Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN MATA KULIAH KOMUNIKASI DAN (medical record) atau rekam

KONSELING kefarmasian/catatan pengobatan


(medication record)
BAB I KOMUNIKASI INFORMASI & EDUKASI
(Pengantar) 1.6.2 Mampu berkomunikasi tertulis
dalam rekam medis (medical
Kompetensi Apoteker Indonesia, Unit, dan record) atau rekam kefarmasian
Elemen (medication record) secara benar
1.7 Mampu melakukan konsultasi/konseling
1. Mampu melakukan praktik kefarmasian
sediaan farmasi dan alat kesehatan
secara profesional dan etik.
(konseling farmasi)
1.1 Menguasai kode etik yang berlaku
dalam praktik profesi 1.7.1 Melakukan persiapan konseling
sediaan farmasi dan alat
1.1.1 Artikulasi kode etik dalam praktik kesehatan
profesi
1.7.2 Melaksanakan konseling farmasi
1.2 Mampu menerapkan praktik
kefarmasian secara legal dan
profesional sesuai Kode Etik Apoteker Komunikasi merupakan proses transfer dan
Indonesia pemahaman makna.

1.2.1 Berperilaku profesional sesuai 1. Transfer artinya pesan diterima dalam bentuk
dengan Kode Etik Apoteker yang dapat diartikan oleh penerima.
Indonesia 2. Memahami pesan tidak sama dengan
1.2.2 Integritas personal dan penerima yang menyetujui pesan.
professional
1.3 Memiliki keterampilan komunikasi Terdiri dari komunikasi interpersonal dan
organizational
1.3.1 Mampu menerapkan prinsip-
prinsip komunikasi terapetik 1. Komunikasi interpersonal → antara dua
1.3.2 Mampu mengelola informasi orang atau lebih
yang ada dalam diri untuk 2. Komunikasi organisasional → semua pola,
dikomunikasikan jaringan, dan sistem komunikasi dalam
1.3.3 Mampu menfasilitasi proses suatu organisasi.
komunikasi
Fungsi Komunikasi
1.4 Mampu komunikasi dengan pasien
1.4.1 Mampu menghargai pasien 1. Kontrol

1.4.2 Mampu melaksanakan tahapan Komunikasi (formal dan informal) bertindak


komunikasi dengan pasien untuk mengontrol perilaku individu dalam
organisasi.
1.5 Mampu komunikasi dengan tenaga
kesehatan 2. Motivasi

1.5.1 Mampu melaksanakan tahapan Komunikasi menjelaskan kepada karyawan


komunikasi dengan pasien apa yang harus dilakukan, seberapa baik
mereka melakukannya, dan apa yang dapat
1.6 Mampu komunikasi secara tertulis dilakukan untuk meningkatkan kinerja.
1.6.1 Pemahaman rekam medis
3. Ekspresi emosional Proses Komunikasi
Interaksi sosial dalam bentuk komunikasi
kelompok kerja memberikan jalan bagi
karyawan untuk mengekspresikan diri.
4. Informasi
Individu dan kelompok kerja membutuhkan
informasi untuk membuat keputusan atau
melakukan pekerjaan mereka.

Cara berkomunikasi → berbicara, menulis,


visual image, body language (bahasa tubuh) 1. Pengirim : orang yang ingin berbagi
informasi dengan orang lain
2. Pesan: informasi apa yang harus
dikomunikasikan
3. Pesan: informasi apa yang harus
dikomunikasikan
4. Pengkodean: pengirim menerjemahkan
pesan ke dalam simbol atau bahasa
5. Kebisingan: mengacu pada segala sesuatu
yang menghambat setiap tahap proses
komunikasi
Elemen Proses Komunikasi meliputi pengirim 6. Penerima: orang atau kelompok yang
(the sender), penerima (the receiver), medium menjadi tujuan pesan
(perantara), pesan (the message) dan 7. Medium: jalur yang melaluinya pesan yang
feedback/respon. dikodekan dikirim ke penerima
Fase feedback dimulai oleh penerima. 8. Decoding: titik kritis di mana penerima
Penerima memutuskan pesan apa yang akan menafsirkan dan mencoba memahami
dikirim ke pengirim. Feedback menghilangkan pesan
kesalahpahaman, memastikan bahwa pesan
ditafsirkan dengan benar BAB II KOMUNIKASI EFEKTIF, FAKTOR
PENGHAMBAT KOMUNIKASI DAN ETIKA
BERKOMUNIKASI

