Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH ILMU KOMUNIKASI DALAM DUNIA KESEHATAN

OLEH:

Kelompok 3 :

1. Sulastri Samsudin (184702721)

2. Resin Remalin Neolaka (184002721)

3. Rovlin Adelino Bani (184202721)

4. Nimai Fransisca Ximenes Noronha (183502721)

5. Visenta Da Silva (184902721)

6. Yayu Asmiyati Tanaem (185202721)

7. Placida L. E. M. Roga (183902721)

8. Novianti Kamaleng (183802721)

9. Dwi Lestari Sekau (181602721)

10. Ridwan U. R. Praing (184102721)

11. Wihelmina Luruk (185002721)

12. Musa A. Tangko (183402721)

13. Marlince Ngurah Guling (183002721)

14. Nirma Saefatu (183602721)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
dan karunia yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ SEJARAH
KOMUNIKASI DALAM DUNIA KESEHATAN“ untuk memenuhi Komunkasi Dalam
Keperawatan.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kita semua . Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kupang ,17 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Komunikasi Kesehatan

2.2 Komunikasi Dalam Dunia Kedokteran

2.3 Komunikasi Dalam Dunia Kebidanan

2.4 Komunikasi Dalam Duni Keperawatan

2.5 Tujuan Dalam Komunikasi

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi, baik verbal
maupun non verbal. Oleh karena itu komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, sehingga tanpa adanya komunikasi kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan
sempurna. Karena komunikasi itu memilki peranan sangat penting maka dibuatlah suatu
konsep komunikasi.

Kenyataannya memang komunikasi secara mutlak merupakan kebutuhan kita sebagai


makluk social. Tidak terkecuali kita yang berstatus sebagai mahasiswa perekan medis yang
tugasnya sehari-hari selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesame teman,
dengan dosen dan sebagaianya.Maka komunikasi adalah sarana yang sangat efektif dalam
memudahkan perekam medis melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Seperti yang kita ketahui bahwa pasien selalu menuntuk pelayanan yang baik.Disinilah
peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat besar.Dengan menunjukkan perhatian
yang sepenuhnya dengan sikapyang ramah bertutur kata yang lembut. Misalnya dengan” Ada
yang bisa saya bantu?” dan dengan sikap yang bersahaja( tidak dibuat-buat).

Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Komunikasi diperlukan untuk mengatur tata
karma pergaulan antar manusia, sebab komunikasi dengan baik akan memberi pengaruh
langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam masyarakat, apakah ia seorang dokter,
dosen maupun perawat dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian komunikasi dalam dunia kesehatan?


2. Apa sejarah komunikasi dalam dunia kesehatan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan komunikasi kesehatan?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar mengetahui pengertian komunikasi dalam dunia kesehatan, sejarah


perkembangan komunikasi dalam dunia kesehatan dan faktor- faktor yang
mempengaruhi perkembangan komunikasi kesehatan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk
mngetahui pengertian komunikasi dalam dunia kesehatan
2. Untuk
mengetahui sejarah perkembangan komunikasi dalam dunia kesehatan
3. Untuk
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan komunikasi
kesehatan

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah agar kita dapat pembelajari dan menambah
pengetahuan tentang materi yang ditulis, makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran
kita tentang pengertian, sejarah dan faktor –faktor yang memepengaruhi perkembangan
ilmu komunikasi dalam dunia kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Komunikasi Kesehatan


