Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

“Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah akuntansi sektor publik”

Dosen Pengampu

Reynelda Sheba.M.Ak

Disusun oleh kelompok 2 :

Agustia ( 182419609 )

Erabayati ( 182419614 )

Hernia Ulfatin ( 182419615 )

M. Khiril ( 182419623 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS

TP 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya dengan judul “Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik”.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman – teman.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Bengkalis,19 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1

C. Tujuan ..................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3

A. Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik ................................................ 3

B. Tujuan Dan Peranan Kerangka Konseptual Akunansi Sektor Publik ..................................... 3

C. Lingkup kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik ........................................................ 4

D. Elemen Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik ........................................................ 5

E. Pengakuan Dan Pengukuran Transaksi Publik


(Akuntansi Berbasis Kas vs Berbasis Akrual Dan Modifikasinya) ...................................... 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 13

A. KESIMPULAN ...................................................................................................................... 13

B. SARAN ................................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan,
yaitu acuan bagi:
1. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam pelaksanaan
tugasnya.
2. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktik akuntansi menurut prinsip
akuntansi secara lazim dan standart keuangan sektor publik.
3. Auditor (BPK), dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
4. Para pemakai laporan keuangan sektor publik, dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akntansikeuangan sektor publik.

Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sektor


publik. Ketika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi
keuangan sektor publik, ketentuan standar akuntansi keuangan sektor publik akan
diuji menurut unsur kerangka konseptual yang relevan. Meskipun demikian,
penggunaan kerangka konseptual ini sebagai acuan bagi komite penyusun standar
akuntansi keuangan sektor publik dalam pengembangan standar akuntansi keuangan
sektor publik di masa depan, dan dalam peninjauan kembali terhadap standar
akuntansi keuangan sektor publik yang berlaku, akan mengurangi konflik tersebut.
Revisi kerangka konseptual bias dilakukan dari waktu ke waktu,selaras dengan
pengalaman komite penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam
penggunakan kerangka konseptual tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik?
2. Apa tujuan dan Peranan Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik?
3. Bagaimana Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik?
4. Apa saja Elemen Laporan Keuangan Sektor Publik?

1
5. Bagaimana Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik (Akuntansi Berbasis Kas
Vs Berbasis Akrual dan Modifikasi?

C. Tujuan
1. Memahami Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik.
2. Mengerti Tujuan dan Peranan Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik.
3. Memahami Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik.
4. Memahami Elemen Laporan Keuangan Sektor Publik.
5. Memahami Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik (Akuntansi Berbasis Kas
Vs Berbasis Akrual dan Modifikasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik


Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merumuskan konsep yang
mendasari penyusunan dan pelaksanaan siklus akuntansi sektor publik. Konsep ini
meliputi perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa,
pelaporan, audit, serta pertanggungjawaban organisasi sektor publik seperti
pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan, lembaga swadaya
masyarakat, dan lembaga peribadatan.
kerangka konseptual ini merupakan acuan dalam pengembangan standar
akuntansi dan solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar tersebut. Jika
terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi, ketentuan
standar akuntansi itu diuji menurut unsur kerangka konseptual yang terkait. Dalam
jangka panjang, konflik semacam itu diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan
pengembangan standar akuntansi di masa depan.

B. Tujuan dan Peranan Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik


Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai Tujuan, yaitu
acuan bagi:
a. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik untuk melaksanakan
tugasnya, termasuk tim penyusun standar akuntansi pemerintahan.
b. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip
akuntansi yangditerima umum dan standar akuntansi keuangan sektor publik.
c. Auditor seperti BPK dan KAP, untuk memberikan pendapat mengenai apakah
laporan keuangandisusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
d. Para pemakai laporan keuangan sektor publik untuk menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku di sektor publik.

3
C. Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik.
1. Pemerintah Pusat
a. Perencanaan publik: musyawarah perencanaan pembangunan(musrenbang)
jangka panjang nasional, musrenbang jangka menegah nasional, musrenbang
penyusunan rencana kerja pemerintah.

b. Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan


anggaran.
c. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.
d. Pelaporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
e. Audit sektor publik : mekanisme audit.
f. Pertangung jawaban publik : penyampaina LPJ dan pertanggungjawabanya
2. Pemerintah Daerah
a. Perencanaan publik : musyawaroh perencanaan pembangunan(musrenbang)
jangka panjang daerah, musrenbang jangka menegah daerah, musrenbang
penyusunan rencana kerja pemerintah, musrenbang provinsi, musrenbang
kabupaten,musrenbang kecamatan, usrenbang Desa.
b. Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan
anggaran.
c. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.
d. Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
e. Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
f. Audit sektor publik : mekanisme audit.
g. Pertangung jawaban publik : penyampaina LPJ dan pertanggungjawabanya.