Komunikasi Efektif : berhasil mencapai tujuan,


seperti diterima, dipahami, mengubah persepsi,
dan mengubah perilaku atau melakukan aksi

Minimal menghasilkan 5 hal yaitu pengertian,


kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan
yang makin baik, dan tindakan
Formula 7C Komunikasi Efektif Keterampilan Komunikasi

1. Completeness / Lengkap a. Mendengarkan

2. Conciseness / Ringkas b. Bertingkah laku asertif


3. Consideration / Penuh Pertimbangan c. Menyelesaikan konflik
4. Clarity / Jelas d. Membaca situasi
5. Concreteness / Nyata e. Melakukan persuasi
6. Courtesy / Tata Krama
7. Correctness / Benar Waktu yang digunakan untuk mendengarkan

Penelitian Rankin (1928)


5 Hukum Komunikasi Efektif
45% Mendengarkan
1. Respect : Menghargai
30% Berbicara
2. Emphaty
Kemampuan menempatkan diri pada situasi 16% Membaca
yang dihadapi orang lain, kemampuan 9% Menulis
mendengar dan siap menerima masukan/
umpan balik apapun dengan sikap positif
Penelitian Barker (1980)
3. Audible
53% Mendengarkan
Dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik 17% Membaca
4. Clarity 16% Berbicara
Pesan jelas, tidak multi tafsir, keterbukaan dan
transparasi 14% Menulis

5. Humble Mendengarkan merupakan proses aktif


Rendah hati, tidak angkuh atau arogan, tidak menerima rangsangan (stimulus) telinga.
merasa”lebih” dari orang lain, termasuk di Mendengarkan adalah keterampilan yang sangat
dalamnya tidak memandang rendah orang penting, tetapi umumnya kita memiliki
lain, berani mengakui kesalahan, rela keterampilan yang buruk
memaafkan, dan lemah-lembut
Hambatan-hambatan mendengar (latar
Komponen Komunikasi belakang, bahasa, sikap, waktu, lingkungan)

a. Ide / Gagasan a. Sibuk dengan diri sendiri


b. Komunikator b. Sibuk dengan masalah-masalah eksternal
c. Pesan c. Asimilasi (kecenderungan merekonstruksi
d. Media pesan sedemikian hingga sesuai dengan sikap,
e. Panca Indera Penerima prasangka, kebutuhan, nilai diri)
d. Faktor kawan atau lawan
e. Mendengar yang diharapkan (hanyut dalam d. Mengatakan kembali isi serta merefleksikan
pesan pembicara, tidak mendengar apa yang perasaan
dikatakan melainkan mendengarkan apa yang e. Melihat kapan empati tidak diperlukan
kita harapkan).
Kiat Komunikasi Efektif
Keterampilan Verbal
a. Gunakan umpan balik
a. Nada suara
b. Saluran komunikasi yang banyak
b. Volume suara
c. Mengenali siapa penerima pesan
c. Kecepatan suara
d. Komunikasi tatap muka
d. Kejelasan pengucapan kata-kata
e. Menyadari dampak bahsa tubuh
e. Pemilihan kata
f. Menanggapi isi pembicaraan
f. Bahasa dan logat
g. Sopan dan wajar
Menangkap Feedback (Komunikasi Non Verbal) h. Menghormati semua orang
a. Kontak mata i. Mengendalikan emosi
b. Anggukan dan gelengan kepala
Apoteker melakukan praktek pekerjaan
c. Eskpresi wajah kefarmasian harus memiliki kompetensi sesuai
d. Menghadap pada pembicara Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (2016)

e. Isyarat antusias, tidak bosan, dan tidak cemas Standar Kompetensi:

f. Tidak melakukan hal lain 1. Praktik kefarmasian secara professional dan


g. Menggurangi gangguan dari luar etik
2. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
Etika Berkomunikasi
3. Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
a. Diam dan Menyimak 4. Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat
b. Tidak Memotong Pembicaraan kesehatan

