Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENTINGNYA ETIKA PELAYANAN PUBLIK

Disusun Guna Memunuhi Salah Satu Tugas

Dosen : Syamsidar,S.Sos,M.Si

OLEH :

ANDINI

( B101 20 115 )

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS TADULAKO

APRIL,

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan dan sehat walafiat. Adapun judul dari makalah ini yaitu “Etika
Pelayanan Publik ”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Etika Pelayanan Publik .Selain itu ,makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan saya mengenai Etika Pelayanan Publik yang terjadi.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah
membimbing saya agar dapat menyelesai makalah ini dengan tepat waktu.
Saya menyadari ,makalah yang saya buat masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu,,kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu , 8 April 2022

ANDINI

B10120115

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUl.........................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2

1.3 Maksud Dan Tujuan...................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1 Pengertian Etika Pelayanan Publik...............................................3

2.2 Etika Pelayanan Publik ( Kode Etik )...........................................5

2.3 Prinsip Etika Pelayanan Institute Josephson America..................6

BAB III PENUTUP..........................................................................................9

3.1 Kesimpulan..................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Melihat betapa kompleksnya masalah yang terjadi dalam praktek
penyelenggaraan pelayanan publik, maka upaya penerapan etika pelayanan
publik di Indonesia msenuntut pemahaman dan sosialisasi yang menyeluruh,
dan menyentuh semua dimensi persoalan yang dihadapi oleh birokrasi
pelayanan. Permasalahannya sekarang adalah sejauhmana pemahaman dan
penerapan etika pelayanan publik oleh birokrasi pemerintah Indonesia?
Masalah ini perlu pengkajian secara kritis dan mendalam, karena berbagai
praktek buruk dalam penyelenggaraan pelayanan publik seperti:
ketidakpastian pelayanan, pungutan liar, dan pengabaian hak dan martabat
warga pengguna pelayanan, masih amat mudah dijumpai dihampir setiap
satuan pelayanan publik.
Menurut Mertins Jr ada empat hal yang harus dijadikan pedoman yaitu:
Pertama, equality, yaitu perlakuan yang sama atas pelayanan yang biberikan.
Hal ini didasarkan atas tipe prilaku birokrasi rasional yang secara konsisten
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada semua pihak tanpa
memandang afiliasi politik, status sosial, etnis, agama dan sebagainya. Bagi
mereka memberikan perlakuan yang sama identik dengan berlaku jujur, suatu
prilaku yang patut dihargai. Kedua, equity, yaitu perlakuan yang sama kepada
masyarakat tidak cukup, selain itu juga perlakuan yang adil. Untuk masyarakat
yang pluralistik kadangkadang diperlukan perlakuan yang adil dan perlakuan
yang sama dan kadang-kadang pula di butuhkan perlakuan yang adil tetapi
tidak sama kepada orang tertentu. Ketiga, loyalty, adalah kesetiaan yang
diberikan kepada konstitusi, hukum, pimpinan, bawahan dan rekan kerja.
Berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu sama lain, dan tidak ada
kesetiaan

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian Etika Pelayanan Publik ?
1.2.2 Etika Pelayanan Publik ( Kode Etik ) ?
1.2.3 Prinsip Etika Pelayanan Institute Josephson America ?

1.3 Maksud Dan Tujuan


1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian Etika Pelayanan Publik ?
1.3.2 Untuk Mengetahui Etika Pelayanan Publik ( Kode Etik ) ?
1.3.3 Untuk Mengetahui Prinsip Etika Pelayanan Institute Josephson
America ?

2
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Pengertian Etika Pelayanan


Publik Etika :
Sebelum membahas Eika Pelayanan Publik, terlebih dulu akan
disampaikan pengertian tentang etika secara umum sebagai berikut ; Istilah
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu
ethossedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti
yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan artita etha yaitu adat
kebiasaan.Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya
istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika memiliki makna, ilmu tentang
apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 1989 mendefinisikan etika
adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan
kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Suseno, 1994 mendefinisikan Etika adalah suatu ilmu yang membahas
tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu
atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. Sementara itu, Kattsoff 1986,
mengemukakan bahwa, Etika sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan
prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia.

Pelayanan Publik :
Yang dimaksud dengan pelayanan publik menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003, adalah segala
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3
Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2009 Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelengga ra pelayanan publik. Jadi, pelayanan
publik merupakan usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat dari
penyelenggara pelayanan publik.
Pelayanan publik diselenggarakan oleh pemerintah,dalam hali ini
institusi negara dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD). Adapun unitpenyelenggara pelayanannya adalah unit
kerja di masing-masing instansi, danpemberipelayanannya adalah
pejabat/pegawai instansi pemerintah sesuai peraturan perundangan.Adapun
penerima pelayanan publik adalah masyarakat,instansi pemerintah, dan badan
hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah.
Pelayanan publik dalam arti yang sempit adalah suatu tindakan
pemberian barang dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka
tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara langsung maupun
melalui kemitraan dengan swasta dan masyarakat, berdasarkan jenis dan
intensitas kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar. Hal ini
menekankan bagaimana pelayanan publik berhasil diberikan melalui
suatudelivery system yang sehat. Pelayanan publik ini dapat dilihat sehari-
hari di bidang administrasi,keamanan,kesehatan,pendidikan,perumahan, air
bersih, telekomunikasi, transportasi, bank, dan sebagainya.
Tujuan pelayanan publik,menyediakan barang dan jasa yang terbaik bagi
masyarakat. Barang dan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang
dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian
pelayanan publik yang terbaik adalah yang memberikan kepuasan terhadap
publik, dan bila perlu melebihi harapan publik.

