Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.

2
ISSN 2354-
Nama : Hesti Nuraini

Semester II

Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN
Jaya Bakti

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan


untuk meningkatkan hasil belajar simetri lipat pada siswa kelas IV SDN 02
Makmur Jaya dengan menerapkan teori Bruner, dimana isi teori Bruner adalah
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan (1) tahap enaktif;
pembelajaran dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi nyata, (1)
tahap ikonik; dipresentasekan dalam bentuk bayangan visual atau gambar dan
(3) tahap simbolik; menuliskan simbol-simbol yang berkaitan dengan simetri
bangun datar, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga membuat siswa
berperan aktif dalam pembelajaran. Desain penelitian ini mengikuti model
Kemmis dan Mc. Taggart dengan subyek penelitian 22 orang siswa. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan materi simetri lipat, masing-masing
siklus meliputi 4 tahap: (i) perencanaan (ii) pelaksanaan tindakan (iii) observasi
dan (iv) refleksi. Penerapan teori Bruner melalui tahap enaktif, ikonik dan
simbolik dapat meningkatkan hasil belajar simetri lipat siswa kelas IV. Hal ini
dapat dilihat pada peningkatan hasil belajar siswa, untuk ketuntasan klasikal
pada siklus I sebesar 73% dan pada siklus II sebesar 95%. Untuk daya serap
klasikal pada siklus I sebesar 72% dan pada siklus II sebesar 84%. Sedangkan
untuk aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata persentase sebesar 79%
berada pada kategori cukup dan pada siklus II diperoleh rata-rata persentase
sebesar 98% berada pada kategori sangat baik. Untuk aktivitas siswa pada siklus
I diperoleh rata-rata persentase sebesar 77% berada pada kategori cukup dan
pada siklus II diperoleh rata-rata persentase sebesar 97% berada pada kategori
sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut, berarti penerapan teori Bruner dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran simetri lipat di kelas IV
SDN 02 Makmur Jaya.
Kata Kunci: Penerapan Teori Bruner, Pembelajaran Simetri Lipat

1
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-

I. PENDAHULUAN

Pendidikan dasar diselenggarakan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan


memberi bekal kemampuan dasar Baca-Tulis, berhitung, pengetahuan dan
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat perkembangannya
serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Berbagai

2
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-
usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut. Namun
hasilnya masih jauh dari harapan. Hal ini terlihat pada laporan pelatihan guru
dalam melakukan proses pembelajaran simetri lipat melalui pendidikan dan
pelatihan.
Pembelajaran matematika yang diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional kurang menarik minat dan perhatian siswa, sehingga sebagian
besar siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit.
Akibat kurangnya minat dan perhatian siswa pada pembelajaran matematika,
membuat prestasi belajar siswa kurang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan
hasil belajar siswa pada kelas IV SDN 02 Makmur Jaya pada tahun ajaran
2012/2013, pada materi simetri lipat dengan kriteria ketuntasan klasikal
keberhasilan siswa hanya mencapai 50%. Ini berarti berada dibawah kriteria
ketuntasan minimal yaitu 80% (sumber SDN 02 Makmur Jaya).
Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat penyampaian materi oleh
guru dalam proses pembelajaran terlalu abstrak. Upaya telah dilakukan untuk
mengatasi masalah diatas, adalah menerapkan teori Bruner pada pembelajaran
simetri lipat bangun datar agar terjadi peningkatan hasil belajar siswa, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk mengatasi masalah yang dipaparkan di atas maka teori Bruner
dianggap tepat untuk diterapkan khususnya pada pembelajaran simetri lipat.
Penerapan teori Bruner dalam pembelajaran dapat menjadikan siswa lebih
mudah dibimbing dan diarahkan. Adapun tahapan dalam teori Bruner sebagai
berikut: 1) tahap enaktif; pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif
dengan menggunakan benda-benda konkret atau dengan menggunakan situasi
nyata, 2) tahap ikonik; pada tahap ini pengetahuan dipresentasekan dalam
bentuk bayangan visual atau gambar yang menggambarkan kegiatan konkret
yang terdapat pada tahap enaktif, dan 3) tahap simbolik; pada tahap ini
pengetahuan dipresentasekan dalam bentuk simbol-simbol (Hudojo, 1998).
Bruner (Pitajeng, 2006: 27) berpendapat bahwa “belajar matematika
adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan
antara

