.
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien sudah 3 kali jatuh dengan peyebab yang
sama, yaitu tersandung barang-barang yang berceceran di kamar mandi. Dari
riwayat medisnya, pasien menderita pneumonia dan gangguan jantung,
tentunya sangat berpengaruh terhadap instabilitas seseorang. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan asites yang masif di perut yang melorot ke
bawah jika pasien berdiri. Oleh karena itu pasien merasa sulit untuk berjalan
dan mudah lelah. Selain itu dari pemeriksaan motorik didapatkan otot-otot
sudah mengalami hipotoni yang melemahkan kekuatan otot untuk
berkontraksi.

Berdasarkan pemeriksaan keseimbangan yang dilakukan terhadap Ny. B,


didapat bahwa sebagian besar manuver keseimbangan dilakukan pasien
dengan memggunakan bantuan. Dimulai dari duduk bangun yang
menggunakan pinggiran bed, berdiri yang kurang dari 5 menit jika tidak
berpegangan sesuatu, tidak mampu merapatkan kedua kaki. Saat diminta
untuk berputar pasien dapat melakukan namun patah-patah dan perlahan.
Gerakan reaching up, sitting down menunjukkan hasil butuh bantuan.
Sedangkan gerakan seperti balans satu kaki, ekstensi punggung, dan bending
down tidak mampu dilakukan.

o Geriatric Giant (14 i): instabilitas, infeksi, impecunity


o Alat bantu jalan:

pasien sampai saat ini tidak memakai alat bantu jalan. Hanya saja saat
berjalan perlu ditemani atau dipapah. Jika asites, kelemahan otot, dan infeksi
pneumonia sudah teratasi maka pasien kemungkianan besar dapat berjalan
lebih lancar. Pasien harus diberi edukasi lebih lanjut tentang faktor risiko
intrinsik dan ekstrinsik yang dapat menyebabkan pasien jatuh sehingga dapat
mengeclkan kemungkinannya untuk jatuh lagi..
 Kerangka Masalah

Bahaya lingkungan

Gangguan cara berjalan / keseimbangan

terpleset

Proses menua

jatuh instabilitas

sincop

Kelemahan otot dan refleks

Penyakit medis

Kerentanan
Faktor risiko terkait usia

10. Rencana Penatalaksanaan


 Nonfarmakologi
o Fisioterapi dan latihan untuk pengkondisian otot agar tidak terjadi kontraktur.
o Penggunaan alat bantu jalan untuk memperbaiki stabilitas
o Identifikasi lebih lanjut bahaya potensial pada kehidupan sehari-hari yang
dapat menyebabkan Ny. B jatuh dan edukasi mengenai cara-cara agar bisa
meminimalisasi kemungkinan jatuh
 Farmakologi
o Atasi penyakit medis umumnya.
o Penggunaan diuretrik untuk mengurangi asites di perut bawah pasien.
 Edukasi Keluarga
o Memberi penjelasan tentang penyakit umum pasien dan terapi yang akan
diberikan.
o Menjelaskan faktor-faktor risiko jatuh dan instabilitas, misal dengan
menaruh barang-barang yang berceceran ke tempat semula.
o Menjelaskan ke keluarga pentingnya peran mereka terhadap kesembuhan
pasien dan pencegahan instabilitas atau jatuh

Referensi
 Setiati S, Laksmi PW. Gangguan Keseimbangan, Jatuh, dan Fraktur dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2007.

Nama Mahasiswa : Wulunggono Penilai :


NPM : 0606066405 Tanggal :
LAPORAN KAJIAN FUNGSI KOGNITIF

Identitas Pasien

No. Rekam Medik: 327.80.56 Pendidikan : tidak sekolah


Nama (Inisial) :B Suku : Batak
Usia : 72 tahun Alamat : Kampung Jawa
Jenis Kelamin :P Pembiayaan Kesehatan :
umum Pasien rawat
jalan/rawat inap

Keluhan Utama

Nyeri perut yang memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perutnya terasa
membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini juga disertai bengkak pada kedua
kaki. Demam (-), sesak (-), muntah hitam (-), BAB hitam (-).

Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri di perut bagian bawah
semakin lama semakin berat. Demam (-), jumlah BAK berkurang. Nafsu makan menurun,
mual (+), muntah (-), gangguan tidur (-), batuk (-), wheezing (-), nyeri dada (-).
BAB 1 x per hari, masih bisa ditahan. BAK bisa ditahan, riwayat 3 hari sebelum masuk
rumah sakit tidak bisa ditahan. Pasien memakai pampers. Aktivitas mandiri, riwayat jatuh
(+) 3 kali, gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah menerima transfusi darah pada tahun 1976 saat melahirkan anak. Pasien
pernah jatuh 2x di WC karena lantai licin pada 35 tahun yang lalu dan jatuh 1x pada 10

1
tahun yang lalu. Saat itu pasien masih sadar dan dapat bangkit kembali. Pasien pernah
didiagnosis

2
menderita sirosis hati pada tahun 2008 dan kontrol rutin di poli geriatri RSCM. Pasien juga
memiliki hipertensi (pasien kurang mengetahui tepatnya kapan). Penyakit diabetes (-),
gangguan jantung (-), TB (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada. DM (-), Hipertensi (-), hepatitis (-)

Riwayat Psikososial

Riwayat Keluarga:
Pasien menikah dan dikaruniai 7 orang anak. Suami pasien sudah meninggal karena
depresi. Pasien juga sudah memiliki 14 orang cucu dan 2 orang cicit. Pasien mengeluhkan
bahwa kini anak-anak dan menantunya sudah tidak perhatian lagi dengannya dan sibuk
dengan urusan masing-masing. Hanya saat ia menderita berbagai penyakit dan dirawat
barulah anak- anaknya datang menghampiri.

Tinggal dengan siapa:


Selama ini pasien tinggal dengan anak terakhirnya. Pasien sehari-hari hanya makan, tidur,
dan berdagang kecil-kecilan. Pasien sering mengalami masalah dengan anak-anaknya.

Caregiver:
Pasien kini dirawat secara bergantian oleh Ita, Sio, dan Parlin (anaknya).

Aktivitas sosial/keagamaan/rekreasi:
Pasien hampir amat jarang berekreasi. Keseharianya hanya sekedar tegur sapa dengan
keluarga, tetangga, dan kawan seusia. Pasien senang merangkai bunga. Pasien pun masih
pergi beribadah ke gereja namun tidak rutin.

Riwayat Kepribadian:
Saat ditemui pasien hampir selalu sendirian. Anak-anaknya terihat jarang menemui dan
mengajak obrol. Sekalipun datang hanya menemani saja. Pasien mudah diajak bicara
terutama terkait hal masa lalu dan pengalamannya. Ia pun masih ingat betul kapan dan di
mana peristiwa tertentu yang ia alami. Namun, sesekali pasien langsung menangis seketika
jika ditanya tentang keluarganya, terutama dalam hal perhatian.

Analisis Finansial:
Pasien mengaku bahwa sebelum sakit ia masih berdagang kecil-kecilan. Jumlah pendapatan
per hari sekitar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00. Dalam sebulan mendapat kira-kira 400 ribu –
600 ribuan. Biaya hidup dalam sebulan sekitar 1.200.000 sehingga sangat kurang
dibandingkan dengan penghasilan yang ia miliki. Kekurangan biaya hidup ditutupi oleh
anak- anaknya. Jika sudah sehat kembali pasien ingin segera berdagang lagi.

Coping mechanism:
Saat menghadapi masalah biasanya pasien lebih menyukai disimpan sendiri. Pasien
mengaku terkadang ia tertawa saja saat mengingat masalah-masalahnya. Namun, seringkali
pula ia bercerita panjang lebar ke orang lain mengenai anak-anak yang kurang perhatian
kepadanya.

Pemeriksaan Jasmani

Kesadaran: kompos mentis


TD: 110/70 mmHg dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun
berdiri. Nadi 88x/menit. Suhu: 36,50C Laju pernapasan:
20x/menit Berat badan: 62 kg Tinggi badan: 146 cm
IMT: 29,08 Kulit: biasa, tidak ada
bercak kemerahan
Pendengaran: dbn
Penglihatan: dbn
Leher: dbn
Dada: paru-paru: sonor, vesikuler, ronki basah (+/+), wheezing
(-) Jantung: irama regular, murmur (-), gallop (-)
Perut: hati/limpa: sulit dinilai
Asites (+), edema tibia (+) pitting
Pemeriksaan Status Fungsional
Skor Indeks ADL Barthel
No. Fungsi I II
1. Mengendalikan rangsang pembuangan tinja 2 2
2. Mengendalikan rangsang berkemih 2 2
3. Membersihkan diri 1 1
4. Menggunakan jamban 2 2
5. Makan 2 2
6. Berubah posisi dari berbaring menjadi duduk 3 3
7. Berpindah/berjalan 3 2
8. Memakai baju 2 2
9. Naik turun tangga 2 1
10. Mandi 1 1
Total 20 18

Lawton IADL Scale


No. Aktivitas Skor
1. Dapatkah menggunakan telepon 1
2. Mampukah pergi ke suatu tempat 2
3. Dapatkah berbelanja 3
4. Dapatkah menyiapkan makanan 3
5. Dapatkah melakukan pekerjaan rumah tangga 3
6. Dapatkah melakukan pekerjaan tangan 3
7. Dapatkah mencuci pakaian 3
8. Dapatkah mengatur obat-obatan 2
9. Dapatkah mengatur keuangan 3
Total 23

FORMULIR PENILAIAN EQ-5D


Mobilitas Saya ada masalah untuk berjalan
Perawatan diri sendiri Saya mempunyai kesulitan dalam perawatan diri sendiri
Aktivitas sehari-hari Saya tidak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari
Rasa nyeri/tak Saya tidak mempunyai keluhan rasa nyeri atau rasa tidak nyaman
nyaman
Rasa cemas/depresi Saya tidak merasa cemas/gelisah atau depresi (jiwa tertekan)

WHO UNESCAP
Apakah Bapak mengalami kesulitan untuk melihat walaupun mengenakan kacamata? 1
Apakah Bapak mempunyai kesulitan pendengaran walaupun menggunakan alat bantu 1
dengar?
Apakah Bapak mengalami kesulitan berjalan? 2
Bapak mengalami kesulitan mengingat sesuatu atau sulit berkonsentrasi? 2
Bapak mengalami kesulitan merawat diri sendiri? 2
Apakah Bapak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi? 1

Pemeriksaan Psikiatrik (Status Mental dan


Kognitif) Penapisan Depresi
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan YA
anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan? YA
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Tidak
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan tidak
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda tidak
dibandingkan kebanyakan orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? Tidak
13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda? Tidak
Skor 2

Pengkajian Status Mental Mini


Nilai
ORIENTASI
Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5/5
Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5/5
REGISTRASI
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda: satu detik untuk setiap benda. 3/3
Pasien diminta mengulangi nama ketiga objek tersebut. Berilah nilai 1 untuk tiap
nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan
benar:
(bola, kursi, buku) Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah: 3 kali
ATENSI DAN KALKULASI
Pengurangan 100 dengan 7, nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan 5/5
setelah 5 jawaban, atau eja terbalik “WAHYU” (Nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan, misal UYAHW = 2)
MENGENAL KEMBALI
Pasien diminta menyebut kembali 3 nama objek yang di atas tadi. Berikan nilai 1 3/3
untuk tiap jawaban yang benar.
BAHASA
Apakah nama benda ini? Perlihatkan pinsil atau arloji 2/2
Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut: “Jika tidak, dan atau tapi” 1/1
Pasien diminta melakukan perintah “Ambillah kertas itu dengan tangan anda, 3/3
lipatlah
menjadi dua dan letakkan di lantai.”
Pasien disuruh membaca, lalu melakukan perintah kalimat “Pejamkan mata anda” 1/1
Pasien diminta menulis kalimat lengkap dengan spontan (tulis apa aja) 1/1
Pasien diminta menggambar bentuk berikut ini 1/1
Skor 30/30
Uji Mental Singkat
Umur: 72 tahun 1
Waktu/jam sekarang: Sore jam 3 1
Alamat tempat tinggal: Jl. Sayuti Mardani 1
Tahun ini: 2009 1
Saat ini berada di mana: RS Cipto 1
Mengenali orang lain di RS (iya) 1
Tahun kemerdekaan RI: 1945 1
Nama Presiden RI: SBY 1
Tahun kelahiran pasien….jawaban pasien tidak jelas 0
Menghitung terbalik (20 s/d 1) 1
Skor 9
Perasaan hati (afeksi) Labil

Pemeriksaan Penunjang

Darah:
Hb: 8,8 Ht: 26 Limfosit: 2400 Trombosit: 73000 MCV: 99 MCH:34 GDS: 85
Elektrolit: 143 (Na)/ 4,2 (K)/ 113 (Cl) Cr: 0,9 CCT: 58,5 SGPT: 31

Urin:
Epitel: (+) Leukosit: 2-3 Eritrosit: banyak bakteri: (-) Kristal: (-)
Lain-lain:
EKG: ST no change, HR: 75x/menit, LVH (-), RVH (-), BBB (-)
USG Abdomen tanggal 18 Desember 2008; sirosis hepatis dengan asites, splenomegali,
hipertensi portal

Diagnosis
Medik
Asites dengan riwayat SBP perbaikan
Atas dasar: pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati, splenomegali dan
hipertensi portal tahun 2008. Berdasarkan hasil PF ditemukan asites (+), edema tibia (+)
pitting. Nyeri perut bagian bawah semakin lama semakin berat.
Rencana diagnosis: paracentesis asites, kultur cairan
asites. Rencana terapi: cefotaxime 3x1 gr, diuretik

CAP dd TB paru + infeksi sekunder


Atas dasar: pada anamnesis didapatkan gejala berupa nafsu makan menurun dan lemas.
Tidak terdapat demam. Gejala seperti sesak napas dan batu kering disangkal. Namun
dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya ronki basah di kedua lapang paru kanan dan
kiri. Pasien memiliki oral higienis yang buruk. Dipikirkan pneumonia karena pasien
berumur lebih dari 65 tahun dan menjalani perawatan dalam jangka waktu lama.
Rencana diagnosis: sputum BTA 3x, pewarnaan Gram, Kultur bakteri, foto polos thorax.
Rencana terapi: ceftriaxone 2x2 gr, azitromisin 1x500 mg, inhalasi ventolin:NaCl = 1:1/8
jam, ambroxol 3xCI

DIC dekompensata
Atas dasar: pasien memiliki riwayat sirosis hati yang dapat menurunkan produksi faktor
koagulasi
Rencana diagnosis: kadar D-dimer, fibrinogen, PT, dan
APTT Rencana terapi:
SH dekompensata
Atas dasar: riwayat pasien menderita sirosis
hati Rencana diagnosis:
Rencana terapi:
Intake kurang + dispepsia
Atas dasar: pada anamnesis didapatkan gejala mual(+), perut terasa begah, nafsu makan
menurun. Ada nyeri ulu hati.
Rencana diagnosis: endoskopi, albumin, penimbangan berat badan tiap minggu.
Rencana terapi: omeprazole 2x20 mg, sukralfat 4x1 sendok, domperidon 3x10 mg

Hematuria Mikroskopis
Atas dasar: hasil laboratorium, mual, dan hematuria.
Rencana Diagnosis: tes fungsi ginjal, USG ginjal, kultur
urin.
Rencana Terapi: membatas jumlah minum jika diketahui fungsi ginjal buruk, menjaga
kebersihan alat kelamin.

Anemia mikrositer
Atas dasar: dari hasil anamnesis diketahui pasien berkurang asupan makanannya. Dari
hasil pemeriksaan penunjang diketahui Hb 8,8. Pasien pun mengalami hematuria.
Rencana diagnosis: analisis hemoglobin
Rencana terapi:

CAD anteroseptal
Atas dasar: pasien memiliki faktor risiko CAD seperti:
hipertensi Rencana Diagnosis: echocardiografi
Rencana Terapi: Ascardia 1x80mg sebagai terapi untuk mencegah timbulnya infark.

Hipertensi terkontrol
Atas dasar: pasien mempunyai riwayat hipertensi, namun terkontrol tiap bulannya.
Rencana diagnosis: kontrol pemeriksaan tekanan darah rutin
Rencana terapi: propanolol

Oral Higienis buruk


Atas dasar: pasien mengakui sering merasa tidak nyaman di gigi. Sehabis makan terasa
banyak sisa makanan di mulut. Gigi dan gusi belakang sudah banyak yang rusak dan
berwarna hitam kecokelatan. Lidah kotor dan terlihat serpihan makanan.
Rencana Terapi: edukasi perawatan gigi dan gusi dengan tepat. Sikat gigi 2x sehari dan
kumur dengan Betadine garglin

Psikiatrik
Mild Cognitive Impairment merupakan sindrom di mana kemampuan kognitif menurun
dibandingkan dengan usia dan level pendidikan, tetapi tidak mempengaruhi aktivitas
sehari-hari. Prevalensi mencapai 19% pada pasien > 65 tahun (pasien berumur 72
tahun). Atas Dasar: dari anamnesis pasien dan hasil score AMT 9, fungsi memori yang
tidak sesuai dengan umur dan pendidikan pasien, aktivitas sehari-hari pasien masih
baik, fungsi kognitif umum masih baik, dan pasien tidak mengalami demensia.
Rencana Terapi: perbaiki kondisi medis umum dan psikoterapi suportif.

Fungsional
Penilaian menggunakan indeks Barthel. Saat aktivitas sehari-hari ketika pasien sehat,
pasien dapat melakukan secara mandiri. Indeks Barthel saat itu mencapai 20. Namun,
setelah masuk RS didapatkan skor menjadi 18 yang berarti pasien memiliki
ketergantungan ringan.