3. Partai politik
a. Perencanaan Publik : musyawaro kerja tingkat pusat, musyawarah kerja
wilayah, musyawarah kerja derah, musyawarah kerja cabang, musyawarah
kerja ranting.
b. Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetaan
anggaran.
c. Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
d. Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran,
penetapan anggaran.

4
e. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.
f. Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
g. Audit sektor publik : mekanisme audit.
h. Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya.

4. LSM
a. Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan LSM.
b. Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran,
penetapan anggaran.
c. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.
d. Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
e. Pelaporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
f. Audit sektor publik : mekanisme audit.
g. Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya

5. Yayasan/tempat peribadatan
a. Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan
yayasan/organisasi tempat peribadatan.
b. Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran,
penetapan anggaran.
c. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.
d. Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan jasa.
e. Pelaporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
f. Audit sektor publik : mekanisme audit.
g. Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabanya.

D. Elemen Laporan Keuangan Sektor Publik


Laporan keuangan sektor sektor publik menggambarkan dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang diklarifikasi dalam beberapa kelompok berdasarkan
menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan elemen laporan
keuangan sektor publik. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi
keuangan mencakup aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan elemen yang
berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan keuangan kinerja keuangan
adalah pendapatan dan biaya. Laporan aktiva atau ekuitas neto biasanya

5
mencerminkan berbagai unsur laporan kinerja keuangan dan perubahan dalam
berbagai unsur laporan posisi keuangan.
1) Posisi Keuangan
a. Aktiva
Manfaat ekonomis masa depan atau jasa potensial yang terwujud dalam
aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada
entitas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan
merupakan bagian dari aktivitas operasional entitas. Potensial ini juga dapat
berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau
kemampuan untuk mengurangi pengeluaran, seperti penurunan biaya akibat
proses pemberian pelayanan alternatif pada masyarakat.
Entitas biasanya menggunakan aktiva untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat, dan jika pelayanan ini dapat memuaskan kebutuhan dan
keperluan masyarakat, masyarakat bersedia membayar yang berakibat
sumbangan pada arus kas entitas. Kas sendiri memberikan jasa kepada entitas,
karena kekuasaannya terhadap sumber daya yang lain.
Manfaat ekonomis masa depan atau jasa potensial yang terwujud dalam
aktiva dapat mengalir ke dalam entitas dengan beberapa cara, misalnya
aktivitas dapat:
a. Digunakan baik sendiri ataupun bersama aktiva lain dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat
b. Dipertukarkan dengan aktiva lain
c. Digunakan untuk menyelesaikan kewajiban, atau
d. Dibagikan kepada para pemilik entitas (struktur yang ada di atasnya)

Banyak aktiva, seperti aktiva tetap, memiliki bentuk fisik. Namun


demikian, bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi
aktiva; karena itu, peran dan hak cipta, minsalnya, merupakan aktiva kalah
manfaat ekonomis atau jasa potensialnya diperoleh entitas di masa depan dan
kalau masing-masing aktiva tersebut dikuasai entitas.

Banyak aktiva, misalnya, piutang dan properti, dihubungkan dengan hak


menurut hukum, termasuk hak milik, dalam menentukan eksistensi aktiva,
hak milik tidak esensial; jadi properti yang diperlukan melalui sewa guna

6
usaha adalah aktiva jika entitas mengendalikan manfaat yang diharapkan dari
properti tersebut. Meskipun kemampuan entitas untuk mengendalikan
manfaat berdasar dari hak-hak berdasarkan, suatu barang atau jasa masih
dapat memenuhi definisi aktiva meskipun tidak dikuasai berdasarkan hukum.
misalnya, pengetahuan yang diperoleh melalui aktiva pengembangan dapat
memenuhi definisi aktiva, jika kerahasiaan pengetahuan tersebut memberikan
manfaat.