3
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika”. Siswa harus menemukan
keteraturan dengan cara mengutak-atik benda-benda yang berhubungan dengan
keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam
belajar, harus terlibat aktif mentalnya. Ini menunjukkan bahwa materi yang
mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan
diingat siswa. Dalam hubungannya dengan pelajaran simetri lipat, bruner
menyatakan bahwa cara terbaik bagi siswa untuk mulai belajar konsep dan
prinsip di dalam simetri lipat adalah dengan mengkonstruksikan sendiri konsep
dan prinsip tersebut.

Lanjut menurut Bruner (Aisyah, 2007: 6) menyatakan untuk menjamin


keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan menggunakan penyajian yang tidak
sesuai dengan tingkat kognitif siswa. Bruner menjelaskan bahwa pengetahuan
itu dapat diinternalisasikan dalam pikiran, maka pengetahuan itu dapat dipelajari
dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap Enaktif
Pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan
benda-benda konkret atau situasi nyata.
Contoh:
Kita ingin mengenal konsep simetri lipat, kita dapat menggunakan
sebuah kertas karton berbentuk sebuah bangun datar yang dibagi menjadi dua
bagian sama besar dan sama bentuknya.

2. Tahap Ikonik
Pada tahap ini pengetahuan dipresentasekan dalam bentuk bayangan
visual atau gambar yang menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada
tahap enaktif. Contoh :

(Simetri 1)

4
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-

3. Tahap Simbolik
Pada tahap ini pengetahuan dipresentasekan dalam bentuk simbol-simbol.

Dua sumbu simetri Tiga sumbu


simetri (Simetri2)

Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dalam kegiatan
di kelas, di sekolah maupun di luar sekolah. Untuk menggambarkan hasil belajar
yang dicapai siswa, maka diadakan suatu proses penilaian seperti tes hasil
belajar. Tes hasil belajar dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat
keberhasilan siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Gagne (Elvin,
1999:11) mengemukakan 3 (tiga) komponen yang dapat ditinjau dari hasil
belajar, yaitu kemampuan : (1) Kognitif (pengetahuan) berhubungan erat dengan
perubahan tingkah laku meliputi kemampuan pemahaman pengetahuan serta
melibatkan kemampuan dalam mengorganisasi potensi berpikir untuk dapat
mengolah stimulus sehingga dapat memecahkan permasalahan yang
mewujudkan dalam hasil belajar; (2) Afektif (sikap) berhubungan erat dengan
perubahan tingkah laku itu sendiri yang diwujudkan dalam perasaan; (3)
Psikomotor (keterampilan) berhubungan erat dengan perubahan tingkah laku
pada ranah kognitif, hanya saja kemampuan kognitif, hanya saja kemampuan
kognitif lebih tinggi, karena kemampuan yang dimiliki tidak hanya
mengorganisasikan berbagai stimulan menjadi pola yang bermakna berupa
keterampilan dalam memecahkan masalah.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
penerapan teori Bruner pada pembelajaran simetri lipat dalam meningkatkan
hasil belajar siswa di kelas IV SDN 02 Makmur Jaya Kabupaten Mamuju
Utara?”
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan penerapan teori bruner pada pembelajaran simetri lipat

5
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
bagi siswa SDN 02 Makmur Jaya. ISSN 2354-

6
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bagi siswa
dapatmeningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi simetri lipat,
agar siswa termotivasi untuk mempelajari dan memperdalam pembelajaran
simetri lipat, bagi guru dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menerapkan teori Bruner pada pembelajaran matematika, mempermudah
penyampaian materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan geometri,
bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di
SDN 02 Makmur Jaya. Dengan penerapan teori Bruner pada pembelajaran
simetri lipat akan lebih optimal, efektif dan bermakna sehingga hasil belajar
matematika siswa dapat
dicapai dengan baik.

