Disusun oleh:
NAMA : NUR FADHILAH HAS
NIM : P0713201191182
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. Definisi
Atrial fibrilasi (AF) adalah aritmia jantung menetap yang paling
umum didapatkan. Ditandai dengan ketidakteraturan irama dan peningkatan
frekuensi atrium sebesar 350-650 x/menit sehingga atrium menghantarkan implus
terus menerus ke nodus AV.10Konduksi ke ventrikel dibatasi oleh periode
refrakter dari nodus AV dan terjadi tanpa diduga sehingga menimbulkan respon
ventrikel yang sangat ireguler Atrial fibrilasi dapat terjadi secara episodic
maupun permanen. Jika terjadi secara permanen, kasus tersebut sulit untuk
dikontrol.
B. Etiologi
Penyebab paling sering adalah hipertensi, cardiomyopathy, kelainan katup mitral dan
trikuspid, hyperthyroidism, kebiasaan konsumsi alkohol (holiday heart). Penyebab
yang jarang meliputi pulmonary embolism, atrial septal defect (ASD), dan penyakit
jantung defect kongenital lainnya, myocarditis, dan pericarditis.
Penyebab dari abnormalitas irama jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan
berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :
1. Irama abnormal dari pacu jantung.
2. Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
3. Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewktu menghantarkan impuls melalui
jantung.
4. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
5. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian
jantung.
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan abnormalitas irama jantung
adalah :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9. Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
10. Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung).
C. Patofisiologi
Pada dasarnya mekanisme atrial fibriasi terdiri dari 2 proses, yaitu proses
aktivasi fokal dan multiple wavelet reentry. Pada proses aktivasi fokal bisa melibatkan
proses depolarisasi tunggal atau depolarisasi berulang. Pada proses aktivasi fokal,
fokus ektopik yang dominan adalah berasal dari vena pulmonalis superior. Selain itu,
fokus ektopik bisa juga berasal dari atrium kanan, vena cava superior dan sinus
coronarius. Fokus ektopik ini menimbulkan sinyal elektrik yang dapat mempengaruhi
potensial aksi pada atrium dan menggangu potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus
sino-atrial (SA).
Sedangkan multiple wavelet reentry, merupakan proses potensial aksi yang
berulang dan melibatkan sirkuit atau jalur depolarisasi. Mekanisme multipie waveler
reentry tidak tergantung pada adanya fokus ektopik seperti pada proses aktivasi fokal,
tetapi lebih tergantung pada sedikit banyaknya sinyal elektrik yang mempengaruhi
depolarisasi. Timbulnya gelombang yang menetap dari depolarisasi atrial atau wavelet
yang dipicu oleh depolarisasi atrial prematur atau aktivas aritmogenik dari fokus yang
tercetus secara cepat. Pada multiple wavelet reentry, sedikit banyaknya sinyal elektrik
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu periode refractory, besamya ruang atrium dan
kecepatan konduksi. Hal ini bisa dianalogikan, bahwa pada pembesuran atrium
biasanya akan disertai dengan pemendekan periode refractory dan terjadi penurunan
kecepatan konduksi. Ketiga faktor tersebut yang akan meningkatkan sinyal elektrik
dan menimbulkan peningkatan depolarisasi serta mencetuskan terjadinya atrial
fibrilasi.
Mekanisme fibrilasi atrium identik dengan mekanisme fibrilasi ventrikel
kecuali bila prosesnya temyatu hanya di massa otot atrium dan bukan di massa otot
ventrikel. Penyebab yang sering menimbulkan fibrilasi atrium adalah pembesaran
atrium akibat lesi katup jantung yang mencegah atrium mengosongkan isinya secara
adekuat ke dalam ventrikel, atau akibat kegagalan ventrikel dengan pembendungan
darah yang banyak di dalam atrium. Dinding atrium yang berdilatasi akan
menyediakan kondisi yang tepat untuk sebuah jalur konduksi yang panjang demikian
juga konduksi lambat, yang keduanya merupakan faktor predisposisi bagi fibrilasi
atrium.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang terlihat pada penderita fibrilasi atrium adalah :
1. Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau “berdebar” dalam
dada)
2. Sesak napas
3. Kelemahan atau kesulitan berolahraga
4. Nyeri dada
5. Pusing atau pingsan
6. Kelelahan (kelelahan)
7. Kebingungan
Fibrilasi atrium
a. Frekwensi : frekwensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit; respons
ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.
b. Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi yang
iereguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval PR tidak dapat
diukur.
c. Kompleks QRS : Biasanya normal .
d. Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons ventrikuler
ireguler, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekwensi atrium yang cepat,
maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel berespon ireguler.
e. Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama
diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV
D. Pathway
E. Komplikasi
Dampak penyakit ini, selain berdebar-debar dan mudah sesak bila naik tangga atau
berjalan cepat, juga dapat menyebabkan emboli, bekuan darah yang lepas, yang bisa
menyumbat pembuluh darah di otak, menyebabkan stroke atau bekuan darah di
bagian tubuh yang lain.
Kelainan irama jantung (disritmia) jenis atrial fibrilasi seringkali menimbulkan
masalah tambahan bagi yang mengidapnya, yaitu serangan gangguan sirkulasi otak
(stroke). Ini terjadi karena atrium jantung yang berkontraksi tidak teratur
menyebabkan banyak darah yang tertinggal dalam atrium akibat tak bisa masuk ke
dalam ventrikel jantung dengan lancar. Hal ini memudahkan timbulnya gumpalan
atau bekuan darah (trombi) akibat stagnasi dan turbulensi darah yang terjadi. Atrium
dapat berdenyut lebih dari 300 kali per menit padahal biasanya tak lebih dari 100.
Makin tinggi frekuensi denyut dan makin besar volume atrium, makin besar peluang
terbentuknya gumpalan darah. Sebagian dari gumpalan inilah yang seringkali
melanjutkan perjalanannya memasuki sirkulasi otak dan sewaktu-waktu menyumbat
sehingga terjadi stroke. Pada penyakit katup jantung, terutama bila katup yang
menghubungkan antara atrium dan ventrikel tak dapat membuka dengan sempurna,
maka volume atrium akan bertambah, dindingnya akan membesar dan memudahkan
timbulnya rangsang yang tidak teratur.
Sekitar 20 persen kematian penderita katup jantung seperti ini disebabkan oleh
sumbatan gumpalan darah dalam sirkulasi otak.AF mengakibatkan pembentukan
trombus (gumpalan) pada aurikel (ventrikel jantung atas) yang dapat lepas ke dalam
sirkulasi dan menghambat arteri pada sistem saraf pusat (CNS), sehingga
menyebabkan stroke, atau, bila terjadi di luar CNS, mengakibatkan embolisme
sistemik non CNS.
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik, penyakit
katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit
jantung kongenital.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital : denyut nadi berupa kecepatan dengan regularitasnya, tekanan darah
Tekanan vena jugularis
Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung kongesti
Irama gallop S3 pada auskultasi jantung menunjukan kemungkinan terdapat gaga
jantung kongestif, terdapat bising pada auskultasi kemungkinan adanya penyakit
katupjantung
Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung kanan
Edema perifer : kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif
Laboratorium : hematokrit ( anemia ), TSH ( penyakit gondok ), enzim jantung bila
dicurigai terdapat iskemia jantung
Pemeriksaan EKG : dapat diketahui antara lain irama (verifikasi AF), hipertrofi
ventrikel kiri. Pre-eksitasi ventrikel kiri, sindroma pre-eksitasi (sindroma WPW),
identifikasi adanya iskemia.
Foto Rontgen Toraks : Gambaran emboli paru, pneumonia, PPOK, kor pulmonal.
Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium dan
ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow dan TEE
(Trans Esophago Echocardiography) untuk melihat trombus di atrium kiri.
Pemeriksaan Fungsi Tiroid. Tirotoksikosis. Pada AF episode pertama bila laju irama
ventrikel sulit dikontrol.
Uji latih : identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju irama
jantung.
Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan adalah holter monitoring studi
elektrofisiolagi.
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan AF adalah mengembalikan ke
irama sinus, mengontrol laju irama ventrikel dan pencegahan komplikasi
tromboemboli. Dalam penatalaksanaan AF perlu diperhatikan apakah pada pasien
tersebut dapat dilakukan konversi ke irama sinus atau cukup dengan pengontrolan laju
irama ventrikel. Pada pasien yang masih dapat dikembalikan ke irama sinus perlu
segera dilakukan konversi, sedangkan pada AF permanen sedikit sekali kemungkinan
atau tidak mungkin dikembalikan ke irama sinus, alternatif pengobatan dengan
menurunkan laju irama ventrikel harus dipertimbangkan.
a. Terapi Medis
Obat-obatan yang biasa digunakan adalah b-blockers, kalsium channel
antagonis nondihydropyridine dan digitalis.terapi kombinasi mungkin diperlukan.