Ketergantungan ringan
Atas Dasar: dari anamnesis dan hasil score ADL Barthel 18.
Rencana Terapi: (1) mengatasi masalah medis utama terlebih dahulu, yaitu pada pasien
ini adalah asites akibat SBP, CAP dd TB paru, DIC dan SH dekompensata, CAD
anteroseptal, dan intake kurang serta dispepsia. (2) Mencegah komplikasi berupa
gangguan kognitif, inkontinensia. Mengkondisikan lingkungan yang lebih baik untuk
melatih kemampuan adaptasi pasien. (3) mengumpulkan keluarga dan
menginformasikan serta memotivasi agar pasien dapat lebih diperhatikan dan dibantu
dalam aktivitasnya sehari-hari
Resume Kajian Fungsi Kognitif Pasien

Pasien terbaring di tempat tidur, terpasang infus, perut tampak membesar


Sikap: kooperatif
Gangguan Persepsi: tidak ada
Psikomotor: tenang, sesekali cerita sambil
Proses pikir: tangensial (cerita panjang
menangis
tapi tidak pernah sampai menjawab
Bicara: spontan, lancar, jawaban kadang
pertanyaan)
tidak sesuai pertanyaan
Isi Pikir: produktivitas cukup
Mood-afek: hipotim, luas, serasi

Rencana dan Target Tatalaksana


 Umum
No. Masalah Terapi
1. Asites dengan riwayat SBP cefotaxime 3x1 gr
perbaikan diuretik (ditunda € liat status hidrasi)
2. CAP dd TB paru + infeksi ceftriaxone 2x2 gr, azitromisin 1x500
sekunder mg, inhalasi ventolin:NaCl = 1:1/8 jam,
ambroxol 3xCI
3. DIC dekompensata
4. SH dekompensata
5. Intake kurang + dispepsia omeprazole 2x20 mg, sukralfat 4x1
sendok, domperidon 3x10 mg
6. Hematuria Mikroskopis membatas jumlah minum jika diketahui
fungsi ginjal buruk, menjaga
kebersihan alat kelamin
7. Anemia mikrositer
8. CAD anteroseptal Ascardia 1x80mg
10. Hipertensi terkontrol Propanolol
11 Oral Hygienis Buruk Edukasi, anjuran sikat gigi 2x perhari
dan kumur dengan Betadine garglin.

Khusus, terkait hasil kajian fungsi kognitif pasien


Rencana Diagnosis: Pemeriksaan Fungsi Kognitif (AMT dan MMSE) serial,
pemeriksaan fisik neurologi, neuroimaging

Diagnosis Banding: gangguan depresi, delirium, demensia primer penyakit lain,


demensia penyakit lain, demensia sekunder penyakit lain, dan demensia alzheimer.

Rencana Terapi: dimulai dengan perbaikan kondisi umum pasien dan terapi psikis
suportif untuk membuat pasien lebih dapat menyesuaikan diri. Pasien hendaknya
juga diajak oleh keluarganya untuk menstimulasi fungsi kognitif, mental, dan sosial.
Selain itu pasien juga dapat diberikan obat-obatan inhibitor kolinesterase dan
tatalaksana terhadap faktor risiko.

Nama Mahasiswa : Wulunggono Penilai: Tanggal:


NPM 0606066405
LAPORAN KAJIAN FARMAKOTERAPI

Identitas Pasien

Nama (inisial): Tn. P


Alamat: Jl. Muara Baru RT 20 RW 12
Usia: 82 tahun No 4 Penjaringan
Jenis Kelamin: Laki- Pembiayaan Kesehatan: Umum
laki Pendidikan: SKB Pasien rawat jalan/rawat inap: rawat
inap
Care giver: Istri
BB: 40 kg TB: 153 cm IMT: 17,08
Suku: Jawa kg/m2

No. Masalah Terapi, dosis, waktu pemberian


1. Dispepsia dengan intake NGT = diet blender DM, 1900
sulit kilokalori IVFD = NaCl 0,9% / 12 jam
Omeprazol 2x20 mg
Sukralfat 4x1 sendok
Domperidon 3x10 mg

2. LMNH dengan suspek Rencana kemoterapi setelah perbaikan keadaan


metastasis paru umum
3. Pneumonia komunitas, dd Levofloxacin 1x 500 mg
TB paru dengan infeksi Ceftriaxon 2x2 g
sekunder Chest physiotherapy
Inhalasi ventolin:NaCl:bisolvon = 1:1:1/8
jam Ambroxol sirup 3xcI
4. DM tipe 2, gula darah Diet DM 1900 kilokalori
belum terkontrol Insulin reguler mulai dengan 3x8 unit, saat ini
mencapai 3x12 unit
5. Anemia mikrositik Transfusi PRC target Hb ≥ 10 g/dL
hipokrom
6. Hipoalbumin Diet ekstra putih telur 3 butir/hari
7. Imobilisasi parsial Miring kiri-kanan tiap 2 jam
Mobilisasi bertahap
8. Inkontinensia Uri et alvi Konsul RM untuk fisioterapi
9. Instabilitas dengan riwayat Perbaiki penerangan dan kondisi umum
jatuh
10. Oral higiene buruk Sikat gigi 3x sehari
Kumur antiseptik 2x sehari
11. Gangguan penglihatan Kontrol TD, GD, profil lipid
Ekstraksi katarak jika pasien mau dan kondisi

1
umum baik
12. Gangguan pendengaran Konsul THT

Hendaya Keterangan
1. Imobilisasi Parsial Rawat inap
2. Inkontinensia uri et alvi Keadaan pasien lemah dengan komplikasi
dipikirkan adanya gangguan koagulasi
3. Instabilitas dengan riwayat Gangguan penglihatan ec katarak dan retinopati
jatuh
4. Gangguan penglihatan Katarak senilis dd retinopati diabetikum
5. Gangguan pendengaran Gangguan konduksi dd neural

Pemeriksaan Penunjang Hasil


Faal hati SGOT: SGPT: Albumin:
Bilirubin direk/indirek:
Faal ginjal CCT hitung/ukur:

Kajian

1. Omeprazol

 Farmakodinamik

Omeprazol aktif dalam kondisi asam, akan berdifusi di sel parietal


lambung, terkumpul di kanalikuli sekretoar dan diaktivasi menjadi
bentuk sulfonamid trisiklik. Bentuk aktif ini akan mengikat enzim
H+K+ ATPase sehingga terjadi penghambatan enzim yang
merupakan pompa proton.

 Farmakokinetik

Diberikan dalam bentuk salut enterik untuk mencegah degradasi zat


aktif dalam zat asam, tidak mengalami aktivasi di lambung sehingga
bioavailabilitasnya lebih baik. Obat dimetabolisme di hati oleh
sitokrom P450 (CYP) terutama CYP2C19 dan CYP3A4.

 Potensi interaksi

Dapat mempengaruhi eliminasi obat yang mempunyai jalur


metabolisme yang sama seperti warfarin, diazepam, dan siklosporin.
Dapat menurunkan klirens disulfiram, fenitoin, dan obat yang
dimetabolisme enzim tersebut.

 Potensi efek samping

Mual, nyeri perut, konstipasi, flatulance, dan diare. Dilaporkan pula


terjadi myopati subakut, atralgia, sakit kepala, dan ruam kulit. Dapat
pula menimbulkan efek rebound hipersekresi saat PPI dihentikan.
 Makna klinis

Diberikan untuk menekan produksi asam lambung yang berlebihan


pada kondisi penyakit tertentu.1 Pemeriksaan fisik menunjukkan
adanya nyeri tekan epigastrium yang merupakan gejala khas tukak
peptik.

2. Sukralfat

 Farmakodinamik

Sukralfat akan berikatan dengan permukaan luka dan melapisinya,


melindungi dari kerusakan akibat asam dan pepsin (enzim yang dapat
merusak protein). Sukralfat juga mengikat garam empedu dari hati
dan memproteksi lining dari kerusakan akibat asam empedu. Dapat
meningkatkan produksi prostaglandin (prostaglandin dapat
memproteksi lining lambung.

 Farmakokinetik

Diserap minimal dalam tubuh dan beraksi di sepanjang lining


lambung dan duodenum. Sukralfat dalam kondisi asam akan
membentuk cross- linking menghasilkan polimer yang lengket
melapisi epitel.

 Potensi interaksi

Sukralfat dapat mengganggu absorpsi tetrasiklin, warfarin, fenitoin,


dan digoksin. Dapat menurunkan bioavailabilitas siprofloksasin dan
norfloksasin sehingga terjadi kegagalan antibiotik. Jangan diberikan
bersamaan atau berilah dengan interval 2 jam.

 Potensi efek samping

Efek samping tersering adalah konstipasi. Perlu hati-hati pada pasien


dengan gagal ginjal karena mengandung aluminium. Sebaiknya tidak
diberikan pada wanita hamil.

 Makna klinis

Untuk pengobatan tukak lambung dan tukak duodenum yang diderita


pasien.2

3. Domperidon

 Farmakodinamik

Merupakan reseptor D2 antagonist. Dalam sistem gastrointestinal


reseptor dopamin antagonis dapat mempotensiasi stimulasi otot halus
kolinergik. Dapat juga memblok dopamin D2 reseptor di CTZ di
medula menyebabkan anti nausea dan antiemetik. Meningkatkan
amplitudo peristaltik esofagus dan gastric emptying.3
 Farmakokinetik

Domperidone mengikat protein (93%) dan dimetabolisme di hati oleh


CYP3A4 dan hidroksilasi. Waktu paruh 7 jam. Diekskresi melalui
fese (66%) dan urin (31%).

 Potensi interaksi

Karena mempercepat laju pencernaan, obat ini mempengaruhi


absorpsi obat lain, misal MAOIs (furazolidone, phenelzine,
selegiline, tranylcypromine).4

 Potensi efek samping

Dapat ditoleransi dengan baik karena tidak menembus blood-brain


barrier sehingga gejala neuropsikiatrik dan ekstrapiramidal tak
muncul. Dapat menimbulkan galactorhea, ginekomastia, impotence,
dan gangguan menstruasi.3

 Makna klinis

Untuk pasien GERD, gangguan gastric emptying, dispepsia, muntah.


Pada pasien domperidon berguna untuk mengatasi mual dan muntah.

4. Levofloxacin

 Farmakodinamik

Termasuk golongan fluoroquinolon yang menghambat DNA girase


sehingga mengganggu proses multiplikasinya dan bersifat
bakterisidal.

 Farmakokinetik

Dapat diabsorpsi baik (bioavailabilitas 80-95%) dan terdistribusi


dalam tubuh. Levofloxacine memiliki waktu paruh yang lama
sehingga hanya perlu dosis sekali sehari. Terkonsentrasi di prostat
dan ginjal. Dieliminasi melalui mekanisme renal atau sekresi tubular
atau filtrasi glomerular.1

 Potensi interaksi

Dapat mengikat besi, kalsium, zink, atau magnesium dan


mencegahnya diabsorpsi sehingga obat-obat yang mengandung zat
tersebut (misal antasid, sukralfat, didanosine) sebaiknya diminum 2
jam lebih awal atau setelahnya. Dengan NSAID dapat meningkatkan
risiko stimulasi CNS sehingga terjadi overeksitasi. Dapat
mempengaruhi gula darah dan meningkatkan efek warfarin.5

 Potensi efek samping

Menimbulkan mual, muntah, diare, sakit kepala, dan konstipasi.


Efek samping yang jarang yaitu mengantuk, pusing, nyeri perut,
begah, dan gatal-gatal.
 Makna klinis

Digunakan sebagai antibiotik untuk menghentikan multiplikasi


bakteri dengan mencegah reproduksi dan repair DNA. Mampu
melawan bakteri gram positif seperti S. pneumoniae. 3 Pada pasien ini
levofloxacin berguna untuk terapi pneumonia.

5. Ceftriakson

 Farmakodinamik

Obat ini bekerja dengan mengikat enzim karboksipeptidase,


endopeptidase, dan transpeptidase pada sintesis membran sitoplasma.
Akhirnya akan menghambat sintesis mukopeptida dinding sel bakteri
sehingga dinding sel rapuh dan bakteri mati.

 Farmakokinetik

Obat ini diabsorpsi di saluran cerna dan berikatan dengan protein


plasma 83-96%. Ceftriakson memiliki waktu paruh 8 jam dan
diekskresi melalui ginjal.1

 Potensi interaksi

Dapat menimbulkan efek antikoagulan dengan acenocoumarol,


anisindione, dicoumarol, dan warfarin. Ceftriakson dapat
meningkatkan toksik terhadap ginjal jika diberikan bersama dengan
gentamisin, kanamycin, netilmicin, dan neomycin.

 Potensi efek samping

Dapat menimbulkan reaksi alergi, spasme bronkus, urtikaria. Dapat


bersifat nefrotoksik

 Makna klinis

Ceftriakson mampu mencapai kadar tinggi dalam cairan


serebrospinal sehingga dapat mengobati meningitis, sepsis,
meningokokus. Juga cocok untuk gonore, shigellosis, pneumonia.
Pada pasien ini ceftriakson berguna untuk terapi pneumonia.

6. Bisolvon dan ventolin inhalasi

 Farmakodinamik

Merupakan agen oral mukolitik dengan toksisitas rendah. Bisolvon


bekerja pada sel penghasil mukus dengan merusak struktur asam
mukopolisakarida dalam sputum mukoid sehingga mudah untuk
dikeluarkan.
 Farmakokinetik

Dapat diabsorpsi di saluran pencernaan dan mengalami first-pass


metabolisme di hati. Bioavailabilitasnya 20% dan terikat sangat
tinggi dengan protein plasma. Sekitar 85-90% disekresi di urin
sebagai metabolit.

 Potensi interaksi

Dapat meningkatkan konsentrasi antibiotik pada jaringan paru

 Potensi efek samping

Adakalanya terjadi efek samping pada saluran pencernaan.


Sangat jarang : kemerahan pada kulit karena alergi.

 Makna klinis

Untuk batuk berdahak, batuk yang disebabkan flu, batuk karena asma
dan bronkhitis akut atau kronis. Pada pasien ini inhalasi bisolvon
digunakan untuk pengencer dahak (ekspektoran).

7. Ambroxol

 Farmakodinamik

Obat ini digunakan sebagai mukolitik agar memudahkan pengeluaran


dahak pasien.1 Ambroxol diduga juga meningkatkan laju tansport
mukosiliar di bronkus paru.6

 Farmakokinetik

Ambroxol diabsorpsi melalui saluran cerna.

 Potensi interaksi

 Potensi efek samping

Pada pemberian oral berupa mual dan peninggian transaminase


serum. Harus digunakan hati-hati pada penderita tukak lambung.1

 Makna klinis

Obat ini digunakan sebagai mukolitik pada pasien dengan respiratory


distress syndrome dan sindrom bronkhitis kronik. 6 Pada pasien ini
ambroxol digunakan sebagai pengencer dahak (ekspektoran).
Kesimpulan

Obat-obatan yang diberikan pada Tn.P, 82 tahun dengan masalah :

1. Dispepsia dengan intake sulit


Pemberian Omeprazole, sukralfat, dan domperidone sudah tepat.
Omeprazole digunakan untuk mengatasi nyeri lambung akibat berlebihnya
asam lambung sehingga keluhan nyeri tekan epigastrium sudah berkurang.
Sukralfat digunakan untuk melapisi lining lambung yang sudah rusak agar
tidak semakin rusak oleh asam lambung yang berlebih. Sukralfat juga
meningkatkan produksi prostaglandin guna melindungi lining permukaan
lambung. Domperidone yang memblok reseptor D2 dopamin di CTZ
terbukti mengatasi keluhan mual dan muntah pasien.

2. LMNH dengan suspek metastasis


paru Pengobatan dengan kemoterapi

3. Pneumonia komunitas dd TB paru dengan infeksi sekunder


Penggunaan levofloxacin perlu dikaji ulang. Walaupun bermanfaat untuk
mengatasi pneumonia namun obat ini akan terkonsentrasi di daerah prostat.
Pasien mempunyai riwayat pembesaran prostat tahun 2002 dan kini dicurigai
kambuh lagi. Levofloxacin juga berinteraksi dengan sukralfat sehingga
penggunaan sukralfat tidak efektif. Levofloxacin juga dapat meningkatkan
gula darah. Pasien memiliki riwayat DM sejak tahun 1989 dan kini belum
terkontrol.

Pemberian ceftriakson dirasa sudah tepat. Ceftriakson memang ditujukan


untuk mengobati pneumonia yang diderita pasien selama masa perawatan.
Ceftriakson dapat menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga bakteri
dapat mati. Tidak ada pula interaksi obat ini dengan obat lainnya yang
dipakai penderita sekarang. Namun karena ceftriakson bersifat nefrotoksik,
perlu pemantauan fungsi ginjal selama masa perawatan.

Pemberian inhalasi bisolvon (Bromhexin HCL) sudah tepat terbukti dari


keluhan pasien, berupa dahal yang sulit dikeluarkan, berangsur hilang.
Bisolvon merupakan agen mukolitik dengan toksisitas rendah yang dapat
membuat dahak lebih encer sehingga mudah untuk dikeluarkan. Interaksi
yang timbul akibat obat ini berupa interaksi yang menguntungkan, yaitu
meningkatkan konsentrasi antibiotik pada jaringan paru. Efek samping
berupa gangguan pada saluran cerna juga lebih kecil karena bisolvon
digunakan dalam bentuk inhalasi.

Pemberian Ambroxol perlu dikaji ulang apakah pasien benar-benar


membutuhkannya. Hal ini disebabkan karena efek terapi yang mirip dengan
bisolvon (bromhexin HCL). Pasien juga menderita dispepsia yang mungkin
disebabkan oleh tukak lambung. Karena obat ini dapat memperparah tukak
lambung, jadi sebagai rekomendasi sebaiknya obat ini dihentikan.

4. DM tipe 2, gula darah belum terkontrol


Diberikan insulin reguler dan diet DM 1900
kkal.
5. Anemia mikrositik hipokrom
Dilakukan transfusi PRC dengan target Hb ≥ 10 g/dL.

6. Hipoalbumin
Diet ekstra putih telur 3 butir per hari.

7. Imobilisasi parsial
Pasien dimiringkan ke kiri dan ke kanan tiap 2 jam dan mobilisasi bertahap.

8. Inkontinensia uri et alvi


Konsul bagian rehabilitasi medik untuk fisioterapi

9. Instabilitas dengan riwayat jatuh


Perbaiki penerangan lampu dan kondisi medis umum

10. OHB
Sikat gigi 3x sehari dan kumur antiseptik 2x sehari.

11. Gangguan penglihatan


Kontrol tekanan darah, gula darah, profil lipid, dan rencanakan ekstraksi
katarak bila kondisi umum baik dan pasien menginginkannya.

12. Gangguan pendengaran


Konsul bagian THT
Daftar Pustaka

1. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth (Editor). Farmakologi dan


Terapi. Edisi ke 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI,
2008. hal. 522; 720; 682,; 532; 678-86, 688-9, 723-26, 797-802, 813
2. MedicineNet. Sucralfat [update 2009 Oct 17; cited 2009 October
19]. Available from: http:// www.medicinenet.com
3. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology. 10th Edition. Mc Graw Hill,
2006.
4. MedicineNet. Domperidone-oral [update 2009 Oct 17; cited 2009 October
19]. Available from: http:// www.medicinenet.com
5. Ogbru O. Levofloxacin [update 2008 Desember 15; cited 2009 October 19].
Available from: http:// www.medicinenet.com
6. Disse BG, Ziegler HW. Pharmacodynamic mechanism and therapeutic
activity of ambroxol in animal experiments. Respiration. 1987;51 Suppl
1:15-22.