II. METODELOGI PENELITIAN


Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yang mengacu pada model
Kemmis dan Mc Taggar yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II (genap) SDN 02
Makmur Jaya Kecamatan Tikke Raya Kabupaten Mamuju Utara Provinsi
Sulawesi Barat yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 22
siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam mengerjakan
soal- soal simetri lipat yang diberikan melalui tes akhir setiap tindakan dan hasil
observasi yang memuat tentang aktivitas kegiatan pembelajaran, baik yang
berkaitan dengan guru (peneliti) maupun yang berkaitan dengan siswa. Analisa
data yang digunakan dalam penelitian ada dua yaitu teknik analisa data
kuantitatif dan teknik analisa data kualitatif.
Indikator kinerja dalam penelitian adalah persentase ketuntasan belajar
klasikal, penelitian dikatakan berhasil jika daya serap individu memperoleh nilai
minimal 65 dari skor ideal dan ketuntasan klasikal minimal 80% dan indikator
data kualitatif indikator ini dapat dilihat dari analisis observasi aktivitas siswa
dan aktivitas guru. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika aktivitas siswa dan
guru telah berada dalam kategori baik atau sangat baik.

7
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-
Langkah-langkah dalam rencana tindakan. Tindakan ini berlangsung dua
siklus. Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan seluruh perangkat pembelajaran
yang diperlukan yang meliputi: (a) Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran pembelajaran. Rencana pembelajaran didesain sesuai dengan
tahap teori belajar Bruner yang meliputi : (1) tahap enaktif, (2) tahap ikonik, dan
(3) tahap simbolik.(b) Menyusun LKS, (c) Menyusun tes hasil belajar. Tes hasil
belajar disusun dalam bentuk soal uraian untuk mengukur hasil belajar siswa,
(d) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas
siswa serta alat peraga yang akan dipergunakan.
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan adalah: (a) Kegiatan Awal,
Mengawali tindakan pembelajaran ini peneliti mengucapkan salam, berdoa dan
mengecek kehadiran siswa, kemudian menyampaikan topik yang akan dipelajari
yaitu menggambar bangun datar dan menentukan sumbu simetrinya. Setelah itu
peneliti menyampaikan indikator yang ingin dicapai. Untuk mengaktifkan
pengetahuan prasyarat siswa, (b) Kegiatan Inti, Pada kegiatan inti peneliti
melaksanakan pembelajaran sesuai tahap teori belajar Bruner yaitu;
(1) Tahap Enaktif; Peneliti membagikan alat peraga dan LKS kepada masing-
masing kelompok, sebagai petunjuk untuk melakukan percobaan pada
siklus
I. LKS yang digunakan pada kegiatan ini adalah LKS dengan materi simetri
lipat dan bentuknya. Sebelum memperagakan peragaan-peragaan pada LKS
terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan materi simetri lipat dengan
menggunakan alat peraga berupa kertas/karton yang kemudian digunting
dan dilipat menjadi dua bagian yang sama besar.
(2) Tahap Ikonik; Pada tahap ini ditunjukkan gambar yang sesuai dengan alat
peraga yang diberikan atau menggambar alat peraga yang ditampilkan oleh
peneliti. Setelah siswa mencoba mencari berbagai cara untuk mengetahui
banyaknya lipatan yang dihasilkan oleh persegi tersebut. Selanjutnya siswa
menggambar banyaknya garis putus-putus yang dihasilkan oleh lipatan
tersebut yang membagi dua bagian yang sama besar.
(3) Tahap Simbolik; Pada tahap ini peneliti mengarahkan siswa untuk
menggunakan simbol-simbol. Pada awalnya siswa mengalami kesulitan