c. Tidak meninggalkan lawan bicara 5. Formulasi dan produksi sediaan farmasi

d. Tidak menepis pembicaraan lawan 6. Upaya preventif dan promotif kesehatan


masyarakat
e. Tidak berusaha menunjukkan bahwa kita lebih
pandai 7. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
5 Respon Empatik 8. Komunikasi efektif
a. Mengulangi kata demi kata 9. Keterampilan organisasi dan hubungan
b. Mengatakan kembali isi interpersonal

c. Merefleksikan perasaan 10. Peningkatan kompetensi diri


serta mengambil keputusan bersama pasien
1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian setelah mendapatkan informasi, untuk
Secara Profesional dan Etik tercapainya hasil pengobatan yang optimal.

1.1 Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam  Apoteker juga membantu diseminasi
Praktik Profesi informasi melalui penyebaran dan penyediaan
leaflet, poster serta memberikan penyuluhan.
1.1.1 Artikulasi Kode Etik Dalam
Praktik Profesi Promosi Kesehatan
1.2 Mampu Menerapkan Praktik Kefarmasian
 Apoteker dapat mengambil bagian dalam
Secara Legal dan Profesional Sesuai Kode
kampanye promosi kesehatan, secara lokal
Etik Apoteker Indonesia
dan nasional, pada berbagai topik yang
1.2.1 Berperilaku Profesional Sesuai berhubungan dengan kesehatan, dan
Dengan Kode Etik Apoteker Indonesia khususnya yang berhubungan dengan obat
1.2.2 Integritas Personal dan misalnya, penggunaan obat secara rasional,
Professional penyalahgunaan alkohol, penggunaan
tembakau, penghindaran penggunaan
narkoba selama kehamilan, penyalahgunaan
BAB III PROMOSI DAN EDUKASI KESEHATAN pelarut organik, pencegahan racun) atau topik
EVOLUSI FARMASI yang berkaitan dengan masalah kesehatan
lainnya (penyakit diare, tuberkulosis, kusta,
Pharmaceutical care infeksi HIV / AIDS, Covid-19) dan keluarga
Adalah filosofi yang memperluas peran apoteker berencana.
untuk menyediakan penggunaan obat yang  Mereka juga dapat mengambil bagian dalam
tepat untuk mencapai hasil positif dengan terapi pendidikan kelompok masyarakat lokal dalam
obat yang diresepkan promosi kesehatan, dan dalam kampanye
pencegahan penyakit, seperti Program
Termasuk memantau respons terhadap terapi
Perluasan Imunisasi, dan program malaria dan
serta mendidik pasien dan membagikan resep
kebutaan.
Era tradisional →E ra Saintifik → Era Klinik → Era
Pharmaceutical Care Dasar Teori Promosi Kesehatan

Pendahuluan Promosi Kesehatan (Health Promotion)

 Promosi → kegiatan pemberdayaan a. Upaya memasarkan, penyebarluasan,


masyarakat dengan memberikan inspirasi memperkenalkan Program Kesehatan →
kepada masyarakat sehingga termotivasi Pend.Kes
untuk meningkatkan derajat kesehatannya b. Bagian dari Five Level Prevention
secara mandiri.
 Edukasi → kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan memberikan
pengetahuan tentang obat dan pengobatan
Lima Tingkat Pencegahan (Leavel and Clark)  Ottawa Charter, (kanada, 21 nov 1986) Health
promotion is the process of enabling people to
1. Promosi Kesehatan
increase control over, and to improve their
2. Perlindungan Khusus health, WHO, 1986)
3. Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Tepat
Atau: proses yang memungkinkan orang-
4. Batasan Cacat orang untuk mengontrol dan meningkatkan
5. Rehabilitasi kesehatannya Dengan kata lain: Proses
pemberdayaan masyarakat untuk
Kerangka Promosi Kesehatan memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya

Promosi Kesehatan (Umum)

• Suatu kegiatan atau usaha menyampaikan


pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu.
• Harapannya bahwa dengan adanya pesan
tersebut, maka masyarakat, kelompok atau
individu dapat memperoleh pengetahuan
Batasan tentang kesehatan yang lebih baik.

