Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS


TITRASI ASAM BASA

DISUSUN OLEH:
NAMA : TESAR SYAHNARIRI NANDA WIDODO
NIM : 52019050021
KELAS : 1A FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan baku yang digunakan di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pembuatan larutan baku
4. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar asam dan basa dengan metode asidi-
alkalimetri
II. Prinsip Percobaan
A. Pembuatan Larutan
1. Pembuatan larutan baku primer H2C2O4.5H2O 0,1 N

Meninmabg
Memasukkan
H2C2O4.5H2O yang
kedalam labu ukur
dibutuhkan dengan
100 mL
teliti

Menutup labu ukur Melarutkan dengan


dan mengkocok aquadest sampai
sampai homogen tepat tanda batas
2. Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N

Melarutkan kurang lebih


Mendinginkan dan
25 fram NaOH ke dalam Memanaskan 1 L
memasukkan ke dalam
25 mL aquades dalam aquades, didihkan 5-10
botol yang tertutup
botol tertutup gabus menit sejak mendidih
plastik
dilapisi plastik

Mengambil 6,5 mL
Membakukan NaOH
larutan NaOH dengan
dengan larutan asam
pipet ukur

3. Pembuatan indikator Phenolphtalein


Melarutkan 1g Phenolphtalein ke dalam 100 mL etanol 70%
B. Pembakuan
Pembakuan larutan NaOH dengan H2CO4.2H2O

Memasukkan asam oksalat


Memasukkan larutan NaOH ke dengan pipet volume 10 mL ke
dalam buret yang sebelumnya dalam erlenmeyer, kemudian
dibilas dulu dengan NaOH tambahkan 1-2 tetes
Phenolpthalein

Melakukan titrasi asam


oksalat dengan NaOH sampai
terjadi perubahan warna dari Melakukan titrasi minimal
tidak berwarna menjadi rose duplo (dua kali)
muda. catat volume NaOH
yang dikeluarkan

C. Penetapan Sampel
1. Penetapan kadar HCl
Melakukan titrasi larutan
Memasukkan sampel yang tersebut dengan NaOH sampai
mengandung HCl ke dalam terjadi perubahan warna
erlenmeyer, tambahkan 1-2 menjadi rose muda, catat
tetes indikator phenolphtalein volume NaOH yang
dikeluarkan

Melakukan titrasi minimal Menghitung kadar HCl dan


duplo (dua kali) sampel

2. Penetapan kadar asam salisilat

Melakukan
Menimbang
titrasi dengan
kurang lebih
NaOH 0,1 N
250 mg dsmpel
menggunakan
dengan Menambahkan
indikator pp
seksama, 20 mL air
hingga larutan
larutkan dalam
berubah
15 mL etanol
menjadi merah
95% netral
muda

III. Teori
Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel asam dengan mentitrasinya dengan
larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan baku asam (asidimetri).
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral.
IV. Hasil Pengamatan
1. Perhitungan Penimbangan
A. Larutan baku primer H2C2O4.2H2O 0,1 N
N = gr/Mr × 1000/V × Valensi
0,1 N = gr/126,07 × 1000/100 × 2
= 0,6303 gr ± (0,58035 – 0,68035)
B. Larutan baku sekunder NaOH 0,1 N
N = gr/Mr × 1000/V × Valensi
0,1 N = gr/40 × 1000/250 × 1
= 1 gr ± (0,95 – 1,05)
2. Pembakuan
A. Titrasi 1 = 12,6 mL
VBP.NBP = Vt.Nt
10 mL.0,1 N = 12,6 mL.Nt
1/12,6 = Nt
0,0793 = Nt
B. Titrasi 2 = 12,7 mL
VBP.NBP = Vt.Nt
10 mL.0,1 N = 12,7 mL.Nt
1/12,7 = Nt
0,0787 = Nt
C. Titrasi 3 = 12,7 mL
VBP.NBP = Vt.Nt
10 mL.0,1 N = 12,7 mL.Nt
1/12,7 = Nt
0,0787 = Nt
Rata-rata = 0,0793 + 0,0787 + 0,0787/3 = 0,2367/3 = 0,0789
3. Penetapan sampel
1. HCl
A. Titrasi 1 = 9,3 mL
VS.NS = Vt.Nt
10 mL.NS = 9,3.0,0789
= 9,3.0,0789/10
= 0,73377/10
= 0,073377
B. Titrasi 2 = 9,3 mL
VS.NS = Vt.Nt
10 mL.NS = 9,3.0,0789
= 9,3.0,0789/10
= 0,73377/10
= 0,073377
2. Asam Salisilat
Titrasi = 22 mL
% b/b = V titran × N titran × BM ×100
Bobot Sampel
= 22 mL × 0,0789 × 138,12 × 100
250 mg
= 23974,86/ 250 mg
= 95,89%
V. Pembahasan
Titrasi adalah suatu prosedur yang digunakan dalam kimia untuk penentuan konsentrasi atau kadar
suatu zat yang tidak diketahui dengan menggunakan zat yang telah diketahui kadarnya. Dalam
titrasi asam basa, prinsipnya yaitu zat yang bersifat asam akan dititrasi dengan larutan basa yang
telah diketahui kadarnya atau zat yang bersifat basa akan dititrasi dengan larutan asam yang telah
diketahui kadarnya.
Prinsip dari titrasi asam basa ini menerapkan prinsip reaksi asam basa dimana ketika suatu asam
dan basa dicampurkan atau direaksikan maka akan terjadi reaksi penetralan yang menghasilkan
suatu garam dan air dengan pH yang netral.
VI. Kesimpulan
Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel asam dengan mentitrasinya dengan
larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan baku asam (asidimetri).
VII. Daftar Pustaka
Harjadi, W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta
Susanti, S. 1995. Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar
VIII. Dokumentasi
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
ARGENTOMETRI