Aktiva entitas berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di
masa lalu. Perusahaan biasanya memperoleh aktiva melalui pembelian, tetapi
transaksi atau peristiwa lain juga dapat menghasilkan; misalnya, properti yang
diterima entitas dari pemerintah sebagai bagian dari program untuk
merangsang pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah.

b. Kewajiban
Karakteristik esensial kewajiban (liabilitie) adalah bahwa entitas
mempunyai kewajiban-kewajiban (obligation) masa kini. Kewajiban adalah
suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau melaksanakan sesuatu
dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
Ini biasanya memang demikian, misalnya, dengan disertai jumlah yang
terhutang dari jumlah barang dan jasa yang telah diterima. Namun, kewajiban
juga timbul dari praktik pelayanan kepada masyarakar yang lazim, kebiasaan,
dan keinginan untuk memelihara hubungan bisnis yang baik atau bertindak
dengan cara yang adil.
Suatu perbedaan perlu dilakukan antara kewajiban sekarang dan
komitmen di masa depan. Keputusan pengelola entitas untuk membeli aktiva
di masa depan tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban sekarang.
Kewajiban biasanya timbul akibat penyerahan aktiva atau entitas telah
membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli aktiva. Pada
kasus yang terakhir, hakikat perjanjian yang tak dapat dibatalkan berarti
bahwa konsekuensi ekonomi dari kegagalan untuk memenuhi kewajiban akan
ditanggung, dan membuat entitas memiliki sedikit pilihan untuk mencegah
pengeluaran sumber daya kepada pihak lain.

7
Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya mengorbankan sumber daya
untuk memenuhi runtutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada
sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, dengan:
a. pembayaran kas;
b. penyerahan aktiva lain
c. pemberian jasa;
d. penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
e. konversi kewajiban menjadi ekuitas

Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditor


membebaskan atau membatalkan haknya.

Kewajiban timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Jadi, misalnya,
pembelian dan barang atau penggunaan jasa menimbulkan hutang (kecuali
kalau dibayar di muka pada saat penyerahan) dan penerimaan pinjaman
pemerintah pusat menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali pinjaman
tersebut.

Beberapa jenis kewajiban juga hanya dapar diukur dengan mengginakan


estimasi dalam derajat yang substansial. Beberapa entitas menyebut kewajiban
ini sebagai penyisihan (provision). Dalam pengertian sempit. penyisihan
semacam itnu tidak dapat dipandang sebagai kewajiban.

Jika penyisihan menyangkut kewajiban masa kini dan memenuhi


ketentuan lain dalam definisi tersebut, maka pos yang bersangkutan
merupakan kewajiban yang jumlahnya harus diestimasi. Contohnya,
penyisihan untuk pembayaran dilakukan terhadap garansi berjalan dan
penyisihan untuk menutup kewajiban manfaat pensiun.

c. Ekuitas
Ekuitas biasanya dinyatakan sebagai residual. Ekuitas dapat
disubklasifikasikan dalam laporan posisi keuangan, di mana relevansi
pengklasifikasian terjadi apabila pos tersebut mengindikasikan pembatasan
hukum atau pembatasan lainnya dalam kemampuan entitas untuk
menggunakan ekuitas. Pengklasifikasian juga dapat merefleksikan fakta
bahwa pahak-pihak dengan hak kepemilikannya masing-masing dalam entitas

8
mempuyai hak yang berbeda dalam penerimaan dividen atau pembayaran
kembali modal.
Pembentukan cadangan dianjurkan untuk memberikan perlindungan
tambahan kepada entitas atas definisi yang terjadi. Eksistensi serta besarnya
cadangan menurut peraturan perundangan yang berlaku merupakan saldo
surplus. Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam laporan posisi keuangan
tergantung pada pengukuran aktiva dan kewajiban. Apabila jumlah ekuitas
agregat sama dengan jumlah nilai pasar keseluruhan (aggregate market value)
dari saham entitas, maka jumlah yang dapat diperoleh sama dengan
melepaskan seluruh aktiva bersih perusahaan baik satu per satu (liquidating
value) atau secara keseluruhan dalam kondisi kelangsungan usaha (going
concern value).
2) kinerja keuangan
a. Kinerja
Pendapatan bersih (surplus) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau
dasar ukuran yang lain seperti pengembalian atas investasi (return on
investment) atau laba per saham (earning per share). Unsur yang langung
berkaitan dengan pengukuran pendapatan bersih (surplus) adalah pendapatan
dan biaya. Pengakuan dan pengukuran pendapatan, biaya, dan surplus
tergantung pada konsep modal dan konsep Pemeliharaan modal dalam
penyusanan laporan keuangannya.
Unsur pendapatan dan biaya bisa didefinisikan sebagai berikut:
a) Pendapatan (income) adalah arus kas masuk selama periode pelaporan
dengan tujuan peningkatan aktiva/ekuitas neto, dan, ini berarti peningkatan
kontribusi pemilik.
b) Biaya (expense) adalah pengurangan manfaat ekonomis masa depan
selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau konsumsi
aktiva atau kewajiban yang mengurangi distribusi ke pemilik.