 Soekidjo, 2005 Promkes: upaya memasarkan, • Pengetahuan tersebut pada akhirnya


menjual, memperkenalkan pesan-pesan / diharapkan dapat berpengaruh terhadap
program-program kesehatan sehingga perilaku.
masyarakat menerima /”membeli” /mengenal • Dengan kata lain dengan adanya promosi
pesan-pesan kesehatan tsb, yg akhirnya kesehatan tersebut diharapkan dapat
masyarakat MAU berperilaku hidup sehat. membawa akibat terhadap perubahan
 WHO (1984), merevitalisasi pendidikan perilaku kesehatan dari sasaran
kesehatan dengan istilah promosi kesehatan,
kalau pendidikan kesehatan diartikan sebagai
Menurut Notoatmodjo (2005) mengutip
upaya perubahan perilaku maka promosi pendapat Lawrence Green (1984)
kesehatan tidak hanya untuk perubahan
perilaku tetapi juga perubahan lingkungan “Promosi Kesehatan adalah segala bentuk
yang memfasilitasi perubahan perilaku kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
tersebut. yang terkait dengan ekonomi, politik dan
organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
 Lawrence Green, 1984 Promkes: segala
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif
bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
bagi kesehatan”.
intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik dan organisasi yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Promkes menurut Pemerintah (Depkes 2005) Publikasi Munaim dkk (2005)

Promosi kesehatan mempunyai pengertian Sedangkan yang paling banyak tidak dikerjakan
sebagai upaya pemberdayaan masyarakat untuk adalah melakukan pencatatan data pasien yang
memelihara, meningkatkan dan melindungi sering berkonsultasi, meliputi :
kesehatan diri dan lingkungannya melalui
Pendidikan 19,51% responden
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
Pekerjaan 24,39% responden
masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri,
Berat badan untuk 36,59% responden
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
pasien anak
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan publik yang Penyakit yang pernah 36,59% responden
berwawasan kesehatan. diderita sebelumnya
Pemakaian obat 36,59% responden
sebelumnya untuk
Regulasi penyakit tersebut
 Berdasarkan Kepmenkes no, Jenis kelamin 43,90% responden
189/Menkes/SK/III/2006, kemampuan Alergi dan efek samping 42,68% responden
komunikasi wajib dimiliki oleh seorang terhadap obat yang
apoteker yang bekerja di apotek, untuk pernah dialami
mampu melakukan konseling dengan tepat Keluhan/gejala penyakit 43,90% responden
bagi pengguna atau pasien. pasien

 Setiap apoteker dituntut untuk mampu Skor pelayanan kefarmasian di apotek


melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi berdasarkan angket apoteker di kota Bandung,
(KIE) terkait dengan obat. Denpasar, Surabaya, Medan adalah 70,92%
 Tuntutan KIE ini telah diatur terlebih dahulu dengan kategori cukup.
dengan dengan Kepmenkes no.
1027/Menkes/SK/IX/2004, dimana pelayanan
Publikasi lainnya
di apotek selain pelayanan resep juga meliputi
promosi dan edukasi serta pelayanan  Berdasarkan fakta di atas, KIE yang dilakukan
residensial (homecare). apoteker di apotek masih bersifat minimalis
yaitu berkisar pada cara pakai dan cara
Antara Fakta dan Harapan penyimpanan obat.