DISUSUN OLEH:
NAMA : TESAR SYAHNARIRI NANDA WIDODO
NIM : 52019050021
KELAS : 1A FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan baku yang digunakan di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pembuatan larutan baku
4. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar halogen/ pseudo halogen dengan metode
argentometric
II. Prinsip Percobaan
A. Pembuatan larutan-larutan
- Larutan Baku Primer NaCl 0,03 N

Menimbang
Mengeringkan dengan teliti
NaCl dalam Menyimpan sebanyak yang
oven pada NaCl dalam dibutuhkan
temperatur desikator dan dilarutkan
500-600°C ke dalam
aquades

- Larutan Baku Sekunder


Menyimpan
Melarutkan AgNo3
larutan AgNo3
dengan aquades
dalam botol coklat

- Indikator K2CrO4

Membuat larutan
Melarutkan 5% b/v, K2CrO4 dengan
diambil 1 mL untuk melarutkan dalam
volume air 50-100 mL aquades apabila
terjadi padatan

B. Pembakuan
Melakukan titrasi
Memasukkan 10 mL
Menambahkan 4-5 dengan larutan AgNO3
NacL ke dalam
tetes indikator K2CrO4 sampai terbentuk
erlenmeyer
endapan merah bata

Melakukan titrasi mencatat volume


minimal dua kali AgNO3

C. Penetapan Sampel

Melakukan titrasi
Memasukkan 10 mL Menambahkan 4-5
dengan AgNO3
larutan sampel ke tetes larutan
sampai terbentuk
dalam erlenmeyer indikator K2CrO4
endapan merah bata