8
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
untuk ISSN 2354-

9
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-
menentukan banyaknya simetri lipat pada gambar bangun datar yang
mereka buat. Setelah melalui penjelasan dari peneliti dengan memberikan
contoh peragaan akhirnya siswa dapat menggunakan sumbu simetri untuk
menentukan banyaknya simetri lipat pada bangun datar.
Proses belajar mengajar dilanjutkan dengan (c) Kegiatan Akhir.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan tes akhir tindakan
siklus II untuk mengukur kemampuan siswa, setelah diadakan kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan teori Bruner.
Selama pelaksanaan tindakan, dilaksanakan observasi terhadap aktivitas
siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Observasi aktivitas guru dan
siswa dilakukan oleh (observer) teman sejawat peneliti yaitu guru kelas IV di
SDN 02 Makmur Jaya. Selanjutnya semua hasil observasi ini dievaluasi untuk
mengetahui ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan. Hasil observasi dievaluasi
dan direfleksikan. Refleksi di akhir siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti
dan observer adalah untuk mencermati dampak negatif dan dampak positif
tindakan pada siklus pertama dan digunakan sebagai bahan perbaikan
perencanaan tindakan siklus kedua.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penggunaan pembelajaran dengan model pembelajaran Bruner dalam
penelitian ini menggunakan strategi melalui tiga tahapan kegiatan yaitu tahap
awal, tahap inti dan tahap akhir. Strategi ini dipilih karena dipandang dapat
mengoptimalisasikan interaksi semua unsur pembelajaran. Penerapan teori
Bruner dalam pembelajaran dapat menjadikan siswa lebih mudah dibimbing
dan diarahkan. Adapun tahapan dalam teori Bruner sebagai berikut: 1) tahap
enaktif; pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan
menggunakan benda- benda konkret atau dengan menggunakan situasi nyata, 2)
tahap ikonik; pada tahapa ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk
bayangan visual atau gambar yang menggambarkan kegiatan konkret yang
terdapat pada tahap enaktif, dan 3) tahap simbolik; pada tahap ini pengetahuan
dipresentasikan dalm bentuk simbol-simbol. Kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan

10
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan intelektual siswa sangat
menentukan untuk dapat tidaknya suatu konsep yang dipelajari dan dipahami
siswa.
Disisi lain guru merasa senang menerapkan bentuk pembelajaran ini
karena dapat meningkatkan kreatifitas berpikir siswa. Dengan diperolehnya
cara penyelesaian dengan benar, maka siswa menjadi lebih terbuka
wawasannya sehingga siswa mengerti bahwa persoalan matematika dengan
mudah diselesaikan.
Menurut hasil penelitian Samsiar (2007) menyatakan bahwa penerapan
teori Bruner cocok diterapkan pada pembelajaran bangun-bangun segiempat.
Hal ini juga terjadi pada hasil penelitian yang peneliti lakukan. Dimana
keaktifan siswa pada pembelajaran simetri lipat dengan menggunakan teori
Bruner meningkat pada setiap pertemuan. Demikan juga dengan hasil belajar
siswa yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa siklus I diperoleh persentase
nilai rata-rata sebesar 77%. Ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa berada
dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan karena motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran masih kurang sehingga siswa masih terlihat pasif dan
belum berani untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan terhadap masalah
yang diberikan.
Penerapan pembelajaran yang menggunakan isi teori Bruner dapat
menghidupkan suasana belajar karena siswa terlibat aktif dalam setiap proses
belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat pada grafik hasil observasi siswa dan
guru pada siklus II diperoleh persentase nilai rata-rata aktivitas siswa sebesar
97%, ini berarti aktivitas siswa berada dalam kategori sangat baik.
Peningkatan aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2 disebabkan karena
siswa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini terlihat
pada saat melakukan diskusi dalam mengisi LKS siswa lebih aktif dalam proses
dalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS. Selain itu, siswa menjadi
lebih paham pembelajaran dengan tahapan teori Bruner yaitu bagaimana cara
menentukan sumbu simetri sebuah bangun datar menggunakan simbol-simbol

11
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-
matematika. Berikut ini adalah grafik peningkatan aktivitas siswa siklus I dan
siklus II.