Dronedarone mungking juga efektif untuk menurunkan denyut jantung selama
terjadinya AF.Amiodarone mungkin untuk beberapa pasien dinyatakan dengan
refrakter terhadap kontrol rate.Kombinasi antara bblocker dan digitalis mungkin
bermanfaat untuk pasien dengan gagal jantung. Obat-obatan untuk kontrol laju irama
termasuk :
- b-Blockers berguna jika adanya tonus adrenergic yang tinggi atau iskemia
miocard yang simtomatis terjadi yang berkaitan dengan AF. Selama pengobatan b-
blockers yang lama menunjukkan keefektifan dan keamanannya pada beberapa studi
dibandingkan dengan placebo dan digoxin.
- Antagonis kalsium channel Non-dihydropyridine (verapamil and diltiazem)
efektif untuk control laju irama pada saat akut maupun kronis. Obat-obat ini harus
dihindari pada pasien-pasien dengan gagal jantung sistolik karena efek inotropik
negative - Digoxin and digitoxin efektif untuk mengontrol denyut jantung pada saat
istirahat, tetapi tidak pada saat berolahraga.Kombinasi dengan b-blocker mungkin
efektif pada pasien dengan atau tanpa gagal jantung.
- Dronedarone efektif sebagai obat pengontrol laju irama untuk pengobatan
yang lama, menurunkan denyut jantung pada saat istirahat dan berolahraga secara
signifikan. Juga berhasil menurunkan denyut jantung selama AF relaps tetapi tidak
untuk permanen AF.
- Amiodarone merupakan obat pengontrol laju irama yang efektif. Intravenous
amiodarone efektif dan ditoleransi dengan baik oleh hemodinamik pasien.Obat ini
dapat menyebabkan efek samping ekstracardiac yang parah termasuk disfungsi tiroid
dan bradikardia.
Dosis intravena
Beta bloker
Atenolol - 25 – 100 mg QD
Propanolol - 10 – 40 mg TID
Bisoprolol - 5 - 10 mg QD
Lainnya
Digoxin 0,5 – 1 mg iv 0,125 – 0,5 mg QD
b.Terapi Mekanis
1. Kardioversi
Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memilikikompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
3. Defibrilator Kardioverter Implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4. Terapi Pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung
Banyak tipe atau klasifikasi atrial fibrilasi yang umum dibahas.Beberapa hal antaranya
berdasarkan waktu timbulnya dan keberhasilanintervensi, berdasarkan ada tidaknya penyakit
lain yang mendasari, dan terakhir berdasarkan bentuk gelombang P.21Beberapa
keperpustakaan tertulis ada beberapa sistemklasifikasi atrial fibrilasi yang telah
dikemukanakan, seperti2 :
1. Berdasarkan laju respon ventrikel, atrial fibrilasi dibagi menjadi :
AF respon cepat (rapid response) dimana laju ventrikel lebih dari 100 kali permenit
AF respon lambat (slow response) dimana laju ventrikel lebih kurang dari 60 kali
permenit
Af respon normal (normo response) dimana laju ventrikel antara 60-100 kali
permenit.
2. Berdasarkan keadaan Hemodinamik saat AF muncul, maka dapat diklasifikasikan
menjadi :
AF dengan hemodinamik tidak stabil (gagal jantung, angina atau infark miokard
akut)
AF dengan hemodinamik stabil 12
3. Klasifikasi menurut American Heart Assoiation (AHA), atrial fibriasi (AF) dibedakan
menjadi 4 jenis, yaitu22 :
AF deteksi pertama yaitu tahap dimana belum pernah terdeteksi AF sebelumnya dan
baru pertama kali terdeteksi.
AF paroksimal bila atrial fibrilasi berlangsung kurang dari 7 hari. Lebih kurang 50%
atrial fibrilasi paroksimal akan kembali ke irama sinus secara spontan dalam waktu 24
jam. Atrium fibrilasi yang episode pertamanya kurang dari 48 jam juga disebut AF
Paroksimal.