Mencatat volume Melakukan titrasi


AgNO3 minimal dua kali

III. Teori
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-
senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.
Metode argentometric disebut juga dengan metode pengendapan karena pada argentometric
memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan.
IV. Hasil Pengamatan
1. Perhitungan Penimbangan
A. NaCl 0,03 N = 100 mL
N = gr/Mr × 1000/V × valensi
0,03 = gr/58,5 × 1000/100 × 1
Gram = 0,1755 gr ± (0,1255 – 0,2255) gr
B. AgNO3 0,03 N = 250 mL
N = gr/Mr × 1000/V × valensi
0,03 = gr/169,873 × 1000/250 × 1
Gram = 1,274 gr ± (1,224 – 1,324) gr
C. Indikator K2CrO4 0,1% = 25 mL
= 0,01/100 × 25 mL
= 0,025 gr
2. Pembakuan
A. Titrasi 1 = 9,5 mL
VBP.NBP = Vt.Nt
10 mL.0,3 N = 9,5 mL.Nt
0,3/9,5 = Nt
0,03 N = Nt
B. Titrasi 2 = 10,5 mL
VBP.NBP = Vt.Nt
10 mL.0,3 N = 10,5 mL.Nt
0,3/10,5 = Nt
0,02 = Nt
C. Titrasi 3 = 9,6 mL
VBP.NBP = Vt.Nt
10 mL.0,1 N = 9,6 mL.Nt
0,3/9,6 = Nt
0,03 = Nt
Rata-rata = 0,08/3 = 0,0267
3. Penetapan Sampel
A. Titrasi 1 = 17 mL
VS.NS = Vt.Nt
10 mL.NS = 17 . 0,0267
= 0,4539/10
= 0,04539 N
B. Titrasi 2 = 17,3 mL
VS.NS = Vt.Nt
10 mL.NS = 17,3 . 0,0267
= 0,46191/10
= 0,046191 N
C. Titrasi 3 = 17,1 mL
VS.NS = Vt.Nt
10 mL.NS = 17,1 . 0,0267
= 0,45657/10
= 0,045657 N
V. Pembahasan
Argentometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi analit dengan menggunakan larutan baku sekunder yang mengandung unsur perak.
Larutan baku sekunder yang digunakan adalah AgNO3, karena AgNO3 merupakan satu-satunya
senyawa perak yang bisa terlarut dalam air. Produk yang dihasilkan dari titrasi ini adalah endapan
yang berwarna.
Dasar titrasi argentometri adalah yang pembentukkan endapan tidak mudah larut antara titran
dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ionAg+
dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut
AgCl.
VI. Kesimpulan
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-
senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3)
VII. Daftar Pustaka
Day R.A underwood .1998. Kimia analis kuantitatip . Erlangga : Jakarta
Danney, B.,1979. Vogel Analisis Kuantitatif Anorganik, EGC: Jakarta
Ham, Mulyono, 2005. Kamus Kimia, Bumi Aksara : Bandung
Harjadi, W., 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Harjadi, W., 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia : Jakarta
Polling C.1982. Ilmu kimia Edisi III catatan ke 25 Press : Jakarta
Underwood, A.L., 1992. Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga : Jakarta
VIII. Dokumentasi
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
KOMPLEKSOMETRI

DISUSUN OLEH:
NAMA : TESAR SYAHNARIRI NANDA WIDODO
NIM : 52019050021
KELAS : 1A FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan baku yang digunakan di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pembuatan larutan baku
4. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar logam dengan metode kompleksometri
II. Prinsip Percobaan
A. Pembuatan Larutan
1. Larutan Baku Primer ZnSO4.7H2O 0,05 M

Memasukkan
Menimbang dalam labu Mengencerkan
ZnSO4.7H2O ukur 100 mL, hingga tanda
dengan teliti tambahkan 1- batas
2 mL H2SO4

2. Larutan Baku Sekunder Na2EDTA 0,05


Melarutkan
Na2EDTA dalam
aquades
3. Larutan dapar salmiak pH 10

Mencampur 142 mL Mengencerkan


amoniak pekat dengan aquades
dengan 17,5 g sampai volume 250
NH4CL mL

Menambahkan HCl
atau NH4OH sampai
Memeriksa pH nya
pH 10 ± 0,1 bila
perlu

4. Indikator Eriochrom Black T (EBT)


Menggerus 1 gr
EBT dengan 100
g NaCl kering

Menyimpan
dalam botol
kering
B. Pembakuan Na2EDTA dengan ZnSO4.7H2O

Melakukan titrasi
Memasukkan larutan Menambahkan 1 mL larutan Na2EDTA sampai
ZnSO4.7H2O 10 mL ke dapar salmiak pH 10 dan terjadi perubahan warna
dalam erlenmeyer tambahkan 25 mg EBT dari anggur merah
menjadi biru

Mencatat volume Melakukan titrasi


Na2EDTA minimal dua kali

C. Penetapan Sampel
1. Magnesium
Memasukkan 10 mL MgCl2 ke dalam
erlenmeyer

Menambahkan 1 mL larutan dapar


salmiak pH 10 dan indikator EBT

Mentitrasi dengan Na2EDTA pada


suhu 40°C sampai terjadi perubahan
dari merah anggur menjadi biru

2. Kalsium

Memasukkan 10 mL
Menambahkan KOH 2 M
larutan kalsium ke dalam
sampai netral
erlenmeyer

Menambahkan larutan Menambahkan 25 mg


peniter pelan-pelan murekside dan titrasi
sampai terjadi dengan larutan Na2EDTA
perubahan warna dari menjelang titik akhir
merah menjadi ungu titrasi