Dokter akan menjadi keterampilan yang sangat diperlukan agar menjadi
komunikasi yang efektif kemudian mengenai pemberitahuan obat-obatan apa saja yang
dipakai ketika sakit. Salah satu contributor utama yang munculnya komunikasi formal
kesehatan adalah ketika penggabungan pemasaran ke dalam sistem kesehatan.
Komunikasi kesehatan dalam bidang pemasaran dipercaya dapat mempromosikan ide-
ide, organisasi atau produk. Bidang komunikasi kesehatan akan mendapatkan manfaaat
dari munculnya perawatan kesehatan. Manusia sejak dilahirkan sudah melakukan
komunikasi. Aktifitas komunikasi dalam kehidupan manusia sudah dapat dikenal sejak
zaman dahulu kala. Dahulu manusia belum mengenal bahasa sebagai alat komunikasi
namun mereka melakukan komunikasi melalui simbol misalnya asap dari pembakaran,
batu yang disusun, tulisan dalam goa hingga teriak-teriak tertentu. Seiring dengan
berjalannya waktu, perkembangan komunikasi meningkat bersamaan dengan
perkembangan teknologi dimana cara mengirim pesan pun mulai beragam. Manusia
mulai mengenal bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Pesan melalui tulisan
disampaikan dengan beragam cara. Alat transportasi hewan seperti kuda atau oengiriman
melalui burung merpati misalnya, menjadi gambaran awal bagaimana komunikasi saai itu
dilakukan.
1. Ilmu komunikasi berkembang sejak abad ke-5 sebelum masehi, istilah Rhetorike yang
merupaka cabang ilmu yang mengkaji proses pertanyaan antar manusia dimasa yunani
kuno, merupak tanda awal bahwa komunikasi mulai berkembang. Salah satu toko
pertama yang mempelajari dan menelaah proses komunikasi yang disampaikan antar
manusia adalah Georgias. Awal perkembangan komunikasi terjadi pada tahun 1400-an
oleh Johannes Guterberg dengan menciptakan mesin cetak. Penggunaan mesin cetak ini
memungkinkan untuk pertama kalinya pesan dapat disampaikan secara masif atau luas
sampai pada akhirnya alat komunikasi jarak jauh seperti telegraph telepon atau radio
ditemukan yang menjadi titik awal perkembangan komunikasi. Penemuan ini dapat
menjangkau masyarakat luas sehingga komunikasi dapaat dilakukan tanpa harus bertatap
muka.
2. Komunikasi kesehatan merupakan bidang studi interdisipliner berkembang pesat
berkaitan dengan pemberian perawatan kesehatan dan promosi kesehatan. Komunikasi
kesehatan mulai diformalkan pada awal tahun 1970-an. Sejarah komunikasi kesehatan
berawal dari yunani dimana filsuf medis Hippocrates yang menetapkan sumpah
Hippocrates mengenai etika praktek medis asal kata komunikasi kesehatan sangat lah
sulit untuk ditemukan tetai dengan adanya kampanye kesehatan masyarakat untuk
mempromosikan tentang kebersihan dan pentinya imunisasi pada abad ke-18 dan 19,
serta adanya studi persuasif setelah perang dunia ke-2, komunikasi kesehatan dilakukan
dalam pemberian pelayanan kesehatan dan layanan kesehatan dasar yang berfokus pada
pelayanan dan pemberi layanan. Perkembangan diberbagai negara serta usulan dari
akademisi dan organisasi profesional menyusun agar komunikasi dimasukan dalam
kurikulum disekolah kedokteran dan kesehatan masyarakat, serta dilembaga-lembaga
besar nasional dan internasional, serta untuk memasukan komunikasi kesehatan. Dalam
agenda kesehatan nasional pemerintah.
3. Semakin berkembangnya dunia kedokteran maka komunikasi kesehatan diterapkan
dalam penanganan masalah kesehatan. Sesuai dengan devinisi dari komunikasi kesehatan
dimana komunikasi yang memiliki suatu tujuan untuk memberikan atau menyebarkan
sebuah informasi dari kesehatan yang bisa membuat perubahan atau keputusan tentang
pengolahan kesehatan masyarakat dengan tujuan agar terciptanya suatu kebiasaan hidup
sehat, mampu menciptakan rasa kesadaran diri, dapat mengubah perilaku, dan konsep
komunikasi kesehatan, berbagai strategi komunikasi digunakan sepaya dapat
menyampaikan informasi dan edukasi kesehatan lepada berbagai lapisan masyarakat
supaya dalat berperan aktif dalam penggalakan kesehatan ini mencakup berbagai hal dari
soal pencagaan diri dari penyakit, proses pencegahan penyakit, sampai bagaimana
menyadari kalau orang-orang disekitar mengalami kondisi kesehatan yang tidak sehat
baik secara jasmani maupun rohani dengan demikian, masyarakat memiliki pengetahuan
mendasar dan informasi yang baik mengenai kesehatan untuk dapat memiliki sikap dan
oerilaku masyarakat yang mengdepankan pola hidup sehat.

