GERIATRI
NPM: 0606066405
Ny W, 68 tahun, janda dengan 4 anak, dibawa ke RS karena bicara meracau sejak 1 hari
sebelum masuk RS.
Seminggu SMRS, pasien jatuh terpleset air seninya yang berceceran di lantai kamar saat sedang
terburu‐buru ke kamar mandi. Saat itu, pasien mengeluh nyeri jika buang air kecil (BAK), anyang‐
anyangan dan sulit untuk menahan BAK manakala rasa ingin berkemih muncul. Selain agak demam,
ia juga merasa mual dan nafsu makan menurun.
Sejak jatuh pasien hanya terbaring di tempat tidur karena nyeri pada pangkal paha kiri.
Sejak 3 hari SMRS, tiap kali makan hanya 4‐5 sendok, minum hanya 1‐2 gelas sehari. Timbul lecet di
daerah bokong. Jika dibantu didudukkan oleh keluarga, pasien tidak kuat lama karena merasa
pusing dan lemas, serta nyeri pada pangkal paha.
2. Dalam konteks pengkajian paripurna pasien geriatri (comprehensive geriatric assessment, CGA),
apa saja yang masih perlu dikaji/dievaluasi pada kasus tersebut (minimal 5)?
o Pengkajian masalah medik (diagnosis medik)
o delirium/ACS
o inkontinensia uri
o infeksi saluran urin
o jatuh
o intake kurang, kemungkinan malnutrisi
o imobilitas
o fraktur columna femoris
o kemungkinan ulkus dekubitus
o hipotensi ortostatik
o perlu melakukan anamnesis sistem, alergi, penyakit keluarga, obat‐obatan,
perawatan sebelumnya, operasi, dan riwayat nutrisi
o Pengkajian status fungsional (diagnosis fungsional)
o Menilai kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas hidup dasar sehari‐
hari
o Nilai skor ADL (active daily living)
3. Jelaskan masalah yang terdapat pada pasien berikut pengkajian masalah yang meliputi dasar
perumusan masalah, patofisiologi/penyebab masalah, diagnosis banding, rencana
diagnosis/pemeriksaan penunjang, rencana terapi (non farmakologik dan farmakologik), dan
edukasi?
Masalah Atas dasar Patofisiologi/dd Rdx
delirium/ACS Bicara meracau sejak Gangguan Kriteria CAM
1 hari SMRS neurotransmiter, (confusional
hiperaktivitas axis assessment method)
Hipotalamus‐
Hipofisis‐Adrenal
DD: demensia
inkontinensia uri air seninya yang Kontrol otonom Fungsi ginjal, gula
berceceran, sulit berkurang, fibrosis darah, urinalisis,
untuk menahan BAK detrusor, kelemahan urodinamik
sfingter
DD: DM, demensia
berat
infeksi saluran urin nyeri jika buang air Bakteri DPL
kecil (BAK), agak DD: striktur saluran Urinalisis
demam urin Kultur urin
jatuh terpleset Faktor eksternal EKG, DPL, uji
(lantai licin akibat keseimbangan
urin)
DD: sinkop, drop
attck, dizziness, CVD,
PPOK, gagal jantung,
malnutrisi, anemia,
efek obat, dll
intake kurang, Sejak 3 hari SMRS Infeksi, depresi DPL, skor GDS, mini
kemungkinan makan hanya 4‐5 DD: gangguan saluran nutritional
malnutrisi sendok, minum hanya cerna, efek obat assessment (MNA)
1‐2 gelas sehari
imobilitas terbaring di tempat Nyeri pangkal paha, ‐
tidur sejak jatuh fraktur columna
femoris
DD: osteoporosis,
CVD, PPOK, gagal
jantung, malnutrisi,
anemia, efek obat, dll
fraktur columna nyeri pada pangkal Karena jatuh Foto polos daerah
femoris paha kiri sejak jatuh DD: dislokasi femur pangkal paha
kemungkinan ulkus lecet di daerah Luka tekan terus ‐
dekubitus bokong menerus
Hipotensi ortostatik duduk tidak kuat lama Baroreseptor yang Ukur TD posisi
karena merasa pusing kurang peka berbaring, duduk,
dan lemas DD: malnutrisi, CVD, berdiri
gagal jantung,
gangguan paru
4. Buatlah kerangka masalah berdasarkan kasus tersebut yang mendeskripsikan hubungan antara
satu masalah dengan masalah yang lain pada pasien tersebut!
delirium
fraktur
Referensi:
Laksmi PW. Kuliah sindrom delirium akut. Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM
Roesheroe, AG. Kuliah sindrom geriatri. Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM
Soejono CH. Kuliah comprehensive geriatric assessment. Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/ RSCM
Nama: Wulunggono
NPM: 0606066405
Tugas: Ulkus Dekubitus
Ulkus Dekubitus
Definisi
Dekubitus adalah kerusakan /kematian kulit sampai
jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai
mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu
area secara terus menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat. Area yang biasa
terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang
dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan,
misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor, dan
spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan
siku.1
Faktor Risiko
Tipe Dekubitus
2
1. Tipe normal, beda temperatur hingga 2,50C dibandingkan kulit sekitar dan akan sembuh
dalam perawatan sekitar 6 minggu. Terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat
tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.
2. Tipe arteriosklerotik, beda temperatur kurang dari 10C dibandingkan kulit sekitar.
Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit arteriosklerotik ikut
berperan untuk terjadinya dekubitus di samping faktor tekanan. Perawatan diharapkan
sembuh dalam 16 minggu.
3. Tipe terminal, terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak dapat menyembuh.
Tekanan darah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg – 33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena
sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Bila
tekanan berlebih maka akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis
jaringan kulit. Sumbatan total pada kapiler masih reversibel bila kurang dari 2 jam. Namun,
seseorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dekubitus selama
dapat berganti posisi beberapa kali per-jamnya.
Derajat I: reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Tampak sebagai daerah
kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
Derajat II: reaksi yang lebih dalam lagi mencapai seluruh dermis dan lapisan subkutan.
Tampak sebagai ulkus yang dangkal, dengan tepi yang jelas dan perubahan pigmen
warna kulit.
Derajat III: ulkus menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung,
berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan
nekrotik yang berbau.
Derajat IV: perluasan ulkus menembus otot, sehingga tampak tulang di dasar ulkus yang
dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
Pengelolaan Dekubitus
Tindakan yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:
Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium atau derajatnya, dan tindakan medik
menyesuaikan apa yang dihadapi (Vander Cammen, 1991).
a. Dekubitus derajat I
Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion,
kemudian dimasase 2-3x/hari.
b. Dekubitus derajat II
Perawatan perlu memerhatikan septik dan antiseptik. Dapat diberikan salep topikal,
mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda. Pergantian balut dan salep
jangan terlalu sering karena justru dapat merusak pertumbuhan yang diharapkan.
d. Dekubitus derajat IV
Selain melakukan seperti derajat dekubitus sebelumnya, jaringan nekrotik harus
dibersihkan sebab dapat menghalangi epitelisasi. Terapi bedah juga dapat dilakukan
dengan transplantasi kulit setempat.1
Pembahasan
Jika melihat ulkus yang diderita oleh pasien saat kunjungan VISITE DPJP, diketahui ulkus sudah
menembus dermis dan lemak subkutan. Bahkan luka sudah terlihat menggaung dan ada sedikit
jaringan nekrotik. Luka tidak berbau karena sebelumnya sudah diperban. Belum tampak adanya
tulang dan infeksi di sekitar luka. Berdasarkan penampilan klinis yang ada dapat disimpulkan
ulkus pada pasien ini ada ulkus derajat III.
Untuk penanganannya perlu pembersihan luka rutin. Perban jangan terlalu tebal agar
udara/oksigen masih dapat masuk. Usahakan pasien dimiringkan tiap 2 jam sekali untuk
meringankan tekanan sejenak dan mencegah iskemik kapiler di daerah tersebut.
Gait Analysis
Gait adalah bagaimana kita menggerakkan tubuh dari suatu tempat ke tempat lain. Aktivitas ini
lebih sering dikerjakan dengan berjalan, atau berlari, atau melompat. Gait analysis adalah sebuah
metode untuk menilai bagaimana kita berjalan atau berlari untuk mengidentifikasi abnormalitas
biomekanik. Gait analysis dilakukan dengan berjalan atau berlari di treadmill. Gait analysis
dikonsentrasikan pada kaki dan tungkai.
Siklus gait dibagi menjadi 2 fase utama, stance dan swing, dengan siklus lengkapnya terdiri dari
2 fase utama tersebut. Fase stance adalah periode di mana kaki masih kontak dengan tanah dan
sama dengan 60% siklus. Fase swing merupakan 40%-nya. Saat berjalan ada periode yang
disebut double stance, di mana kedua kaki kontak dengan tanah. Fase swing dan stance dapat
dibagi lagi menjadi:
Stance
Foot flat – saat di mana seluruh telapak kaki kontak dengan tanah
Mid stance – saat di mana kita mentransfer berat tubuh dari belakang ke depan
Toe off – mendorong dengan jari jempol untuk mendorong tubuh ke depan
Swing
Acceleration – periode dari Toe off ke fleksi lutut maksimum dengan tujuan agar kaki
dapat terangkat dari tanah
Mid-swing – periode antara fleksi lutut maksimum dan pergerakan maju tibia ke posisi
vertikal
Ketika berlari, proporsi yang lebih besar pada siklus adalah fase swing. Hal ini disebabkan kaki
kontak dengan tanah dalam periode yang lebih pendek. Oleh karena itu, tidak ada fase double
stance sehingga kedua kaki tidak menapak tanah, fase ini disebut fase terbang. Ketika kecepatan
berlari semakin meningkat, fase stance akan semakin pendek.4
Daftar Referensi
1. Darmojo RB, Martono HH, editors. Buku ajar geriatri: ilmu kesehatan usia lanjut. Edisi
pertama. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1999. hal.
214-22.
2. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, editors. Hazzard’s geriatric medicine and
gerontology. 6th Ed. New York: McGraw-Hill; 2009. p. 715.
3. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. hal. 1388.
4. Sports Injury Clinic. Gait analysis [update 2009; cited 2009 October 17]. Available from:
http:// www.sportsinjuryclinic.net
Nama: Wulunggono
NPM: 0606066405
Penyakit parkinson
Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang penyebabnya belum diketahui. Pasien
dengan penyakit ini memiliki karakteristik resting tremor, rigiditas, pergerakan yang lambat,
tulisan tangan yang kecil-kecil, dan instabilitas. Pada progesivitas penyakit ini setelah beberapa
tahun, demensia akan timbul, terutama pada pasien lansia.
Gangguan motorik pada penyakit Parkinson didapatkan dari hilangnya neuron-neuron berpigmen
pada substansia nigra pars compacta. Substansia nigra merupakan massa sel pada midbrain yang
merupakan bagian dari sistem basal ganglia yang terlibat dalam regulasi pergerakan volunter.
Neuron ini mengarah ke putamen dan nukleus caudatum, di mana dopamin dikeluarkan.
Neurotransmisi dopaminergik pada striatum ini merupakan langkah awal jalur sinyal yang
melalui globus pallidus, nukelus subtalamikus, dan talamus hingga ke korteks motorik.1
Berkurangnya pelepasan dopamin di corpus striatum membuat neuron pascasinaps di corpus
striatum menjadi hiperaktif.2 Gejala parkinson baru dimulai jika lebih dari setengah neuron
dopaminergik menghilang.