AF persisten bila atrial fibrilasi menetap lebih dari 48 jam tetapi kurang
Dari 7 hari. Pada AF persisten diperlukan kardioversi untuk mengembalikan ke irama
sinus.
AF kronik atau permanen bila atrial fibrilasi berlangsung lebih dari 7 hari. Biasanya
dengan kardioversi pun sulit untuk mengembalikan ke irama sinus (resisten).
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur (lebih sering terjadi pada pasien umur 45 tahun keatas), jenis kelamin
(sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan), tanggal masuk, agama,
pendidikan, kultur, alamat, tanggal pengkajian, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor
register medik, diagnosa medik, Dx medik.
2. Keluhan Utama
Pasien merasakan nyeri pada daerah kepala dan tengkuk, pada kasus hipertensi berat
pasien dapat merasakan nyeri pada tungkai serta dispnea.
3. Riwayat kesehatan
Pasien biasanya mengatakan sakit pada daerah kepala, pusing, mata berkunang-
kunang nafsu makan berkurang, pada sebagian kasus hipertensi berat pasien
merasakan dyspnea dan adanya penggunaan otot bantu pernafasan.
Biasanya pada pasien dengan hipertensi, memiliki riwayat kesehatan keluarga yang
terkena hipertensi dan adanya penyakit keturunan yang dapat menyebabkan seseorang
menderita hipertensi sekunder.
4. Riwayat Psikososial
Pada pasien dengan hipertensi ringan pasien hampir tidak mengalami gangguan
psikososial, berbeda pada pasien dengan hipertensi berat yang lebih memberikan efek
pada kondisi psikososial pasien yang berupa adanya perubahan kepribadian pada pasien
berupa pasien menjadi ansietas, depresi, euphoria dan marah kronis. Dalam hal ini,
hipertensi berat juga dapat memberikan dampak kepada keluarga dimana secara langsung
pasien tidak dapat bekerja dan berakivitas mandiri serta pasien perlu mendapatkan
perawatan dirumah sakit yang dapat membebani keuangan keluarga.
5.Riwayat spiritual
Nilai keagamaan pada pasien dengan hipertensi ringan biasanya dalam keadaan baik
dikarenakan pada pasien ini seluruh sistem organ masih berfungsi dengan baik, dalam
beberapa kasus seperti hipertensi sekunder dan hipertensi berat, kebanyakan pasien
menjadi depresi dan mengalami gangguan spiritual.
6. ADL
Nutrisi
Makanan yang biasa dikonsumsi mencakup makanan tinggi natrium sperti makanan
awitan, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Eliminasi
Biasanya pada pasieen dengn hipertensi tidak mengalami gangguan pada pola
eliminasi kecuali hipertensi yang diderita sudah menyerang target organ seperti ginjal
dan akan mengakibatkan gangguan pada proses eliminasi urin.
Personal hygine
Pada pasien dengan hipertensi ringan tidak mengalami gangguan pada proses personal
hyginenya, dalam beberapa kasus pada pasien dengan hipertensi berat dengn
komplikasi mengakibatkan pasien mengalami gangguan dalam pemenuhan personal
hyginenya, contihnya pada pasien dengan stoke yang menyerang organ otak
mengaakibatkan pasien mengalami kelumpuhan sehingga pasien tidak dapat
melakukan pola aktivitas personal hygine dengan mandiri.
Istirahat tidur
Aktivitas istirahat pada hipertensi ringan, aktivitas pasien dalam keadaan baik, pada
kasus hipertensi berat terjadinya kelelahan fisik, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton dengan frekuensi jantung meningkat, perubahan trauma jantung dan
takipnea.
III.Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas
Tujuan
Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode
dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
No Intervensi Rasional
.
a. Auskultasi nadi apical ; kaji Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat
frekuensi, irama jantung. istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikel.
No Intervensi Rasional
.
a. Periksa tanda vital sebelum Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
dan segera setelah aktivitas, aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
khususnya bila klien perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh
menggunakan fungsi jantung
vasodilator,diuretic dan
penyekat beta.
http://hariskumpulanaskep.blogspot.co.id/2011/09/askep-atrial-fibrilasi-af.html
http://eprints.undip.ac.id/44522/3/BAB_II.pdf
http://villymea.blogspot.co.id/2013/06/makalah-atrium-fibrilasi.html
http://www.situsobat.com/2015/03/fargoxin-tablet.html