OLEH:
Kelompok 3 :
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
dan karunia yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ SEJARAH
KOMUNIKASI DALAM DUNIA KESEHATAN“ untuk memenuhi Komunkasi Dalam
Keperawatan.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kita semua . Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi, baik verbal
maupun non verbal. Oleh karena itu komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, sehingga tanpa adanya komunikasi kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan
sempurna. Karena komunikasi itu memilki peranan sangat penting maka dibuatlah suatu
konsep komunikasi.
Seperti yang kita ketahui bahwa pasien selalu menuntuk pelayanan yang baik.Disinilah
peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat besar.Dengan menunjukkan perhatian
yang sepenuhnya dengan sikapyang ramah bertutur kata yang lembut. Misalnya dengan” Ada
yang bisa saya bantu?” dan dengan sikap yang bersahaja( tidak dibuat-buat).
Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Komunikasi diperlukan untuk mengatur tata
karma pergaulan antar manusia, sebab komunikasi dengan baik akan memberi pengaruh
langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam masyarakat, apakah ia seorang dokter,
dosen maupun perawat dan lain sebagainya.
1. Untuk
mngetahui pengertian komunikasi dalam dunia kesehatan
2. Untuk
mengetahui sejarah perkembangan komunikasi dalam dunia kesehatan
3. Untuk
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan komunikasi
kesehatan
Manfaat penulisan makalah ini adalah agar kita dapat pembelajari dan menambah
pengetahuan tentang materi yang ditulis, makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran
kita tentang pengertian, sejarah dan faktor –faktor yang memepengaruhi perkembangan
ilmu komunikasi dalam dunia kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam profesi dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan
sebuah kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang dokter, kompetensi inilah yang menentukan
keberhasilan seorang dokter dalam membantu masalah kesehatan pasien. (Konsil Kedokteran
Indonesia, 2006:1). Seorang dokter harus benar-benar memahami betul apa yang menjadi
keluhan dari pasien tersebut, oleh sebab itu komunikasi antara dokter dengan pasien sangat
diperlukan dalam hal ini. Biasanya komunikasi yang terjadi antara dokter dengan pasien
terbilang singkat, dokter hanya menanyakan seperlunya saja, tidak ada waktu yang cukup untuk
mereka saling berbincang-bincang, padahal perbincangan diantara keduanya sangat bermanfaat
bagi dokter untuk dapat memahami lebih dalam apa yang menjadi keluhan atau penyakit yang
dialami oleh pasien. Untuk dapat berbincang lebih dalam kepada pasien memang bukan hal yang
mudah sebab tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang
tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi
keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-
masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya diantara keduanya, pasien dengan
leluasa akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter
dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien.
Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk.
berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter
bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa
dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya dan
bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja (Konsil Kedokteran Indonesia,
2006:1). Mengingat kesenjangan informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasien,
dokter perlu mengambil peran aktif. Ketika pasien dalam posisi sebagai penerima pesan, dokter
perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benar- benar memahami pesan yang telah
disampaikannya.Dalam penyampaian ini, dokter bertanggung jawab untuk memastikan pasien
memahami apa yang disampaikan. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada
umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati.Dokter benar-benar harus dapat
memberikan rasa aman kepada pasien terutama apabila saat dokter akan menyampaikan penyakit
pasien yang tergolong parah, disinilah komunikasi risiko dokter dengan pasien berperan. Dokter
harus bersikap hati-hati dalam penyampaian informasi yang mengandung risiko ini, apabila
dokter tidak berhati-hati akan mengakibatkan pasien merasa stres atau terbebani jiwanya karena
mengetahui sakit yang dideritanya tergolong penyakit yang parah.
2.5 Komunikasi Dalam Kebidanan
1. Orientasi: Pasien mencari bantuan, dan perawat membantu pasien untuk mengidentifikasi
masalah dan luasnya bantuan yang diperlukan.
2. Identifikasi: Pasien berhubungan dengan perawat dengan sikap yang independen,
dependen, atau interdependen, dan perawat meyakinkan pasien bahwa i a memahami
makna situasinya.
3. Eksploitasi: Pasien menggunakan pelayanan perawat dan sumber-sumber lain sesuai
kebutuhannya.
4. Resolusi: Kebutuhan pasien terdahulu telah terselesaikan, dan muncul tujuan-tujuan lain
yang lebih dewasa.
5. Terminasi: Pasien dan perawat menhevaluasi kemajuan intervensi terhadap tujuan yang
telah ditentukan, meninjau waktu yang mereka habiskan bersama, dan mengakhiri
hubungan.
Ketika seorang perawat memiliki motivasi yang baik dalam memberikan asuhan maka pasien
akan berpendapat bahwa perawat tersebut adalah tenaga medis yang terpercaya dan diyakini
mampu membantu mengatasi masalah yang sedang dialami oleh pasien dalam proses
penyembuhan rawat inap.
3.1 Kesimpulan
E print.umm.ac.id
Hasaah R.mrt.ost 10
Sc,syekhnurjati.ac.id