Levodopa
Levodopa akan diabsorpsi di traktus gastrointestinal, dapat melalui blood-brain barrier (BBB)
namun kadar obat akan berkurang. Setelah melalui BBB akan diubah menjadi dopamin oleh
aromatik 1-amino acid decarboxilase (AAAD). Akhirnya terjadi peningkatan konsentrasi
dopamin yang dapat meningkatkan konduksi neuron dan memperbaiki gejala parkinson.
Sebelum masuk BBB konsentrasi levodopa akan berkurang karena terjadi breakdown sepanjang
perjalanannya. Karena itu levodopa sering dikombinasikan dengan carbidopa yang merupakan
inhibitor AAAD perifer untuk mencegah breakdown tersebut. Dosis levodopa yang diperlukan
akan berkurang dan efek sampingnya juga akan berkurang.1
Haloperidol
Haloperidol merupakan obat untuk antipsikotik. Haloperidol akan mempengaruhi efek
neurotransmiter di otak. Obat ini akan memblokade reseptor neurotransmitter (terutama reseptor
dopamin dan serotonin type-2) di neuron. Oleh karena dapat menghambat efek dopamin, obat ini
dapat memperburuk penyakit Parkinson dan berlawanan dengan efek levodopa.3
Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD)
Pasien demensia seringkali memperlihatkan gejala perilaku dan problem psikologik. Gejala
tersebut bervariasi dari bentuk apati dan depresi sampai agitasi dan agresif. Gejala psikotik
seperti halusinasi dan waham juga dapat muncul. BPSD sering ditemukan pada pasien rawat
jalan. BPSD menimbulkan hendaya baik pada pasien maupun caregiver, dan seringkali
menyebabkan pasien harus dirawat di rumah sakit.
BPSD secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 bentuk, yaitu gejala yang didapat berdasarkan
wawancara (anksietas, depresi, halusinasi, delusi) dan gejala yang berdasarkan observasi
(agresivitas, berteriak-teriak, gelisah, wandering, disinhibisi seksual dan agresivitas verbal).
Proses penyakit mempengaruhi susunan saraf pusat menyebabkan BPSD. Gejala pada BPSD
dapat berbentuk depresi, anksietas, insomnia, perilaku yang tidak terkontrol, psikotik dan
lainnya. Pasien umumnya dapat memperlihatkan gejala lebih dari satu, misalnya perilaku yang
tidak terkontrol biasanya timbul bersamaan dengan gejala psikotik, sedangkan depresi biasanya
timbul bersamaan dengan insomnia.
Tata laksana
Tata laksana demensia bersifat paliatif, meliputi pemberian nutrisi yang tepat,
berolahraga, dan supervisi dari aktivitas sehari-hari. Obat dapat membantu dalam
mengatasi agitasi dan gangguan perilaku. Propranolol, pindolol, buspiron, dan valproat
dilaporkan membantu mengurangi agitasi dan agresi. Haloperidol dan obat penghambat
dopamin potensi tinggi lain digunakan untuk mengontrol gangguan perilaku yang akut.
Beberapa pasien demensia Alzheimer menunjukkan perbaikan kognitif dan fungsi ketika
diobati dengan tacrine atau donepezil. Ada beberapa studi yang melaporkan bahwa
pemberian suplemen vitamin (400 sampai 600 mg sehari) dapat menghambat progresivitas
demensia.4
Sumber:
1. Lewitt, PA. Levodopa for the treatment of parkinson’s disease. N Engl J Med 2008;359:2468-76.
2. Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2002: p. 159-72
3. MedicineNet. [updated 2000 August 19; cited 2009 October 27]. Available from:
http://www.medicinenet.com/haloperidol/article.htm
4. Damping, CE. Psikiatri geriatri. 2007. hal. 9
Nama: Wulunggono
NPM: 0606066405
Anamnesis. Pasien, Ny S, 63 tahun mengeluhkan nyeri lutut kanan dan kiri yang memberat
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Seminggu lalu kedua lutut terasa sakit terutama saat
mau duduk dan berjalan sehingga lebih banyak berpegangan untuk menghindari jatuh. Telapak
kaki dan tangan kesemutan tapi tidak menjalar. Sebelumnya pasien menggunakan obat
counterpain namun nyeri tidak hilang. Lima tahun lalu pasien pernah menderita stroke, sudah
pulih namun pendengaran telinga kiri berkurang. Pasien sudah tidak bekerja sebagai penjahit.
Pasien menikah dan dikaruniai 2 anak dan 4 cucu. Pasien menghadiri pengajian seminggu sekali.
Tidak ada caregiver. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya di rumah yang berlantai
keramik, penerangan cukup, kloset duduk, dan tangga berpegangan. Riwayat jatuh (-). Pasien
makan 1x sehari.
Pemeriksaan. Fisik: TD 125/80 mmHg (duduk), nadi 80x/menit, TB 155 cm, BB 61 kg suhu
afebris. Pasien memakai kacamata, operasi retina mata kiri karena ada selaput di retina,
gangguan pendengaran (+) kiri pasca stroke, OH baik, gigi palsu (+) terpasang baik. Jari kaki
halux valgus sejak muda. Lutut kanan terasa lebih nyeri, bengkak (-), merah (-), kaku (-),
krepitasi (+), skor VAS 5. Tes keseimbangan DBN kecuali balans satu kaki berpegangan. MMSE
29, GDS tidak menunjukkan gejala depresi, indeks Barthel 19, skor IADL 9. Impairment: OA
genu, halux valgus, dan gangguan pendengaran pasca stroke. Disability (-), Handicap (-). Goal:
menghilangkan nyeri di lutut.
Rencana diagnosis: tes lab RF, ANA; foto polos lutut. Rencana terapi: asetaminofen,
glukosamin dan kondroitin. Program rehabilitasi medik: turunkan berat badan pasien, latihan
menguatkan otot hamstring selama 6 detik sehabis sholat, terapi TENS (transelectrical nerve
stimulation). Evaluasi: rasa nyeri. Prognosis. Ad vitam: dubia ad bonam; ad functionam: dubia
ad bonam; ad sanactionam: dubia ad malam.
KERJA POLI GERIATRI TERPADU
Anamnesis. Ny M, 67 tahun, mengeluhkan nyeri dada kiri sejak 5 jam sebelum masuk rumah
sakit yang didahului oleh nyeri pinggang. Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk, rasa berat (+),
menjalar ke lengan kiri. Sesak (+). Pasien kontrol rutin ke poli kardiologi. Pasien pernah
dipasang stent Mid LAD bulan November 2007. BAK dan BAB tak ada gangguan. Riwayat
jatuh (-).aktivitas mandiri sebelum sakit. Hipertensi (+) > 20 tahun. Pasien menikah dan
dikaruniai 5 orang anak dan 10 cucu. Kegiatan sehari-hari hanya di rumah dan merawat cucu
bersama anaknya.
Pemeriksaan. Fisik: kompos mentis, tampak sakit sedang, TD 150/90 mmHg, nadi 72x/menit,
suhu afebris, pernapasan 20x/menit. Keadaan gizi sedang, rambut beruban, OH kurang, jantung
paru abdomen DBN. Tulang belakang kifosis (+). Penunjang: CK 76, CKMB 46, Hb 11,5 g/dL,
LDL 163 mg/dL, HDL 50 mg/dL. Cor angiography: stent patent non significant CAD; EKG:
LVH (+); foto polos lumbal: hipolordosis lumbal; CTR: 50%. MMSE tak dilakukan, GDS: tidak
menunjukkan gejala depresi. Daftar Masalah: dislipidemia, hipertensi grade I, CAD, unstable
angina pektoris, LBP, dan OH kurang.
Rencana diagnosis: profil lipid, ukur tensin darah rutin, EKG, uji latih, kadar troponin T atau I,
CK-MB dan konsul ke bagian Gigi dan Mulut untuk masalah OH kurang. Rencana terapi
farmakologis: simvastatin, captopril 2x12,5 mg, ascradia 1x80 mg, propanolol, ibuprofen, dan
omeprazole serta betadine gargle. Rencana terapi non-farmakologis: ubah lifestyle, pola
makan sehat, olahraga ringan dan teratur, kurangi makanan berlemak dan kurangi asupan garam,
hindari pekerjaan berat, hindari berdiri lama tanpa berpegangan, dan menyikat gigi secara benar
dan teratur. Prognosis. Ad vitam: dubia ad malam; ad functionam: dubia ad bonam; ad
sanactionam: malam.
Anamnesis. Pasien, Ny S, 60 tahun, mengeluhkan gemetar pada kedua tangan serta tidak dapat
berjalan tanpa bantuan sejak 1 bulan yang lalu. Empat tahun yang lalu pasien merasakan gemetar
pada tangan kanan. Gejala memberat sehingga pasien tidak lagi dapat berjualan. Kemudian
pasien merasa kaki kanan semakin berat ketika berjalan. Pasien berobat ke RS Budi Asih dan
didiagnosis menderita Parkinson. Sejak 3 tahun lalu pasien mulai sulit bicara dan merasa otot-
otot wajah dan leher semakin kaku. Keluhan gemetar juga dirasakan pada tangan kiri. Pasien
kontrol di RS Budi Asih selama 3 tahun. Tahun 2008 pasien berobat ke RSCM. Pasien mulai
sulit berjalan dan kekakuan dirasa memberat pada kedua tangan dan kaki sehingga berjalan
semakin lambat dengan membungkuk seperti robot, disertai gerakan yang terbatas. Pasien sering
berhalusinasi mendengar suara, mudah curiga pada suami. Dua bulan lalu pasien mengeluh mulai
sering lupa menaruh barang dan tidak bisa konsentrasi. Sejak 1 bulan lalu pasien mengalami
imobilisasi karena kaku di tangan, kaki, dan leher. Kegiatan sehari-hari dibantu keluarga, makan
minum kadang tersedak, riwayat jatuh selama sakit (+), ekspresi wajah kurang, dan hipersalivasi
(+). Riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga (-). Pasien menikah dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Hasil Skor GDS: 7 (pasien memiliki resiko depresi).
Pemeriksaan. Fisik: kompos mentis, tampak sakit sedang, TD 110/80 mmHg, nadi 76x/menit,
suhu 360C, pernapasan 20x/menit. Jantung paru abdomen DBN. Resting tremor (+/+),
bradikinesia (+), rigiditas cogwheel (+/+), gangguan BAK dan BAB (-). Daftar masalah:
Parkinson dan demensia dengan gangguan psikotik. Rencana diagnosis: pemeriksaan brain CT-
Scan, konsul ke poliklinik psikiatri, pemeriksaan DPL, TSH, kadar vitamin B12, dan elektrolit.
Rencana terapi: Madopar 3 x 250 mg, Sifrol 3 x 0,375 mg, Vit B6-B12-As. Folat 3x1.
Prognosis: Ad vitam: bonam; ad functionam: dubia ad malam; ad sanactionam: dubia ad malam.
LAPORAN KAJIAN INSTABILITAS
POSTURAL MODUL PRAKTIK KLINIK
GERIATRI
1. Identitas Pasien
Nama : Ny B
Usia : 72 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : tidak sekolah
Alamat : Kampung Jawa
Pasien rawat inap
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perutnya terasa
membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini juga disertai bengkak pada kedua
kaki. Demam (-), sesak (-), muntah hitam (-), BAB hitam (-). Pasien datang ke RS dengan
keluhan nyeri perut yang memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terutama
dirasakan pasien sekitar perut bagian bawah. Nyeri terus menerus, memberat, dan menjalar
sampai pinggang belakang. Keluhan nyeri disertai perut yang membengkak semakin lama
semakin besar. Bengkak seperti kantung berisi cairan. Bengkak di perut ini
mengganggunya untuk berjalan.