Nama Mahasiswa : Wulunggono Penilai: Tanggal:


NPM 0606066405
MAKALAH UJIAN KASUS PASIEN GERIATRI

oleh :

Wulunggono

NPM:

0606066405

Kelompok H

Penguji:

Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD

MODUL PRAKTIK KLINIK GERIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

2009
1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... 1


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. 2

1. Identitas Pasien………………………………………………………………. 3
2. Riwayat Medis………………………………………………………………... 3
3. Anamnesis Sistem…………………………………………………………….. 6
4. Pemeriksaan Psikiatri………………………………………………………….. 7
5. Pemeriksaan Status Fungsional……………………………………………….. 9
6. Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………… 9
7. Formulir Penilaian EQ-5D…………………………………………………….. 13
8. WHO_UNESCAP…………………………………………………………….. 14
9. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………… 14
10. Resume…………………………………………………………………………. 15
11. Masalah…………………………………………………………………………. 16
12. Pengkajian Masalah, Diagnosis, Penatalaksanaan……………………………… 17
13. Kerangka Masalah………………………………………………………………. 24
14. Prognosis……………………………………………………………………….. 24
15. Impairment, Disability, Handicap………………………………………………. 25
16. Edukasi………………………………………………………………………….. 25

LAMPIRAN DAN LEMBAR FOLLOW UP........................................................... 27


DAFTAR REFERENSI ......................................................................................... 38

1. Identitas Pasien
No. Med Rec 327 80 56
Nama : BN
Usia : 72 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : tidak sekolah
Suku : Batak (ayah dan ibu)
Agama : Protestan
Alamat : Jl. Sayuti Mardani No. 20 RT 005/RW 06
Telepon :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga / Pedagang
Nama Pengasuh : Ita dan Parlin
(anak) Nama Kerabat Terdekat : Ita
Tanggal Pertama Berobat : 1 Oktober
2009 Pembiayaan : Umum

2. Riwayat Medis

Keluhan Utama

Nyeri perut yang memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perutnya terasa membengkak.
Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini juga disertai bengkak pada kedua kaki. Keluhan
demam, sesak napas, muntah hitam, dan BAB hitam, disangkal.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah
makin lama semakin berat. Pasien tidak demam. Frekuensi dan jumlah BAB berkurang.
Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (-), gangguan tidur (-). Batuk (-), suara napas
wheezing (-), nyeri dada (-). BAB 1x per hari, masih bisa ditahan. BAK bisa ditahan
(riwayat 3 hari sebelum masuk rumah sakit BAK tidak bisa ditahan). Pasien memakai
pampers.
Aktivitas masih dengan bantuan caregiver. Riwayat jatuh (+), gangguan penglihatan (-) dan
gangguan pendengaran (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah jatuh 2x di WC karena lantai licin pada 35 tahun yang lalu dan jatuh 1x pada
10 tahun yang lalu karena menabrak ember yang ditaruh sembarangan. Saat setelah jatuh
itu pasien masih sadar dan dapat bangkit kembali. Pasien hanya mengalami luka dengan
sedikit memar. Tidak ada luka serius atau gejala lain setelah itu. Waktu itu posisi jatuh
pasien terperosok ke depan.

Pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati pada tahun 2008 dan kontrol rutin di poli
geriatri RSCM. Pasien juga memiliki hipertensi (pasien kurang mengetahui tepatnya
kapan). Pasien menerima obat captopril 2 x 12,5 mg. Penyakit diabetes (-), gangguan
jantung (-), TB (-). Aktivitas mandiri (sebelum sakit), riwayat jatuh (+) 3 kali, gangguan
penglihatan (-), gangguan pendengaran (-).

Riwayat Pembedahan

Tidak ada

Riwayat Rawat Inap Rumah Sakit

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-). Pasien juga
menyangkal adanya anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan pasien.

Riwayat Alergi

Tidak ada
Riwayat Kebiasaan

 Pasien memiliki kebiasaan minum teh dan kopi 2 gelas per hari saat sehat.
 Pasien sering dipijat atau diurut saat pasien merasa ngilu atau capek.

Obat-Obatan Saat Ini

Saat ini pasien meminum obat Aldactan, Lasix, Lactuna, Sucralfat, dan Levofloxacin
dengan dosis yang sesuai dengan resep dokter.

Riwayat Kemasyarakatan, Keagamaan, Kegemaran

 Pasien amat jarang melakukan rekreasi bersama keluarga.


 Kegiatan keagamaan ke gereja jarang dilakukan (tidak rutin setiap minggu).
 Silaturahmi dengan keluarga jarang dilakukan, begitu juga dengan teman seusia.
 Pasien dulu sering merangkai bunga, namun beberapa tahun belakangan
tidak melakukannya lagi.
 Pasien sekarang berdagang kelontong kecil-kecilan

Analisis Keuangan

Pasien mengaku bahwa sebelum sakit ia berdagang kelontong kecil-kecilan. Jumlah


pendapatan per hari sekitar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00. Dalam sebulan mendapat kira-
kira 400 ribu – 600 ribuan. Biaya hidup dalam sebulan sekitar 1.200.000 sehingga sangat
kurang dibandingkan dengan penghasilan yang ia miliki. Kekurangan biaya hidup ditutupi
oleh anak- anaknya. Jika sudah sehat kembali pasien ingin segera berdagang lagi.

Analisis Gizi

Dalam satu hari pasien biasanya mengkonsumsi sepiring nasi dengan semangkok sayur serta
1 lauk pauk (ikan, ayam, daging, telur). Pasien makan 3x/hari. Pasien juga sering
mengkonsumsi lauk-pauk nabati seperti tempe sebanyak 1 potong/hari. Segelas susu sapi
dan sepotong buah-buahan juga masih dikonsumsi minimal 1x seminggu.
Saat dirawat di rumah sakit, pasien mengaku makan lebih sedikit sekitar setengah porsi
makan harian. Pada pemeriksaan status nutrisi mini, pasien mendapat total nilai 15
(malnutrisi).

Analisis Rumah

Pasien tinggal dengan anak bungsu di rumah dengan dua lantai. Pasien tinggal di kamar
lantai bawah. Dinding rumah dibuat dari tembok. Sumber air berasal dari jet pump.
Menurut pengakuan pasien, lantai rumah dibuat dari keramik dan tidak licin. Penerangan
dalam rumah cukup baik. Pasien mengatakan sering menaiki tangga ke lantai 2. Pijakan
tangga cukup pas di kaki dan pegangannya tidak licin. Kamar mandi pasien berada di
dalam rumah dengan model WC duduk. Pasien tidak ada kesulitan dalam
menggunakannya.

Genogram

Pasien menikah 1x. Suami pasien sudah meninggal dan menurutnya akibat stres. Pasien
dikaruniai 7 orang anak (3 laki-laki dan 4 perempuan) lahir sehat dengan 2 anak gugur
dalam kandungan. Dari anak-anaknya, pasien memiliki 14 orang cucu dan 2 orang cicit.
Gambaran genogram sulit didapatkan karena keterangan dari pasien kurang memadai dan
pasien enggan membicarakan masa lalu dengan keluarganya.

3. Anamnesis Sistem (tanggal 17 Oktober 2009)

Secara umum, pasien merasa kesehatannya baik:


Penglihatan : Pasien memakai kacamata untuk membaca. Jika melihat bacaan langsung
kurang jelas. Pasien mengeluhkan mata kiri lebih kurang jelas dibandingkan
mata kanan.
Pendengaran : Pasien merasa pendengaran masih baik. Saat diajak bicara masih bisa
mendengar walau dengan cara berbisik. Tes gesekan jari juga masih
mendengar.
Mulut : keadaan mulut kurang bersih. Banyak terlihat sisa-sisa makanan. Pasien
mengeluhkan sering ada sisa makanan di gigi bagian belakang namun sulit
untuk membersihkannya. Kadang juga terasa gatal. Pasien masih bisa makan
dengan nyaman.
Kardiovaskular: keluhan nyeri dada, sesak napas, terbangun di malam hari karena sesak,
sesak jika tidur tanpa bantal disangkal. Pasien mengalami bengkak di kedua
tungkai bawah.
Paru : pasien tidak mengalami sesak napas dan tidak demam. Keluhan batuk ada,
berdahak, namun sesekali saja.
Pencernaan : sejak perawatan di rumah sakit nafsu makan menurun. Makan menjadi
setengah porsi dibanding saat sehat. Pasien mengaku tidak ada gangguan
menelan, gangguan mengunyah atau rasa makanan yang berubah. Pasien
merasakan nyeri perut bawah dan sekitar ulu hati terus menerus, namun
masih bisa ditahan. Pasien merasakan perutnya terasa kembung dan begah.
BAB lancar dan tiap hari.
Saluran kemih : pasien mengaku tidak mengompol, tidak ada rasa nyeri saat berkemih,
pancaran tidak berkurang dan air kemih tidak menetes. Pasien hanya sering
bangun malam untuk kencing. Dalam semalam dapat kencing hingga 7 kali.
Darah : Pasien tidak pernah merasakan keluhan lebam di kulit, perdarahan yang
sukar berhenti, maupun perbesaran kelenjar getah bening.
Endokrin : pasien mengaluhkan banyak keringat, terutama di tubuh sebelah kiri. Saat
berjalan untuk keluar buang air juga cepat merasa lemas. Berat badan
berkurang dibandingkan saat sehat. Pasien mudah mengantuk. Saat malam
hari pasien sering mengeluhkan kedinginan.
Saraf : pasien merasa penglihatan mata kiri lebih tidak jelas dibandingkan dengan
mata kanan. Pendengaran tidak berkurang. Beberapa hari ini pasien
merasakan kesemutan di ujung-ujung ekstremitas yang menetap. Terkadang
pasien sesekali merasakan seperti tertusuk jarum di bagian yang kesemutan.

4. Pemeriksaan Psikiatri (Status Mental dan Kognitif)

Pasien mengaku tidak mengalami penurunan daya ingat. Saat ditanya tentang penyakitnya
ia menceritakan secara kronologis. Masa lalunya pun diceritakan dengan lancar. Pasien
hanya terlihat murung dan langsung menangis jika ditanyakan mengenai keluarganya,
terutama soal perhatian. Pasien mengatakan bahwa ia sering tidak dipedulikan oleh anak-
anaknya. Namun, saat sakit anak-anaknya baru mengunjungi. Pasien menganggap segala
penyakit pasti mampu disembuhkan Tuhan. Jadi, penyakit yang ia derita tak membuatnya
putus asa. Pasien ingin segera sembuh dari penyakitnya agar dapat berdagang lagi.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan:

 Gambaran Umum
o Penampilan:
Pasien berpenampilan sesuai usianya. Tubuh pasien agak membungkuk. Perut
seperti memiliki kantung dan melorot ke bawah. Pakaian terlihat rapi.
o Perilaku dan aktivitas psikomotor:
pasien nampak tenang, ekspresi wajah pasien normal, dan tidak pernah melakukan
gerakan yang tidak perlu.
o Sikap terhadap pemeriksa: sangat kooperatif
 Suasana Perasaan
o Mood : eutimia.
o Afek : luas dan serasi
o Pada pemeriksaan Geriatric Depression Scale (Lampiran 2) pasien mendapat skor 2
(tidak ada kecenderungan depresi). Pasien juga tidak termasuk dalam kriteria
depresi menurut DSM IV atau ICD 10.
 Pembicaraan: spontan, lancar, volume kecil, jawaban kadang tidak sesuai dengan
pertanyaan. Pasien seringkali berbicara tangensial.
 Persepsi: tidak ada gangguan persepsi.
 Pikiran
o Proses pikir : koheren.
o Isi pikir : tidak ada gangguan.
 Kesadaran dan Fungsi Kognitif
o Kesadaran : kompos mentis
o Fungsi Kognitif : pada pemeriksaan MMSE skor total 30 (normal) (lampiran
3) sedangkan pada pemeriksaan AMT skor total 9 (normal).
 Penilaian: tidak ada gangguan.
 Pengendalian impuls: tidak ada gangguan.
 Tilikan: pasien merasa sakit, mengetahui penyebab penyakitnya, dan mau
melaksanakan terapi yang dianjurkan (poin tilikan 6).
 Reality Testing Ability: tidak dilakukan.
5. Pemeriksaan Status Fungsional

Pada pemeriksaan indeks ADL barthel (lampiran 5) didapat nilai 20 (mandiri) saat pasien
sehat, saat dirawat di rumah sakit skor indeks ADL menjadi 18 (ketergantungan ringan)
pada tanggal 16 Oktober 2009. Skor berkurang pada aktivitas berjalan dan naik turun
tangga. Pada tanggal 18 Oktober skor pasien masih menetap di poin 18 (ketergantungan
ringan). Selain itu pada pasien juga dilakukan pemeriksaan Lawton IADL Scale (lampiran
6) dan memperoleh skor 23 (ketergantungan).

6. Pemeriksaan Fisik (tanggal 15 September 2009)

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Kompos Mentis
 Tanda Vital
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg (berbaring, duduk, dan berdiri)
o Nadi : 88 x/menit (berbaring, duduk, dan berdiri)
o Laju Pernapasan : 20 x/menit
o Suhu Tubuh : 37 0C
 Status Gizi
o Berat Badan : 62 kg
o Tinggi Badan : 1,46 m
o IMT : 29.08 kg/m2
o LLA : 23 cm
 Kepala : deformitas (-), nyeri tekan sinus (-).
 Rambut : beruban, mudah dicabut, agak jarang.
 Kulit : tidak kering, tidak bercak merah, tidak ada tanda keganasan, ulkus (-)
 Telinga : deformitas (-), nyeri tekan (-), mendengar suara normal
(+), alat bantu dengar (-), impaksi serumen (-).
 Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya langsung +/+,
refleks cahaya tak langsung +/+, katarak +/-, dapat membaca huruf koran dengan
kacamata.
 Mulut : kebersihan mulut buruk, gigi palsu (-), sisa-sisa makanan (+)
 Leher : derajat gerak dalam batas normal, pembesaran tiroid (-), trakea di
tengah, tekanan vena jugularis 5-2 cmH2O, bekas luka (-), massa (-),
perbesaran
kelenjar getah bening (-).
 Dada : massa (-)
 Paru
o Inspeksi : simetris statis dan dinamis.
o Palpasi : ekspansi dada simetris, fremitus kanan dan kiri sama.
o Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
o Auskultasi : bunyi dasar bronkial, ronkhi basah +/+, wheezing -/-
 Jantung : irama jantung regular, bunyi I-II normal, murmur (-), gallop (-).
 Pembuluh darah : bising a. karotis (-/-), bising a. femoralis (-/-), denyut nadi
a. dorsalis pedis (+/+), denyut a.tibialis posterior (+/+).
 Perut

o Inspeksi : buncit (+), asites (+), perubahan warna (-)


o Palpasi : dinding abdomen lemas, hepar dan limpa sulit dinilai, tidak
ada
nyeri tekan, massa (+) di kuadran kanan atas, ballotement (-)
o Perkusi : shifting dullness (+)
o Auskultasi : bising usus abnormal (banyak sekali, > 4 kali/menit)

 Punggung : nyeri ketok CVA -/-.


 Rektum/anus : tidak diperiksa
 Alat Kelamin : tidak diperiksa
 Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai (+) pitting, tidak ada luka/bisul,
sianosis (-), clubbing finger (-)
 Otot dan Kerangka
o Tulang belakang : deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Bahu : deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Siku : deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Tangan : deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Panggul : deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Lutut : deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
o Kaki : deformitas (-), gerak terbatas (-), nyeri (-), benjolan (-)
 Saraf
o Penghidu : tidak diperiksa
o Ketajaman penglihatan (kasar) : normal
o Lapangan penglihatan (kasar) : normal
o Fundus : tidak diperiksa
o Pupil : bentuk lonjong
o Ptosis : (-)
o Nistagmus : (-)
o Gerakan bola mata : normal
o Sensasi kulit bola mata : normal
o Sensasi kulit rahang atas : normal
o Sensasi kulit rahang bawah : normal
o Otot kunyah : tidak diperiksa
o Refleks kornea : (+)
o Refleks mandibula : tidak diperiksa
o Raut muka simetris : normal
o Kekuatan otot wajah : normal
o Pendengaran : normal
o Uvula : normal
o Refleks telan : tidak diperiksa
o Otot trapezius : normal
o Otot sternokleidomastoideus : normal
o Lidah : normal
 Sensorik
o Raba : anggota tubuh atas (+/+), anggota tubuh bawah (+/+)
o Tajam, getar, suhu tidak diperiksa
 Motorik
o Bahu : kekuatan 5, hipotonus
o Siku : kekuatan 5, hipotonus
o Pergelangan tangan : kekuatan 5, hipotonus
o Jari tangan : kekuatan 5, hipotonus
o Paha : hipotonus
o Lutut : hipotonus
o Pergelangan kaki : hipotonus
o Refleks patella : +/+
o Refleks achiles : +/+
 Koordinasi
o Jari ke hidung : tidak dilakukan
o Tumit ke lutut : tidak dilakukan
o Romberg : tidak dilakukan
 Evaluasi Keseimbangan

Manuver Penilaian Keterangan


Balans duduk bangun dari kursi Bantuan Berpegangan
menggunakan
lengan (pada
tempat tidur)
Balans berdiri (3-5 menit) Bantuan Berpegangan pada
pinggiran tempat
tidur
Balans berdiri Bantuan Mampu berdiri
tetapi tidak dapat
merapatkan kaki
Balans dengan mata tertutup (Romberg Bantuan Mampu berdiri,
test) kedua kaki tidak
merapat
Balans (3600) berputar bantuan Gerakan tidak
mulus
Dorongan sternum 3 kali abnormal Mau jatuh atau
perlu menolong
untuk
mempertahankan
keseimbangan
Leher berputar, pasien diminta Bantuan Berkurang
menggerakkan leher ke kiri dan kanan, kemampuan tanpa
menengadah ke atas sementara ke 2 bantuan
kaki merapat
Balans satu kaki Bantuan Berdiri satu kaki
dengan
berpegangan
Ekstensi Punggung Abnormal Tidak mampu
Reaching up (Pasien mencoba Bantuan Mampu tapi
memindahkan benda dari rak yang berpegangan
cukup tinggi dengan cara
meregangkan
tubuh atau berjinjit)
Bending down (Pasien diminta Bantuan Mampu berdiri tapi
mencoba mengambil sesuatu benda perlu
kecil seperti ball point) menggerakkan
tubuh lengan atau
berpegangan pada
sesuatu
Sitting down (duduk kembali) Bantuan Perlu bantuan
lengan untuk duduk
di tempat tidur

Pola analisis jalan : langkah pendek-pendek


Get up and go test : saat bangun berpegangan pada tempat
tidur Sikap tubuh : kifosis
Alat bantu : tidak menggunakan alat bantu

7. Formulir Penilaian EQ-5D

Mobilitas Saya ada masalah untuk berjalan


Perawatan diri sendiri Saya mempunyai kesulitan dalam perawatan diri sendiri
Aktivitas sehari-hari Saya tidak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari
Rasa nyeri/tak Saya tidak mempunyai keluhan rasa nyeri atau rasa tidak nyaman
nyaman
Rasa cemas/depresi Saya tidak merasa cemas/gelisah atau depresi (jiwa tertekan)
8. WHO_UNESCAP
Apakah Bapak mengalami kesulitan untuk melihat walaupun mengenakan kacamata? 1
Apakah Bapak mempunyai kesulitan pendengaran walaupun menggunakan alat bantu 1
dengar?
Apakah Bapak mengalami kesulitan berjalan? 2
Bapak mengalami kesulitan mengingat sesuatu atau sulit berkonsentrasi? 2
Bapak mengalami kesulitan merawat diri sendiri? 2
Apakah Bapak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi? 1

Catatan:
1 : tidak mengalami kesulitan 3 : sangat mengalami
kesulitan
2 : sedikit mengalami kesulitan 4 : tak mampu sama sekali

9. Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Tanggal
15/10/09 16/10/09 18/10/09
Darah Perifer
Hb 11,1 10
Leukosit 4000 2800
Hitung Jenis 0/0/87/5/7 0/0/0/89/6/4
Trombosit 77000 47000
LED 15 54

Fungsi Hati
Albumin 2,2 (berkurang)

Hematologi
PT 14,4 17,5 (meningkat)
PT kontrol 12,1 (menurun) 11,5 (menurun)
APTT 42,5 (meningkat) 48,1 (meningkat)
APTT kontrol 30,6 33,1
Fibrrinogen 228,5 (menurun) 109,2 (menurun)
D-dimer 3300 (meningkat) 1800 (meningkat)

 Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi (14/10/09): menunjukkan hasil


varises esofagus grade III
 Pemeriksaan Urinalisis: epitel (+), leukosit 2-3, eritrosit banyak, bakteri (-), kristal (-)
 Pemeriksaan EKG: ST no change, HR 75x/menit, LVH (-), RVH (-), BBB (-)
 Pemeriksaan USG Abdomen: sirosis hepatis + asites, splenomegali, hipertensi portal

10. Resume

Pasien, wanita berumur 72 tahun, sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit mengeluhkan
perutnya terasa membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini disertai bengkak
pada kedua kaki. Keluhan demam, sesak napas, muntah hitam, dan BAB hitam disangkal.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah
yang semakin memberat. Pasien tidak demam, frekuensi dan jumlah BAB berkurang, nafsu
makan menurun, mual (+), BAB dan BAK tidak ada gangguan. Riwayat jatuh (+),
gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-). Pasien pernah menderita sirosis hati
tahun 2008 dan kontrol rutin. Hipertensi terkontrol dengan minum captopril dari poli
geriatri RSCM.

Pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan kompos mentis, tekanan darah 110/70
mmHg dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, nadi 88x/menit, laju napas 20x/menit.
Dan suhu 370C. Indeks massa tubuh 29,08 kg/m2. Pemeriksaan kepala, rambut, kulit,
telinga, leher, dan dada dalam batas normal. Pasien melihat dengan jelas dengan kacamata.
Keadaan oral buruk. Paru bunyi bronkhial, ronkhi basah di kedua lapang paru. Jantung dan
pembuluh darah dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen menunjukkan buncit (+), asites
(+), hati dan limpa sulit dinilai, massa (+) di kuadran kanan atas, shifting dullness (+),
bising usus abnormal (+). Ekstremitas akral hangat dengan edema pitting (+) di kedua
tungkai. Otot dan kerangka dalam batas normal kecuali kekuatan tonus yang sudah
menurun di keempat ekstremitas.

Pada pemeriksaan darah perifer didapatkan Hb 11,1 dan 10. Demikian pula didapatkan
leukopenia dan trombositopenia. LED menunjukkan penurunan di awal saat masuk rumah
sakit dan meningkat lagi hingga 54. Pada pemeriksaan kadar albumin didapatkan albumin 2,2
g/dL, termasuk hipoalbumin. Pada pemeriksaan hematologi didapatkan PT dan APTT
meningkat, fibrinogen yang menurun, dan kadar D-dimer yang meningkat.

Pemeriksaan status mental dan fungsi kognitif pasien baik. Skor total BAI pasien
sebelum masuk rumah sakit 20 (mandiri), pada saat masuk rumah sakit 18
(ketergantungan ringan) dan selama perawatan 18 (ketergantungan ringan). Pada
pemeriksaan status nutrisi mini didapatkan hasil pasien menderita malnutrisi (skor 15).

11. Masalah
1. Asites ec. Spontaneous Bacterial Peritonitis
2. DIC decompensata
3. CAP dd TB paru + infeksi sekunder
4. Sirosis hepatis decompensata
5. Dispepsia perbaikan
6. Hematuria perbaikan
7. CAD anteroseptal
8. Anemia makrositer
9. Hipertensi terkontrol
10. Oral higiene buruk
11. Gangguan pendengaran
12. Gangguan penglihatan
13. Hipoalbuminemia
14. Malnutrisi
12. Pengkajian Masalah, Diagnosis, Penatalaksanaan

1. Asites ec. Spontaneous Bacterial Peritonitis


Pengkajian:
Asites disebabkan karena vasodilatasi splanknik. Peningkatan resistensi hepar karena
sirosis menyebabkan hipertensi portal, pembentukan formasi vena kolateral, dan
shunting ke sirkulasi sistemik. Hipertensi portal menyebabkan peningkatan produksi
vasodilator yang membuat arteri splanknik berdilatasi. Akibat sirosis yang parah
vasodilatasi splanknik pada akhirnya membuat volume darah arteri berkurang dan
tekanan arteri menurun. Dengan fungsi homeostasis tubuh akan mempertahannkan
tekanan arteri dengan vasokontriktor dan faktor antinatriuretik yang membuat retensi
sodium dan cairan. Vasodilatasi splanknik dan hipertensi portal juga membuat
permeabilitas kapiler intestinal meningkat dan terjadilah akumulasi cairan pada rongga
abdomen. Spontaneous bacterial peritonitis dikarakteristikan dengan infeksi spontan
cairan asites tanpa sumber infeksi infeksi intraabdomen. Penyakit ini terjadi pada 10-
30% pasien dengan asites. SBP melibatkan translokasi bakteri dari lumen intestinal ke
nodus limfe yang akhirnya akan menyebar secara sistemik dan menginfeksi cairan
asites.1
Atas dasar:
 Didapat pembesaran perut sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit, Nyeri
perut (+).
 Sejak 3 hari demam(-), mual (+), BAB hitam (-).
 Pasien didiagnosis sirosis hepatis sejak 2 tahun dengan kontrol teratur di
poli geriatri.
 Pf: perut buncit (+), lemas, hati limpa sulit dinilai, nyeri tekan (-), BU
(+) abnormal, shifting dullness (+).
 Lab: SGOT/PT normal, bilirubin meningkat
 USG (18/10/09): sirosis hati, splenomegali, hipertensi
portal Rencana diagnosis:
 Punksi asites, alkaline phosphatase, marker
hepatitis Rencana terapi:
 O2 2 liter/menit jika sesak
 IVFD venflon
 Diet hati 1700 kkal
 Cefotaxime 3x1 g
 Azitromisin 1x500 mg
 Lactulac 3 CI
 Lasix 1x2 amp dan aldactone 1x100 mg

2. DIC decompensata
Pengkajian:
Disseminated intravascular coagulation (DIC) disebabkan karena pengeluaran material
prokoagulan ke dalam sirkulasi atau kerusakan sel endotel yang menyebabkan aktivasi
koagulasi dan jalur fibrinolitik sehingga terjadi deposisi fibrin yang tersebar dalam
sirkulasi. DIC dapat disebabkan karena infeksi sistemik, malignansi, atau penyakit lain
seperti penyakit hepar.2
Atas dasar:
 Perdarahan (-), PT: 2,72, APTT: >200 kontrol
33,6 Rencana Diagnosis: hemostasis serial
Rencana terapi: transfusi FTP 900 cc, cek APTT post transfusi

3. CAP dd TB paru + infeksi sekunder


Pengkajian:
Community-aquired pneumonia (CAP) dimulai di luar rumah sakit atau didiagnosis
dalam 48 jam setelah masuk rumah sakit pada pasien yang berada dalam perawatan
panjang selama 14 hari atau lebih. Mekanisme pertahanan pulmoner (refleks batuk,
sistem pembersihan mukosiliaris, dan respon imun) secara normal akan mencegah
infeksi saluran napas bawah dari aspirasi sekresi orofaringeal yang mengandung bakteri
atau inhalasi aerosol yang terkontaminasi. CAP terjadi jika ada defek pada salah satu
atau lebih mekanisme defensif normal dari host atau ketika terjadi pemasukan infeksi
dalam jumlah besar atau patogen yang virulensinya tinggi.3
Atas dasar:
 Pasien mengeluh batuk (+) sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, dan
napas berbunyi
 PF: bunyi paru vesikuler, Rh (+/+), wheezing (-/-)
 Lab: leukosit 2400
Rencana Diagnosis:
 Roentgen thorax
 Sputum BTA 3x, Gram, dan
kultur Rencana terapi:
 O2 2 liter/menit
 Inhalasi V:B:N = 1:1:1/6 jam
 Cefotaxime 3x1 g
 Ambroxol: 3xCI

4. Sirosis hepatis decompensata


Pengkajian:
Sirosis terbentuk ketika penyakit liver kronik atau apapun yang membuat destruksi
difus sel-sel parenkim liver dan pembentukan formasi nodul-nodul. Destruksi difus ini
menyebabkan terjadinya disorganisasi arsitektur lobular dan vaskular, dan
melemahkan survival dan fungsi dari sel-sel hati. Karena peningkatan insidensi sirosis
berhubungan dengan infeksi virus hepatitis C kronik, kemungkinan pasien dengan
HCV menderita sirosis pada dekade berikutnya.4
Atas dasar:
 Riwayat diagnosis sirosis sejak 2 tahun dan rutin kontrol di poli geriatri
 PF: sklera ikterik, abdomen: asites masif
 USG: kesan sirosis hepatis + asites
 Lab: albumin menurun, SGOT meningkat, SGPT normal, bilirubin
meningkat Rencana Diagnosis:
 USG abdomen ulang
 Pungsi arteri
 Albumin, SGOT, SGPT, alkaline
phosphatase Rencana terapi:
 Diet hati III 1900 kkal
 Lactulac 3xCI
 Cefotaxime 3x1 mg
5. Dispepsia perbaikan
Pengkajian:
Dispepsia dibagi menjadi dispepsia fungsional dan dispepsia akibat penyebab organik.
Dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang berlangsung > 3 bulan tanpa penyebab
organik dan merupakan 60% dari seluruh dispepsia. Dispepsia lainnya disebabkan
penyebab organik seperti infeksi H. pylori atau konsumsi NSAIDs.5
Atas dasar:
 Mual (+), muntah (-)
 PF abdomen: buncit, lemas, hati limpa sulit dinilai
 Saat ini keluhan mual berkurang dan makan sampai
habis Rencana Diagnosis: elektrolit serial
Rencana terapi:
 Omeprazole 2x20 mg
 Sukralfat 3xCI

6. Hematuria perbaikan
Pengkajian:
Hematuria tanpa disertai proteinuria, atau sel-sel lain, atau cast mengindikasikan
bahwa perdarahan berasal dari traktus urinarius. Ekskresi normal sel darah merah
sekitar 2 juta sel per hari. Hematuria didefinisikan sebagai 2 sampai 5 sel darah merah
per high-power field (HPF) dan dapat dideteksi dengan dispstick. Penyebab umum
hematuria ini adalah batu, neoplasma, tuberkulosis, trauma, dan prostatitis.6
Atas dasar: didapatkan eritrosit (3+), dipikirkan hematuria mikroskopik ec. Infeksi
dd batu
Rencana Diagnosis:
 Kultur urin
 Urinalisis serial /3 hari
 USG ginjal
 Hemostasis serial
Rencana terapi: observasi dan UMU seimbang
7. CAD anteroseptal
Pengkajian:
Coronary artery disease (CAD) terjadi ketika arteri-arteri yang menyuplai darah ke otot
jantung menjadi keras dan sempit. Hal ini disebabkan karena penumpukan kolesterol
dan material lain, yang disebut plaque, pada dinding dalam pembuluh koroner. Ketika
tumpukan ini semakin besar, semakin sedikit aliran darah yang dapat mengalir.
Hasilnya otot jantung tak mendapat darah atau oksigen yang dibutuhkan. Akhirnya akan
menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung. CAD juga dapat membuat otot
jantung lebih lemah sehingga menjadi gagal jantung dan aritmia.7
Atas dasar: didapatkan QS di III, V1-2, T di V4-6, dipikirkan CAD anteroseptal
Rencana diagnosis: echocardiography
Rencana terapi: ascardia 1x80 mg

8. Anemia makrositer
Pengkajian:
Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukupke jaringan perifer. Secara
praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung
eritrosit. Anemia makrositer adalah anemia dengan mean corpuscular volume (MCV)
> 95 fl. Anemia ini dapat disebabkan karena defisiensi gizi, terutama karena defisiensi
vitamin B12 (kobalamin) dan atau asam folat. Defisiensi tersebut terutama dapat
terjadi karena intake kurang dan malabsorpsi.8
Atas dasar: didapatkan Hb: 8,8; MCV: 99; dipikirkan anemia makrositer ec.
defisiensi folat dan B12
Rencana diagnosis: Retikulosit, morfologi, schilling test, folat serum, vitamin B12
serum Rencana terapi: observasi, terapi asam folat 1 mg/hari per oral, kristalin B12 2
mg/hari per oral.

9. Hipertensi terkontrol
Pengkajian:
Hipertensi merupakan elevasi kronik tekanan darah yang >140/90. Etiologi yang tidak
diketahui sekitar 80-95% dari pasien (hipertensi esensial). Hipertensi juga dapat terjadi
akibat faktor lain, disebut hipertensi sekunder. Hipertensi ini disebabkan karena stenosis
arteri renal, penyakit tiroid, gangguan kardiovaskular dan lain-lain. Hipertensi ditentukan
oleh cardiac output dan resistensi perifer. Cardiac output ditentukan oleh stroke
volume dan heart rate, sedangkan stroke volume ditentukan oleh kontraktilitas otot
jantung dan ukuran kompartemen vaskular. Resistensi perifer ditentukan oleh
perubahan anatomi dan fungsi dari arteri-arteri kecil dan arteriol.5
Atas dasar:
 Didapatkan riwayat hipertensi dengan tidak teratur minum obat
 Tekanan darah: 120/80 mmHg, dipikirkan hipertensi
terkontrol Rencana diagnosis:
 Profil lipid, ukur tensi darah rutin, dan
echocardiography Rencana terapi: captopril 2x12,5 mg

10. Oral higiene buruk


Pengkajian: -
Atas dasar: didapatkan karies (+), dipikirkan OH
buruk Rencana diagnosis: konsultasi bagian Gigi dan
Mulut Rencana terapi:
 sikat gigi 2x per hari
 betadine gargle 3x per hari

11. Gangguan pendengaran


Pengkajian: -
Atas dasar: didapatkan pendengaran berkurang
(+) Rencana diagnosis: tes penala, konsul bagian
THT Rencana terapi: observasi
12. Gangguan penglihatan
Pengkajian: -
Atas dasar:
 didapatkan penglihatan berkurang
 PF: arkus senilis
(+/+) Rencana diagnosis:
tes visus sederhana, tes konfrontasi, periksa nervus II, III, IV, IV, refleks cahaya langsung
dan tak langsung, konsul bagian Mata
Rencana terapi: observasi
13. Hipoalbuminemia
Pengkajian:
Hipoalbuminemia adalah kondisi di mana serum albumin < 2,5 g/dL. Hipoalbuminemia
dapat disebabkan oleh penurunan sintesis hepatik akibat penyakit liver kronik atau
malnutrisi berkepanjangan. Hipoalbuminemia juga dapat disebabkan hilangnya albumin
secara masif melalui urin dan feses.5
Atas dasar: didapatkan albumin 2,48 g/dL ec intake kurang
Rencana diagnosis: -
Rencana terapi: diet extra putih telur 4 butir per hari, atasi penyebab hipoalbumin dan
intake sulit.