Etika Pelayanan Publik :


Setelah mengetahui arti etika dan pelayanan publik, dibawah ini akan
disampaikan pengertian tentang etika pelayanan publik. Menurut Denhardt
(dalam Keban, 2008) etika pelayanan publik diartikan sebagai filsafat dan

4
kode etik /standar profesi, atau moral atau right rules of conduct (aturan
berperilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan
publik atau administrator publik. Dalam hal ini Denhardt menekankan etika
pelayanan publik sebagai kode etik.
Semantara itu, Rohman, dkk (2010) mendefinisikan bahwa etika
pelayanan publik adalah suatu cara dalam melayani publik dengan
menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan
hukum atau norma yang mengatur tingkah laku manusia yang dianggap baik.
Definisi Rohman dkk ini menekankan penggunaan nilai-nilai luhur dalam
pelayanan publik. Jadi, jelas bahwa etika pelayanan publik merupakan
penggunaan nilai-nilai luhur oleh seorang administrator dalam memberikan
pelayanan publik.

2.2 Etika Pelayanan Publik ( Kode Etik )


Setiap birokrasi pelayan publik wajib memiliki sikap mental dan perilaku
yang mencerminkan keunggulan watak, keluharan budi, dan asas etis. Ia
wajib mengembangkan diri sehingga sungguh-sungguh memahami,
menghayati, dan menerapkan berbagai asas etis yang bersumber pada
kebajikan-kebajikan moral khususnya keadilan dalam tindakan jabatannya.
Secara umum nilai-nilai moral terlihat dari enam nilai besar atau yang dikenal
dengan “six great ideas” 4 yaitu nilai kebenaran (truth), kebaikan (goodness),
keindahan (beauty), kebebasan (liberty), kesamaan (equality), dan keadilan
(justice).
Dalam dunia pelayanan publik, etika diartikan sebagai filsafat moral atau
nilai, dan disebut dengan “profesional standars” (kode etik) atau “right rules
of conduct” (aturan perilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh
pemberi pelayanan publik . Sebuah kode etik meru-muskan berbagai tindakan
apa, kelakuan mana, dan sikap bagaimana yang wajib dijalankan atau
dihindari oleh para pemberi pelayanan. Aplikasi etika dan moral dalam
praktek dapat dilihat dari kode etik yang dimiliki oleh birokrasi publik. Kode
etik di Indonesia masih terbatas pada beberapa kalangan seperti ahli hukum
dan kedokteran. Kode etik bagi kalangan profesi yang lain masih belum ada,
meskipun banyak yang berpendapat bahwa nilai-nilai agama dan etika moral

5
Pancasila sebenarnya sudah cukup untuk menjadi pegangan bekerja atau
bertingkah laku, dan yang menjadi masalah sebenarnya adalah bagaimana
implementasi dari nilainilai tersebut.
Kehadiran kode etik itu sendiri lebih berfungsi sebagai kontrol lansung
sikap dan perilaku dalam bekerja, mengingat tidak semua aspek dalam
bekerja diatur secara lengkap melalui aturan atau tata tertib yang ada dalam
suatu organisasi pelayanan publik. Kode etik tidak hanya sekedar bacaan,
tetapi juga diimplementasikan dalam melakukan pekerjaan, dinilai tingkat
implementasinya melalui mekanisme monitoring, kemudian dievaluasi dan
diupayakan perbaikan melalui konsensus. Komitmen terhadap perbaikan etika
ini perlu ditunjukkan, agar masyarakat semakin yakin bahwa birokrasi publik
sungguh-sungguh akuntabel dalam melaksanakan kegiatan pelayanan publik.
Untuk itu, kita barangkali perlu belajar dari negara lain yang sudah maju
dan memiliki kedewasaan beretika. Di Amerika Serikat, misalnya, kesadaran
beretika dalam pelayanan publik telah begitu meningkat sehingga banyak
profesi pelayanan publik yang telah menetapkan kode etiknya. Salah satu
contoh yang relevan dengan pelayanan publik adalah kode etik yang dimiliki
ASPA (America Society for Public Administration), yang telah direvisi
berulang-ulang kali dan mendapat penyempurnaan dari para anggotanya
(Wachs, 1985). Nilai-nilai yang dijadikan kode etik bagi pelayan publik di
Amerika Serikat adalah menjaga integritas, kebenaran, kejujuran, ketabahan,
respek, penuh perhatian, keramahan, cepat tanggap, mengutamakan
kepentingan publik, memberi perlindungan terhadap informasi yang
sepatutnya dirahasiakan, dukungan terhadap “system merit” dan program
“affirmative action”.