Demam (-), jumlah BAK berkurang. Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (-),
gangguan tidur (-), batuk (-), wheezing (-), nyeri dada (-). BAB 1 x per hari, masih bisa
ditahan. BAK bisa ditahan, riwayat 3 hari sebelum masuk rumah sakit tidak bisa ditahan.
Pasien memakai pampers.
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah jatuh 2x di WC karena lantai licin pada 35 tahun yang lalu dan jatuh 1x pada
10 tahun yang lalu karena menabrak ember yang ditaruh sembarangan. Saat setelah jatuh
itu pasien masih sadar dan dapat bangkit kembali. Pasien hanya mengalami luka dengan
sedikit memar. Tidak ada luka serius atau gejala lain setelah itu. Waktu itu posisi jatuh
pasien terperosok ke depan.
Pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati pada tahun 2008 dan kontrol rutin di poli
geriatri RSCM. Pasien menerima obat captopril 2 x 12,5 mg. Pasien juga memiliki
hipertensi (pasien kurang mengetahui tepatnya kapan). Penyakit diabetes (-), gangguan
jantung (-), TB (-). Aktivitas mandiri (sebelum sakit), riwayat jatuh (+) 3 kali, gangguan
penglihatan (-), gangguan pendengaran (-).
Riwayat Psikososial
Riwayat Keluarga:
Pasien menikah dan dikaruniai 7 orang anak. Suami pasien sudah meninggal karena
depresi. Pasien juga sudah memiliki 14 orang cucu dan 2 orang cicit. Pasien mengeluhkan
bahwa kini anak-anak dan menantunya sudah tidak perhatian lagi dengannya dan sibuk
dengan urusan masing-masing. Hanya saat ia menderita berbagai penyakit dan dirawat
barulah anak- anaknya datang menghampiri.
Aktivitas sosial/keagamaan/rekreasi:
Pasien hampir amat jarang berekreasi. Keseharianya hanya sekedar tegur sapa dengan
keluarga, tetangga, dan kawan seusia. Pasien senang merangkai bunga. Pasien pun masih
pergi beribadah ke gereja namun tidak rutin.
Riwayat Kepribadian:
Saat ditemui pasien hampir selalu sendirian. Anak-anaknya terihat jarang menemui dan
mengajak obrol. Sekalipun datang hanya menemani saja. Pasien mudah diajak bicara
terutama terkait hal masa lalu dan pengalamannya. Ia pun masih ingat betul kapan dan di
mana peristiwa tertentu yang ia alami. Namun, sesekali pasien langsung menangis seketika
jika ditanya tentang keluarganya, terutama dalam hal perhatian.
Analisis Finansial:
Pasien mengaku bahwa sebelum sakit ia masih berdagang kecil-kecilan. Jumlah pendapatan
per hari sekitar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00. Dalam sebulan mendapat kira-kira 400 ribu –
600 ribuan. Biaya hidup dalam sebulan sekitar 1.200.000 sehingga sangat kurang
dibandingkan dengan penghasilan yang ia miliki. Kekurangan biaya hidup ditutupi oleh
anak- anaknya. Jika sudah sehat kembali pasien ingin segera berdagang lagi.
Coping mechanism:
Saat menghadapi masalah biasanya pasien lebih menyukai disimpan sendiri. Pasien
mengaku terkadang ia tertawa saja saat mengingat masalah-masalahnya. Namun, seringkali
pula ia bercerita panjang lebar ke orang lain mengenai anak-anak yang kurang perhatian
kepadanya.
Waktu Perjalanan Klinik Penyakit Perubahan status fungsional
+/- 10 hari lalu Perut terasa bengkak Belum ada
+/- 10-3 hari yang lalu Nyeri di ulu hati Berjalan mulai terganggu
3 hari lalu hingga kini Nyeri perut memberat di Berjalan menjadi sulit
bagian perut bawah, perut
makin membengkak, keluhan
menjalar sampai pinggang
belakang
4. Pemeriksaan Jasmani
Tanda Vital
o Tekanan darah : 110/70 mmHg dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun
berdiri
o Nadi : 88x/menit
o Pernapasan : 20 x/menit
o Suhu : 37°C
o Berat Badan : 62 kg
o Tinggi Badan : 146 cm
Mulut
o Higiene oral : buruk
o Gigi palsu : tidak ada
Kulit
o Bercak kemerahan : tidak ada
o Kelembaban : biasa
o Ulkus dekubitus : tidak ada
Paru-paru
o Sesak : tidak ada
o Ekspansi rongga dada : normal, simetris
o Auskultasi : vesikuler, ronki (-), mengi (-)
Abdomen: asites (+), nyeri tekan (-), bising usus (+) N, hati dan limpa sulit dinilai
Pendengaran dalam batas normal
Penglihatan dalam batas normal
Ekstremitas: akral hangat, pitting edema (+) tibia
Analisis pola jalan, sikap tubuh, dan alat bantu
o Pola jalan : langkah pendek
o Sikap tubuh : normal
o Alat bantu : tidak digunakan
Muskuloskeletal
o Deformitas : tidak ditemukan
o Nyeri : (-)
Penilaian motorik
Penilaian Motorik Motorik LGS Tonus Refleks
Anggota Tubuh Atas
Bahu Skor : 5/5 normal hipotonus
Siku Skor : 5/5 normal hipotoni Positif
Pergelangan tangan Skor : 5/5 normal hipotoni
Jari-jari tangan Skor : 5/5 normal Hipotoni
Anggota Tubuh Bawah
Paha Skor : 5/5 normal hipotoni
Lutut Skor : 5/5 normal Hipotnik Positif
Pergelangan Kaki Skor : 5/5 normal Hipotonik Positif
Jari kaki Skor : 5 normal hipotoni
Penilaian neurologis
o Fungsi luhur
Berbahasa/memori : baik
Visuospasial/emosi : baik
o Fungsi bicara
Disfonia : (-)
Disartria : (-)
o Fungsi menelan : baik
o Koordinasi
Jari-hidung : tidak dilakukan
Tumit-lutut : tidak dilakukan
Romberg : tidak dilakukan
Pemeriksaan keseimbangan
MANUVER NORMAL BANTUAN ABNORMAL
Balans dengan mata Mampu berdiri Mampu berdiri, Gejala tidak mampu
tertutup (Romberg tanpa berpegangan kedua kaki atau butuh
Test) dengan ke‐2 kaki tidak merapat berpegangan pada
merapat obyek
Balans (360o) Tanpa berpegangan, Gerakan tidak mulus Gejala tidak mampu
berputar gerakan mulung atau berpegangan pada
obyek
Dorongan pada Mampu menahan Perlu menggerakkan Mampu jatuh atau perlu
sternum 3 kali kaki tapi dapat menolong untuk
menahan mempertahankan
keseimbangan keseimbangan
Bending down Mampu berdiri Mampu berdiri tapi Tidak mampu berdiri
(pasien diminta tanpa berpegangan perlu menggerakkan diam atau tegak seperti
mencoba mengambil tubuh lengan atau benddown atau perlu
sesuatu benda kecil berpegangan pada gerakan motorik
seperti ball point) sesuatu sehingga berdiri
Sitting down (duduk Mampu berdiri Perlu bantuan lengan Jatuh dari kursi, salah
kembali) tanpa berpegangan untuk dikursi atau menduga gerakan
gerakan tidak tidak
halus
6. Pemeriksaan Psikiatrik
Pemeriksaan MMSE
Nilai
ORIENTASI
Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5/5
Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5/5
REGISTRASI
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda: satu detik untuk setiap benda. 3/3
Pasien diminta mengulangi nama ketiga objek tersebut. Berilah nilai 1 untuk tiap
nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan
benar:
(bola, kursi, buku) Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah: 3 kali
ATENSI DAN KALKULASI
Pengurangan 100 dengan 7, nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan 5/5
setelah 5 jawaban, atau eja terbalik “WAHYU” (Nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan, misal UYAHW = 2)
MENGENAL KEMBALI
Pasien diminta menyebut kembali 3 nama objek yang di atas tadi. Berikan nilai 1 3/3
untuk tiap jawaban yang benar.
BAHASA
Apakah nama benda ini? Perlihatkan pinsil atau arloji 2/2
Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut: “Jika tidak, dan atau tapi” 1/1
Pasien diminta melakukan perintah “Ambillah kertas itu dengan tangan anda, 3/3
lipatlah
menjadi dua dan letakkan di lantai.”
Pasien disuruh membaca, lalu melakukan perintah kalimat “Pejamkan mata anda” 1/1
Pasien diminta menulis kalimat lengkap dengan spontan (tulis apa aja) 1/1
Pasien diminta menggambar bentuk berikut ini 1/1
Skor 30/30
Pemeriksaan Penapisan Depresi (GDS)
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan YA
anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan? YA
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Tidak
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan tidak
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda tidak
dibandingkan kebanyakan orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? Tidak
13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda? Tidak
Skor 2
7. Pemeriksaan Penunjang
Darah:
Hb: 8,8 Ht: 26 Limfosit: 2400 Trombosit: 73000 MCV: 99 MCH:34 GDS: 85
Elektrolit: 143 (Na)/ 4,2 (K)/ 113 (Cl) Cr: 0,9 CCT: 58,5 SGPT: 31
Urin:
Epitel: (+) Leukosit: 2-3 Eritrosit: banyak bakteri: (-) Kristal: (-)
Lain-lain:
EKG: ST no change, HR: 75x/menit, LVH (-), RVH (-), BBB (-)
USG Abdomen tanggal 18 Desember 2008; sirosis hepatis dengan asites, splenomegali,
hipertensi portal
8. Diagnosis
Medik :
Asites dengan riwayat SBP perbaikan
Atas dasar: pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati, splenomegali dan
hipertensi portal tahun 2008. Berdasarkan hasil PF ditemukan asites (+), edema tibia (+)
pitting. Nyeri perut bagian bawah semakin lama semakin berat.
Rencana diagnosis: paracentesis asites, kultur cairan asites.
Rencana terapi: cefotaxime 3x1 gr, diuretik, azitromisin 1x500
mg
DIC dekompensata
Atas dasar: pasien memiliki riwayat sirosis hati yang dapat menurunkan produksi faktor
koagulasi
Rencana diagnosis: kadar D-dimer, fibrinogen, PT, dan
APTT Rencana terapi: transfusi FTP 900 cc, cek APTT post
transisi
SH dekompensata
Atas dasar: riwayat pasien menderita sirosis
hati Rencana diagnosis:
Rencana terapi: diet hati III 1900 kkal, lactulac 3xCI, cefotaxime 3x1 mg
Hematuria Mikroskopis
Atas dasar: hasil laboratorium, mual, dan hematuria.
Rencana Diagnosis: tes fungsi ginjal, USG ginjal, kultur
urin.
Rencana Terapi: membatas jumlah minum jika diketahui fungsi ginjal buruk, menjaga
kebersihan alat kelamin.
Anemia makrositer
Atas dasar: dari hasil anamnesis diketahui pasien berkurang asupan makanannya. Dari
hasil pemeriksaan penunjang diketahui Hb 8,8. MCV 99. Pasien pun mengalami
hematuria.