14. Malnutrisi
Pengkajian:
Malnutrisi dihasilkan dari intake yang inadekuat, proses pencernaan yang abnormal,
pengeluaran energi berlebihan, atau gagalnya metabolisme energi oleh proses penyakit.
Atas dasar: adanya penurunan nafsu makan, penyakit kronik, total penilaian nutrisi mini
(Lampiran 1) 15 (malnutrisi).
Rencana diagnosis: -
Rencana terapi: ekstrak putih telur 3 butir untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.
13. Kerangka Masalah

Dispepsia Varises esofagus

Hipertensi portal
Penglihatan

Nyeri Ulu hati Gangguan pendengaran Hipoalbuminemia


sensorik

hipertensi CAD sirosis

Wanita 72 tahun Asites masif


infeksi

CAP OH buruk hematuria


malnutrisi

Anemia makrositer

14. Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad malam
 Quo ad sanactionam : dubia ad malam
 Quo ad functionam : dubia ad malam
15. Impairment, Disability, Handicap
 Impairment
o Asites ec. Spontaneous Bacterial Peritonitis
o DIC decompensata
o CAP dd TB paru + infeksi sekunder
o Sirosis hepatis decompensata
o Dispepsia perbaikan
o Hematuria perbaikan
o CAD anteroseptal
o Anemia makrositer
o Hipertensi terkontrol
o Oral higiene buruk
o Gangguan pendengaran
o Gangguan penglihatan
o Hipoalbuminemia
o Malnutrisi
 Disability
o Sulit berjalan jauh
o Cepat lelah
o Nyeri ulu hati
 Handicap:
o Tak bisa berdagang lagi

16. Edukasi
 Menginformasikan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit-penyakit
yang muncul berhubungan satu sama lain, dimulai dari penyakit sirosis yang
telah terdiagnosis sejak tahun lalu.
 Diberitahukan juga informasi mengenai infeksi berulang terutama untuk
mencegah timbulnya community-aquired pneumonia yang seringkali menyerang
lansia yang memang rentan penyakit. Pasien atau caregiver diajarkan bagaimana
menyikat gigi yang baik dan benar agar kesehatan dan kebersihan mulut terjaga
sehingga risiko infeksi berkurang.
 Menganjurkan pasien tetap beraktivitas walaupun minimal untuk mencegah
dampak dari imobilisasi. Aktivitas minimal dapat berupa jalan-jalan pagi sekitar
rumah, melakukan hobi pasien (merangkai bunga), atau olahraga ringan untuk
mengembalikan tonus otot yang menurun.
 Mencegah malnutrisi lanjut akibat intake yang kurang dan penyakit sirosis.
Caregiver mungkin dapat lebih membuat variasi makanan agar pasien tetap lahap
menyantap asupan makanan. Perlu diperhatikan asupan air dan garam. Makanan
yang dibuat perlu dikurangi asupan garam karena pasien memiliki riwayat
hipertensi.
 Mengatur ulang kondisi rumah terutama di lokasi-lokasi pasien sering jatuh,
seperti memberi pegangan pada WC dan kamar mandi, menyingkirkan barang-
barang yang berserakan di lantai, memberi penerangan dalam rumah yang cukup,
dan membuat benda-benda pribadi pasien mudah dijangkau.
 Menginformasikan pasien dan keluarga tentang perlunya kontrol kesehatan
secara teratur dan mengedukasi keluarga tentang pentingnya partisipasi dan
perhatian keluarga terhadap penyembuhan pasien.
Lampiran 1
Penilaian Nutrisi Mini (Mini Nutritional Assessment/MNA)
Nama: BN Jenis Kelamin: Perempuan Tgl: 17/09/09
Usia: 72 tahun BB: 62 kg TB: 146
cm Nama Pewawancara/Pemeriksa: Wulunggono
No Penilaian Antropometri Nilai
1 Indeks Massa Tubuh: BB/TB (dalam 3
m2) a. <19= 0
b. 19‐21 = 1
c. 21‐23 = 2
d. >23 =3
2 Lingkar lengan atas 0,5
(cm) a. <21
=0
b. 21‐22 = 1
c. >22 = 1
3 Lingkar betis (cm) 0
a. ≤31 =0
b. >31 =1
4 BB selama 3 bulan terakhir 1
a. Kehilangan BB > 3 kg =0
b. Tidak tahu =1
c. Kehilangan BB antara 1‐3 kg =2
d. Tidak kehilangan BB =3
Penilaian Umum
5 Hidup tidak tergantung (tidak di tempat perawatan atau rumah sakit) 0
a. Tidak = 0
b. Ya =1
6 Menggunakan lebih dari 3 obat per hari 1
a. Tidak = 0
b. Ya =1
7 Mengalami stress psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir 0
a. Tidak = 0
b. Ya =1
8 Mobilitas 1
a. Hanya terbaring atau di kursi roda = 0
b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak keluar rumah = 1
c. Dapat pergi keluar rumah = 2
9 Masalah Neuropsikologis 2
a. Demensia berat dan depresi = 0
b. Demensia ringan =1
c. Tidak ada masalah psikologis = 2
10 Nyeri tekan atau luka kulit 1
a. Ya = 0
b. Tidak = 1
Penilaian Diit
11 Berapa banyak daging yang dimakan setiap hari? 0
A. 1x makan = 0
B. 2x makan = 1
C. 3x makan = 2
12 Asupan protein terpilih 0
a. Minimal 1x penyajian produk‐produk susu olahan (susu, keju, yoghurt,
es krim, dll) per hari
Ya
Tidak
b. Dua atau lebih penyajian produk‐produk kacang‐kacangan (tahu, tempe,
susu kedelai, dll) dan telur per minggu.
Ya
Tidak
c. Daging, ikan, dan unggas tiap hari (ayam, sapi, kambing, kerbau,
kerang‐ kerangan, teri, burung, dll)
Ya
Tidak
Untuk jawaban ya
:1 = 0
2 = 0,5
3 =1
13 Konsumsi 2 atau lebih penyajian sayuran atau buah‐buahan per hari 1
a. Tidak = 0
b. Ya = 1
14 Bagaimana asupan makanan 5 bulan terakhir karena hilangnya nafsu makan, masalah 1
pencernaan, atau kesulitan menelan.
a. Kehilangan nafsu makan yang berat = 0
b. Kehilangan nafsu makan sedang = 1
c. Tidak kehilangan nafsu makan = 2
15 Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, the, susu, dll) yang dikonsumsi per hari. 1
a. < 3 cangkir = 0
b. 3‐5 cangkir = 1
c. >5 cangkir = 2
16 Pola makan 1
a. Tak dapat makan tanpa bantuan = 0
b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1
c. Dapat makan sendiri tanpa masalah = 2
Penilaian Diri
17 Apakah mereka tahu mereka memiliki masalah gizi? 1
a. Malnutrisi = 0
b. Tidak tahu atau malnutrisi sedang = 1
c. Tidak ada masalah gizi = 2
18 Dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama, bagaimana mereka menilai 1
kesehatan mereka sekarang?
a. Tidak baik = 0
b. Tidak tahu = 0,5
c. Baik = 1
d. Lebih baik =2
Total Penilaian 15
(Maksimal 30 poin)
Skor Indikator Malnutrisi:
 Skor 24 = gizi baik
 Skor 17‐23,5 = beresiko malnutrisi
 Skor < 17 = malnutrisi
Lampiran 2

GERIATRIC DEPRESSION SCALE

No. Pertanyaan Jawaba Skor


n

1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya 0

2. Apakan anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau Ya 1


kesenangan anda?

3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Tidak 0

4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya 1

5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? ya 0

6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada tidak 0
anda?

7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya 0

8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Tidak 0

9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan tidak 0
mengerjakan sesuatu yang baru?

10. Apakah anda merasa punya banyak masalah dengan daya ingat anda Tidak 0
dibandingkan dengan kebanyakan orang?

11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya 0

12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? Tidak 0

13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0

14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0

15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda? Tidak 0

TOTAL 2
Lampiran 3

MMSE

Nilai Nilai
No Pertanyaan
Max Responden
Orientasi
1. Sekarang ini (tahun ?), (musim?), (bulan?), (tanggal ?), (hari?) 5 5
2. Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (RS), (lantai) 5 5

Registrasi
Sebutkan 3 objek: tiap satu detik, pasien disuruh mengulangi
nama ketiga objek tadi. Nilai 1 untuk tiap nama objek yang
3. 3 3
disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan
benar: buku,
pensil, kertas
Atensi dan Kalkulasi
Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang
4. benar. Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara terbalik kata 5 5
“W A H Y U”
Mengenal Kembali
5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi 3 3
Bahasa
6. Pasien disuruh menyebut: pensil, buku 2 2
Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut: “JIKA TIDAK DAN ATAU
7.
TAPI” 1 1
Pasien disuruh melakukan perintah: “Ambil kertas itu dengan
8.
tangan anda, lipatlah menjadi 2, dan letakkan di lantai” 3 3

Bahasa
Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah kalimat
9.
“pejamkan mata” 1 1
10. Pasien disuruh menulis dengan spontan (tulis apa saja) 1 1
11. Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1 1

TOTAL 30 30
Lampiran 4

ABBREVIATED MENTAL TEST

No. Pertanyaan Jawaban Skor

1. Umur...........tahun (72 tahun) Benar 1

2. Waktu / jam sekarang ........ ........ (pukul 3 sore, Benar 1


jawaban pasien: sore Hari jam 3‐an)

3. Alamat tempat tinggal..........(Jl Sayuti Mardani) Benar 1

4. Tahun ini...........(2009) Benar 1

5. Saat ini berada di mana..........(RSCM) Benar 1

6. Mengenali orang lain di RS (dokter, perawat, dll) Benar 1

7. Tahun kemerdekaan RI..........(1945) Benar 1

8. Nama Presiden RI..........(SBY) Benar 1

9. Tahun kelahiran pasien atau anak terakhir Salah 0


....(jawaban tidak jelas)

10. Menghitung terbalik (20 s/d 1)..........(bisa) Benar 1

TOTAL 9

Perasaan Hati: labil


Lampiran 5

Indeks ADL Barthel (Skor BAI)


Jenis kegiatan I II III IV
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja 2 2 2 2
Mengendalikan rangsang berkemih 2 2 2 2
Membersihkan diri 1 1 1 1
Menggunakan jamban 2 2 2 2
Makan 2 2 2 2
Berubah sikap dari berbaring ke duduk 3 3 3 3
Berpindah/berjalan 3 2 2 2
Memakai baju 2 2 2 2
Naik turun tangga 2 1 1 1
Mandi 1 1 1 1
Total 20 18 18 18
I : Sebelum sakit
II : Saat masuk rumah sakit
III : 17 Oktober 2009
IV : 18 Oktober 2009
Lampiran 6

Lawton IADL Scale


No. Aktivitas Skor

1 Dapatkah menggunakan telepon 1

2 Mampukah pergi ke suatu tempat 2

3 Dapatkah berbelanja 3

4 Dapatkah menyiapkan makanan 3

5 Dapatkah melakukan pekerjaan rumah tangga 3

6 Dapatkah melakukan pekerjaan tangan 3

7 Dapatkah mencuci pakaian 3

8 Dapatkah mengatur obat‐obatan 2

9 Dapatkah mengatur keuangan 3

Total 23

Keterangan : 1 = mandiri
2 = butuh bantuan
3 = ketergantungan
Lampiran 7

Follow-Up Pasien

Sabtu, 17 Oktober 2009


S : lemas, makan tidak enak karena terasa pahit
sedikit Tidak nyaman saat berjalan € perut
membesar
O : Keadaan umum: sakit sedang
T= 120/70 mmHg (berbaring dan duduk) N= 56x/menit S= 37o C
P=20x/menit
Kompos mentis
Paru: bunyi vesikuler, Rh -/-, wheezing -/-
Jantung: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: nyeri tekan (-), BU (+) normal
Ekstremitas: hangat
A : SBP perbaikan
DIC decompensata
CAP dd Tb Paru + infeksi sekunder perbaikan
SH
Dispepsia perbaikan
Hematuria mikroskopik
CAD anteroseptal
Anemia makrositer
Hipertensi terkontrol
Oral higiene buruk
Gangguan penglihatan
Gangguan pendengaran
Hipoalbumin
Malnutrisi
P : proligasi
Levofloxacin 1x50 mg
Lasix 1x40 mg
Lactulac 3xCI
Sucralfat 3xCI
Aldactone 1x100 mg
Omeprazole 2x20 mg
Protransfusi FTP 500 cc
Asam folat 1x3 tablet
Vitamin B12 3x1 tablet

Follow-Up Pasien

Minggu, 18 Oktober 2009


S : pasien mengeluhkan nyeri ulu hati, tapi masih bisa ditahan
Pasien mengeluhkan kesemutan di ujung jari tangan dan
kaki Kaki terasa sangat dingin jika menyentuh lantai
Mulut tidak nyaman, ada sisa-sisa
makanan O : Keadaan umum: sakit sedang
T= 120/70 mmHg (berbaring dan duduk) N= 66x/menit S= 37,1o
C P=18x/menit
Kompos mentis
Kepala: tidak ada benjolan, deformitas (-), perubahan warna (-), rambut tidak
mudah copot
Telinga: tidak ada perubahan warna, deformitas (-), serumen (-)
Mulut: OH buruk, sisa makanan (+), arkus faring simetris tidak kemerahan
Leher: JVP 5-2 H2O, bruit carotis (-), penggunaan otot bantu napas (+), KGB tidak
teraba
Jantung: tidak dinilai
Paru: tidak dinilai
Abdomen: asites (+), nyeri tekan (-), bising usus (+) abnormal, hati teraba
keras, limpa sulit dinilai,
Ekstremitas: pitting edema (+)
Nervus Kranialis: dalam batas
normal

A : SBP perbaikan
DIC decompensata
CAP dd Tb Paru + infeksi sekunder perbaikan
SH
Dispepsia perbaikan
Hematuria mikroskopik
CAD anteroseptal
Anemia makrositer
Hipertensi terkontrol
Oral higiene buruk
Gangguan penglihatan
Gangguan pendengaran
Hipoalbumin
Malnutrisi
P : proligasi
Levofloxacin 1x50 mg
Lasix 1x40 mg
Lactulac 3xCI
Sucralfat 3xCI
Aldactone 1x100 mg
Omeprazole 2x20 mg
transfusi FTP 500 cc
DAFTAR PUSTAKA

1. Gines P, Cardenas A, Arrroyo V, Rodes J. Management of cirrhosis and ascites N Engl


J Med 2004; 350: 1646-54.
2. Mehta AB, Hoffbrand AV. Haematology at a glance. 1st Ed. Blackwell science; 2000: 88- 9.
3. Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis and treatment. 44 th
Ed. McGraw-Hill/Appleton & Lange; 2004. 117.
4. Schiano TD, Bodenheimer HC. Complications of chronic liver disease. 2 nd Ed. New
York: McGraw-Hill; 2003. 43.
5. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrison’s of manual medicine. 17th Ed. New York: McGraw-Hill; 2009. 246; 693.
6. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s of
manual medicine. 16th Ed. New York: McGraw-Hill Professional; 2004. 246.
7. U.S. National Library of Medicine. Coronary artery disease. [cited 2009 October
26]. Available from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/coronaryarterydisease.html
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simandibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. 622; 643.
KUMPULAN
SOAL
Pre-Test / Post-Test Geriatri, 15 & 24 b. Penyakit ringan sehingga tidak perlu
September 2008 buru- buru
c. Penyakit menular
2. Yang bukan penyebab xerostomia adalah... d. Penyakit genetik dan tidak bisa sembuh
a. Obat xerogenik e. Penyakit gawat darurat
b. Pergeseran condylus
c. Radiasi orofaring 9. Teori tadikal bebas dapat menjelaskan
d. Kelenjar saliva rusak proses penuaan karena...
e. Kurang minum a. Radikal bebas ada di seluruh proses tubuh
b. Radikal bebas merupakan hasil
3. Tahapan kerapuhan menuju konjugasi yang dapat merusak
kematian adalah....... protein
a. Sehat → rapuh → disabilitas → c. Radikal bebas memerlukan mitokondria
hospitalisasi → institusi → kematian d. Radikal bebas memerlukan
b. Sehat → disabilitas → rapuh → hospitalisasi penanganan yang optimal agar
→ institusi → kematian masalah selesai
c. Sehat → rapuh → disabilitas → kematian e. Radikal bebas
d. Sehat → disabilitas → rapuh → hendaya →
kematian 10. Pasien wanita, usia 70 tahun, tidak mau
e. Sehat → disabilitas → hendaya → makan minum, lemah, berbaring saja. Ada
hospitalisasi → kematian batuk, namun tidak berdahak. Timbul
inkotinensia urin. Sindrom geriatri yang
4. Di bawah ini yang salah mengenai malnutrisi ditemukan pada pasien...
..... a. ACS, imobilitas, inkontinensia, impecunity
a. b. Delirium, imobilitas,
b. BB 30 kg dan TB 150 cm merupakan imkontinensia, inanition
indikator malnutrisi c. Impecunity, instabilitas,
c. imobilitas, inkontinensia
d. d. Impecunity, iatrogenesis,
e. BAB / BAK di tempat tidur merupakan imobilitas, inkontinensia
bukti objektif malnutrisi e. Impecunity, imobilitas, isolasi, ...............

6. Kapasitas fungsional seseorang..... 12. Pernyataan yang benar di bawah ini:


a. Sangat spesifik pada tiap orang a. Puncak vitalitas seseorang pada
b. Dapat dirancang untuk semua usia 30-40 tahun setelah itu menurun
orang, kecuali geriatri b. Puncak vitalitas seseorang pada usia 40-
c. Dapat dirancang untuk semua 50 tahun setelah itu menurun
orang termasuk geriatri c. Ambang kerapuhan akan dilewati oleh
d. setiap manusia
e. d. Ambang kerapuhan akan dilewati
seseorang jika berumur panjang
7. Yang dapat menyebabkan ulkus dekubitus... e. Ambang kerapuhan tidak akan dilewati
a. BAB di tempat tidur oleh orang usia muda
b. Dikatakan ulkus dekubitus jika
terdapat ekskoriasi 13. Manfaat kesehatan bagi usila yang
c. Malnutrisi dan anemia melakukan aktivitas fisik secara teratur, kecuali:
d. Imobilisasi lama dan pada orang a. Meningkatkan efisiensi kerja jantung
kurus b. Menurunkan kadar epinefrin
e. c. Meningkatkan IMT
d. Mengontrol kadar gula darah
8. Ny. B, 72 tahun, dibawa ke RS dengan e. Meningkatkan densitas tulang
keluhan bicara meracau. Malam sebelumnya
Ny. B mengeluh sakit ulu hati karena makan 14. Teori penuaan telomer...
asam dan pedas. Oleh anaknya diberi a. sel kekurangan enzim telomerase
simetidin yang bersifat antikolinergik. Keluhan sehingga mati dini
ulu hati berkurang. Sebelumnya Ny. B aktif di b. AGEs>> sehingga gagal fungsi
yayasan amal sehari-harinya. c. sel mati karena apoptosis
Penyebab Ny. B masuk RS adalah... d. kekurangan telomerase sehingga
a. Penyakit jarang ditemui tidak mampu replikasi
e. telomere ujung sel NK memendek
16. Proses menua pada ginjal menyebabkan eksekusi, dll..
jumlah neuron menurun yang berakibat...
a. Fungsi filtrasi menurun sehingga
masa paruh obat memendek
b. Fungsi filtrasi meningkat sehingga
masa paruh obat memanjang
c. Fungsi filtrasi menurun
sehingga ekskresi obat
terganggu
d. Fungsi filtrasi meningkat sehingga efek
obat berkurang
e. Fungsi filtrasi meningkat sehingga
bersihan obat meningkat pula

17. Untuk melengkapi P3G:


a. Subjective G…..A…..
b. MMSE
c. Antropometri
d. Faal kognitif dengan CT scan otak
e. ADL Barthel dengan anamnesis system

18. Berikut ini pernyataan yang SALAH...


a. gejala malas makan & minum dapat
merupakan tanda-tanda awal dari
sebuah penyakit berat (mungkin infeksi)
pada pasien geriatri
b. imobilisasi dapat terjadi sebagai
akibat kondisi tubuh yang melemah
dan metabolisme yang memburuk
c. impak feses dapat
menyebabkan inkontinensia urin
d. demam dan batuk produktif tidak
selalu dijumpai pada pasien geriatri
yang menderita pneumonia
e. imobilisasi pada pasien geriatri
dapat mengakibatkan stroke

21. Tn. Y, 72 tahun, penjual voucher pulsa


telepon, dibawa ke rumah sakit oleh istrinya
karena mendadak mengalami disorientasi
waktu dan tempat serta bicaranya tidak
nyambung. Beberapa minggu terakhir pasien
mengeluh sulit tidur sehingga atas nasihat
temannya, kemarin malam ia membeli obat
tidur di toko obat dan meminumnya supaya
bisa tidur. Faktor risiko terjadinya disorientasi
yang dialami Tn. Y.....
a. Adanya gangguan status fungsional sedang
b. Adanya gangguan fungsi kognitif
c. Alergi obat tidur
d. Usia pasien
e. Aktivitas fisik yang tidak sesuai
dengan usianya yang lanjut

22. Di bawah ini yang menyebabkan


kerapuhan.....
a.
b.
c.
d. Berkurangnya massa otot, fungsi
e. bisa dilakukan

24. Hirarki tertinggi seorang manusia adalah.....


a. Mampu berjalan
b. Mampu bergerak
c. Mampu bekerja
d. Memiliki endurance
e. Mampu berperan sesuai fungsinya

25. Tremor fisiologik...


a. Waktu istirahat
b. Tambah berat saat cemas
c. Meningkat pada penggunaan alkohol
d. Meningkat pada penggunaan b-bloker
e. Bersifat familial

26. Penanda neuroendokrin yang berkaitan


dengan kerapuhan...
a. Penurunan testosteron, estrogen, GH,
DHEA, kortisol
b. Penurunan testosteron, estrogen, GH,
DHEA, penurunan simpatis
c. Penurunan testosteron, estrogen, GH,
DHEA, kortisol dan simpatis meningkat
d. Penurunan testosteron,
estrogen, GH, DHEA,
menigkatnya kortisol, simpatis,
dan IL-6
e.