Pendapatan dan biaya dapas disajikan dalam laporan kinerja keuangan


dengan beberapa cara berbeda yang relevan untuk pengambilan keputusan
ekonomi. Misalnya, entitas yang biasa (ordinary) merupakan praktik yang
lazim. Pembedaan ini dilakuakan berdasarkan argumentasi bahwa suber suatu
pos adalan relevan dalam mengevaluasi kemampuan entitas untuk

9
menghasilkan kas dan setara kas dimasa depan; misalnya, aktivitas insidental
seperti pengalihan investasi jangka panjang tampaknya tidak akan terjadi
secara reguler. Pos yang timbul dari aktivitas biasa bagi suatu entitas mungkin
tidak biasa bagi entitas lain.

Pembedaan antara pos pendapatan dan biaya dan penggabungan pos


tersebut dengan cara berbeda juga memungkinkan penyajian beberapa ukuran
kinerja entitas, masing-masing dengan derajat cakupan yang berbeda.
Misalnya, laporan kinerja keuangan dapat menyajikan surplus/(defisit) dari
aktivitas operasi dan surplus/(defisit) dari aktivitas biasa.

a. Pendapatan
Definisi pendapatan (income) meliputi pendapatan (revenues) dan
keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang biasa. Sementara keuntungan mungkin timbul dan tidak timbul dalam
pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa. Keuntungan mencerminkan
kenaikan manfaat ekonomi dan, pada hakikatnya tidak berbeda dengan
pendapatan. Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur
terpisah dalam kerangka dasar ini.
Keuntungan meliputi, misalnya, pos yang timbul dalam penagihan
aktiva tak lancar. Definisi pendapatan jaga mencakup keuntungan yang
belum direalisasi, yung timbul dari revaluasi sekuritas yang dapat
dipasarkan (marketable) dan dari kenaikan jumlah aktiva jangka panjang.
Dalam laporan kinerja keuangan, keuntungan biasanya dicantumkan
terpisah dalam jumlah bersih setelah dikurangi beban yang bersangkutan.
b. Biaya
Definisi biaya mencakup kerugian maupun biaya yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa. Biaya yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa meliputi, misalnya, jasa publik
umum, pertahanan, keteraturan dan keamanan publik. Biaya tersebut
biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan
setara kas), persediaan, dan aktiva tetap.
Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi biaya yang
mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas entitas yang biasa
Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi, dan

10
pada hakikatnya tidak berbeda dari biaya lain. Oleh karena itu, kerugian
tidak dipandang sebagai unsur terpisah dari kerangka ini.
Kerugian dapat timbul akibat, misalnya, adanya pelepasan aktiva tetap.
Definisi biaya juga mencakup kerugian yang belum terealisasi, seperti
kerugian yang timbul dari pengaruh peningkatan kurs valuta asing dalam
hubungannya dengan pinjaman entitas dalam mata uang tersebut. Apabila
diakui dalam laporan kinerja keuangan. Pengetahuan mengenai pos
tersebut berguna dan biasanya disajikan secara terpisah untuk tujuan
pengambilan keputuun ekonomi. Kerugian seringkali dilaporkan dalam
jumlah bersih setelah dikurangi pendapatan yang bersangkutan.

Penyesuaian Pemeliharaan Modal

Revaluai atau pernyataan kembali treatment aktiva dan kewajiban


menimbulkan kenaikan atau penurunan ekuitas. Meskipun revaluasi
memenuhi definisi pendapatan dan beban, menurut konsep pemeliharaan
modal tertentu, kenaikan dan penurunan ini tidak dimasukkan dalam laporan
kinerja keuangan. Sebagai alternatif, pos dimasukkan dalam ekuitas sebagai
penyesuaian pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.

E. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik (Akuntansi Berbasis Kas Vs


Berbasis Akrual dan Modifikasi

Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik Pengakuan (recognition) dilakukan


dengan menyatakan pos tersebut, baik dalam kata-kata maupun jumlah uang dan
mencantumkannya ke dalam laporan posisi keuangan atau laporan kinerja keuangan.
Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui jika :

a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut
akan mengalir dari atau ke dalam organisasi publik.
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan sektor publik ke dalam laporan posisi
keuangan dan laporan kinerja keuangan. Sejumlah dasar pengukuran yang
berbeda digunakan untuk derajat kombinasi yang juga berbeda dalam laporan
keuangan sektor publik

11
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan sector public ke dalam laporan posisi
keuangan dan laporan kinerja keuangan. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda
digunakan untuk derajat kombinasi yang juga berbeda dalam laporan keuangan sektor
publik. Suatu pos dapat dianggap memenuhi persyaratan pengakuan di masa depan
sebagai akibat dari peristiwa atau keadaan yang terjadi kemudian. Sejumlah dasar
pengukuran yang berbeda digunakan untuk derajat kombinasi yang juga berbada
dalam laporan keuangan sektor publik. Berbagai dasar pengakuan tersebut adalah :

a. Biaya Historis (historical cost)


b. Biaya Saat ini (current cost)
c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/sattlement value)
d. Nilai sekarang (present value)

Akuntansi Berbasis Kas vs Berbasis Akrual dan Modifikasinya

a. Berbasis Kas Sistem akuntansi ini hanya mengakui arus kas masuk dan kas keluar.
Laporan arus kas banyak dipakai dalam akuntansi bisnis, namun hanya sebagai
tambahan laporan pendapatan dan laporan posisi keuangan. Focus pemecahan
permasalahan adalah mendefinisikan jumlah pendapatan yang dapat dipakai tanpa
mengurangi modal.
b. Berbasis Akrual Definisi konsep akuntansi akrual sebagaimana tercantum pada
SSAP adalah “penerimaan dan biaya bertambah sesuai satu sama lain dapat
dipertahankan atau dianggap benar, dan berkaitan dengan rekening laba dan rugi
selama periode bersangkutan”.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

kerangka konseptual merupakan acuan dan juga dalam pengembangan dalam


standar akuntansi dan solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar
tersebut. kerangka konseptual yang dibahas akan terkait dengan proses perencanaan,
penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran, pelaporan, audit serta
pertanggungjawaban.

kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan,


yaitu acuan bagi :

1. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam tugasnya,


termasuk tim penyusun standar akuntansi pemerintahan.
2. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip
akuntansi yang secara umum dan standar akuntansi keuangan sektor publik.
3. Auditor, seperti BPK dan KAP, untuk memberikan pendapat mengenai apakah
laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
4. Para pemakai laporan keuangan sektor publik untuk menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi
keuangan yang berlaku di sektor publik.

kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sektor


publik. Ketika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi
keuangan sektor publik, ketentuan standar akuntansi keuangan sektor publik akan diuji
menurut unsur kerangka konseptual yang relevan. Meskipun demikian, penggunaan
kerangka konseptual ini sebagai acuan bagi komite penyusun standar akuntansi
keuangan sektor publik dalam pengembangan standar akuntansi keuangan sektor publik
dimasa depan, dan dalam peninjauan kembali terhadap standar akuntansi keuangan
sektor publik yang berlaku, akan mengurangi konflik tersebut.

Revisi kerangka konseptual bisa dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan
pengalaman komite penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam
penggunaan kerangka konseptual tersebut.

13
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra, 2006, “Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar”, Penerbit Erlangga (B2)
bab 2 dan bab 4

Bastian, Indra,2010,“Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar”,Penerbit Erlangga (BI) bab


2 dan 3

Biduri, Sarwenda. "Akuntansi Sektor Publik." Umsida Press (2018): 1-197.

Deddi Nordiawan dan Ayuningtyas Hertianti, 2010. “Akuntansi Sektor Publik”. Salemba
Empat, Jakarta.

Deviyanti, Dwi Risma. "Akuntansi Sektor Publik".

https://feriyanto16.wordpress.com/2022/02/19/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor-publik/

https://www.academia.edu/29342459/Makalah_Kerangka_Konseptual_Akuntansi_Sektor_Pu
blik diakses tgl 19-02-2022

INDONESIA, Republik. Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah, 2010, 71.

Jamaluddin, J. (2021). “Modul Akuntansi Sektor Publik”.

Mardiasmo. 2021. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Terbaru. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Rai, I. Gusti Agung. Audit kinerja pada sektor publik: konsep, praktik, studi kasus. Penerbit
Salemba, 2008.

15

Anda mungkin juga menyukai