Rencana diagnosis: retikulosist, morfologi, schilling test
Rencana terapi: observasi
CAD anteroseptal
Atas dasar: pasien memiliki faktor risiko CAD seperti:
hipertensi Rencana Diagnosis: echocardiografi
Rencana Terapi: Ascardia 1x80mg sebagai terapi untuk mencegah timbulnya infark.
Hipertensi terkontrol
Atas dasar: pasien mempunyai riwayat hipertensi, namun terkontrol tiap bulannya.
Rencana diagnosis: asam urat, profil lipid, EKG
Rencana terapi: captopril 2x12,5 mg
9. Resume
Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan jatuh
pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik. Faktor risiko intrinsik meliputi
faktor risiko yang ada pada pasien sedangkan ekstrinsik adalah yang terdapat
di lingkungan.
Evaluasi yang komprehensif terdiri atas riwayat jatuh dan medis yang rinci,
pemeriksaan fisik, pengkajian cara berjalan, dan keseimbangan, pengkajian
terhadap kondisi lingkungan tempat pasien tinggal atau terjatuh, serta pada
keadaan tertentu, pemeriksaan laboratorium.
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien sudah 3 kali jatuh dengan peyebab yang
sama, yaitu tersandung barang-barang yang berceceran di kamar mandi. Dari
riwayat medisnya, pasien menderita pneumonia dan gangguan jantung,
tentunya sangat berpengaruh terhadap instabilitas seseorang. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan asites yang masif di perut yang melorot ke
bawah jika pasien berdiri. Oleh karena itu pasien merasa sulit untuk berjalan
dan mudah lelah. Selain itu dari pemeriksaan motorik didapatkan otot-otot
sudah mengalami hipotoni yang melemahkan kekuatan otot untuk
berkontraksi.
pasien sampai saat ini tidak memakai alat bantu jalan. Hanya saja saat
berjalan perlu ditemani atau dipapah. Jika asites, kelemahan otot, dan infeksi
pneumonia sudah teratasi maka pasien kemungkianan besar dapat berjalan
lebih lancar. Pasien harus diberi edukasi lebih lanjut tentang faktor risiko
intrinsik dan ekstrinsik yang dapat menyebabkan pasien jatuh sehingga dapat
mengeclkan kemungkinannya untuk jatuh lagi..
Kerangka Masalah
Bahaya lingkungan
terpleset
Proses menua
jatuh instabilitas
sincop
Penyakit medis
Kerentanan
Faktor risiko terkait usia
Referensi
Setiati S, Laksmi PW. Gangguan Keseimbangan, Jatuh, dan Fraktur dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2007.
Identitas Pasien
Keluhan Utama
Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perutnya terasa
membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini juga disertai bengkak pada kedua
kaki. Demam (-), sesak (-), muntah hitam (-), BAB hitam (-).
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri di perut bagian bawah
semakin lama semakin berat. Demam (-), jumlah BAK berkurang. Nafsu makan menurun,
mual (+), muntah (-), gangguan tidur (-), batuk (-), wheezing (-), nyeri dada (-).
BAB 1 x per hari, masih bisa ditahan. BAK bisa ditahan, riwayat 3 hari sebelum masuk
rumah sakit tidak bisa ditahan. Pasien memakai pampers. Aktivitas mandiri, riwayat jatuh
(+) 3 kali, gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-).
Pasien pernah menerima transfusi darah pada tahun 1976 saat melahirkan anak. Pasien
pernah jatuh 2x di WC karena lantai licin pada 35 tahun yang lalu dan jatuh 1x pada 10
1
tahun yang lalu. Saat itu pasien masih sadar dan dapat bangkit kembali. Pasien pernah
didiagnosis
2
menderita sirosis hati pada tahun 2008 dan kontrol rutin di poli geriatri RSCM. Pasien juga
memiliki hipertensi (pasien kurang mengetahui tepatnya kapan). Penyakit diabetes (-),
gangguan jantung (-), TB (-).
Riwayat Psikososial
Riwayat Keluarga:
Pasien menikah dan dikaruniai 7 orang anak. Suami pasien sudah meninggal karena
depresi. Pasien juga sudah memiliki 14 orang cucu dan 2 orang cicit. Pasien mengeluhkan
bahwa kini anak-anak dan menantunya sudah tidak perhatian lagi dengannya dan sibuk
dengan urusan masing-masing. Hanya saat ia menderita berbagai penyakit dan dirawat
barulah anak- anaknya datang menghampiri.
Caregiver:
Pasien kini dirawat secara bergantian oleh Ita, Sio, dan Parlin (anaknya).
Aktivitas sosial/keagamaan/rekreasi:
Pasien hampir amat jarang berekreasi. Keseharianya hanya sekedar tegur sapa dengan
keluarga, tetangga, dan kawan seusia. Pasien senang merangkai bunga. Pasien pun masih
pergi beribadah ke gereja namun tidak rutin.
Riwayat Kepribadian:
Saat ditemui pasien hampir selalu sendirian. Anak-anaknya terihat jarang menemui dan
mengajak obrol. Sekalipun datang hanya menemani saja. Pasien mudah diajak bicara
terutama terkait hal masa lalu dan pengalamannya. Ia pun masih ingat betul kapan dan di
mana peristiwa tertentu yang ia alami. Namun, sesekali pasien langsung menangis seketika
jika ditanya tentang keluarganya, terutama dalam hal perhatian.
Analisis Finansial:
Pasien mengaku bahwa sebelum sakit ia masih berdagang kecil-kecilan. Jumlah pendapatan
per hari sekitar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00. Dalam sebulan mendapat kira-kira 400 ribu –
600 ribuan. Biaya hidup dalam sebulan sekitar 1.200.000 sehingga sangat kurang
dibandingkan dengan penghasilan yang ia miliki. Kekurangan biaya hidup ditutupi oleh
anak- anaknya. Jika sudah sehat kembali pasien ingin segera berdagang lagi.
Coping mechanism:
Saat menghadapi masalah biasanya pasien lebih menyukai disimpan sendiri. Pasien
mengaku terkadang ia tertawa saja saat mengingat masalah-masalahnya. Namun, seringkali
pula ia bercerita panjang lebar ke orang lain mengenai anak-anak yang kurang perhatian
kepadanya.
Pemeriksaan Jasmani
WHO UNESCAP
Apakah Bapak mengalami kesulitan untuk melihat walaupun mengenakan kacamata? 1
Apakah Bapak mempunyai kesulitan pendengaran walaupun menggunakan alat bantu 1
dengar?
Apakah Bapak mengalami kesulitan berjalan? 2
Bapak mengalami kesulitan mengingat sesuatu atau sulit berkonsentrasi? 2
Bapak mengalami kesulitan merawat diri sendiri? 2
Apakah Bapak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi? 1
Pemeriksaan Penunjang
Darah:
Hb: 8,8 Ht: 26 Limfosit: 2400 Trombosit: 73000 MCV: 99 MCH:34 GDS: 85
Elektrolit: 143 (Na)/ 4,2 (K)/ 113 (Cl) Cr: 0,9 CCT: 58,5 SGPT: 31
Urin:
Epitel: (+) Leukosit: 2-3 Eritrosit: banyak bakteri: (-) Kristal: (-)
Lain-lain:
EKG: ST no change, HR: 75x/menit, LVH (-), RVH (-), BBB (-)
USG Abdomen tanggal 18 Desember 2008; sirosis hepatis dengan asites, splenomegali,
hipertensi portal
Diagnosis
Medik
Asites dengan riwayat SBP perbaikan
Atas dasar: pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati, splenomegali dan
hipertensi portal tahun 2008. Berdasarkan hasil PF ditemukan asites (+), edema tibia (+)
pitting. Nyeri perut bagian bawah semakin lama semakin berat.
Rencana diagnosis: paracentesis asites, kultur cairan
asites. Rencana terapi: cefotaxime 3x1 gr, diuretik
DIC dekompensata
Atas dasar: pasien memiliki riwayat sirosis hati yang dapat menurunkan produksi faktor
koagulasi
Rencana diagnosis: kadar D-dimer, fibrinogen, PT, dan
APTT Rencana terapi:
SH dekompensata
Atas dasar: riwayat pasien menderita sirosis
hati Rencana diagnosis:
Rencana terapi:
Intake kurang + dispepsia
Atas dasar: pada anamnesis didapatkan gejala mual(+), perut terasa begah, nafsu makan
menurun. Ada nyeri ulu hati.
Rencana diagnosis: endoskopi, albumin, penimbangan berat badan tiap minggu.
Rencana terapi: omeprazole 2x20 mg, sukralfat 4x1 sendok, domperidon 3x10 mg
Hematuria Mikroskopis
Atas dasar: hasil laboratorium, mual, dan hematuria.
Rencana Diagnosis: tes fungsi ginjal, USG ginjal, kultur
urin.
Rencana Terapi: membatas jumlah minum jika diketahui fungsi ginjal buruk, menjaga
kebersihan alat kelamin.
Anemia mikrositer
Atas dasar: dari hasil anamnesis diketahui pasien berkurang asupan makanannya. Dari
hasil pemeriksaan penunjang diketahui Hb 8,8. Pasien pun mengalami hematuria.
Rencana diagnosis: analisis hemoglobin
Rencana terapi:
CAD anteroseptal
Atas dasar: pasien memiliki faktor risiko CAD seperti:
hipertensi Rencana Diagnosis: echocardiografi
Rencana Terapi: Ascardia 1x80mg sebagai terapi untuk mencegah timbulnya infark.
Hipertensi terkontrol
Atas dasar: pasien mempunyai riwayat hipertensi, namun terkontrol tiap bulannya.
Rencana diagnosis: kontrol pemeriksaan tekanan darah rutin
Rencana terapi: propanolol
Psikiatrik
Mild Cognitive Impairment merupakan sindrom di mana kemampuan kognitif menurun
dibandingkan dengan usia dan level pendidikan, tetapi tidak mempengaruhi aktivitas
sehari-hari. Prevalensi mencapai 19% pada pasien > 65 tahun (pasien berumur 72
tahun). Atas Dasar: dari anamnesis pasien dan hasil score AMT 9, fungsi memori yang
tidak sesuai dengan umur dan pendidikan pasien, aktivitas sehari-hari pasien masih
baik, fungsi kognitif umum masih baik, dan pasien tidak mengalami demensia.
Rencana Terapi: perbaiki kondisi medis umum dan psikoterapi suportif.
Fungsional
Penilaian menggunakan indeks Barthel. Saat aktivitas sehari-hari ketika pasien sehat,
pasien dapat melakukan secara mandiri. Indeks Barthel saat itu mencapai 20. Namun,
setelah masuk RS didapatkan skor menjadi 18 yang berarti pasien memiliki
ketergantungan ringan.
Ketergantungan ringan
Atas Dasar: dari anamnesis dan hasil score ADL Barthel 18.
Rencana Terapi: (1) mengatasi masalah medis utama terlebih dahulu, yaitu pada pasien
ini adalah asites akibat SBP, CAP dd TB paru, DIC dan SH dekompensata, CAD
anteroseptal, dan intake kurang serta dispepsia. (2) Mencegah komplikasi berupa
gangguan kognitif, inkontinensia. Mengkondisikan lingkungan yang lebih baik untuk
melatih kemampuan adaptasi pasien. (3) mengumpulkan keluarga dan
menginformasikan serta memotivasi agar pasien dapat lebih diperhatikan dan dibantu
dalam aktivitasnya sehari-hari
Resume Kajian Fungsi Kognitif Pasien
Rencana Terapi: dimulai dengan perbaikan kondisi umum pasien dan terapi psikis
suportif untuk membuat pasien lebih dapat menyesuaikan diri. Pasien hendaknya
juga diajak oleh keluarganya untuk menstimulasi fungsi kognitif, mental, dan sosial.