AKTIVITAS
120
%
SISWA
100
%

80%

60%

40%

20%

0%
SIKLU SIKLUS
SI II
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I diperoleh


persentase nilai rata-rata sebesar 79% dengan kategori cukup. Pada siklus II
diperoleh persentase nilai rata-rata aktivitas guru sebesar 98% dengan kategori
sangat baik, ini menunjukkan kenaikan aktivitas guru pada tiap pertemuan.
Berdasarkan persentase nilai rata-rata aktivitas guru siklus I dan siklus II
menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan aktivitas guru dari
siklus I ke siklus II disebabkan karena guru terus berusaha untuk meningkatkan
motivasi dan bimbingan kepada siswa dengan berbagai perlakuan agar siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Berikut adalah grafik peningkatan aktivitas
guru siklus I dan siklus II:

12
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-

AKTIVITAS
120
%
GURU
100
%

80%

60%

40%

20%

0% SIKLU SIKLUS
SI II
Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan pada setiap siklus, ditemukan bahwa
penerapan teori Bruner dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal simetri lipat. Hal ini dapat ditunjukkan berdasarkan analisis
tes akhir setiap tindakan. Bardasarkan data yang diperoleh pada Siklus I
ketuntasan belajar secara klasikal dengan jumlah siswa yang tuntas 16 orang
dari 22 orang dengan persentase nilai rata-rata sebesar 73% dan persentase daya
serap klasikal yang diperoleh sebesar 72%. Hal ini masih jauh dari harapan
peneliti yaitu dengan ketuntasan klasikal mencapai 80%. Berdasarkan data
tersebut, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.
Pada siklus II persentase ketuntasan belajar secara klasikal diperoleh
sebesar 95% dan persentase daya serap klasikal yang diperoleh sebesar 84%.
Hal ini sudah sesuai dengan harapan peneliti yaitu dengan ketuntasan belajar
klasikal mencapai 80%. Ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar
pada tiap siklus. Berikut adalah grafik peningkatan hasil belajar siswa tiap siklus
berdasarkan tes formatif.

13
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-

Hasil Belajar
100%
Siswa
80%
60%
40% Siklus I
20% Siklus
0% II

Ketuntasan Klasikal
Daya Serap Klasikal

Gambar 4.5 Grafik peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II

Penerapan pembelajaran yang menggunakan isi teori Bruner dapat


menghidupkan suasana belajar karena siswa terlibat aktif dalam setiap proses
belajar mengajar. Suasana belajar yang mendukung merupakan salah satu
motivasi siswa dalam belajar. Guru harus bisa menerima pemikiran siswa
apapun adanya sambil menunjukkan apakah pemikiran itu sejalan atau tidak.
Guru harus menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih
fleksibel menerima gagasan siswa yang berbeda. Penggunaan teori Bruner dapat
membantu siswa mengingat, memahami, mengolah serta dapat mengemukakan
seluruh pengetahuannya mengenai suatu konsep untuk selanjutnya digunakan
dalam penyelesaian masalah.
Dari analisis setiap akhir tindakan menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan siswa pada materi simetri lipat. Hal ini ditunjukkan pada
penyelesaian tindakan I, ada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal simetri lipat, motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran masih kurang sehingga siswa masih terlihat pasif dan belum
berani untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan terhadap soal yang
diberikan.
Pembelajaran pada siklus II difokuskan agar siswa dapat menyelesaikan
soal simetri lipat. Hasil yang diperoleh peningkatan aktivitas siswa dari siklus I
ke siklus II disebabkan karena siswa lebih termotivasi dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, hal ini terlihat pada saat siswa lebih aktif dalam
menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS dan sudah berani memberikan