2.2 Komunikasi Dalam Dunia Kedokteran

Di dalam profesi dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan
sebuah kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang dokter, kompetensi inilah yang menentukan
keberhasilan seorang dokter dalam membantu masalah kesehatan pasien. (Konsil Kedokteran
Indonesia, 2006:1). Seorang dokter harus benar-benar memahami betul apa yang menjadi
keluhan dari pasien tersebut, oleh sebab itu komunikasi antara dokter dengan pasien sangat
diperlukan dalam hal ini. Biasanya komunikasi yang terjadi antara dokter dengan pasien
terbilang singkat, dokter hanya menanyakan seperlunya saja, tidak ada waktu yang cukup untuk
mereka saling berbincang-bincang, padahal perbincangan diantara keduanya sangat bermanfaat
bagi dokter untuk dapat memahami lebih dalam apa yang menjadi keluhan atau penyakit yang
dialami oleh pasien. Untuk dapat berbincang lebih dalam kepada pasien memang bukan hal yang
mudah sebab tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang
tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi
keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-
masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya diantara keduanya, pasien dengan
leluasa akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter
dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien.

Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk.
berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter
bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa
dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya dan
bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja (Konsil Kedokteran Indonesia,
2006:1). Mengingat kesenjangan informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasien,
dokter perlu mengambil peran aktif. Ketika pasien dalam posisi sebagai penerima pesan, dokter
perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benar- benar memahami pesan yang telah
disampaikannya.Dalam penyampaian ini, dokter bertanggung jawab untuk memastikan pasien
memahami apa yang disampaikan. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada
umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati.Dokter benar-benar harus dapat
memberikan rasa aman kepada pasien terutama apabila saat dokter akan menyampaikan penyakit
pasien yang tergolong parah, disinilah komunikasi risiko dokter dengan pasien berperan. Dokter
harus bersikap hati-hati dalam penyampaian informasi yang mengandung risiko ini, apabila
dokter tidak berhati-hati akan mengakibatkan pasien merasa stres atau terbebani jiwanya karena
mengetahui sakit yang dideritanya tergolong penyakit yang parah.
2.5 Komunikasi Dalam Kebidanan

Komunikasi Terapeutik. Komunikasi dalam asuhan kebidanan disebut dengan komunikasi


terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang bidan pada saat melakukan
intervensi kebidanan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien. Oleh karenanya seorang bidan harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien. Menurut As Homby
(1974) yang dikutip oleh Nurjannah, I (2001) mengatakan bahwa terapeutik merupakan kata sifat
yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Hal yang menggambarkan bahwa dalam
menjalani proses komunikasi terapeutik, seorang bidan melakukan kegiatan dari mulai
pengkajian, menentukan masalah asuhan kebidanan, menentukan rencana tindakan asuhan
kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan yang telah direncanakan sampai
pada evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai dengan maksimal apabila terjadi proses
komunikasi yang efektif dan intensif. Hubungan take and give antara bidandan klien
menggambarkan hubungan memberi dan menerima.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yg direncanakan secara sadar, bertujuan dan


dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi
interpersonal. Northouse (1998: 12), komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan
psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W. (1998),
komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpesonal antar bidan dengan pasien, dalam
hubungan ini bidan dan pasien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka
memperbaiki pengalaman emosional pasien. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat
dijelaskan bahwa komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara bidan – klien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi
perilaku orang lain. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan bidan-klien yang terapeutik
tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi (Budi Ana Keliat dalam Mundakir, (2006) Hubungan
terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien maupun bidan yang diidentifikasikan
dalam empat tindakan yang harus diambil antara bidan-klien, yaitu:

 Tindakan diawali bidan


 Respon reaksi dari bidan
 Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan
 Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan
hubungan. Komunikasi terapeutik terjadi apabila didahului hubungan saling percaya
antara bidanklien. Dalam konteks pelayanan asuhan kebidanan kepada klien, pertama-
tama klien harus percaya bahwa bidan mampu memberikan pelayanan keperawatan
dalam mengatasi keluhannya, demikian juga bidan harus dapat dipercaya dan diandalkan
atas kemampuan yang telah dimiliki dari aspek kapasitas dan kemampuannya sehingga
klien tidak meragukan kemampuan yang dimiliki bidan. Selain itu bidan harus mampu
memberikan jaminan atas kualitas pelayanan asuhan kebidanan agar klien tidak ragu,
tidak cemas, pesimis dan skeptis dalam menjalani proses pelayanan asuhan kebidanan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik
adalahkomunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat
(helper) untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
2.6 Komunikasi Dalam Dunia Keperawatan