Selain itu pasien juga dapat diberikan obat-obatan inhibitor kolinesterase dan
tatalaksana terhadap faktor risiko.
Identitas Pasien
1
umum baik
12. Gangguan pendengaran Konsul THT
Hendaya Keterangan
1. Imobilisasi Parsial Rawat inap
2. Inkontinensia uri et alvi Keadaan pasien lemah dengan komplikasi
dipikirkan adanya gangguan koagulasi
3. Instabilitas dengan riwayat Gangguan penglihatan ec katarak dan retinopati
jatuh
4. Gangguan penglihatan Katarak senilis dd retinopati diabetikum
5. Gangguan pendengaran Gangguan konduksi dd neural
Kajian
1. Omeprazol
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Potensi interaksi
2. Sukralfat
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Potensi interaksi
Makna klinis
3. Domperidon
Farmakodinamik
Potensi interaksi
Makna klinis
4. Levofloxacin
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Potensi interaksi
5. Ceftriakson
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Potensi interaksi
Makna klinis
Farmakodinamik
Potensi interaksi
Makna klinis
Untuk batuk berdahak, batuk yang disebabkan flu, batuk karena asma
dan bronkhitis akut atau kronis. Pada pasien ini inhalasi bisolvon
digunakan untuk pengencer dahak (ekspektoran).
7. Ambroxol
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Potensi interaksi
Makna klinis
6. Hipoalbumin
Diet ekstra putih telur 3 butir per hari.
7. Imobilisasi parsial
Pasien dimiringkan ke kiri dan ke kanan tiap 2 jam dan mobilisasi bertahap.
10. OHB
Sikat gigi 3x sehari dan kumur antiseptik 2x sehari.
oleh :
Wulunggono
NPM:
0606066405
Kelompok H
Penguji:
2009
1
DAFTAR ISI
1. Identitas Pasien………………………………………………………………. 3
2. Riwayat Medis………………………………………………………………... 3
3. Anamnesis Sistem…………………………………………………………….. 6
4. Pemeriksaan Psikiatri………………………………………………………….. 7
5. Pemeriksaan Status Fungsional……………………………………………….. 9
6. Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………… 9
7. Formulir Penilaian EQ-5D…………………………………………………….. 13
8. WHO_UNESCAP…………………………………………………………….. 14
9. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………… 14
10. Resume…………………………………………………………………………. 15
11. Masalah…………………………………………………………………………. 16
12. Pengkajian Masalah, Diagnosis, Penatalaksanaan……………………………… 17
13. Kerangka Masalah………………………………………………………………. 24
14. Prognosis……………………………………………………………………….. 24
15. Impairment, Disability, Handicap………………………………………………. 25
16. Edukasi………………………………………………………………………….. 25
1. Identitas Pasien
No. Med Rec 327 80 56
Nama : BN
Usia : 72 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : tidak sekolah
Suku : Batak (ayah dan ibu)
Agama : Protestan
Alamat : Jl. Sayuti Mardani No. 20 RT 005/RW 06
Telepon :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga / Pedagang
Nama Pengasuh : Ita dan Parlin
(anak) Nama Kerabat Terdekat : Ita
Tanggal Pertama Berobat : 1 Oktober
2009 Pembiayaan : Umum
2. Riwayat Medis
Keluhan Utama
Nyeri perut yang memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perutnya terasa membengkak.
Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini juga disertai bengkak pada kedua kaki. Keluhan
demam, sesak napas, muntah hitam, dan BAB hitam, disangkal.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah
makin lama semakin berat. Pasien tidak demam. Frekuensi dan jumlah BAB berkurang.
Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (-), gangguan tidur (-). Batuk (-), suara napas
wheezing (-), nyeri dada (-). BAB 1x per hari, masih bisa ditahan. BAK bisa ditahan
(riwayat 3 hari sebelum masuk rumah sakit BAK tidak bisa ditahan). Pasien memakai
pampers.
Aktivitas masih dengan bantuan caregiver. Riwayat jatuh (+), gangguan penglihatan (-) dan
gangguan pendengaran (-).
Pasien pernah jatuh 2x di WC karena lantai licin pada 35 tahun yang lalu dan jatuh 1x pada
10 tahun yang lalu karena menabrak ember yang ditaruh sembarangan. Saat setelah jatuh
itu pasien masih sadar dan dapat bangkit kembali. Pasien hanya mengalami luka dengan
sedikit memar. Tidak ada luka serius atau gejala lain setelah itu. Waktu itu posisi jatuh
pasien terperosok ke depan.
Pasien pernah didiagnosis menderita sirosis hati pada tahun 2008 dan kontrol rutin di poli
geriatri RSCM. Pasien juga memiliki hipertensi (pasien kurang mengetahui tepatnya
kapan). Pasien menerima obat captopril 2 x 12,5 mg. Penyakit diabetes (-), gangguan
jantung (-), TB (-). Aktivitas mandiri (sebelum sakit), riwayat jatuh (+) 3 kali, gangguan
penglihatan (-), gangguan pendengaran (-).
Riwayat Pembedahan
Tidak ada
Tidak ada
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-). Pasien juga
menyangkal adanya anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan pasien.
Riwayat Alergi
Tidak ada
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan minum teh dan kopi 2 gelas per hari saat sehat.
Pasien sering dipijat atau diurut saat pasien merasa ngilu atau capek.
Saat ini pasien meminum obat Aldactan, Lasix, Lactuna, Sucralfat, dan Levofloxacin
dengan dosis yang sesuai dengan resep dokter.
Analisis Keuangan
Analisis Gizi
Dalam satu hari pasien biasanya mengkonsumsi sepiring nasi dengan semangkok sayur serta
1 lauk pauk (ikan, ayam, daging, telur). Pasien makan 3x/hari. Pasien juga sering
mengkonsumsi lauk-pauk nabati seperti tempe sebanyak 1 potong/hari. Segelas susu sapi
dan sepotong buah-buahan juga masih dikonsumsi minimal 1x seminggu.
Saat dirawat di rumah sakit, pasien mengaku makan lebih sedikit sekitar setengah porsi
makan harian. Pada pemeriksaan status nutrisi mini, pasien mendapat total nilai 15
(malnutrisi).
Analisis Rumah
Pasien tinggal dengan anak bungsu di rumah dengan dua lantai. Pasien tinggal di kamar
lantai bawah. Dinding rumah dibuat dari tembok. Sumber air berasal dari jet pump.
Menurut pengakuan pasien, lantai rumah dibuat dari keramik dan tidak licin. Penerangan
dalam rumah cukup baik. Pasien mengatakan sering menaiki tangga ke lantai 2. Pijakan
tangga cukup pas di kaki dan pegangannya tidak licin. Kamar mandi pasien berada di
dalam rumah dengan model WC duduk. Pasien tidak ada kesulitan dalam
menggunakannya.
Genogram
Pasien menikah 1x. Suami pasien sudah meninggal dan menurutnya akibat stres. Pasien
dikaruniai 7 orang anak (3 laki-laki dan 4 perempuan) lahir sehat dengan 2 anak gugur
dalam kandungan. Dari anak-anaknya, pasien memiliki 14 orang cucu dan 2 orang cicit.
Gambaran genogram sulit didapatkan karena keterangan dari pasien kurang memadai dan
pasien enggan membicarakan masa lalu dengan keluarganya.
Pasien mengaku tidak mengalami penurunan daya ingat. Saat ditanya tentang penyakitnya
ia menceritakan secara kronologis. Masa lalunya pun diceritakan dengan lancar. Pasien
hanya terlihat murung dan langsung menangis jika ditanyakan mengenai keluarganya,
terutama soal perhatian. Pasien mengatakan bahwa ia sering tidak dipedulikan oleh anak-
anaknya. Namun, saat sakit anak-anaknya baru mengunjungi. Pasien menganggap segala
penyakit pasti mampu disembuhkan Tuhan. Jadi, penyakit yang ia derita tak membuatnya
putus asa. Pasien ingin segera sembuh dari penyakitnya agar dapat berdagang lagi.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan:
Gambaran Umum
o Penampilan:
Pasien berpenampilan sesuai usianya. Tubuh pasien agak membungkuk. Perut
seperti memiliki kantung dan melorot ke bawah. Pakaian terlihat rapi.
o Perilaku dan aktivitas psikomotor:
pasien nampak tenang, ekspresi wajah pasien normal, dan tidak pernah melakukan
gerakan yang tidak perlu.
o Sikap terhadap pemeriksa: sangat kooperatif
Suasana Perasaan
o Mood : eutimia.
o Afek : luas dan serasi
o Pada pemeriksaan Geriatric Depression Scale (Lampiran 2) pasien mendapat skor 2
(tidak ada kecenderungan depresi). Pasien juga tidak termasuk dalam kriteria
depresi menurut DSM IV atau ICD 10.
Pembicaraan: spontan, lancar, volume kecil, jawaban kadang tidak sesuai dengan
pertanyaan. Pasien seringkali berbicara tangensial.
Persepsi: tidak ada gangguan persepsi.
Pikiran
o Proses pikir : koheren.
o Isi pikir : tidak ada gangguan.
Kesadaran dan Fungsi Kognitif
o Kesadaran : kompos mentis
o Fungsi Kognitif : pada pemeriksaan MMSE skor total 30 (normal) (lampiran
3) sedangkan pada pemeriksaan AMT skor total 9 (normal).
Penilaian: tidak ada gangguan.
Pengendalian impuls: tidak ada gangguan.
Tilikan: pasien merasa sakit, mengetahui penyebab penyakitnya, dan mau
melaksanakan terapi yang dianjurkan (poin tilikan 6).
Reality Testing Ability: tidak dilakukan.
5. Pemeriksaan Status Fungsional
Pada pemeriksaan indeks ADL barthel (lampiran 5) didapat nilai 20 (mandiri) saat pasien
sehat, saat dirawat di rumah sakit skor indeks ADL menjadi 18 (ketergantungan ringan)
pada tanggal 16 Oktober 2009. Skor berkurang pada aktivitas berjalan dan naik turun
tangga. Pada tanggal 18 Oktober skor pasien masih menetap di poin 18 (ketergantungan
ringan). Selain itu pada pasien juga dilakukan pemeriksaan Lawton IADL Scale (lampiran
6) dan memperoleh skor 23 (ketergantungan).