Fakta penelitian yang dilakukan oleh Munaim dkk  Tuntutan dokumentasi yang diamanatkan
(2005) menyatakan bahwa ditinjau dari segi KIE Kepmenkes no. 1027/Menkes/SK/IX/2004
bagi pasien, yang paling banyak dikerjakan adalah tentang adanya medication record belum
pemberian informasi obat yang jelas dan banyak disentuh di apotek.
profesional, meliputi : cara pemakaian obat  Medication record yang dilakukan masih
(sebesar 89,02% responden), cara penyimpanan terbatas pada pasien yang dikenal dengan baik
obat (sebesar 78,05% responden) oleh apoteker (Herman dkk, 2010).
 Hal yang sedikit berbeda dilaporkan oleh Visi Promkes → Masyarakat MAU dan MAMPU
Diana (2011) bahwa 21,28% apoteker Memelihara dan meningkatkan kesehatannya
melakukan pendokumentasian, 35,11%
Misi Promkes
apoteker membuat catatan pengobatan untuk
pelanggan. 1. ADVOKASI
 Apabila tersedia medication record tiap 2. MEDIATOR (jembatan lintas sektoral)
pasien, maka track record penggunaan obat 3. PEMBERDAYAAN
akan terdokumentasi dengan baik sehingga
proses KIE pun akan berjalan dengan lebih baik Sasaran Promkes
pula dengan adanya dukungan dokumen ini.
Primer : Sasaran yang punya masalah,
 Barrier KIE yang lain, menurut penelitian
diharapkan mau dan mampu
Handayani dkk (2006) yaitu sumber informasi
berperilaku hidup sehat
obat yang dimiliki/diakses apoteker barulah
sebatas leaflet, ISO atau MIMS yang tidak Sekunder : Individu/kelompok yang berpengaruh
memuat informasi yang pasien butuhkan. terhadap sasaran primer

 Dengan demikian dapatlah dipahami, Tersier : Para pengambil keputusan,


dikarenakan sumber informasi obat yang penyandang dana, pembuat kebijakan.
tersedia adalah sumber info praktis maka KIE
yang disampaikan juga bersifat minimalis.
 Hal ini pula yang kemungkinan menghambat
proses dilakukannya homecare bagi pasien
dengan penyakit kronik, selain adanya
hambatan tidak semua pasien bisa menerima
layanan homecare yang dilakukan oleh
apoteker (Herman dkk, 2010).

Prinsip-prinsip Promkes

1. Pemberdayaan masyarakat
2. Perubahan/perbaikan perilaku masyarakat di
bidang kesehatan
3. Melingkupi upaya promotif, preventif, kuratif Ruang Lingkup Promkes
dan rehabilitatif
4. Selain edukatif, juga melakukan upaya
advokasi dan bina suasana
5. Berpatokan pada PHBS dengan 5 tatanan
6. Di rumah, tempat kerja, tempat umum,
tempat yankes, sekolah
7. Peran kemitraan dengan pemerintah, swasta
dan LSM
Strategi Promkes (WHO, 1994)

1. ADVOKASI (advocacy)
2. DUKUNGAN SOSIAL (social support)
3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(empowerment)

Maka ruang lingkup Promkes didasarkan pada


dua dimensi.

Metode & Media Promkes

a. Metode Promosi Individual → bimbingan,


penyuluhan, wawancara
b. Metode Promosi Kelompok
Konsultasi Informasi dan Edukasi (KIE)
• Kelompok Besar : Ceramah,Seminar
 KIE adalah suatu proses diskusi antara
• Kelompok Kecil : Diskusi, Brain Storming,
apoteker dengan pasien/keluarga pasien yang
Snow Ball, Role Play, permainan Simulasi
dilakukan secara sistematis untuk
c. Metode Promosi Kesehatan Massal memberikan kesempatan kepada
d. Public Speaking, Media Massa pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan
diri dan membantu meningkatkan
Berdasarkan sasaran, ada 3 metode dan teknik pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran
Promkes sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh
keyakinan akan kemampuannya dalam
a. Individu penggunaan obat yang benar termasuk
b. Kelompok swamedikasi.

c. Massal  Tujuan umum KIE adalah meningkatkan


keberhasilan terapi, memaksimalkan efek
 Ceramah umum pidato
terapi, meminimalkan risiko efek samping,
 Media massa: Elektronik, cetak, luar ruang meningkatkan cost effecfiveness dan
(spanduk, umbul2, baleho, dll) menghormati pilihan pasien dalam
menjalankan terapi.
 Tujuan khusus Informasi Terapeutik yang dibutuhkan pasien /
masyarakat
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan
antara apoteker dan pasien a. Nama obat dagang, nama generik, sinonim
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian umum, atau nama deskriptif lain, kelas dan
terhadap pasien khasiat terapeutik.
c. Membantu pasien untuk mengatur dan b. Penggunaan obat dan manfaat yang
terbiasa dengan obat
diharapkan dan tindakan. Termasuk apakah
d. Membantu pasien untuk mengatur dan obat dimaksudkan untuk menyembuhkan
menyesuaikan penggunaan obat dengan penyakit, menghilangkan atau mengurangi
penyakitnya
gejala, mengistirahatkan atau memperlambat
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam proses penyakit, atau mencegah penyakit atau
menjalani pengobatan gejala.
f. Mencegah atau meminimalkan masalah
c. Onset obat yang diharapkan atas tindakan dan
terkait obat
apa yang harus dilakukan jika tindakan tidak
g. Meningkatkan kemampuan pasien
terjadi.
memecahkan masalahnya dalam hal terapi
d. Rute obat, bentuk sediaan, dosis, dan jadwal
h. Mengerti permasalahan dalam
pengambilan keputusan administrasi (termasuk durasi terapi).

i. Membimbing dan mendidik pasien dalam e. Petunjuk untuk mempersiapkan dan


penggunaan obat sehingga dapat menggunakan atau pemberian obat. Ini
mencapai tujuan pengobatan dan mungkin termasuk adaptasi untuk
meningkatkan mutu pengobatan pasien menyesuaikan gaya hidup pasien atau
lingkungan kerja.
PROSEDUR TETAP PELAYANAN INFORMASI
OBAT (PIO) f. Tindakan yang akan diambil dalam kasus dosis
yang terlupa
1. Memberikan informasi obat kepada pasien
berdasarkan resep atau kartu pengobatan g. Tindakan pencegahan untuk diamati selama
pasien (medication record) atau kondisi penggunaan obat atau administrasi dan
kesehatan pasien baik lisan maupun tertulis potensi risiko obat dalam kaitannya dengan
2. Melakukan penelusuran literatur bila manfaat. Untuk obat-obatan dan peralatan
diperlukan, secara sistematis untuk administrasi suntik, kekhawatiran tentang
memberikan informasi alergi lateks dapat didiskusikan.
3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas h. Potensi efek umum dan merugikan parah yang
dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan
mungkin terjadi, tindakan untuk mencegah
bijaksana baik secara lisan maupun tertulis
atau meminimalkan terjadinya semua itu, dan
4. Mendisplai brosur, leaflet, poster atau tindakan yg diambil jika hal itu terjadi,
majalah kesehatan untuk informasi pasien. termasuk memberitahukan dokter, apoteker,
5. Mendokumentasikan setiap kegiatan atau penyedia layanan kesehatan lainnya.
pelayanan informasi obat i. Teknik untuk pemantauan diri sendiri dari
farmakoterapi tersebut.
j. Potensi obat-obat (termasuk OTC), obat-  Asthma (Asma)
makanan, dan interaksi obat-penyakit atau
 Diabetes
kontraindikasi.
 Nutrition and physical activity (nutrisi dan
k. Hubungan Obat untuk radiologis dan prosedur
aktivitas fisik)
laboratorium (misalnya, waktu dosis dan
gangguan potensial dengan interpretasi hasil).  Multi-topic health promotion campaigns
(Promosi kesehatan)
l. Otorisasi tebus ulang Resep dan proses untuk
mendapatkan tebus ulang.
m. Instruksi akses 24 jam untuk apoteker.
n. Penyimpanan yang tepat dari obat.
o. Pembuangan yang tepatobat terkontaminasi
atau dihentikan dan perangkat administrasi
yang digunakan.
p. Informasi lain yang unik untuk pasien individu
atau obat.

Pharmacist as a Public Health (Farmasis sebagai


Kesehatan Masyarakat)

 Smoking cessation (penghentian merokok)


 Coronary heart disease (penyakit jantung
coroner)
 Skin cancer prevention (pencegahan kanker
kulit)
 Drug misuse (penyalahgunaan)
 Sexual health (including emergency hormonal
contraception) (kesehatan seksual termasuk
kontrasepsi)
 Immunisation (imunisasi)
 Head lice management (kutu rambut)
 Oral health (kesehatan mulut)
 Mental health (kesehatan mental)
 Accidental injury prevention (pencegahan
cedera karena kecelakaan)
 Folic acid and pregnancy (asam folat dan
kehamilan

Anda mungkin juga menyukai