Pasien didefinisikan sebagai orang yang mengkonsultasikan masalah kesehatannya untuk


memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan kepada tenaga medis atau tenaga
kesehatan.Menurut Sheldon (2010:51), Komunikasi merupakan batu pertama hubungan
perawatpasien. Perawat harus mempertimbangkan beberapa faktor pada pasien termasuk kondisi
fisik, keadaan emosional, latar belakang budaya, kesiapan berkomunikasi, dan cara berhubungan
dengan orang lain.Terciptanya hubungan antara perawat dan juga pasien merupakan sebuah
komitmen dari seorang perawat untuk mengasuh pasien dan saling bekerja sama antara pasien
dan perawat yang bertujuan untuk mempermudah proses kesembuhan pasien itu sendiri.
Peplau mengidentifikasi empat fase hubungan perawat – pasien (Sheldon, 2010:56):

1. Orientasi: Pasien mencari bantuan, dan perawat membantu pasien untuk mengidentifikasi
masalah dan luasnya bantuan yang diperlukan.
2. Identifikasi: Pasien berhubungan dengan perawat dengan sikap yang independen,
dependen, atau interdependen, dan perawat meyakinkan pasien bahwa i a memahami
makna situasinya.
3. Eksploitasi: Pasien menggunakan pelayanan perawat dan sumber-sumber lain sesuai
kebutuhannya.
4. Resolusi: Kebutuhan pasien terdahulu telah terselesaikan, dan muncul tujuan-tujuan lain
yang lebih dewasa.
5. Terminasi: Pasien dan perawat menhevaluasi kemajuan intervensi terhadap tujuan yang
telah ditentukan, meninjau waktu yang mereka habiskan bersama, dan mengakhiri
hubungan.

Ketika seorang perawat memiliki motivasi yang baik dalam memberikan asuhan maka pasien
akan berpendapat bahwa perawat tersebut adalah tenaga medis yang terpercaya dan diyakini
mampu membantu mengatasi masalah yang sedang dialami oleh pasien dalam proses
penyembuhan rawat inap.

2.6 Tujuan Komunikasi Kesehatan

Tujuan starategis sri komunikasi kesehatan yaitu:

1. Menyampaikan informasi kesehatan. Penyampaian informasi ini diharapkan terjadi


secara berantai dari satu pihak ke pihak selanjutnya dengan harapan pengetahuan
kesehatan dapat diketahui oleh berbagai kalangan masyarakat.
2. Masyarakat dapat membuat keputusan mengenai kesehatan, baik untuk diri mereka
sendiri maupun untuk sekitar seperti keluarga atau kerabat.
3. Terciptanya perilaku hidup yang sehat baik jasmani maupun rohani, dimana orang-orang
yang mendapatkan informasi dapat menjaga kesehatan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi kesehatan merupakan bidang studi interdisipliner berkembang pesat


berkaitan dengan pemberian perawatan kesehatan dan promosi kesehatan. Komunikasi
kesehatan mulai diformalkan pada awal tahun 1970-an. Komponen komunikasi
kesehatan tidak berbeda halnya dengan kompenen komunikasi pada umumnya.
Komunikasi tidak hanya sebatas menyampaikan pesan saja, adanya umpan balik
(feedbeck) atau respon dari menandakan bahwa komunikasi dapat terjadi hanya jika
memenuhi komponen-komponen tertentu. Komunikasi juga merupakan suatu proses
yang tidak akan berjalan baik tentunya memenuhi komponen tersebut dalam
melakukan komunikasi menurut Aristoteles, ada berapa komponen yang harus
dipenuhi yaitu siap yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang
mendengarkan (ssanon dan weafer, 1949).
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan
dan kesalahan dalam hal penulisan dan penyusunannya. Oleh karena itu, penulis
menantikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah pustaka keilmuan
mahasiswa.
Daftar Pustaka

Anas hadi S.kep Nes,M.kep,komunikasi kesehatan,

Thomas,R.K. 2006. Health Communication. New York: Springer

E print.umm.ac.id

Hasaah R.mrt.ost 10

Modul komunikasi bidan.akademik kebidanan.staf.uc.ac.id

Sc,syekhnurjati.ac.id

Anda mungkin juga menyukai