14
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
tanggapan ISSN 2354-

15
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-
maupun penjelasan kepada teman-temannya serta dapat menyelesaikan soal
dengan baik.
Pembelajaran ini cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar
karena dapat mengubah kebiasaan siswa belajar yang hanya mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Penerapan teori Bruner dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran simetri lipat di kelas IV SDN 02 Makmur Jaya.
2) Pembentukan kelompok dan pemberian LKS membuat siswa lebih aktif
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3) Penerapan teori Bruner dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat pada peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus
II. Untuk hasil belajar siklus I diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal
sebesar 73% dan daya serap klasikal 72%. Sedangkan pada siklus II
diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar 95% dan daya serap
klasikal 84% yang artinya sudah melewati standar ketuntasan klasikal
siswa yaitu 80%. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus II adalah 21
orang siswa, artinya siswa tersebut mempunyai nilai minimal 65 (KKM
SDN 02 Makmur Jaya) dan siswa yang tidak tuntas adalah 1 orang siswa,
artinya siswa tersebut mempunyai nilai di bawah 65.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran-saran


sebagai berikut:
1. Dengan menerapkan teori Bruner merupakan salah satu alternatif yang
layak dikembangkan untuk mengatasi masalah rendahnya mutu proses
dan hasil pembelajaran Simetri lipat khususnya pembelajaran simetri
lipat.
2. Persiapan guru untuk melaksanakan praktek pembelajaran harus
dimaksimalkan agar pelaksanaan praktek yang dikembangkan dengan
menggunakan alat peraga tidak mengalami hambatan dan sesuai dengan
teori.

16
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
2
ISSN 2354-
3. Pembelajaran dengan penerapan teori Bruner dapat menjadi salah satu
alternatif guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, karena
menurut hasil penelitian ini persentase ketuntasan belajar klasikal yang
diperoleh dengan menggunakan teori Bruner lebih tinggi dari pada
persentase ketuntasan belajar klasikal siswa yang diperoleh dari metode
yang digunakan sebelumnya.
4. Penerapan teori Bruner dengan langkah sebagai berikut:
a. Menunjukkan simetri lipat bangun datar menggunakan karton.
b. Menggambar benda dari simetri lipatnya.
c. Menuliskan simbol-simbol yang berkaitan dengan simetri bangun datar.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nyimas,dkk. 2007. Pengembangan Pembelajarn Simetri lipat SD.
Jakarta: Direktorat Jendral pendidikan tinggi departemen pendidikan
nasional, (online), (http://newbornagain.wordpress.com), diakses 15
Januari 2014

Akinah, Muriani. M. 2009. Media Pembelajaran, Palu: Universitas Tadulako

Elvin. 1999. Penerapan Pendekatan Kooperatif dalam Upaya Meningkatkan


Hasil Belajar Biologi Kelas I SLTP Negeri 6 Palu. Skripsi tidak
dipublikasikan. Palu: FKIP Untad.

Herman, Hudojo. 1998. Belajar Mengajar Matematika. Bandung: Angkasa

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Simetri lipat yang Menyenangkan. Jakarta:


Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan.(online), (http://faizalnizbah.blogspot.com), diaskses 15
Januari 2014

Samsiar. 2007. Efektifitas Teori Bruner dalam Pembelajaran Konsep Bangun-


bangun Segiempat di Kelas VII SMP Negeri 4 Palu. Skripsi tidak
dipublikasikan. Palu: FKIP Untad.

Sugiarto dan Isti Hidayat. 2004. Workshop Pendidikan Simetri lipat. Semarang:
FMIPA Universitas Negeri Semarang.

17

Anda mungkin juga menyukai