27. Program skrining untuk latihan


jasmani diperlukan pada...
a. Usila yang akan memulai latihan sedang
b. Usila yang akan memulai latihan ringan
c. Usila yang akan memulai latihan berat
d. Usila yang memiliki risiko kardiovaskuler
e. Usila yang akan memulai latihan

28. Teori DNA yang benar.. .(ini gw kg yakin,


kayaknya salah soal tapi klo terpaksa
gw bakal jawab E)
a. Mutasi somatik & DNA error ................
b. Mutasi somatik – radiasi → DNA
membuat protein baru
c. DNA error: sel membuat
protein yang salah →
mengganggu faal
d. ...................
e. Apoptosis & DNA repair sama-sama
adanya ketidakmampuan DNA dalam
hal ”the feasibility” (fidelity hrsnya)

30. Untuk memperbaiki gangguan


fungsi, harus dilakukan:
a. Faktor penyebab gangguan
fungsi harus dihilangkan
b. Harus digunakan alat bantu yang sesuai
c. Latihan kebugaran menjadi pilihan
d. Sekalipun gangguan fungsional
masih ada,program rehab masih
e. Usila harus memiliki min 50% lanjut pasca operasi
kapasitas fungsional

32. Manajer bank, tidak mau makan, hanya ingin


makan bubur dan minum jus buah. Gigi palsu
sudah lama tidak diperiksa.
Masalahnya............
a. ..................
b. DM
c. Gigi palsu longgar karena diresorbsi
d. Papil atrofi
e. Masalah ekonomi sosial

33. Yang tidak termasuk sindrom geriatri:


A. Inanition
B. Intoksikasi
C. Inkontinensia urin
D. Infeksi
E. Instabilitas

34. Dasar penilaian potensi rehab medik


pasien usila adalah....
a. Usia
b. Gender
c. Jenis penyakit
d. Kemampuan fungsional
e. Prognosis penyakit

35. Pria, 75 tahun dating ke poli geriatri


karena penurunan nafsu makan.
Pernyataan yang benar mengenai penuaan
pada GI:
a. Enzim pencernaan yang emningkat € sering
mual
b. Air liur bertambah € sering tersedak
c. Gigi tidak lengkap dan
gerakan lambung lambat
d. Gerak kerongkongan lambat tapi
kosong cepat
e. Gerak usus besar meningkat € diare

36. Pilihlah pernyataan yang benar


tentang INSTABILITAS POSTURAL...
a. tidak berhubungan dengan gagal
jantung atau infark jantung
b. akan selalu menyebabkan jatuh
c. dapat mengakibatkan osteoporosis
d. dapat merupakan gejala dari
penyakit sistemik yang berat (seperti
pneumonia)
e. salah satu komplikasi adalah stroke

39. Berikut ini pernyataan yang SALAH


mengenai sindrom delirium akut / ACS...
a. FR meliputi gangguan fungsi kognitif
dan malnutrisi (?)
b. Untuk mendeteksi ACS
diperlukan pemeriksaan CT Scan
otak
c. ACS dapat timbul pada pasien usia
d. Faktor lingkungan dan kurang a. Latihan jasmani, misal Tai Chi
tidur dapat mengakibatkan ACS b. Kurangi ambulasi karena takut jatuh
e. ACS berkaitan dengan c. Walker untuk pasien jatuh
peningkatan morbiditas, karena hemiparesis pasca stroke
mortalitas, dan lama rawat
pasien

40. Di bawah ini hal yang benar


mengenai inkontinensia urin
adalah...
a.
b. Inkontinensia uri tipe overflow
hanya bisa terjadi pada laki-laki
c. Inkontinensia uri tipe stress
terjadi pada hiperplasia prostat
d. Inkontinensia uri akut
terdiri dari stress,
overflow, campuran, dll
e. Impaksi feses dapat
menyebabkan
inkontinensia uri akut

42. Yang bukan dapat terjadi pada


pasien ACS adalah... (seinget gw kaga
ada jawabannya)
a. Perubahan pola tidur dan ..........
b. Halusinasi sulit dibedakan
dengan mimpi buruk
c. Kesulitan memusatkan perhatian
tidak dapat dinilai karena
penurunan kesadaran
d.
e.

43. Konstipasi pada lansia...


a. Makan sedikit dan malas ke toilet
b.
c. Gangguan penyerapan serat
dan sari makanan
d. Defisit enzim-enzim pencernaan
e. Malas minum karena rasa haus hilang

44. Tatalaksana non-farmakologik sembelit...


a. Kurangi garam dan
b. Meningkatkan konsumsi
serat dan aktivitas fisik
c. Minum pencahar dan
meningkatkan aktivitas fisik
d. Pemberian laksatif stimulan
e. Konsumsi serat 125 g/hari

45. Agar mendapatkan data yang


akurat pada orangtua diperlukan...
a. Harus selalu pertanyaan terbuka
b. Bertanya dengan nada cepat dan keras
c. Dapat dilakukan pertanyaan tertutup
d. Pertanyaan diulang
e. Bertanya pada care giver

46. Tatalaksana pasien jatuh.....


d. Pemberian...................untuk pasien d. Faal kognitif dg CT-Scan otak
yang tidak bisa transfer karena jatuh e. Activity daily living dg anamnesis sistem
e. Semua kegiatan dibantu care giver 7. yang benar tentang demensia
a. menurunnya daya ingat
48. Akibat fatal dari imobilitas: b.
a. Tromboemboli paru c.
b. CVD d.
c. PAD (Peripheral Arterial Disease) e.
d. DM 8. yang dimaksud dengan
e. PPOK frailty/kelumpuhan adalah.. (sesuai
kuliah)
50. Pernyataan yang salah tentang 9. kelainan pada sendi tmj memiliki ciri ???????
keseimbangan elektrolit pada manula... a. deviasi rahang > 2 mm
a. Dehidrasi pada mnula seringkali telat b. nyeri otot kunyah pada palpasi
penatalaksanaannya karena gejala c. nyeri tmj saat
tidak spesifik palpasi d.
b. ............. e.
c. Tanda-tanda dehidrasi adalah 10. pernyataan yang benar
hipotensi postural a. kalori 50 kgBB = 2200 kkal
d. Manula yang dehidrasi harus b. protein 50 kgBB = 5 gr
diberikan infus c. diet vegetarian
e. Diperlukan pemantauan input & d. serat 125 g
output secara ketat e.
11. Muskuloskeletal pada geriatri...
1. Penilaian CGA yang paling tepat untuk a. Tulang keropos, cairan sendi
pasien ini adalah... berkurang, massa otot
menghilang
2. Pada pasien geriatri, gangguan pada b.
mulut disebabkan, kecuali... c.
a. Licken planus d.
b. Sjogren syndrome e.
c. Alzheimer 12. Pada pasien geriatri harus, kecuali......
d. a.
e. b.
3. Pasien geriatri yang mengalami komplikasi.. c. Dilakukan penyesuaian dosis karena ada
a. Terapi promotif penurunan fungsi hati
b. Terapi kuratif d.
c. Terapi rehabilitatif e. Tidak boleh diberikan obat
d. yang ekskresinya lewat ginjal
e.
4. Inkontinensia urin pada pasien imobilisasi...
a. Gluteus maximus ...
b. Hipersensitivitas saraf simpatis
c. Hipoaktif n.
Vagus d.
e. Gangguan transfer (fungsional)
5. Faktor risiko ekstrinsik Tn. Y jatuh...
a. Osteoporosis
b. Tersandung
c. Karpet terlipat
d. Drop attack
e. Fraktur
6. Untuk melengkapi P3G..
a. Penilaian status fungsional dg
subjektif global assessment
b. Psiko-afektif dg mini mental
status examination
c. Status nutrisi dg anamnesis
dan antropometri
1. Menurut CGA, yang benar adalah…
a. ?
b. ?
c. ?
d. ?
e. Fungsi sehari‐hari mengunakan Barthel ADL index, sebelum dan sesudah masuk RS

2. Sindrom geriatri yang dialami oleh Ny. W adalah…


a. …, imobilisasi, iatrogenik, ACS
b. Delirium, inkontinensia, imobilisasi,…
c. Imobilisasi, delirium,…,…
d. Kognitif impairment, imobilisasi, delirium
e. …,….,kognitif impairment

3. Pemeriksaan penapisan fungsi kognitif…


a. Tes IQ
b. ?
c. ?
d. MMSE
e. GDS

4. –

5. –

6. Faktor ekstrinsik bapak ini jatuh…


a. Osteoporosis
b. Karpet terlipat
c. OA genu
d. Mata katarak
e. ?

7. Perjalanan dari rapuh menuju kematian…


a. ?
b. ?
c. ?
d. Sehat‐fraility‐disabilitas‐hospitalisasi‐institusi‐kematian
e. ?

8. Teori radikal bebas yang mendukung proses menua menjelaskan bahwa…


a. Radikal bebas dibentuk di mitokondria
b. Radikal bebas merupakan hasil konjugasi protein
c. Radikal bebas terjadi di seluruh tubuh
d. Pembersihan radikal bebas mencegah efek patologis
e. Teori radikal bebas menjelaskan proses kematian sel
9. Ny. B, 80 th, bicara meracau dan disorientasi. Kemarin malam nyeri ulu hati dan
diberikan simetidin oleh anaknya (simetidin mengandung efek antikolinergik). Diagnosis
kerja…
a. Psikotik akut
b. Demensia Lewy body
c. ACS
d. Vascular Cognitive impairment (VCI)
e. Demensia Alzheimer yang progresif

10. Latihan jasmani teratur pada usia lanjut bermanfaat untuk…


a. Menurunkan efisiensi kerja jantung
b. Meningkatkan kadar hormone epinefrin
c. Menurunkan IMT
d. Menaikkan kadar gula darah
e. Menurunkan densitas massa tulang

11. Berdasarkan teori pemendekan telomere, kematian sel terjadi karena…


a. Sel mengalami apoptosis
b. Telomer pada sel NK mengalami pemendekan
c. ?
d. Kekurangan telomerse sehingga sel kehilangan kemampuan replikasi
e. ?

12. –

13. Pada pemeriksaan paripurna, pemeriksaan yang diperlukan adalah…


a. Menilai fungsi kognitif dengan CT‐scan
b. Kap. Fungsi oral € SGA
c. Psikoafektif € mini mental examination
d. … € ADL
e. Nutrisi € antropometri

14. Hirearki tertinggi aktivitas fungsional seseorang…


a. Mampu bergerak
b. Mampu bekerja
c. Mampu berperan sesuai fungsi
d. Aktif dalam kehidupan sehari‐hari
e. … endurance

15. Tn. Y, 76 th dibawa ke RS karena disorientasi waktu dan tempat. Sebelumnya Tn.Y
susah tidur dan meminum obat tidur. Faktor risiko pada Tn.Y…
a. Usia
b. Alergi obat
c. Gangguan fungsi kognitif
d. Gangguan fungsional
e. Aktivitas sosial yang tidak sesuai

16. Penyebab fraility..

17. Pencetus ACS adalah…


a. Stroke, tumor
b. Hipoglikemia, defisiensi testosterone, pneumonia
c. Hipoglikemia, hiperkolesterolemia, hiponatremia
d. Hipoglikemia, hiperkalemia
e. TIA,…

18. Pengukuran instabilitas postural menggunakan…

19. Kondisi dominan yang mempengaruhi rongga mulut pasien geriatri adalah…

a. Karies
b. Parafungsi
c. Kandidiasis
d. ?
e. Disfungsi sendi TMD

20. Perubahan pada sistem neuroendokrin dan sistem imun usia lanjut yang
menyebabkan kerapuhan adalah…
a. Penurunan testosterone, estrogen, GH, DHEA, kortisol, IL‐6, aktivitas simpatis
b. Penurunan testosterone, estrogen, GH, kortisol, peningkatan aktivitas simpatis, IL‐6
c. Penurunan testosterone, estrogen, GH, DHEA, peningkatan kortisol dan IL‐6
d. Penurunan testosterone, estrogen, GH, kortisol, peningkatan DHEA dan IL‐6
e. Penurunan testosterone, estrogen, GH, peningkatan DHEA, kortisol

21. ‐

22. Potensi rehab medic seseorang didasarkan pada…


a. Usia
b. ?
c. ?
d. ?
e. Status fungsional
f. ?

23. Yang termasuk geriatric giants…


a. Inanition
b. Intolerance
c. Intoxication
d. Independence
e. …
24. Yang dimaksud rapuh/fraility adalah…
a. Kehilangan kemampuan dasar
b. Penurunan kemampuan kognitif dan disabilitas
c. Penurunan kemampuan berjalan, lemah, letih, massa otot menurun, aktivitas
fisik normal
d. Keterbatasan fungsi social
e. Penurunan kecepatan berjalan, lemah, letih, massa otot turun, aktivitas fisik kurang

25. Apa yang dialami Tn. X?


a. Stress
b. Sosio ekonomi
c. ?
d. Gigi palsu longgar karena resorpsi
e. ?

26. Penyebab penurunan nafsu makan pada pasien geriatri yang berhubungan dengan GI
tract adalah…
a. Kemungkinan usus melambat tapi ekskresi cepat
b. Gerakan usus besar meningkat sehingga diare
c. Gigi tidak lengkap dan lambung melambat
d. Air liur berlebih
e. Enzim pencernaan…

27. ‐

28. Terapi nonfarmakologis konstipasi…


a. Kurangi makan garam
b. Kurangi serat dan latihan jasmani
c. ?
d. ?
e. ?

29. Konstipasi pada pasien geriatri dapat terjadi karena…


a. Enzim‐enzim pencernaan berkurang
b. Malas makan dan malas ke toilet
c. Serat yang diserap kurang
d. Kebiasaan dari muda
e. ?

30. Konstipasi terjadi di usia lanjut karena…


a. Enzim pencernaan turun
b. Kurang minum
c. Jarang makan dan malas ke toilet
d. Penyerapan lemak dan sari makanan menurun
e. Air liur berkurang

31. Untuk menggali informasi penting pada usila…


a. Bertanya diulang‐ulang
b. Tanyakan pada caregivernya
c. Selain pertanyaan terbuka, perlu pertanyaan tertutup
d. Pertanyaan terbuka saja
e. Bertanya dengan suara keras

32. Tata laksana jatuh pada pasien usia lanjut…


a. Melarang ambulansi karena takut jatuh
b. Rehabilitasi medic dan latihan fisik
c. Semua aktivitas didampingi caregiver
d. Menggunakan walker pada pasien yang jatuh karena hemiparesis pasca stroke
e. Memberikan bifosfonat pada pasien yang tidak dapat transfer karena jatuh

33. Akibat fatal imobilitas…


a. ?
b. Tromboemboli
c. CVD
d. ?
e. PAD

34. Penyebab inkontinensia urin pasien geriatric yang mengalami mobilisasi…


a. Kelemahan otot detrusor
b. Hipoaktivitas N. vagus
c. Hipoaktivitas gluteus maksimus
d. Hiperaktivitas saraf simpatis
e. Penurunan kemampuan transfer (fungsi)

35. –

36. –

37. –

38. Faal kognitif…


a. Kepribadian, afek, kesadaran
b. Kalkulasi, bahasa, registrasi
c. Tilikan, memori, fungsi eksekutif
d. Demensia, depresi, gangguan penyesuaian
e. Attitude dan memecahkan masalah
39. ???
a. Pelebaran jantung di ventrikel kiri
b. Penumpukan lemak di katup
c. Ada jaringan ikat di lumen
d. ?
e. ?

40. Penyebab turunnya kemampuan aktivitas aerobik pada usia lanjut karena
perubahan aktivitas olahraga dan…
a. Adanya depresi
b. Ada perubahan komposisi tubuh
c. Ada perubahan efisiensi kerja jantung
d. Ada penurunan fungsi kognitif
e. Hilangnya kemampuan sensorik

41. Penyesuaian dosis beberapa obat pada pasien geriatri harus dilakukan karena…
a. Penyerapan oral meningkat
b. Asupan makanan meningkat
c. Ekskresi ginjal meningkat
d. ?
e. Lemak tubuh meningkat

42. Interaksi obat sering terjadi pada pasien geriatric karena…


a. Metabolisme obat cepat
b. Absorbsi obat lebih cepat
c. Distribusi obat leih cepat
d. Pasien geriatric pada umumnya mengalami lebih dari 1 penyakit
e. Penggunaan obat anti‐inflamasi lebih banyak pada pasien geriatri

43. Pengaruh distribusi obat pada geriatri adalah…


a. Bertambahnya miksi
b. Tidak mempengaruhi efektifitas obat
c. Digitalis…?
d. ?
e. Obat larut lemak lebih banyak diekskresi

44. Mobilisasi dini pada Ny. A adalah upaya…


a. Kuratif
b. Rehabilitatif
c. Prevensi primer
d. Prevensi sekunder
e. …
45. Wanita geriatri, sering pergi ke fitness center untuk latihan otot. Latihan tersebut
dapat mencegah kontraktur karena dapat mencegah…
a. Sarkopenia
b. ?
c. Penurunan kadar lemak
d. Penurunan IMT
e. ?