III. Teori
Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetric berdasarkan reaksi pembentukan senyawa
kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks (ligan). Ligan yang banyak digunakan
adalah dinatrium etilen, dan dianida tetra asetet. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai
reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral
yang terdisosiasi dalam larutan.
IV. Hasil Pengamatan
A. Perhitungan Penimbangan
- Larutan baku primer ZnSO4.7H2O
M = gr/Mr × 1000/v
0,05 = gr/287,54 × 1000/100
= 1437,7 (1437,65 – 1437,75)
- Larutan Na2EDTA
M = gr/Mr × 1000/v
0,05 = gr/372,24 × 1000/250
= 4,653 (4,603 – 4,703)
- Larutan dapar salmiak pH 10 = 50 mL
Amoniak pekat = 142/5 = 28,4 mL
NH4Cl = 17,5/5 = 3,5 mL
B. Pembakuan Larutan Na2EDTA
- Pembakuan 1
V1 . N1 = V2 . N2
10 mL . 0,05 M = 12,5 mL . Nt
0,5 = 12,5 . Nt
0,5/12,5 = 0,04 Nt
- Pembakuan 2
10 mL . 0,05 M = 12,5 mL . Nt
0,5 = 12,5 . Nt
0,5/12,5 = 0,04 Nt
Rata-rata = 0,08/2 = 0,04 N
C. Sampel
- Sampel 1
Vs . Ns = Vt . Nt
10 mL . Ns = 8,25 . 0,04
10 mL . Ns = 0,33
0,33/10 = 0,033 N
- Sampel 2
Vs . Ns = Vt . Nt
10 mL . Ns = 8,25 . 0,04
10 mL . Ns = 0,33
0,33/10 = 0,033 N
Rata-rata = 0,066/2 = 0,0495 N
V. Pembahasan
Kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan reaksi pembentukan senyawa
kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks (ligan) atau ligan adalah suatu unsur
yang memiliki pasangan elektron bebas untuk di donorkan pada logam.Ligan yang banyak
digunakan adalah dinatrium etilen,dianida tetra asetat (Na2EDTA).
Kompleks yang dimaksud disini adalah komplek yang dibentuk melalui reaksi ion logam,sebuah
kation, dengan sebuah anion atau molekul netral. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai
reaksi yang meliputi reaksi pembentukkan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah mempunyai tingkat kelarutan tinggi.
Kompleksometri juga merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks,membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri adalah titrasi
berdasarkanpembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks.
Salah satuzat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah
garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Titrasi dapat ditentukan dengan
adanya penambahan indikator yang berguna sebagaitanda tercapai titik akhir titrasi.
VI. Kesimpulan
Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetric berdasarkan reaksi pembentukan senyawa
kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks (ligan).
VII. Daftar Pustaka
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Terjemahan A.
Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
VIII. Dokumentasi
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
PERMANGANOMETRI

DISUSUN OLEH:
NAMA : TESAR SYAHNARIRI NANDA WIDODO
NIM : 52019050021
KELAS : 1A FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan baku yang digunakan di
laboratorium beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pembuatan larutan baku
4. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar senyawa reduktor dengan metode
permanganometri
II. Prinsip Percobaan
A. Pembuatan Larutan
1. Larutan Baku Primer H2C2O4.2H2O
- Membuat larutan H2C2O4.2H2O dengan aquades dalam labu ukur 100 mL. BE= ½ BM,
BM = 214
2. Larutan Baku Sekunder KMnO4.5H2O

Membuat larutan Mendidihkan larutan


Menimbang KMnO4 dengan konsentrasi selama 15-20 menit,
dalam kaca arloji 0,1 N sebanyak 1 L menyaring dengan
dengan aquades glasswool

Menyaring lagi bila Menampung filtrat


selama penyimpanan dalam botol bersih,
terbentuk endapan bebas lemak, dan
lagi ditutup

B. Pembakuan Larutan KMnO4


Menambahkan 6 mL Melakukan titrasi
Memasukkan asam
H2SO4 4N, dengan larutan KMnO4
oksalat 10 mL ke
memanaskan pada sampai terbentuk
dalam erlenmeyer
temperatur 80-90° warna rose

Melakukan titrasi
minimal dua kali dan Mencatat volume
menghitung sebelum KMnO4
distandarkan

C. Penetapan Sampel

Menambahkan 6 mL Melakukan titrasi


Memasukkan sampel
H2SO4 4N, dengan larutan KMnO4
10 mL ke dalam
memanaskan pada sampai terbentuk
erlenmeyer
temperatur 80-90° warna rose