Catatan:
1 : tidak mengalami kesulitan 3 : sangat mengalami
kesulitan
2 : sedikit mengalami kesulitan 4 : tak mampu sama sekali
9. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Tanggal
15/10/09 16/10/09 18/10/09
Darah Perifer
Hb 11,1 10
Leukosit 4000 2800
Hitung Jenis 0/0/87/5/7 0/0/0/89/6/4
Trombosit 77000 47000
LED 15 54
Fungsi Hati
Albumin 2,2 (berkurang)
Hematologi
PT 14,4 17,5 (meningkat)
PT kontrol 12,1 (menurun) 11,5 (menurun)
APTT 42,5 (meningkat) 48,1 (meningkat)
APTT kontrol 30,6 33,1
Fibrrinogen 228,5 (menurun) 109,2 (menurun)
D-dimer 3300 (meningkat) 1800 (meningkat)
10. Resume
Pasien, wanita berumur 72 tahun, sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit mengeluhkan
perutnya terasa membengkak. Awalnya tidak terasa nyeri. Keluhan ini disertai bengkak
pada kedua kaki. Keluhan demam, sesak napas, muntah hitam, dan BAB hitam disangkal.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah
yang semakin memberat. Pasien tidak demam, frekuensi dan jumlah BAB berkurang, nafsu
makan menurun, mual (+), BAB dan BAK tidak ada gangguan. Riwayat jatuh (+),
gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-). Pasien pernah menderita sirosis hati
tahun 2008 dan kontrol rutin. Hipertensi terkontrol dengan minum captopril dari poli
geriatri RSCM.
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan kompos mentis, tekanan darah 110/70
mmHg dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, nadi 88x/menit, laju napas 20x/menit.
Dan suhu 370C. Indeks massa tubuh 29,08 kg/m2. Pemeriksaan kepala, rambut, kulit,
telinga, leher, dan dada dalam batas normal. Pasien melihat dengan jelas dengan kacamata.
Keadaan oral buruk. Paru bunyi bronkhial, ronkhi basah di kedua lapang paru. Jantung dan
pembuluh darah dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen menunjukkan buncit (+), asites
(+), hati dan limpa sulit dinilai, massa (+) di kuadran kanan atas, shifting dullness (+),
bising usus abnormal (+). Ekstremitas akral hangat dengan edema pitting (+) di kedua
tungkai. Otot dan kerangka dalam batas normal kecuali kekuatan tonus yang sudah
menurun di keempat ekstremitas.
Pada pemeriksaan darah perifer didapatkan Hb 11,1 dan 10. Demikian pula didapatkan
leukopenia dan trombositopenia. LED menunjukkan penurunan di awal saat masuk rumah
sakit dan meningkat lagi hingga 54. Pada pemeriksaan kadar albumin didapatkan albumin 2,2
g/dL, termasuk hipoalbumin. Pada pemeriksaan hematologi didapatkan PT dan APTT
meningkat, fibrinogen yang menurun, dan kadar D-dimer yang meningkat.
Pemeriksaan status mental dan fungsi kognitif pasien baik. Skor total BAI pasien
sebelum masuk rumah sakit 20 (mandiri), pada saat masuk rumah sakit 18
(ketergantungan ringan) dan selama perawatan 18 (ketergantungan ringan). Pada
pemeriksaan status nutrisi mini didapatkan hasil pasien menderita malnutrisi (skor 15).
11. Masalah
1. Asites ec. Spontaneous Bacterial Peritonitis
2. DIC decompensata
3. CAP dd TB paru + infeksi sekunder
4. Sirosis hepatis decompensata
5. Dispepsia perbaikan
6. Hematuria perbaikan
7. CAD anteroseptal
8. Anemia makrositer
9. Hipertensi terkontrol
10. Oral higiene buruk
11. Gangguan pendengaran
12. Gangguan penglihatan
13. Hipoalbuminemia
14. Malnutrisi
12. Pengkajian Masalah, Diagnosis, Penatalaksanaan
2. DIC decompensata
Pengkajian:
Disseminated intravascular coagulation (DIC) disebabkan karena pengeluaran material
prokoagulan ke dalam sirkulasi atau kerusakan sel endotel yang menyebabkan aktivasi
koagulasi dan jalur fibrinolitik sehingga terjadi deposisi fibrin yang tersebar dalam
sirkulasi. DIC dapat disebabkan karena infeksi sistemik, malignansi, atau penyakit lain
seperti penyakit hepar.2
Atas dasar:
Perdarahan (-), PT: 2,72, APTT: >200 kontrol
33,6 Rencana Diagnosis: hemostasis serial
Rencana terapi: transfusi FTP 900 cc, cek APTT post transfusi
6. Hematuria perbaikan
Pengkajian:
Hematuria tanpa disertai proteinuria, atau sel-sel lain, atau cast mengindikasikan
bahwa perdarahan berasal dari traktus urinarius. Ekskresi normal sel darah merah
sekitar 2 juta sel per hari. Hematuria didefinisikan sebagai 2 sampai 5 sel darah merah
per high-power field (HPF) dan dapat dideteksi dengan dispstick. Penyebab umum
hematuria ini adalah batu, neoplasma, tuberkulosis, trauma, dan prostatitis.6
Atas dasar: didapatkan eritrosit (3+), dipikirkan hematuria mikroskopik ec. Infeksi
dd batu
Rencana Diagnosis:
Kultur urin
Urinalisis serial /3 hari
USG ginjal
Hemostasis serial
Rencana terapi: observasi dan UMU seimbang
7. CAD anteroseptal
Pengkajian:
Coronary artery disease (CAD) terjadi ketika arteri-arteri yang menyuplai darah ke otot
jantung menjadi keras dan sempit. Hal ini disebabkan karena penumpukan kolesterol
dan material lain, yang disebut plaque, pada dinding dalam pembuluh koroner. Ketika
tumpukan ini semakin besar, semakin sedikit aliran darah yang dapat mengalir.
Hasilnya otot jantung tak mendapat darah atau oksigen yang dibutuhkan. Akhirnya akan
menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung. CAD juga dapat membuat otot
jantung lebih lemah sehingga menjadi gagal jantung dan aritmia.7
Atas dasar: didapatkan QS di III, V1-2, T di V4-6, dipikirkan CAD anteroseptal
Rencana diagnosis: echocardiography
Rencana terapi: ascardia 1x80 mg
8. Anemia makrositer
Pengkajian:
Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukupke jaringan perifer. Secara
praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung
eritrosit. Anemia makrositer adalah anemia dengan mean corpuscular volume (MCV)
> 95 fl. Anemia ini dapat disebabkan karena defisiensi gizi, terutama karena defisiensi
vitamin B12 (kobalamin) dan atau asam folat. Defisiensi tersebut terutama dapat
terjadi karena intake kurang dan malabsorpsi.8
Atas dasar: didapatkan Hb: 8,8; MCV: 99; dipikirkan anemia makrositer ec.
defisiensi folat dan B12
Rencana diagnosis: Retikulosit, morfologi, schilling test, folat serum, vitamin B12
serum Rencana terapi: observasi, terapi asam folat 1 mg/hari per oral, kristalin B12 2
mg/hari per oral.
9. Hipertensi terkontrol
Pengkajian:
Hipertensi merupakan elevasi kronik tekanan darah yang >140/90. Etiologi yang tidak
diketahui sekitar 80-95% dari pasien (hipertensi esensial). Hipertensi juga dapat terjadi
akibat faktor lain, disebut hipertensi sekunder. Hipertensi ini disebabkan karena stenosis
arteri renal, penyakit tiroid, gangguan kardiovaskular dan lain-lain. Hipertensi ditentukan
oleh cardiac output dan resistensi perifer. Cardiac output ditentukan oleh stroke
volume dan heart rate, sedangkan stroke volume ditentukan oleh kontraktilitas otot
jantung dan ukuran kompartemen vaskular. Resistensi perifer ditentukan oleh
perubahan anatomi dan fungsi dari arteri-arteri kecil dan arteriol.5
Atas dasar:
Didapatkan riwayat hipertensi dengan tidak teratur minum obat
Tekanan darah: 120/80 mmHg, dipikirkan hipertensi
terkontrol Rencana diagnosis:
Profil lipid, ukur tensi darah rutin, dan
echocardiography Rencana terapi: captopril 2x12,5 mg
14. Malnutrisi
Pengkajian:
Malnutrisi dihasilkan dari intake yang inadekuat, proses pencernaan yang abnormal,
pengeluaran energi berlebihan, atau gagalnya metabolisme energi oleh proses penyakit.
Atas dasar: adanya penurunan nafsu makan, penyakit kronik, total penilaian nutrisi mini
(Lampiran 1) 15 (malnutrisi).
Rencana diagnosis: -
Rencana terapi: ekstrak putih telur 3 butir untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.
13. Kerangka Masalah
Hipertensi portal
Penglihatan
Anemia makrositer
14. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
15. Impairment, Disability, Handicap
Impairment
o Asites ec. Spontaneous Bacterial Peritonitis
o DIC decompensata
o CAP dd TB paru + infeksi sekunder
o Sirosis hepatis decompensata
o Dispepsia perbaikan
o Hematuria perbaikan
o CAD anteroseptal
o Anemia makrositer
o Hipertensi terkontrol
o Oral higiene buruk
o Gangguan pendengaran
o Gangguan penglihatan
o Hipoalbuminemia
o Malnutrisi
Disability
o Sulit berjalan jauh
o Cepat lelah
o Nyeri ulu hati
Handicap:
o Tak bisa berdagang lagi
16. Edukasi
Menginformasikan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit-penyakit
yang muncul berhubungan satu sama lain, dimulai dari penyakit sirosis yang
telah terdiagnosis sejak tahun lalu.
Diberitahukan juga informasi mengenai infeksi berulang terutama untuk
mencegah timbulnya community-aquired pneumonia yang seringkali menyerang
lansia yang memang rentan penyakit. Pasien atau caregiver diajarkan bagaimana
menyikat gigi yang baik dan benar agar kesehatan dan kebersihan mulut terjaga
sehingga risiko infeksi berkurang.
Menganjurkan pasien tetap beraktivitas walaupun minimal untuk mencegah
dampak dari imobilisasi. Aktivitas minimal dapat berupa jalan-jalan pagi sekitar
rumah, melakukan hobi pasien (merangkai bunga), atau olahraga ringan untuk
mengembalikan tonus otot yang menurun.
Mencegah malnutrisi lanjut akibat intake yang kurang dan penyakit sirosis.
Caregiver mungkin dapat lebih membuat variasi makanan agar pasien tetap lahap
menyantap asupan makanan. Perlu diperhatikan asupan air dan garam. Makanan
yang dibuat perlu dikurangi asupan garam karena pasien memiliki riwayat
hipertensi.
Mengatur ulang kondisi rumah terutama di lokasi-lokasi pasien sering jatuh,
seperti memberi pegangan pada WC dan kamar mandi, menyingkirkan barang-
barang yang berserakan di lantai, memberi penerangan dalam rumah yang cukup,
dan membuat benda-benda pribadi pasien mudah dijangkau.
Menginformasikan pasien dan keluarga tentang perlunya kontrol kesehatan
secara teratur dan mengedukasi keluarga tentang pentingnya partisipasi dan
perhatian keluarga terhadap penyembuhan pasien.