46. Ny, C, 62 tahun, rutin berolahraga di fitness center. Angkat beban dan latihan aerobic.
Tujuan angkat beban pada pasien ini adalah…
a. Penambahan massa otot (mencegah sarkopenia)
b. Meningkatkan risiko jatuh
c. Menurunkan massa lemak intraabdomen
d. Menurunkan saraf simpatis ke otot
e. Menurunkan efisiensi jantung

47. Tn. S, 74 tahun, datang ke RS dengan gangguan berbicara dan bahasa. Kelainan
yang mungkin ditemukan pada imaging…
a. Gambaran hipodens pada temporoparietal lobus temporal kanan
b. Gambaran hipodens pada bagian frontal kiri bawah belakang
c. Gambaran hipodens pada bagian frontal kanan bawah belakang
d. Gambaran hipodens pada bagian supramarginal lobus parietal
e. Gambaran hipodens pada bagian atas lobus temporal kanan

48. Tn. A, 78 th, menderita diabetes dan hipertensi. Pasien dibawa ke rumah sakit
karena menderita stroke iskemik. Paresis N VIII, X, XI, XII. Tidak bisa menelan.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa…
a. ?
b. ?
c. FEES
d. Rontgen OMD
e. Barium enema

49. Latihan‐latihan jasmani untuk lansia…


a. Senam jantung sehat, senam diabetes, senam osteoporosis
b. Latihan kardiorespirasi, latihan kekuatan otot, latihan kelenturan, senam osteoporosis
c. Latihan kardiorespirasi, kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan
d. Latihan kardiorespirasi, kekuatan otot, kelenturan, koordinasi
e. Latihan kardiorespirasi, kekuatan otot, kelenturan, senam diabetes

50. Laki‐laki, 70 th, 2 hari tidak nafsu makan, gigi sakit, gusi berdarah, sulit buka mulut.
Hygene mulut buruk, karies, karang, abrasi servikal dan atriksi oklusal gigi. Hal yang
menyebabkan sulit buka mulut…
a. Periodontitis
b. Kandidiasis oral
c. Burning mouth syndrome
d. Fokal infeksi di rongga mulut
e. Temporo Mandibular Disorder
1. Paripurna P3G & CGA:
A. Psikoafektif
B……
C. Nutrisi € mengukur tinggi lutut
D. ADL
E. MMSE

6. Kemampuan/ kemajuan (gw ga bisa baca tulisan david^^) fungsional (??)

12. Pernyataan yang benar di bawah ini:


A. Puncak vitalitas seseorang pada usia 30‐40 tahun setelah itu menurun
B. Puncak vitalitas seseorang pada usia 40‐50 tahun setelah itu menurun
C. Ambang kerapuhan akan dilewati oleh setiap manusia
D. Ambang kerapuhan akan dilewati seseorang jika berumur panjang
E. Ambang kerapuhan tidak akan dilewati oleh orang usia muda

13. Manfaat kesehatan bagi usila yang melakukan aktivitas fisik secara teratur, kecuali:
A. Meningkatkan efisiensi kerja jantung
B. Menurunkan kadar epinefrin
C. Meningkatkan IMT
D. Mengontrol kadar gula darah
E. Meningkatkan densitas tulang

17. Untuk melengkapi P3G:


A. Subjective G…..A…..
B. MMSE
C. Antropometri
D. Faal kognitif dengan CT scan otak
E. ADL Barthel dengan anamnesis system

24. Hierarki tertinggi € mampu menjalankan fungsi

26. Kadar hormon pada usila

30. Untuk memperbaiki gangguan fungsi, harus dilakukan:


A. Faktor penyebab gangguan fungsi harus dihilangkan
B. Harus digunakan alat bantu yang sesuai
C. Latihan kebugaran menjadi pilihan
D. Sekalipun gangguan fungsional masih ada,program rehab masih bisa dilakukan
E. Usila harus memiliki min 50% kapasitas fungsional

33. Yang tidak termasuk sindrom geriatri:


A. Inanition
B. Intoksikasi
C. Inkontinensia urin
D. Infeksi
E. Instabilitas
35. Pria, 75 tahun dating ke poli geriatri karena penurunan nafsu makan. Pernyataan yang benar
mengenai penuaan pada GI:
A. Enzim pencernaan yang emningkat € sering mual
B. Air liur bertambah € sering tersedak
C. Gigi tidak lengkap dan gerakan lambung lambat
D. Gerak kerongkongan lambat tapi kosong cepat
E. Gerak usus besar meningkat € diare

43. Konstipasi pada orang tua disebabkan oleh:


A. Malas makan + malas ke WC
B. Kebiasaan…..(?)
C. Gangguan penyerapan serat dan sari makanan
D. Jarang merasa haus
E. Gangguan enzim pencernaan

48. Akibat fatal dari imobilitas:


A. Tromboemboli paru
B. CVD
C. PAD (Peripheral Arterial Disease)
D. DM
E. PPOK
1. Paripurna P3G & CGA:
A. Psikoafektif
B……
C. Nutrisi € mengukur tinggi lutut
D. ADL
E. MMSE

6. Kemampuan/ kemajuan (gw ga bisa baca tulisan david^^) fungsional (??)

12. Pernyataan yang benar di bawah ini:


A. Puncak vitalitas seseorang pada usia 30‐40 tahun setelah itu menurun
B. Puncak vitalitas seseorang pada usia 40‐50 tahun setelah itu menurun
C. Ambang kerapuhan akan dilewati oleh setiap manusia
D. Ambang kerapuhan akan dilewati seseorang jika berumur panjang
E. Ambang kerapuhan tidak akan dilewati oleh orang usia muda

13. Manfaat kesehatan bagi usila yang melakukan aktivitas fisik secara teratur, kecuali:
A. Meningkatkan efisiensi kerja jantung
B. Menurunkan kadar epinefrin
C. Meningkatkan IMT
D. Mengontrol kadar gula darah
E. Meningkatkan densitas tulang

17. Untuk melengkapi P3G:


A. Subjective G…..A…..
B. MMSE
C. Antropometri
D. Faal kognitif dengan CT scan otak
E. ADL Barthel dengan anamnesis system

24. Hierarki tertinggi € mampu menjalankan fungsi

26. Kadar hormon pada usila

30. Untuk memperbaiki gangguan fungsi, harus dilakukan:


A. Faktor penyebab gangguan fungsi harus dihilangkan
B. Harus digunakan alat bantu yang sesuai
C. Latihan kebugaran menjadi pilihan
D. Sekalipun gangguan fungsional masih ada,program rehab masih bisa dilakukan
E. Usila harus memiliki min 50% kapasitas fungsional

33. Yang tidak termasuk sindrom geriatri:


A. Inanition
B. Intoksikasi
C. Inkontinensia urin
D. Infeksi
E. Instabilitas
35. Pria, 75 tahun dating ke poli geriatri karena penurunan nafsu makan. Pernyataan yang benar
mengenai penuaan pada GI:
A. Enzim pencernaan yang emningkat € sering mual
B. Air liur bertambah € sering tersedak
C. Gigi tidak lengkap dan gerakan lambung lambat
D. Gerak kerongkongan lambat tapi kosong cepat
E. Gerak usus besar meningkat € diare

43. Konstipasi pada orang tua disebabkan oleh:


A. Malas makan + malas ke WC
B. Kebiasaan…..(?)
C. Gangguan penyerapan serat dan sari makanan
D. Jarang merasa haus
E. Gangguan enzim pencernaan

48. Akibat fatal dari imobilitas:


A. Tromboemboli paru
B. CVD
C. PAD (Peripheral Arterial Disease)
D. DM
E. PPOK
1. knten ti obat sering terjadi pada geriatri 5. Pasien ditinggal suaminya 4 bln yl. Pasien
à €' terlihat murung, tidak ada minat. Pernyataan
a. Absorbsi meningkat yang paling benar adaJah:
cepat
b. Pengguanaan antiinflamasi yang sering a. Murung dan tidak ada m
c. Menderita › 1 penyakit inat merupakan gejala
d. Metabolism obat lebih Cepat depresi
e. Distribusi ke jaringan lebih cepat b. Murung dan tidak ada m inat
bukan merupakan Bejala depresi
2. Ny P, 65 thn, DM, OAG, IP,KU: pendengaran c. Gejala-gejala itu merupakan proteksi
menurun dan didiagnosis sebagai .y diri
presbiakusis. Hal ini berarti: d Jika gejala-gejala tersebut > 2
a. Ny P mengalami penurunan minggu baru dinyatakan sebagai
pendengaran dan lebih enak depresi
berbicara di tempat ramai. e,
Patofisiologi presbiakusis: terjad‹ 6. Seseorang dikatakan dementia jika:
degenerasi sel rambut di mernbrane a. Terjadi gangguan memori
timpani. b. Terjadi gangguan menghitung
c. Terjadi kelainan telinga dalam dan c. AMT < 7/1Q
pada audiogram dinyatakan tuli d. MMS£. < 24/30
konduktif. e Gangguan kogííitif ditambah ADL yang
d. Ny P terbantu jika orang menurun
berbicara keras-keras
e. Alat bantu dengar dapat 7. Tn M,61 thn, terdapat gangguan berbicara dan
rnemperbaiki keluhan sulit memahami pembisaraan e eva
"dilakukan peme i saafi neurologi, terdapat
’3 aki-laki, usia 81 thn, 6 jm yang lalu gangguan pemaham n e b araan pada
mengalami penurunan kesadaran, lesu, mual, pasien walaupun tidak terdapat hemiparesis.
keringal dingin, n HT a i ” Gangguan tersebut disebut:
yaIdga u Operasibatu ginjàl 0"thn yIÏÀDL a. Afasia motorik
6/2Ò, AMT -, GDS 7/15. Pernyataan yang b. Global
paling benar di baTa/ah ini adalah: c. Yranskortikal
a. ACS karena HT d. Oisleksia
b. ACS karena HT dari Ü]Ç|. ' Afasia wernicke
c. Pasien mungkin menggunakan
tongkat sehingga ADL-nya 8. PilihTah pernyataan di bawah ini yang paling
ketergantungan sedang benar'
p d. @DS tidak bisa dipercaya a. Gangguan psikiatri dapat
y e. Pasien kambuh dari sakït ginjalnya menyebabkan disfagia faring
” Obat ototoksik dip menyebabkan
4 0 p i J35/* “’ presbiakusis
Diberingan obat antiHT dan allopurinol c,
y jika ada serangan gaut
b. Obat HT dan vit e. Hiperkoagulasi dapat menyebabkan
c. Allopurinol dan ibuproven BPPV
d. AI1opurinoI dan vitamin
e. Obat untuk asam uratnya 9. Urutan teori apoptosis adalah..........
10. Dosis obat pada geriatric harus f. Ketidakstabilan atom tersebut di
disesuaikan karena........... medan magnet bun i yang relatif
stabil
11. Tn Y, 5 h , OR sabtu dan minggu, merokok (-},
RPK peny, Jantung {-). Dari pemeriksaan fisik 14. Berikut ini merupakan pernyataan ypng
didapatkan TD 135/85, IMT 26,7 paling benar tentang irnobilisasi:
kolesterol total 245. Berapakah faktor resiko
f a. Ketidakmampuan untuk ambulansi
pada pasien ini*
b. Dapat menyebabkan pneumonia, ulkus
a. 2 de#ubitus, stroke

b. 3 Tirah baring > 48 jam

apat menyebabkan pneumonia dan


sebaliknya
d, 5
e. Pneumonia akibat imobilisasi dapat
dicegah dengan vaksin
e. 6
15. Sebagian besar penyebab penurunan
IN. Pernyataan mengenai farmakoterapi pada usila kapasitas aerobic karena penuaan
yang salah adalah:
a. Hilangnya kemampuan sensorik
a. Obat diberikan jika benar2 dibutuhkan “
b. Depresi
b. Regimen dibuat §esederhana mungkin
c Ffisiensi kerja jantung

d, Penurunan fungsi kognitif

Tidak perlu diberi penjelasan e. Perubahan kebiasaan OR


sebelum diberi obat ^,/
16. Berikut ini yang tidak termasuk faktor-faktor
e. Farmakodinamik dan kinetic obat resiko usia geriatric yang akan memulai
harus diperhatikan latihan:

13. Pernyataan yang paling benar a. HT


berhubungan dengan radikal bedas: (( b. Jenis kelamin
a. Molekul yang jumlah elektron c. Obesitas *
terluarnva kekurangan 1 elektron
d.
b. Terjadi ketidakseimbanganan antara
meuatan + di inti dan negative di e,
kulit terluar 17. Beri1ut ini merupakan penyebab
inkontinensia feses adalah
c. Val (+), kekurangan 1 enzim

d. Rad bebas rerjadi a disebabka» oleh Impaksi feses


' b. Konsumsi air > 1 liter
e. kibat hidrolisis berlebihan
c. Konsumsi serat

berlebifi d.

e. lnkontinensia urin
1. Pasien emakai tc›ngkat termasuk.. . c.
daptası fısik
b.--------------psıkıs
c...................sosial
abes
d.aWs
e.
“’ ›
d--------------keluarga 14. Rasa panas terbakar pada mutut usila dısebabkan ofeh.
tidak terkontrc›t, abrasi gigi
^ b. atrisi oktusi gigi, erosi mekarris karena gigi kotor
2. Mob I sas dını pada Ny. A... c. erosl mekanis, usia, atrisı baglan oklusi gigi
a. pencPgahan pnmer d.
,b-------------------sekunder e.
c.-------------------tersıer
d. kurarıf 16. Ny. C FuLın olahraga, aercÖ ik 3 x seminggu. Latihan
e. rehabil\tasi hekua tot beban pada Ny. C akan membenkan efek. , .
, mencegah sarkopenia
4. Wanita, 75 tahun, Z minggu yang lalu ka|çı tertusuk durİ ,
mmyebabkan k bedsareanemanah. Kcmudian c.
ıa"menjaÖ eğ n tJda a serta berj an lambat- d.
mirıggaubuy ng na s. rrlakan menurun, ha ya e. 3
serıd Qgp kali makan. 10 Chun yang latin
a a lalu îiye ut. Pencetus fiaiÎ pada pasien ini. . . 17. Teori apoptosi3 . . .. .

hendaya b.
c. dİsabilîtas c.
d.
e ndak mau makan o.
7. Yang bukan merupakan fa£tor risiko penyakit 18. Obat yang perlu penyesuaian deis pada genatn
kardiovaskuter pada pasien ini... - arnengingat votume protein plasma yang menurun adalah...
a. pâ râ setamc ““
b. merokok b. alendronat
3tress psJkis
overwcJght enıtoln
e. a ,b ,c ,d tldak perlu penymuaian

8 Masalah pada Mr. X adalah. .. Pasien pneummıa, pemyataan yang benar. ..


a. a. pada orang tua, refteks batuk menlnghat
h. ISK, 3c'dcnta ry j ka pneumcrıia , suli t sembtA
c. ISPA, overweight
d. merokok akrıf, berat Lidah opÛ mal
ba e. c. refleks baruk adafah kompensasl, sehingga harus
ditekan supaya tidak merugikan
'. Bapak dengan afasia (bisa mengulang, tapi tidak cl.
memahaml perkataan). Gambaran neuromagJngnya... e.
a. gambatan hipodense pada lotxJs frontaf kiri
b -- - ----- ------ ------- ---- ------ ---- 24. Wamta, imobilisasi, infeksi paru, kaki kartan bengkak,
kanan ciba-tiba sesak napas. Kemudian apneu, dilakukan RJP namun
n 'p n “ “ “ ” "" "" "" "--------------------suprama rginat
i ' ' ( aJrcrnbus dan vena padaturıgkai kanan, lepas,
d. menyumbat pernbuluh darah paru
temporoparietal kanan b. -
e. oanetal - -- -- jantung
an

10 A ka pada Tn. 8, dari hasil pemenksaan terdapat ”"" " " "d ."asfiksla“ karena"ınfeksl paru
gangguan pemahaman fungsi bahasa, Lapi pengulangan masih
baik, benNik 1ni disebut. ..
a fasia global 26. Perubahan jantung pada lanjut usia adalah. ..
afasla transkortikal serıson k n. pelebaran serat otot jantung pada ventnkel kiri
c. afasia konduksi b. penumpukan lemak pada jantung
d. afasîa transt‹orcikat motorık erasan pembutuh da rah korcner
e. afasia motorik d. penumputaMjaangan;katdatamîunwnjantung
e.

27. PasJen a a lanjut sullt sembuh


karena.. . daya cadang faali
rnenurun
atrısi. dan bunyı pada @. fungsîonal turun
seni. c. ADL
b. xercstornia buruk d.
c. 8MS c.
ı II p andıbula r dJsorder
28. Ny. B, 25 tahun, terpeleset akibat lantal licin
setelah dipel. Hy. B scbelumnya mengeluh nyeri“lutut
13. Gigi tiruan copotkarena... ketika bangun dari duduk/berjalan jauh. Ny. B juga Ûdak
bisa menaikî
tangga , schlngga pcrlu bantuan orang dan berjalan ‘ 46..Êil)h pcmyataan yang PALING 8ENAg mengenal
rrienggunakan torighat. Ny. B juga merasa pengtihatan buram pengkajian sLatus ps›kokognitif pada pasen ini...
sejak 3 tahun lalu, oteh dokter telah disarankan cperasi a. pasien rncngalami penurunana kesadaran 24 }.
katafak mata kanan, namun belum mau karena takut. Pasien sehtngga ridak tcrmasuk kriteria AC5
mengkcmcros suplemen katsium ruEin. Faktor lntrinsik yang b. AMT 3/10 dan ADL 6/20 r enunjukkan fungsi
menyebabkan Hy. B jattJh... kognitif pasien masih baik
a. obat-oöalan, nyeri (utut (OA genu), katarak c. meskipun pasien mengatami penurunan
katarah, OA genu kesadaran, namun skor ADL masih baih sehingga betum
C. drcp attack, csteoporcrsis membu kan dukur›gan smal dari keluarga -y
d. vertigo, OA genu d. sten menqalami penurunana kesadaran sehingga
e. €Öat-obatan, ostecporosis, kacarak ridak bis nilai fungsi kognih fnya
e. penurunan skor A/LIT akibat penurunan skor ADL
30. Dbat > glornerulrs pada usia lanju£ jumlahnya pula
merxsrun
“‘inerigalti tkan.. . 48. Presbiakusis..
a. pendengaran nirun secara progresif dan nyamao
menden keramaian
U disebabkan karena rusaknya bulu rambut
d. organ k
e. c. juli korxluktif dan audiogram. . .
d. alat bantu dengar dan pemahaman baca tidak
34. Patofisiolc›gi yang bmar... membantu
a.
b.
49. }'asien EM, HT, paresis n. IX, X, XII, VÄI. Pemyataan
— d. Riwayat operas\ batu ginjal merupakan faktor yang tepat. . .
risiko untuk ACS pada pas3en inJ a. dilakukan FEES untuk cek keseJmbangan
- e. ACS pada pasien Int diakibathan olch infeksi b. ns\ka prx•umonia besar
saluran kofoih yang murighin dilatarbelakangi oleh Qv\ lama c. tes menelam dilakukan dengan berbaring
, FEES tidak dapat ditakukan dengan cairan
35. \ganita, memakaJ kursi roda, 1 th yang |aiu jatuh, suliL
berjatan. 2 th yang låus1roke, hemiparesis dextra, cadfi't.
Apasajaimpainnent, hendaya (Ösabititas), dan 50. Farmakoterapi pada usila perlu diperhatikan sebab.. .
hanöcapnya..
a. b.
b.
c
m
d
l
f
a
36. kasus d
no. 35. f
CGA
yang y
perlu
diperh .
atikan. f
.. u
a. p n
si g
k si
o- m
af e
e n
kt el
if a
: n
a :
p a
a p
k a
a k
h a
a h
d a
a d
d a
e g
m a
e n
n g
si g
a u
? ' a
‘ n
b, f
k u
o n
g g
ni si
ri m
enetan? e”. b
d. i
nutrisi: l
apakah l
ada s
caregi a
ver? s
e.uat i
usfun ,
gbona
l: d
apNmh e
mrngo r
nswns a
j
isupt
a
emen t
viramin dan
mineral?
¡
37. Yang benar
tentang h
iatrogenesis. e
.. t
fr å n-rs ’ harry isa terjadJ pada pasJen yang membeh obat e
Ce r
b. tidak boteh banyak minum obat g
c. mual bukan merupakan akibdt dan iatrogenesis a
d. dapat menyebabkan çerdarahan bi\a interaksi n
t
obaL tidah diperharikan
u
e. selalu terjadi gangguan hali pada obat yang n
dintetab%ismedihad g
42. CS bisn terjad karena. a
n

I ipmatremia, ISk n
b. HT, OM n
g
c
a
. n
d
h .
i
p s
d t
‹ a
a t
l u
e s
m
i f
u
d n
. g
e. s
i
44. Pendekatan CGA pada pasien ini adata h.. . o
a. diagnons rnedik: jatuh, ISO, imobilisasi, vertigo n
a
b. diagnosis medik: vertigo, ISO , jatuh, imobilisasi, l
dehidrasi :
S
t
a i
t m
u c
s ›
b
i
f l
u i
n s
g a
s s
i i
c ,
n
a
d
l
e
:
r
a
i j
m a
e t
k
e
t
e
r
g
a
n
t
w
g
a
n

b
e
r
a
t
e. diagnosls bedah: fraktur. .. ..
Soal Sumatif Rombongan C (no.nya ngacak)

1. Jenis latihan jasmani untuk usila faktor risiko sedang...


2. Jenis latihan untuk osteoporosis...
a. Latihan kekuatan otot dan latihan kelenturan
b. Latihan kekuatan otat, latihan kelenturan dan latihan keseimbangan
Latihan aerobic, latihan kekuatan otot, latihan kelenturan dan latihan keseimbangan
3. Latihan jasmani yang tidak boleh dilakukan pada osteoporosis...
4,7 Salah 3atu teori proses menua adalah adanya apoptosis. Apoptosis merupakaf\ rangkaian .-, :.'• ' °

kejadian terjadinya kematian sel seperti dijelaskan berikut ini:
a. Radiasi transkripsi gen4 perubahan kode genetik vang mengatur usia sel (=
perubahan degree of fidelity)4
pembentukan enzim yang mengubah struktur cairan sel sel mati
b. Radiasi4 perubahan pada jaringan ikat4 pembentukan enzim yang mengubah
struktur cairan selE sel mati W perubahan degree of fidelity
c. Toksin4 transkripsi gen pembentukan energi yang mengubah strukt«r inti sel W
sel mengisut perubahan degree of fidelity
d. TNF W transkrfpsi gen4 perubahan kode genetik yang mengatur usia sel tP e rubahan
degree of fidelity) W pembentukan enzim yang mengubah struktur cairan set W sel mati4
set mengisut
Radiasi/HIV/TNF/toksin Jtranskripsi gen W pembentukan enzim yang mengubah struktur
cairan set perubahan degree of fidelity

Ny.L, 70 tahun, dibawa keluarga ke RS karena BAB berwarna hitam 1 jam SMRS.

Tiga minggu sebelum masuk rumah sakit pasien jatuh d kamar mandi. Badan sebelah kiri terasa
lemah. Pasien saat itu sadar namun b_cara menjadi period Pasien tidak dirawat di RS karena tidak
mempunyai biaya. Pasien dirawat di rumah oleh keluarga. Pasien tida bi a a an, Ie ,banyak
bérbaring dan sesekali duduk dengan bantuan anaknya. Selanjutnya makan mulai sulit (disuapi)
dan sering tersedak. BAK mengompol dan BAB kadang kadang keluar sedni i -

Seminggu SMRS sesak semakin sering namun tidak ke RS karena khawatir masalah biaya. Satu
hari SMRS keluar darah dari anus jumlah lebih kurang setengah gelas warna hit karenanya
pasien segera dibawa ke RS. "”””* “" "” “* ’"” " "“*"

Selanjutnya, dari pemeriksaan jasmani didapatkan keadaan umum. tampak sakit berat, delirium, TD
1 90 mmHg, nadi 80X/mnt, napas 28x/mnt, suhu 37,2 "C. konjungtiva pucat, sklera tidak
ikterik." Rongga mulut: gigi banyak yang copot, karies (+), lidah basah dan tampak keputihan di
atas lidah. JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak teraba. BJ I-ll murni, murmur (-), gallop (-).

Paru: lnspeksi tampak dada kanan lebih tinggi daripada kiri, gerażan tertinggal. Fremitus tak dapat
diperiksa. Perkusi redup di dada kanan mulai sela iga II. Auskultasi vesikuler lemah di dada kanan,
ronkhi basah kasar +/-, wheezing -/-.
Abdomen: dalam batas ncirmal. Ekstremitas: akral hangat, edema /+ miniinal.

Rectal touche: TSA (tonus sfingter ani) baik, tidak teraba massa, mukosa licin,

pada...

5. Daftar masalah pasien di atas meliputi:


a. Acute confusional state, pneumonia lobaris, anemia, melena, strok, asupan (intake)
sulit, gagal jantung “——
b. Stroke, inkontinesia urin, inkontinensia alvi, hemato?Chezia, pneumonia lobaris,
disfagia, hipertensi st.I
c. Acute confusional state, pneumothorax dekstra, hipertensi, strok, inkontinensia,
disartri, disfagia, hemato ezia
d. Pneumonia lobaris, melena, hipertensi, strok, inkontinensia, gagal jantung, anemia intake
su(it
e. Acute confusional state, melena, efusi pleura, strok, disfagia, imobilisasi, inkontinesia

tn. M, 68 tahun mengalami hemiparese kiri pasca„strok 7bulan yang IaIu. Satu minggu yang lalu,
ia jatuh tersandung keset saat sedangberjalan-jalan di Mall hingga terjadi faktur collum femoris
sinistrą. Operasi total hip replacement telah dilakukan 5 hari yang IaIu. " ““ "

6. Stadium kecacatan Tn.M saat im


adalah: a Stadium impairment
Stadium disability
c. Stadium handicap
d. Ketergantungan total
c KctcryailtriiJyan scba¿ian

7. Anda diminta untuk memberikan ceramah kepada sekumpulan orang usia lanjut, pensiunan
karyawan perusahaan swasta. Topik yang diminta adalah ‘tetap Bugar di Usia Lanjut”. Topik-
topik yang akan disampaikan, kecuali.I.
a. Kemampuan penglihatan
b. Kemampuan pendengaran ,
Proprióseptif t-“ 1 kv• ” .*“ "’ “' ” * ”
d. Kekuatan tulang
e. Kekuatan otot
8. Tn.X, 69 tahun, mengalami fraktur 1/3 proksimal femur dextra setelah terjatuh saat bangkit
dari mpat tidur. Pasien menderita hipertensi sejak 10 tahun yang terkontro dengan obat Coj
2 x 12,5 mg Jan asma_yang k,ambuh 1-2 kali dalam seminggu. Jika asmanya kambuh,
pasien biasanya atas inisiatif sendiri minum Dexametason. Pasien baru diketahui menderita
pembesaran kelenjar prostat jinak dan mendapat obat berazosin 1 x 2 mg. dari pemeriksaan fisik
idapa an te an darah s at berbaring 130/80 mmHg dan saa u 100/60 mmHg. Postur

tubuh Tn,X tampak kif sipdsan diakui pasien bahwa dalam 5 tahunterakhtr nggi
badannnya berkurang. ” " ”‘ ”“”
e yebab jatuh pada pasien ini adalah
a. Hipertensi
b. Osteoporosis
c. Osteoarthritis
Hipotensi ortostatik

9. Seseorang disebut demensia jika:


a. Terdapat gangguan memori/ penurunan daya ingat
b. Terdapat gangguan kemampuan menghitung
c. Nilai skor MMSE kurang dari 24/30
d. Nilai AMT kurang dari 7/10
Terdapat gangguan faal kognitif + gangguan ADL atau IADL

Tn.V, 79tahundatang dengan kesadaranyangberubah sejak6jarn SMRS.


Sejaksenningguterakhir ”pasien”merasa lesu, sering mual, dan merasa kedinginan, Menderita
dan ile si sejak 20
tahun yang lalu. Terdapat riwayat operasi batu ginjal ... tahun yang ialu dan tidak pernah kambuh.
—-—-.... -
Sejak 2 tahun yang lalu ada keluhan nyeri di lutut kąnan terutama setelah duduk lama. Pasien
berjalan”dengan bantua*n tongkat karena takut jatuh.
ADL 20, AMT sulit dinilai, GDS 7/15

” 10 ’'Pernyataan patofisiologik yang paling benar pada kasus di atas adalah:


Pada uisa 79 tahun dapat terjadi degenerasi rawan sendi lutut yang mengakibatkan
penyakit osteoarthritis yang pada gilirannya menyebabkan rasa nyeri saat berjalan sehingga
mengganggu stabilitas pasien saat mobilisasi
b. Diabetes dan hipertensi yang lama menyebabkan otak mengalami defisiensi oksigen
sehingga memudahkan terjadinya gangguan serebral seperti rasa (esu, mual dan
menjadi kedinginan (hipotermi sentral)
c. Riwayat batu ginjal pada pasien mengindikasikan bahwa terbentu knya batu kembaJi
akan mengakibatkan pasien menjadi lebih mudah mengalami kelelahan akibat duduk
lama
d. Riwayat operasi batu ginjal merupakan faktor risiko untuk sindrom delirium pasien ini “
Sindrom delirium pada pasien ini disebabkan oleh infeksi saluran kemih yang mungkin
dilatar- belaLxn¿i oleh Dkł larna
11. Deme nsia..
o. Oiagnosis berdasarkan biopsy
b.
d.
Depresi dapat menyebabkan pse ›dodemensia
12. Berikut ini pernyataan yang salah mengenai keseimbangan postural:
a. Gangguan yang cukup besar terhadap centre of gravity tubuh dapat dikompensasi
der^gan pergerakan ankle
b. Untuk menjaga keseimbangan maka centre of gravity tubuh harus berada di
dalam based of support (landasan penopang tubuh)
Sistem kontrc| postMraT melibatkan kumponen sensorik dan, mntori/
Terdapat dua jenis keseimbangan, yakni keseimbarigan statis dan d1namis
e. Strategi untuk mempertahankan keseimbangan meliputi strategi ankle, hip, dan

13. seorang perempuan beru a 78 tabun dtbaoa oteh kefiuarganya ke öokter karena ke\uhan
sup esanna beherapa kali. Pasien juga suLa mengeluh sulit tidur
dan sering buang air kecil malam hari. Terdapat riwayat kencing manis dan tekarfån
darah
-. . --.. . . .- - - —--
tinggi sejak 10 tahu n dan konroln a„tidak teratur.
14 Faziitasberi2utin Sak dapat digunakan untuL pencegahan Jatuh pada orang tua dengan
x instabllitas postura:l
Ramp
b. Walkers

d. Tongkat

15. Jatuh sandunkpailaet saat jnlaJj@i iTC. Mekanisme keseimbangan yang tidaL dapat
lya ukan..
Ankle dan steppiDg
fbi. l4ontraiodikasi absolut latihan jasmani...
SPA dengan suhu 39,2“C
b. Tekanan darah 175/l00 mmHg

17. y.W d9pat dikatakan tidak add kelainan/ gangguan keseimbangan jiLa dapat menyelesaikan
the timed up. 4 go feet dalam waktu:
a. < s detiL
b. < ID detik
c. < IN detik
d. < 2D detik
› " ^ e. < 30 detik
18. N '. E, 70 tahun, peaderita DM dan hipertensi. d(Tawat di RS karena stTok iskem\k. \°aSien
engalami |jgn i are5js de/5trg dan paresis N. V , X, dan XII. Pasien tersedak bila mgkan atau
! *
min um sej ” gaq diTakukan pemeriks n FEE5.)Pernyataan yang benar dibawah ini adaJah:
neriksan menelan makanan gan F-EES pada pasien dimulai dengan pemberian
ca\ran kemudian puree
b. Pemeriksaan pre swallowing assessment dilaktikan dengan menggunakan
enam kunsistensi makanan
c. Jika pasien mengalami aspfrasi saat di eri bubur nasi maka selanjutnya dapat
dilakukan pemeriksaan men¢Jan den8an ¢airan kental
d. Thin fluid yang digunakan dalam menllai fungsi menelan adalah susu
“ e. erakan lidah, elevasi palatum mole dan dry swa1low dinilai saat pemeriksaan
pre swallowing assessment
19. Pasien Iakl-| 75 tahun, riwayat penuruan kesadaran 1 hari SMR5, diawali dengan batuk
berdah d , sesak dan asupan ma@n-m'inumyangberkurang. Pasfen diketahu “”
menderita on hiti o ik”dn masih perokok aktlf. Berat nadan pasien teraLhir dlLetahui 55
kg, dengan tinggi badąn 170 ej skor ADL Barthe S 0 edangkan sł‹or A 0 saat masy
rumah sakit. ““ ” “
Secara patoflslologls, ge]aIa dan tanda pada pasien di atas dapat dijelasLan sbb...
a. Merokok dapat rńećiyebabkan infiamasl menahun pada bronkus sehingga terJadl
bronchftis kronlk, karena pasien masih merokok maka inflamasi berlangsung terus
sehingga menyebabkan jejas luas di bronkus akibat penurunan ADL
b. Karena derajat ketergaritungan berat maka pasien tidak mampu
mengeluarkan dahak dengan baik sehingga terjadi bronchitis akut
c. Pasien dengan kemampuan faal kognitif rendah (AMT rendah) tfdak mampu
memahami instruksi untuk membatukkan dahak dengan baik, tidak mampu
melakukan latihan napa e ga ai ingga sangat m”fi âh lami retensi
splum déñ etsaserbasi akut bronchitis kronik ”
d. Pada usia lanjut terjadi penurunan status fungsional yang mengakl6atkan
penurunan berat badan serta perubahan kesadaran akhirnya terjadi fmobflisasi
dan
s

Me chit l kb k kan br n hitis kronik yang dapat mengalami eksaserbasl


akut pada giîirannya menye6abkan penur unan asupan makan, penurunan
kesadaran dan skor ADL ”
20. ıhiah pernyataan yang benar tentang imobilisasi:
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk berpindah {transfer)
Tirah baring > 48 jam
Tromboembolf akibat imobilisasi dagat dicegah dengan antiLoagulan ^
d. lmobllisasi dapat mengakibatkan strok
e. Pneumonia al‹ibat lmobllfsasf dapat dfce ah engan vaksinasi pneumonia

in.Em,dibawa berobat oleh anaknya k karena galadan fungsi bahasa.

21. Kelainan yang mungkin didapat iika di|akukan pemerlksaan neuroimaglng yaitu:
a. Gambaran hipodense pada daerah frontal kiri bawah belakang
b. ambaran hipodense jżzda daerah frontal kanan bawah delakang
Gambaran hlpodense Ada daerah supramarginal lobus parietal kiri
d. Gam6aran’ ipodense Rada bagian atas iobus temporal kanan ,
” n. Gambaran ” odense‘gada daerah temporoparietal kanan

22. P ien, DM, tidak dapat menahan BAk.
a. Inkontinensia urin akut karena infeksi saluran kemih
b. lnkontinensia urin persisten tipe urgency
InLonónensia urin persisten tipe overflow
- d. Inkontinensia urin persisten tipe stress
e. tnkontinensia urin et alvi
23. Pasien datarlg dalam keadawn t\dak saöar...
a. ” ” ” " "”“””

24. P “ - ” AMT pada pasien Vidal dapat dipercaya


berian obat pada pasien geriatri.,.
a. ”tesis obat yang diberikan per ural harus diturunkan karena pada Jansia
terjadi perJanJbatau peristaltic —"
SemuaobatyangimetaboHsmedihatidouszyaha utdRuruntan

d.

25. Pasien usie lanjut sulit senibuh Larena...


aya cadang faali menurun
6. fungsional turun
v ADlburuk
d.
e.
26. Presbiakusis...
a. ih enat‹ kalo bicaranya di dekat teliga dengan suara
keras keruspkan rambut saraf di saJah satu felinga
c. Weber tatera\isasi
Tuli konduktif
e Pada otoskopi tidak ada ]‹elainan
77.
. X tida boieh melakukan pemeriksaan jasman/ karena.,.
a. pasca rehabi\itasi irfatk mioi‹ard altut4 bulan Jalu
b. gula darah
Z8. mponen yang meningkat pada usia lanjUt..,
. ' a. denyut nadi

c. metabolisme basal {
d. massatulang
e.
29. A
30. A
31. Penyebab luka pada lidah dan muLosa muiut...
32. Tidak mau makan pada pasien dapat menyeba6Lan .,
33. Gigi palsu suka terlepas karena... +‘*,'•v t,
34. Salah satu Londisi dominan yang mempengaruhi rangga mutut pasien usla ]anjut:
a. Luksasi sendi temporomandibula
b. Gangguan pencernaan
c. f aries gigi
d. Parafungsi
e: Candidlasis
,››

Obat: insulin, azidim iv, metronidazole. sitnettdin, ofil '

3 mbecian adam pp pasien di atas...


a, Polifarmasi ce
b. Polifarmasi dan overtreatment
y1 Overtreatment
d. Sesuai indikasi . ””

. 6. Diberikan mskenidaz e dan c/ftazidi


a, Infeksi 6akteri anaÀc
b. Infeksi batteri gram positif
feksi bakteri gram negative
Infeksi bakteri gram positlf, gram negative, dan aneroh

kerÌa cefta
dn ksi bakteri anaerob
” b. lnfeksi bakteri gram positif
c, Infeksi öakteri gram negative
, |nfekSi bakteri graFn positif, gram negative, dan anerob

3 Apabila eftazidim diganti ceftriakscin,.


3@\ Interak si obat yan8 mungkin terjadi pada pemberian ubat di atas
40.!, A
a. Merokok membuat Ïnflamasi dan fibrosis paru sehingga terjadi kekakuan rongga
dada
b. Merokok menyebabkan prod«ksi mukus berkurang sehingga peftahann lokal
be knran$
c. Ivlerokok dapat menyebabkan kerusakan silia sehingga resisten terhadap invasi
mikroorganisme
d.
41. Yang bukan alasan menurunkan dosis obat pada usia lanjut...
. IKlirens hepatic untuk remua jenis obat sama

45. c
è6. A
47. A

49. A
50. A
51. A
S2. A
53. A
54. A
55. A
56. A
"o7, A

Anda mungkin juga menyukai