Melakukan titrasi
minimal dua kali dan Mencatat volume
menghitung sebelum KMnO4
distandarkan

III. Teori
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang
merupakan oksidator kuat sebagai titran untuk penetapan kadar zat. Titrasi ini didasarkan pada
reaksi oksidasi ion permanganat. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat
memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana
asam, netral dan alkalis.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam
suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa
senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit,
sulfida, sulfida dan tiosulfat (Matasak, 2012).
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan
baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam
oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Rahayu,2012).
Pada percobaan ini akan dilakukan metode titrasi redoks menggunakan kalium permanganat
(KMnO4) untuk menentukan kadar Fe dalam sampel. Melalui percobaan ini, diharapkan praktikan
mampu memahami dan mengerti cara penentuan kadar konsentrasi suatu larutan dengan tepat serta
perhitungan yang didasarkan dengan prinsip stokiometri dari reaksi kimia di mata kuliah kimia
analisa ini.
IV. Hasil Pengamatan
A. Perhitungan Penimbangan
- Larutan H2C2O4.2H2O = 100 mL
N = gr/Mr × 1000/v × valensi
0,1 N = gr/126 × 1000/100 × 2
gr = 1260/2000
gr = 0,63 gr (0,58 – 0,68)
- Larutan KMnO4
N = gr/Mr × 1000/v × valensi
0,1 N = gr/158 × 1000/250 × 5
gr = 3950/5000
gr = 0,79 gr (0,74 – 0,84)
- H2SO4 = 50 mL
N = gr/Mr × 1000/v × valensi
0,1 N = gr/98 × 1000/50 × 2
gr = 19600/2000
gr = 9,8 gr
ρ = m/v
1,84 = 9,8/v
v = 9,8/1,84
v = 5,32
B. Pembakuan KMnO4
- Titrasi 1
V1 . N1 = Vt . Nt
10 mL . 0,1 N = 9,7 mL . Nt
1/9,7 = Nt
0,103 = Nt
- Titrasi 2
V1 . N1 = Vt . Nt
10 mL . 0,1 N = 9,7 mL . Nt
1/9,7 = Nt
0,103 = Nt
C. Sampel
Sampel 1
Vs . Ns = Vt . Vt
10 mL . Ns = 4,7 mL . 0,103
Ns = 0,4841/10
Ns = 0,04841 N
Sampel 2
Vs . Ns = Vt . Vt
10 mL . Ns = 4,7 mL . 0,103
Ns = 0,4841/10
Ns = 0,04841 N
V. Pembahasan
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks. Reaksinya adalah merupakan
serah terima electron yaitu electron diberikan oleh pereduksi dan diterima oleh pengoksidasi.
Oksidasi adalah pelepasan electron oleh suatu zat. Sedangkan reduksi adalah pengambilan electron
oleh suatu zat. Rekasi oksidasi ditandai dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan reduksi
sebaliknya.
VI. Kesimpulan
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks. Oksidasi adalah pelepasan
electron oleh suatu zat. Sedangkan reduksi adalah pengambilan electron oleh suatu zat
VII. Daftar Pustaka
Dahlia, 2009. Tugas Kelompok Kimia Analitik I Permanganometri. Universitas Negeri Makassar:
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Khopkar, S.M. 1985. Konsep Dasar Kimia analitik. Depok : UI Press.
VIII. Dokumentasi
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
IODOMETRI

DISUSUN OLEH:
NAMA : TESAR SYAHNARIRI NANDA WIDODO
NIM : 52019050021
KELAS : 1A FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan yang digunakan di laboratorium
beserta kegunaan dan keamanannya
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan
3. Mahasiswa mampu menerapkan pprinsip-prinsip kerja pembuatan larutan baku
4. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar obat dengan metode iodometri
II. Prinsip Percobaan
A. Pembuatan Larutan
1. Larutan Baku Primer
Membuat larutan KIO3 dalam labu ukur 100 mL
2. Larutan Baku Sekunder Na2S2O3.5H2O

Membuat larutan baku sekunder


dengan konsentrasi 0,1 N sebanyak 1 L
dengan aquades yang telah dididihkan

Menambahkan Na2CO3 sebanyak 0,1 g

Mendiamkan selama 1 hari sebelum


dilakukan, mendekantasi bila perlu

3. Indikator amilum 1%
Membuat pasta 1 g dalam sedikit
air

Menuangkan pasta ke dalam 100


mL air mendidih sambil diaduk

Mendinginkan pasta

B. Pembakuan Larutan Na2S2O3

Menambahkan 2 mL Mentitrasi cepat-cepat


Memasukkan 10 mL KIO3
H2SO4 2N dan 1 g kalium dengan Na2S2O3 sampai
ke dalam erlenmeyer
iodida larutan berwarna kuning