Lampiran 1
Penilaian Nutrisi Mini (Mini Nutritional Assessment/MNA)
Nama: BN Jenis Kelamin: Perempuan Tgl: 17/09/09
Usia: 72 tahun BB: 62 kg TB: 146
cm Nama Pewawancara/Pemeriksa: Wulunggono
No Penilaian Antropometri Nilai
1 Indeks Massa Tubuh: BB/TB (dalam 3
m2) a. <19= 0
b. 19‐21 = 1
c. 21‐23 = 2
d. >23 =3
2 Lingkar lengan atas 0,5
(cm) a. <21
=0
b. 21‐22 = 1
c. >22 = 1
3 Lingkar betis (cm) 0
a. ≤31 =0
b. >31 =1
4 BB selama 3 bulan terakhir 1
a. Kehilangan BB > 3 kg =0
b. Tidak tahu =1
c. Kehilangan BB antara 1‐3 kg =2
d. Tidak kehilangan BB =3
Penilaian Umum
5 Hidup tidak tergantung (tidak di tempat perawatan atau rumah sakit) 0
a. Tidak = 0
b. Ya =1
6 Menggunakan lebih dari 3 obat per hari 1
a. Tidak = 0
b. Ya =1
7 Mengalami stress psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir 0
a. Tidak = 0
b. Ya =1
8 Mobilitas 1
a. Hanya terbaring atau di kursi roda = 0
b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak keluar rumah = 1
c. Dapat pergi keluar rumah = 2
9 Masalah Neuropsikologis 2
a. Demensia berat dan depresi = 0
b. Demensia ringan =1
c. Tidak ada masalah psikologis = 2
10 Nyeri tekan atau luka kulit 1
a. Ya = 0
b. Tidak = 1
Penilaian Diit
11 Berapa banyak daging yang dimakan setiap hari? 0
A. 1x makan = 0
B. 2x makan = 1
C. 3x makan = 2
12 Asupan protein terpilih 0
a. Minimal 1x penyajian produk‐produk susu olahan (susu, keju, yoghurt,
es krim, dll) per hari
Ya
Tidak
b. Dua atau lebih penyajian produk‐produk kacang‐kacangan (tahu, tempe,
susu kedelai, dll) dan telur per minggu.
Ya
Tidak
c. Daging, ikan, dan unggas tiap hari (ayam, sapi, kambing, kerbau,
kerang‐ kerangan, teri, burung, dll)
Ya
Tidak
Untuk jawaban ya
:1 = 0
2 = 0,5
3 =1
13 Konsumsi 2 atau lebih penyajian sayuran atau buah‐buahan per hari 1
a. Tidak = 0
b. Ya = 1
14 Bagaimana asupan makanan 5 bulan terakhir karena hilangnya nafsu makan, masalah 1
pencernaan, atau kesulitan menelan.
a. Kehilangan nafsu makan yang berat = 0
b. Kehilangan nafsu makan sedang = 1
c. Tidak kehilangan nafsu makan = 2
15 Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, the, susu, dll) yang dikonsumsi per hari. 1
a. < 3 cangkir = 0
b. 3‐5 cangkir = 1
c. >5 cangkir = 2
16 Pola makan 1
a. Tak dapat makan tanpa bantuan = 0
b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1
c. Dapat makan sendiri tanpa masalah = 2
Penilaian Diri
17 Apakah mereka tahu mereka memiliki masalah gizi? 1
a. Malnutrisi = 0
b. Tidak tahu atau malnutrisi sedang = 1
c. Tidak ada masalah gizi = 2
18 Dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama, bagaimana mereka menilai 1
kesehatan mereka sekarang?
a. Tidak baik = 0
b. Tidak tahu = 0,5
c. Baik = 1
d. Lebih baik =2
Total Penilaian 15
(Maksimal 30 poin)
Skor Indikator Malnutrisi:
Skor 24 = gizi baik
Skor 17‐23,5 = beresiko malnutrisi
Skor < 17 = malnutrisi
Lampiran 2
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada tidak 0
anda?
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan tidak 0
mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa punya banyak masalah dengan daya ingat anda Tidak 0
dibandingkan dengan kebanyakan orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya 0
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? Tidak 0
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari anda? Tidak 0
TOTAL 2
Lampiran 3
MMSE
Nilai Nilai
No Pertanyaan
Max Responden
Orientasi
1. Sekarang ini (tahun ?), (musim?), (bulan?), (tanggal ?), (hari?) 5 5
2. Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (RS), (lantai) 5 5
Registrasi
Sebutkan 3 objek: tiap satu detik, pasien disuruh mengulangi
nama ketiga objek tadi. Nilai 1 untuk tiap nama objek yang
3. 3 3
disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan
benar: buku,
pensil, kertas
Atensi dan Kalkulasi
Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang
4. benar. Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara terbalik kata 5 5
“W A H Y U”
Mengenal Kembali
5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi 3 3
Bahasa
6. Pasien disuruh menyebut: pensil, buku 2 2
Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut: “JIKA TIDAK DAN ATAU
7.
TAPI” 1 1
Pasien disuruh melakukan perintah: “Ambil kertas itu dengan
8.
tangan anda, lipatlah menjadi 2, dan letakkan di lantai” 3 3
Bahasa
Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah kalimat
9.
“pejamkan mata” 1 1
10. Pasien disuruh menulis dengan spontan (tulis apa saja) 1 1
11. Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1 1
TOTAL 30 30
Lampiran 4
TOTAL 9
3 Dapatkah berbelanja 3
Total 23
Keterangan : 1 = mandiri
2 = butuh bantuan
3 = ketergantungan
Lampiran 7
Follow-Up Pasien
Follow-Up Pasien
A : SBP perbaikan
DIC decompensata
CAP dd Tb Paru + infeksi sekunder perbaikan
SH
Dispepsia perbaikan
Hematuria mikroskopik
CAD anteroseptal
Anemia makrositer
Hipertensi terkontrol
Oral higiene buruk
Gangguan penglihatan
Gangguan pendengaran
Hipoalbumin
Malnutrisi
P : proligasi
Levofloxacin 1x50 mg
Lasix 1x40 mg
Lactulac 3xCI
Sucralfat 3xCI
Aldactone 1x100 mg
Omeprazole 2x20 mg
transfusi FTP 500 cc
DAFTAR PUSTAKA
4. –
5. –
12. –
15. Tn. Y, 76 th dibawa ke RS karena disorientasi waktu dan tempat. Sebelumnya Tn.Y
susah tidur dan meminum obat tidur. Faktor risiko pada Tn.Y…
a. Usia
b. Alergi obat
c. Gangguan fungsi kognitif
d. Gangguan fungsional
e. Aktivitas sosial yang tidak sesuai
19. Kondisi dominan yang mempengaruhi rongga mulut pasien geriatri adalah…
a. Karies
b. Parafungsi
c. Kandidiasis
d. ?
e. Disfungsi sendi TMD
20. Perubahan pada sistem neuroendokrin dan sistem imun usia lanjut yang
menyebabkan kerapuhan adalah…
a. Penurunan testosterone, estrogen, GH, DHEA, kortisol, IL‐6, aktivitas simpatis
b. Penurunan testosterone, estrogen, GH, kortisol, peningkatan aktivitas simpatis, IL‐6
c. Penurunan testosterone, estrogen, GH, DHEA, peningkatan kortisol dan IL‐6
d. Penurunan testosterone, estrogen, GH, kortisol, peningkatan DHEA dan IL‐6
e. Penurunan testosterone, estrogen, GH, peningkatan DHEA, kortisol
21. ‐
26. Penyebab penurunan nafsu makan pada pasien geriatri yang berhubungan dengan GI
tract adalah…
a. Kemungkinan usus melambat tapi ekskresi cepat
b. Gerakan usus besar meningkat sehingga diare
c. Gigi tidak lengkap dan lambung melambat
d. Air liur berlebih
e. Enzim pencernaan…
27. ‐
35. –
36. –
37. –
40. Penyebab turunnya kemampuan aktivitas aerobik pada usia lanjut karena
perubahan aktivitas olahraga dan…
a. Adanya depresi
b. Ada perubahan komposisi tubuh
c. Ada perubahan efisiensi kerja jantung
d. Ada penurunan fungsi kognitif
e. Hilangnya kemampuan sensorik
41. Penyesuaian dosis beberapa obat pada pasien geriatri harus dilakukan karena…
a. Penyerapan oral meningkat
b. Asupan makanan meningkat
c. Ekskresi ginjal meningkat
d. ?
e. Lemak tubuh meningkat
46. Ny, C, 62 tahun, rutin berolahraga di fitness center. Angkat beban dan latihan aerobic.
Tujuan angkat beban pada pasien ini adalah…
a. Penambahan massa otot (mencegah sarkopenia)
b. Meningkatkan risiko jatuh
c. Menurunkan massa lemak intraabdomen
d. Menurunkan saraf simpatis ke otot
e. Menurunkan efisiensi jantung
47. Tn. S, 74 tahun, datang ke RS dengan gangguan berbicara dan bahasa. Kelainan
yang mungkin ditemukan pada imaging…
a. Gambaran hipodens pada temporoparietal lobus temporal kanan
b. Gambaran hipodens pada bagian frontal kiri bawah belakang
c. Gambaran hipodens pada bagian frontal kanan bawah belakang
d. Gambaran hipodens pada bagian supramarginal lobus parietal
e. Gambaran hipodens pada bagian atas lobus temporal kanan
48. Tn. A, 78 th, menderita diabetes dan hipertensi. Pasien dibawa ke rumah sakit
karena menderita stroke iskemik. Paresis N VIII, X, XI, XII. Tidak bisa menelan.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa…
a. ?
b. ?
c. FEES
d. Rontgen OMD
e. Barium enema
50. Laki‐laki, 70 th, 2 hari tidak nafsu makan, gigi sakit, gusi berdarah, sulit buka mulut.
Hygene mulut buruk, karies, karang, abrasi servikal dan atriksi oklusal gigi. Hal yang
menyebabkan sulit buka mulut…
a. Periodontitis
b. Kandidiasis oral
c. Burning mouth syndrome
d. Fokal infeksi di rongga mulut
e. Temporo Mandibular Disorder
1. Paripurna P3G & CGA:
A. Psikoafektif
B……
C. Nutrisi € mengukur tinggi lutut
D. ADL
E. MMSE
13. Manfaat kesehatan bagi usila yang melakukan aktivitas fisik secara teratur, kecuali:
A. Meningkatkan efisiensi kerja jantung
B. Menurunkan kadar epinefrin
C. Meningkatkan IMT
D. Mengontrol kadar gula darah
E. Meningkatkan densitas tulang
13. Manfaat kesehatan bagi usila yang melakukan aktivitas fisik secara teratur, kecuali:
A. Meningkatkan efisiensi kerja jantung
B. Menurunkan kadar epinefrin
C. Meningkatkan IMT
D. Mengontrol kadar gula darah
E. Meningkatkan densitas tulang
berlebifi d.
e. lnkontinensia urin
1. Pasien emakai tc›ngkat termasuk.. . c.
daptası fısik
b.--------------psıkıs
c...................sosial
abes
d.aWs
e.
“’ ›
d--------------keluarga 14. Rasa panas terbakar pada mutut usila dısebabkan ofeh.
tidak terkontrc›t, abrasi gigi
^ b. atrisi oktusi gigi, erosi mekarris karena gigi kotor
2. Mob I sas dını pada Ny. A... c. erosl mekanis, usia, atrisı baglan oklusi gigi
a. pencPgahan pnmer d.
,b-------------------sekunder e.
c.-------------------tersıer
d. kurarıf 16. Ny. C FuLın olahraga, aercÖ ik 3 x seminggu. Latihan
e. rehabil\tasi hekua tot beban pada Ny. C akan membenkan efek. , .
, mencegah sarkopenia
4. Wanita, 75 tahun, Z minggu yang lalu ka|çı tertusuk durİ ,
mmyebabkan k bedsareanemanah. Kcmudian c.
