Vitamin D, menjadi salah satu suplemen kesehatan yang paling populer di kalangan
masyarakat. Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang diproduksi dalam tubuh di saat
sinar ultraviolet mengenai kulit. Berdasarkan penelitian, meskipun Indonesia termasuk negara
tropis yang kaya sinar matahari, sebanyak 80% orang Indonesia dari berbagai usia bahkan ibu
hamil masih mengalami defisiensi/ kekurangan vitamin D. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan
bahwa kadar vitamin D yang rendah dalam tubuh dapat meningkatkan risiko COVID-19 secara
signifikan (Ghasemian, et al., 2021). Gejala kekurangan vitamin D tidak terlalu spesifik tetapi
beberapa gejala yang mungkin dapat dirasakan diantaranya nyeri punggung bawah, panggul, atau
kaki, nyeri sendi, sulit tidur, otot terasa lemah, mudah lelah, gangguan mood, sakit kepala, dan
rambut rontok.
Konsumsi vitamin D di masa pandemi ini memang menjadi salah satu cara pencegahan
yang dianjurkan. Namun menurut Endocrine Society Practice Guidelines, pemberian vitamin D
hanya direkomendasikan pada kelompok berisiko defisiensi vitamin D. Sehingga dianjurkan
untuk memeriksakan kadar vitamin D dalam darah sebelum mengkonsumsi Vitamin D
secara rutin. Vitamin D sebaiknya dikonsumsi bersama dengan makanan agar lebih mudah
diserap oleh tubuh.
- mual muntah
- turunnya nafsu makan
- sembelit
- berat badan turun.
Sumber:
Ardhiaria, Martha. 2020. Peran Vitamin D Dalam Pencegahan Influenza dan COVID-19.
Journal of Nutrition and Health. Vol.8. No. 2.
Badan POM. 2020. Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.02.01.1.2.08.20.385 Tahun 2020
tentang Penetapan Vitamin D 1000 IU sebagai Suplemen Kesehatan.
Ghasemian, R. et al., 2021. The Role of Vitamin D in the Age of Covid-19: A Systematic
Review and Meta-Analysis Along With an Ecological Approach. Int J Clin Pract. Vol
75(11).
Holick MF, Binkley NC, Bischoff-Ferrari HA, Gordon CM, Hanley DA, Heaney RP, et al.
Evaluation, treatment, and prevention of vitamin D deficiency: An endocrine society
clinical practice guideline. J Clin Endocrinol Metab. 2011;96(7):1911-30.