Melanjutkan titrasi
sampau terjadi
Menambahkan 2 mL
perubahan warna dari
amilum
biru menjadi tidak
berwarna

C. Penetapan Sampel
Memasukkan 10 mL Menambahkan 2 mL Mentitrasi cepat-cepat
larutan CuSO4 ke dalam H2SO4a dan 1 g kalium dengan Na2S2O3 sampai
erlenmeyer iodida larutan berwarna kuning

Melanjutkan titrasi
sampai terjadi
Menambahkan 2 mL
perubahan warna dari
amilum
biru menjadi tidak
berwarna

III. Teori
Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa kemudian
direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium
dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan standar.Titrasi iodometri ini termasuk
golongan titrasi redoks dimana mengacu pada transfer electron.(Day&Undewood,2004)
Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium tiosulfat.Garamini
biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.Larutan tidak boleh distandarisasi
dengan penimbangan secara langsung,tetapi harus distandarisasi dengan larutan baku
primer.Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu yang lam (Day&Underwood,2004)
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi,sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berati proses
oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron.Oksidator adalah
senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan oksidasi.Sebaliknya pada reduktor
,atom yang berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain.Istilah oksidator
reduktor mengacu pada suatu senyawa,tidak kepada atomnya saja.(Khopkar,2003)
Warna larutan iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikatornya
sendiri.Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji,karena warna biru tua dari kompleks
kanji-iodium dipakai untuk suatu uji peka terhada iodium.(Day&Underwood,1986)
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium tiosulfat dan dianjurkan
apabila natrium tiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. (Day&Underwood,2004)
IV. Hasil Pengamatan
A. Perhitungan Penimbangan
1. Larutan KIO3 0,1 N = 100 mL
N = gr/Mr × 1000/v × valensi
0,1 = gr/214 × 1000/100 × 6
gr = 0,356 gr
2. Larutan Na2S2O3.5H2O
N = gr/Mr × 1000/v × valensi
0,1 = gr/248 × 1000/250 × 2
gr = 3,1 gr
3. Indikator amilum 1% = 50 mL
1/100 × 50 = 0,5 gr
4. H2SO4
N = gr/Mr × 1000/v × valensi
0,1 = gr/98 × 1000/25 × 6
gr = 2,45 gr
ρ = m/v
1,84 = 2,45/v
v = 1,33 mL
B. Pembakuan
1. Titrasi 1 = 20,25 mL
VBP . NBP = Vt . Nt
10 . 0,1 = 20,25 . Nt
Nt = 1/20,25
Nt = 0,049 N
2. Titrasi 2 = 20,25 mL
VBP . NBP = Vt . Nt
10 . 0,1 = 20,25 . Nt
Nt = 1/20,25
Nt = 0,049 N
Rata-rata = 0,049 N
C. Penetapan Sampel
1. Sampel 1 = 20,25 mL
Vs . Ns = Vt . Nt
10 . Ns = 20,25 . Nt
Ns = 20,25 . 0,049
Ns = 0,992/10
Ns = 0,09922 N
2. Sampel 2 = 20,25 mL
Vs . Ns = Vt . Nt
10 . Ns = 20,25 . Nt
Ns = 20,25 . 0,049
Ns = 0,992/10
Ns = 0,09922 N
Rata-rata = 0,09922 N
V. Pembahasan
Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang dianalisis kemudian
direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai,yang selanjutnya iodium
dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan standar.
Pada percobaan ini menggunakan larutan baku primer KIO3 untuk menstandarisasikan larutan
Na2SO3.Standarisasi ini dilakukan karena konsentrasi natrium tiosulfat belum diketahui.Dalam
pembuatan larutan Na2SO3 tidak stabil untuk waktu yang lama.
VI. Kesimpulan
Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa kemudian
direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai
VII. Daftar Pustaka
Gholib, ibnu. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar : Yogyakarta.
Mulyono, 2011. Membuat Reagen Kimia. Bumi Aksara : Jakarta
Tim Dosen UIT. 2012. Penuntun praktikum Kimia Analisis. Universitas Indonesia Timur :
Makassar
VIII. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai