KEWIRAUSAHAAN MEDIA
OLEH
AGRIFA LAURA
C1D321030
JURNALISTIK (B)
UNIVERSITAS HALUOLEO
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penulisan makalah kewirausahaan media.Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan
Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi saya. Saya telah berusaha untuk dapat
menyusun Makalah ini dengan baik, namun saya pun menyadari bahwa saya memiliki akan adanya
keterbatasan saya sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik
dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka saya memohon maaf dan kritikserta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh saya untuk dapat menyempurnakan makalah
ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama
DAFTAR ISI
Sampul.....................................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar isi...............................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan
B. Rumusan masalah...........................................................................................1
C. Tujuan usaha........................................................................................1
Bab 2 Pembahasan
A. Thrift shop.................................................................2
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan.....................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................13
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan fashion di Indonesia terbilang sangat cepat dan tidak bisa dihindari. Mulai dari artis
terkenal, pejabat, sampai masyarakat biasa menjadikan fashion sebagai bagian penting dalam
kehidupannya.
Untuk bisa mengikuti perkembangan fashion, tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan. Pasalnya, tidak
semua orang memiliki kemampuan yang sama untuk membeli baju dari brand yang terkenal dan dijual
dengan harga yang mahal.
Fenomena ini membuat baju bekas impor atau baju bekas layak pakai menjadi salah satu solusi untuk
orang yang ingin tetap tampil modis tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Peminat baju bekas juga
semakin meningkat setiap tahun.
Hal ini dipengaruhi dengan tren thrift fashion yaitu berburu baju bekas yang masih bagus dengan model
yang beragam. Banyaknya influencer terkenal yang memiliki hobi membeli barang bekas membuat
banyak orang tidak merasa gengsi lagi untuk membeli dan memakai pakaian bekas.
Selain itu, keberadaan usaha baju bekas juga lebih ramah lingkungan karena memanfaatkan barang
masih layak pakai. Dari analisis ini, peluang usaha baju bekas memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan dan muncul ide usaha baju bekas yang diberi nama “Honey Thrift Shop”.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Thrift shop
Thrift shop adalah istilah yang sedang booming belakangan ini. Melalui thrift shop seseorang bisa
mendapatkan barang seken dengan kualitas baik. Thrift shop adalah salah satu solusi untuk mengurangi
limbah fashion.
Thrift shop adalah istilah yang hadir setelah adanya istilah lain mengenai penjualan barang bekas seperti
preloved, second hand, atau pasar loak. Saat ini orang lebih banyak menggunakan istilah thrift shop
untuk mendefinisikan tempat yang menjual barang bekas.
Thrift dalam bahasa Inggris artinya penghematan. Menurut Cambridge Dictonary, thrift artinya
menggunakan uang secara hati-hati, terutama dengan menghindari pemborosan
Bagi sebagian orang, thrift shop adalah istilah yang lebih keren. Thrift shop adalah pilihan bagi kamu
yang ingin terus tampil fashionable, tanpa harus menambah limbah pakaian. Selain itu, thrift shop
adalah pilihan yang bagus untuk mendapat pakaian berkualitas bahkan bermerek.
Sebenarnya penggunaan istilah thrift shop di Indonesia sedikit berbeda dengan penggunaannya di
negara lain seperti AS dan Inggris. Di luar negeri, thrift shop adalah istilah yang digunakan untuk toko
yang menjual barang bekas dan hasil penjualannya disumbangkan sebagai bagian dari amal.
Istilah thrift atau toko amal mulai muncul di Inggris pada 1899. Saat itu ada sebuah toko amal yang
menjual barang-barang yang dibuat oleh orang tunanetra untuk mengumpulkan uang bagi masyarakat.
Aksi ini kemudian meluas dan penggalangan dana mulai banyak dilakukan dengan menjual barang-
barang bekas. Saat itu, izin mendirikan thrift shop adalah bahwa semua barang yang ditawarkan untuk
dijual adalah hadiah. Pembelian untuk dijual kembali dilarang. Seluruh hasil penjualan harus diserahkan
ke Palang Merah atau organisasi amal.
Pada awal 2010-an, berbelanja di toko amal menjadi cukup populer di Amerika Serikat. Toko amal inilah
yang disebut dengan thrift shop. Orang yang biasa berbelanja di thrift shop adalah orang yang peduli
pada lingkungan. Ini karena ini menggunakan lebih sedikit sumber daya alam dan biasanya akan
mengurangi kerusakan lingkungan dibandingkan dengan membeli barang baru.
Pakaian di thrift shop biasanya berkualitas tinggi. Tak jarang mereka adalah pakaian bermerek terkenal.
Mereka sudah tahan digunakan oleh satu orang dan masih memiliki nilai jual kembali. Ini artinya mereka
bukankah pakaian yang mudah rusak yang biasanya meregang dan kehilangan bentuknya setelah
beberapa kali dicuci.
2. Harga terjangkau
Salah satu alasan banyak orang memilih pergi ke thrift shop adalah harganya yang terjangkau. Pakaian di
thrift shop bahkan bisa ditemukan dengan harga Rp 5 ribu. Ada pula yang menjual pakaian di thrift shop
dengan harga tidak lebih dari Rp 20 ribu.
Di thrift shop, kamu bisa menemukan pakaian unik yang bahkan langka atau tidak mudah ditemukan
orang lain. Berbeda dengan pakaian di industri fashion yang biasanya punya model dan bentuk yang
sama. Menggunakan pakaian yang unik pastinya akan membuat lebih percaya diri.
4. Mengurangi penimbunan
Saat membeli pakaian di thrift shop, secara langsung kamu sudah membantu mengurangi penimbunan
pakaian. Pertama dengan membeli pakaian bekas, kamu membantu orang untuk tidak menimbun
pakaian. Kedua, dengan membeli pakaian bekas, ada investasi keuangan yang jauh lebih kecil di setiap
item. Kamu jadi bisa lebih berhemat.
Thrift shop memiliki pakaian yang terus berubah dan cenderung tidak sama setiap waktunya. Ini bisa
membuatmu bereksplorasi dengan gaya fashion yang kamu sukai.
Fashion adalah siklus, dan desainer sering mencoba untuk meniru penampilan dekade yang berbeda.
Saat kamu berbelanja di thrift shop, kamu akan sering menemukan pakaian yang sebenarnya dibuat
pada dekade lama yang kembali menjadi gaya.
Baik mencari buku yang sudah tidak dicetak lagi atau T-shirt ikonik yang hanya dibuat pada tahun 80-an,
thrift shop sering kali merupakan pilihan terbaik untuk menemukan barang-barang yang sudah tidak
diproduksi lagi.
8. Ramah lingkungan
Belanja di thrift shop adalah cara yang bagus untuk mendaur ulang. Kamu dapat menyumbangkan
pakaian yang tidak lagi dipakai dan membeli lebih banyak pakaian. Ini menghilangkan pemborosan
dalam prosesnya.
Thrift shopping membuat kamu lebih kreatif dalam mencampur dan mencocokkan pakaian yang akan
kamu kenakan. Tak menutup kemungkinan pula kamu dapat mencoba gaya baru yang mungkin tidak
terpikirkan sebelumnya.
Saat kamu membeli pakaian di mal, kemungkinan kamu akan bertemu orang lain yang mengenakan
pakaian yang sama persis. Dengan kata lain, pakaian yang dijual di mal sudah terbilang mainstream.
Namun, dengan thrift shopping kamu bisa menemukan barang yang unik dan jarang untuk ditemukan.
Selain itu, thrift shopping membuka kemungkinan kamu untuk menemukan ‘hidden gem’ atau pakaian
edisi terbatas yang tidak lagi dijual di pasaran.
Apabila kamu memiliki barang lama, seperti buku, pakaian, mainan, atau barang lainnya, hindari
membuangnya ke tempat sampah. Sebaiknya kamu membawa barang bekas ke toko barang bekas lalu
mereka akan membayar dan kamu mendapat keuntungan.
Jadi, apabila kamu sedang membersihkan barang dan menemukan barang yang tidak terpakai, kamu
bisa membawanya ke toko barang bekas. Dengan cara ini, kamu sudah ramah lingkungan.
Konsumen yang dituju untuk produk baju bekas adalah remaja sampai dewasa muda yang memiliki
minat terhadap perkembangan fashion. Banyak mahasiswa yang selalu ingin tampil modis, tapi tidak
memiliki banyak uang untuk membeli baju baru.
Oleh karena itu, thrift shop bisa menjadi solusi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan mahasiswa.
Strategi pemasaran yang dilakukan adalah direct selling dan marketing media sosial. Penjelasan strategi
pemasaran yang diterapkan dalam usaha baju bekas:
Direct selling
Penjualan produk akan dilakukan secara langsung di kios atau toko yang buka pada hari Senin sampai
Minggu pukul 09.00-19.00 WIB. Banyak konsumen yang merasa senang membeli baju secara langsung
supaya bisa melihat kualitas dan kondisi dari baju yang dijual.
Untuk menjangkau lebih banyak konsumen, media sosial juga akan digunakan untuk keperluan
pemasaran produk. Seperti membuat akun media sosial, yaitu Instagram yang digunakan untuk
mempromosikan produk.
Seain itu, akun instagram juga digunakan sebagai katalog produk. Calon pembeli bisa melihat produk
yang masih tersedia melalui akun Instagram. Selain itu, pembeli juga dapat membeli produk secara
online.
Banyak pembeli yang memilih belanja secara online, karena dinilai lebih praktis dan mudah. Setelah
memilih produk yang tersedia di akun Instagram calon pembeli akan diarahkan untuk menghubungi
admin melalui kontak WhatsApp.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Eksistensi dan citra thrifting di Indonesia sedikit berbeda dengan apa yang terjadi di luar negeri,
apabila diluar negeri masyarakat melakukan nya dengan alasan utama misi lingkungan, namun di
Indonesia kondisi nya ialah masyarakat melakukan nya untuk tampil menarik dengan pakaian yang
masih dalam kondisi baik dan tak jarang datang dari brand ternama. thrifting juga digunakan masyarakat
sebagai alternatif dalam berpakaian modis dengan modal minimalis demi identitas diri yang mereka
ingin tampilkan. Berkat ketenarannya saat ini semakin banyak yang menyukai kegiatan thrifting sehingga
masuk dalam sebuah fenomena Budaya Populer.
2. Terdapat 3 kalangan peminat thrifting berdasarkan pengamatan penulis, yakni :
- Kalangan Pelajar/Mahasiswa berusia 16-20 tahun yakni usia anak remaja SMA hingga Mahasiswa. Usia
remaja banyak dari mereka mencari jati diri, seperti mencoba selera fashion yang sedang trend agar
mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dengan menyesuaikan gaya berbusana mereka
sebagaimana mereka ingin dipandang oleh orang lain.
- Kalangan Quarter Life Agesrentang umur 20-30 tahun terdiri dari orang dewasa yang sudah lulus
kuliah, kerja, hingga yang sudah menikah atau baru menikah,kalangan ini mempertimbangkan harga
demi memenuhi kebutuhan mereka terutama karena mereka sudah bekerja dan harus sebisa mungkin
menggunakan uang mereka dengan bijaksana, mereka sudah menemukan jati diri dan selera fashion
sehingga orientasi yang dijunjung oleh kalangan ini adalah nilai guna barang.
- Kalangan Usia LanjutKalangan ini merupakan pengunjung yang berusia sudah lanjut atau mendekati
usia lanjut yang dikategotikan dalam usia 50 tahun ke atas. Bagi kalangan ini, kegiatan thrifting ini
dilakukan guna refreshing atau cuci mata. Mereka tidak begitu tertarik dengan fashion, paling tidak
mereka membelikan anak-anak mereka pakaian dan tidak mementingkan merk atau brand.
Saran
Bagi dunia thrifting untuk terus menjaga ciri khas dari pakaianthrifting yakni harga nya yang murah,
karena beberapa peminatnya mulai merasakan harga thrifting semakin tinggi karena kepopulerannya
sekarang.
Daftar pustaka;
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/fenomena
https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-data-primer-dan-data-sekunder
Dari katadata.co.id (Thrift Shop yang Membawa Dampak Positif Bagi Lingkungan)
Https://liputan6.com