2.3 Prinsip Etika Pelayanan Institute Josephson America


Prinsip-prinsip etika pelayanan publik yang dikembangkan oleh Institute
Josephson America7dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi bagi para
birokrasi publik dalam memberikan pelayanan, antara lain adalah sebagai
berikut:

6
 Jujur, dapat dipercaya, tidak berbohong, tidak menipu, mencuri,
curang, dan berbelit-belit;
 Integritas, berprinsip, terhormat, tidak mengorbankan prinsip moral,
dan tidak bermuka dua;
 Memegang janji. Memenuhi janji serta mematuhi jiwa perjanjian
sebagaimana isinya dan tidak menafsirkan isi perjanjian itu secara
sepihak;
 Setia, loyal, dan taat pada kewajiban yang semestinya harus
dikerjakan;
 Adil. Memperlakukan orang dengan sama, bertoleransi dan menerima
perbedaan serta berpikiran terbuka;
 Perhatian. Memperhatikan kesejahteraan orang lain dengan kasih
sayang, memberikan kebaikan dalam pelayanan;
 Hormat. Orang yang etis memberikan penghormatan terhadap
martabat manusia privasi dan hak menentukan nasib bagi setiap
orang;
 Kewarganegaraan, kaum profesional sektor publik mempunyai
tanggung jawab untuk menghormati dan menghargai serta
mendorong pembuatan keputusan yang demokratis;
 Keunggulan. Orang yang etis memperhatikan kualitas pekerjaannya,
dan seorang profesional publik harus berpengetahuan dan siap
melaksanakan wewenang publik;
 Akuntabilitas. Orang yang etis menerima tanggung jawab atas
keputusan, konsekuensi yang diduga dari dan kepastian mereka, dan
memberi contoh kepada orang lain;
 Menjaga kepercayaan publik. Orang-orang yang berada disektor
publik mempunyai kewajiban khusus untuk mempelopori dengan
cara mencontohkan untuk menjaga dan meningkatkan integritas dan
reputasi prosses legislatif.

Nilai-nilai etika di atas dapat digunakan sebagai rujukan bagi birokrasi


publik dalam bersikap, bertindak, dan berperilaku dalam memberikan

7
pelayanan kepada masyarakat, sekaligus dapat digunakan standar untuk
menilai, apakah sikap, tindakan, perilaku dan pelayanan yang diberikannya
itu dinilai baik atau buruk oleh publik.
Sejalan dengan penilaian tersebut Jabbra dan Dwivedi9 mengatakan
bahwa untuk menjamin kinerja pegawai sesuai dengan standard dan untuk
meminimalkan penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat pemerintah, maka
aparat harus mampu mengembangkan 5 macam akuntabilitas, yaitu: Pertama,
akuntabilitas administratif (organisasional). Kedua, akuntabilitas legal.
Ketiga, akuntabilitas politik. Keempat, akuntabilitas profesional. Kelima,
akuntabilitas moral.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Birokrasi penyelenggara pelayanan publik tidak mungkin bisa dilepaskan
dari nilai etika. Karena etika berkaitan dengan soal kebaikan dan keburukan
di dalam hidup manusia, maka tugastugas dari birokrasi pelayan publikpun
tidak terlepas dari hal-hal yang baik dan buruk. Dalam praktek pelayanan
publik saat ini di Indonesia, kita menginginkan birokrasi publik yang terdiri
dari manusia-manusia yang berkarakter, yang dilandasi sifat-sifat kebajikan,
yang akan menghasilkan kebajikan-kebajikan yang menguntungkan
masyarakat dan mencegah tujuan menghalalkan segala cara. Karakter ini
harus ditunjukkan, bukan hanya menghayati nilai-nilai kebenaran, kebaikan,
dan kebebasan yang mendasar, tetapi juga nilai kejuangan. Hal terakhir ini
penting karena birokrasi pelayan publik ini adalah pejuang dalam arti
menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan,
rela berkorban, dan bekerja keras tanpa pamrih. Dengan semangat kejuangan
itu seorang birokrat, akan sanggup bertahan dari godaan untuk tidak berbuat
yang bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan,
kebebasan, persamaan, dan keadilan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agus Dwiyanto, dkk. 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta:


Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PPSK) UGM.

Bertens, K. 2000. Etika. Seri Filsafat PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta ;

Denhardt, KG. 1988. The ethics of public service: resolving moral dilemmas in
the public organizations. New York: Greenwood Press.

Jabbra, J.G dan Dwivedi, O.P. 1989. Public Service Accountability. Conneticut:
Kumarian Press, Inc.

Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep,


Teori, dan Isu. Gava Media Yogyakarta ;

Martins, Jr (ed). 1979. Professional Standards and Ethics. Washington, DC:


ASPA Publisher.

Rohman, Ahmad, dkk. 2010 Reformasi Pelayanan Publik Averroes Press, Malang

The Liang Gie. 2006. Etika Administrasi Pemerintahan. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Jabbra, J.G dan Dwivedi, O.P. 1989. Public Service Accountability. Conneticut:
Kumarian Press, Inc.

Anda mungkin juga menyukai