ıa"menjaÖ eğ n tJda a serta berj an lambat- d.
mirıggaubuy ng na s. rrlakan menurun, ha ya e. 3
serıd Qgp kali makan. 10 Chun yang latin
a a lalu îiye ut. Pencetus fiaiÎ pada pasien ini. . . 17. Teori apoptosi3 . . .. .
hendaya b.
c. dİsabilîtas c.
d.
e ndak mau makan o.
7. Yang bukan merupakan fa£tor risiko penyakit 18. Obat yang perlu penyesuaian deis pada genatn
kardiovaskuter pada pasien ini... - arnengingat votume protein plasma yang menurun adalah...
a. pâ râ setamc ““
b. merokok b. alendronat
3tress psJkis
overwcJght enıtoln
e. a ,b ,c ,d tldak perlu penymuaian
10 A ka pada Tn. 8, dari hasil pemenksaan terdapat ”"" " " "d ."asfiksla“ karena"ınfeksl paru
gangguan pemahaman fungsi bahasa, Lapi pengulangan masih
baik, benNik 1ni disebut. ..
a fasia global 26. Perubahan jantung pada lanjut usia adalah. ..
afasla transkortikal serıson k n. pelebaran serat otot jantung pada ventnkel kiri
c. afasia konduksi b. penumpukan lemak pada jantung
d. afasîa transt‹orcikat motorık erasan pembutuh da rah korcner
e. afasia motorik d. penumputaMjaangan;katdatamîunwnjantung
e.
I ipmatremia, ISk n
b. HT, OM n
g
c
a
. n
d
h .
i
p s
d t
‹ a
a t
l u
e s
m
i f
u
d n
. g
e. s
i
44. Pendekatan CGA pada pasien ini adata h.. . o
a. diagnons rnedik: jatuh, ISO, imobilisasi, vertigo n
a
b. diagnosis medik: vertigo, ISO , jatuh, imobilisasi, l
dehidrasi :
S
t
a i
t m
u c
s ›
b
i
f l
u i
n s
g a
s s
i i
c ,
n
a
d
l
e
:
r
a
i j
m a
e t
k
e
t
e
r
g
a
n
t
w
g
a
n
b
e
r
a
t
e. diagnosls bedah: fraktur. .. ..
Soal Sumatif Rombongan C (no.nya ngacak)
Ny.L, 70 tahun, dibawa keluarga ke RS karena BAB berwarna hitam 1 jam SMRS.
Tiga minggu sebelum masuk rumah sakit pasien jatuh d kamar mandi. Badan sebelah kiri terasa
lemah. Pasien saat itu sadar namun b_cara menjadi period Pasien tidak dirawat di RS karena tidak
mempunyai biaya. Pasien dirawat di rumah oleh keluarga. Pasien tida bi a a an, Ie ,banyak
bérbaring dan sesekali duduk dengan bantuan anaknya. Selanjutnya makan mulai sulit (disuapi)
dan sering tersedak. BAK mengompol dan BAB kadang kadang keluar sedni i -
Seminggu SMRS sesak semakin sering namun tidak ke RS karena khawatir masalah biaya. Satu
hari SMRS keluar darah dari anus jumlah lebih kurang setengah gelas warna hit karenanya
pasien segera dibawa ke RS. "”””* “" "” “* ’"” " "“*"
Selanjutnya, dari pemeriksaan jasmani didapatkan keadaan umum. tampak sakit berat, delirium, TD
1 90 mmHg, nadi 80X/mnt, napas 28x/mnt, suhu 37,2 "C. konjungtiva pucat, sklera tidak
ikterik." Rongga mulut: gigi banyak yang copot, karies (+), lidah basah dan tampak keputihan di
atas lidah. JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak teraba. BJ I-ll murni, murmur (-), gallop (-).
Paru: lnspeksi tampak dada kanan lebih tinggi daripada kiri, gerażan tertinggal. Fremitus tak dapat
diperiksa. Perkusi redup di dada kanan mulai sela iga II. Auskultasi vesikuler lemah di dada kanan,
ronkhi basah kasar +/-, wheezing -/-.
Abdomen: dalam batas ncirmal. Ekstremitas: akral hangat, edema /+ miniinal.
Rectal touche: TSA (tonus sfingter ani) baik, tidak teraba massa, mukosa licin,
pada...
tn. M, 68 tahun mengalami hemiparese kiri pasca„strok 7bulan yang IaIu. Satu minggu yang lalu,
ia jatuh tersandung keset saat sedangberjalan-jalan di Mall hingga terjadi faktur collum femoris
sinistrą. Operasi total hip replacement telah dilakukan 5 hari yang IaIu. " ““ "
7. Anda diminta untuk memberikan ceramah kepada sekumpulan orang usia lanjut, pensiunan
karyawan perusahaan swasta. Topik yang diminta adalah ‘tetap Bugar di Usia Lanjut”. Topik-
topik yang akan disampaikan, kecuali.I.
a. Kemampuan penglihatan
b. Kemampuan pendengaran ,
Proprióseptif t-“ 1 kv• ” .*“ "’ “' ” * ”
d. Kekuatan tulang
e. Kekuatan otot
8. Tn.X, 69 tahun, mengalami fraktur 1/3 proksimal femur dextra setelah terjatuh saat bangkit
dari mpat tidur. Pasien menderita hipertensi sejak 10 tahun yang terkontro dengan obat Coj
2 x 12,5 mg Jan asma_yang k,ambuh 1-2 kali dalam seminggu. Jika asmanya kambuh,
pasien biasanya atas inisiatif sendiri minum Dexametason. Pasien baru diketahui menderita
pembesaran kelenjar prostat jinak dan mendapat obat berazosin 1 x 2 mg. dari pemeriksaan fisik
idapa an te an darah s at berbaring 130/80 mmHg dan saa u 100/60 mmHg. Postur
“
tubuh Tn,X tampak kif sipdsan diakui pasien bahwa dalam 5 tahunterakhtr nggi
badannnya berkurang. ” " ”‘ ”“”
e yebab jatuh pada pasien ini adalah
a. Hipertensi
b. Osteoporosis
c. Osteoarthritis
Hipotensi ortostatik
13. seorang perempuan beru a 78 tabun dtbaoa oteh kefiuarganya ke öokter karena ke\uhan
sup esanna beherapa kali. Pasien juga suLa mengeluh sulit tidur
dan sering buang air kecil malam hari. Terdapat riwayat kencing manis dan tekarfån
darah
-. . --.. . . .- - - —--
tinggi sejak 10 tahu n dan konroln a„tidak teratur.
14 Faziitasberi2utin Sak dapat digunakan untuL pencegahan Jatuh pada orang tua dengan
x instabllitas postura:l
Ramp
b. Walkers
d. Tongkat
15. Jatuh sandunkpailaet saat jnlaJj@i iTC. Mekanisme keseimbangan yang tidaL dapat
lya ukan..
Ankle dan steppiDg
fbi. l4ontraiodikasi absolut latihan jasmani...
SPA dengan suhu 39,2“C
b. Tekanan darah 175/l00 mmHg
17. y.W d9pat dikatakan tidak add kelainan/ gangguan keseimbangan jiLa dapat menyelesaikan
the timed up. 4 go feet dalam waktu:
a. < s detiL
b. < ID detik
c. < IN detik
d. < 2D detik
› " ^ e. < 30 detik
18. N '. E, 70 tahun, peaderita DM dan hipertensi. d(Tawat di RS karena stTok iskem\k. \°aSien
engalami |jgn i are5js de/5trg dan paresis N. V , X, dan XII. Pasien tersedak bila mgkan atau
! *
min um sej ” gaq diTakukan pemeriks n FEE5.)Pernyataan yang benar dibawah ini adaJah:
neriksan menelan makanan gan F-EES pada pasien dimulai dengan pemberian
ca\ran kemudian puree
b. Pemeriksaan pre swallowing assessment dilaktikan dengan menggunakan
enam kunsistensi makanan
c. Jika pasien mengalami aspfrasi saat di eri bubur nasi maka selanjutnya dapat
dilakukan pemeriksaan men¢Jan den8an ¢airan kental
d. Thin fluid yang digunakan dalam menllai fungsi menelan adalah susu
“ e. erakan lidah, elevasi palatum mole dan dry swa1low dinilai saat pemeriksaan
pre swallowing assessment
19. Pasien Iakl-| 75 tahun, riwayat penuruan kesadaran 1 hari SMR5, diawali dengan batuk
berdah d , sesak dan asupan ma@n-m'inumyangberkurang. Pasfen diketahu “”
menderita on hiti o ik”dn masih perokok aktlf. Berat nadan pasien teraLhir dlLetahui 55
kg, dengan tinggi badąn 170 ej skor ADL Barthe S 0 edangkan sł‹or A 0 saat masy
rumah sakit. ““ ” “
Secara patoflslologls, ge]aIa dan tanda pada pasien di atas dapat dijelasLan sbb...
a. Merokok dapat rńećiyebabkan infiamasl menahun pada bronkus sehingga terJadl
bronchftis kronlk, karena pasien masih merokok maka inflamasi berlangsung terus
sehingga menyebabkan jejas luas di bronkus akibat penurunan ADL
b. Karena derajat ketergaritungan berat maka pasien tidak mampu
mengeluarkan dahak dengan baik sehingga terjadi bronchitis akut
c. Pasien dengan kemampuan faal kognitif rendah (AMT rendah) tfdak mampu
memahami instruksi untuk membatukkan dahak dengan baik, tidak mampu
melakukan latihan napa e ga ai ingga sangat m”fi âh lami retensi
splum déñ etsaserbasi akut bronchitis kronik ”
d. Pada usia lanjut terjadi penurunan status fungsional yang mengakl6atkan
penurunan berat badan serta perubahan kesadaran akhirnya terjadi fmobflisasi
dan
s
21. Kelainan yang mungkin didapat iika di|akukan pemerlksaan neuroimaglng yaitu:
a. Gambaran hipodense pada daerah frontal kiri bawah belakang
b. ambaran hipodense jżzda daerah frontal kanan bawah delakang
Gambaran hlpodense Ada daerah supramarginal lobus parietal kiri
d. Gam6aran’ ipodense Rada bagian atas iobus temporal kanan ,
” n. Gambaran ” odense‘gada daerah temporoparietal kanan
”
22. P ien, DM, tidak dapat menahan BAk.
a. Inkontinensia urin akut karena infeksi saluran kemih
b. lnkontinensia urin persisten tipe urgency
InLonónensia urin persisten tipe overflow
- d. Inkontinensia urin persisten tipe stress
e. tnkontinensia urin et alvi
23. Pasien datarlg dalam keadawn t\dak saöar...
a. ” ” ” " "”“””
d.
c. metabolisme basal {
d. massatulang
e.
29. A
30. A
31. Penyebab luka pada lidah dan muLosa muiut...
32. Tidak mau makan pada pasien dapat menyeba6Lan .,
33. Gigi palsu suka terlepas karena... +‘*,'•v t,
34. Salah satu Londisi dominan yang mempengaruhi rangga mutut pasien usla ]anjut:
a. Luksasi sendi temporomandibula
b. Gangguan pencernaan
c. f aries gigi
d. Parafungsi
e: Candidlasis
,››
•
Obat: insulin, azidim iv, metronidazole. sitnettdin, ofil '
kerÌa cefta
dn ksi bakteri anaerob
” b. lnfeksi bakteri gram positif
c, Infeksi öakteri gram negative
, |nfekSi bakteri graFn positif, gram negative, dan anerob
45. c
è6. A
47. A
49. A
50. A
51. A
S2. A
53. A
54. A
55. A
56. A
"o7, A