Anda di halaman 1dari 21

PENGENDALIAN TEMPERATUR PC13

PENGENDALIAN
PENGENDALIAN ON/OFF

I. Tujuan
1. Mendemonstrasikan pengendalian On/Off dengan saklar pemilih
2. Mendemonstrasikan pengendalian On/Off otomatis
3. Menentukan periodaosilasi dan kelambatan proses
4. Menentukan temperature overshoot dan undershoot

II. Alat dan Bahan yang Digunakan


a. Alat yang digunakan :
 PC10 + Trimtool
 PC13 + Pompa sirkulasi air dingin
 Lampu 24 VAC
 Kabel penghubung
 Kabel termokopel
 Thermometer air raksa

b. Bahan yang digunakan :


 Aquadest : secukupnya
 Es batu : 4 buah

III. Dasar teori


Alat Pengendali Temperatur (PC13) ini adalah alat simulasi pengendalian temperature
dari suatu proses pertukaran panas tipe plat,
tipe  plat, plate heat exchanger  (HE).
  (HE). Fluida panas yang
 berasal dari sebuah tangki yang dipanaskan menggunakan pemanas koil listrik akan
menurunkan kalor terhadap aliran fluida pada pipa aliran dingin. Pada alat PC13 ini aliran
fluida dingin dengan temperature terukur di TC3 akan menjadi fluida yang lebih panas dari
sebelumnnya (TC4) yang kemudian dimasukkan kembali ke pompa aliran air pendingin.
Aliran TC4 ini nantinya akan kembali ke proses melalui katup V1 dan menjadi TC3 kembali,
oleh karena itu pada pompa sirkulasi penjagaan temperature agar fluida TC4 turun lagi
menjadi TC3 haruslah diperhatikan dengan menambah batu es seperlunya.
Fluida dalam tangki pemanas diukur sebagai TC1 yang kemudian akan bertukar panas
dengan fluida dingin TC3. Tangki ini merupakan tangki yang terbuat dari logam, dengan
katup inlet untuk mengisi terletak pada bagian atas tangki. Fluida dalam tangki adalah air
aquadest bersih. Tangki mempunyai 2 aliran keluar yaitu :
 Aliran menuju penukar panas (HE) yang dapat diukur dengan termokopel di soket
TC1.
 Aliran drain (untuk mengeluarkan air dari tangki/ pengukuran), V3.

Hasil pertukaran panas ini menghasilidak dikendalikankan output berupa aliran fluida
yang temperaturnya lebih rendah dari TC1 yang terukaur sebagai TC2 yang kemudian
disirkulasi ulang ke tangki pemanas. Pada awalnya, Proses pertukaran panas dikendalikan
dengan sebuah katup motor yang akan memperbesar atau memperkecil aliran fluida panas
yang berasal dari tangki pemanas sebagai elemen control akhir. Namun karena aus, katup
motor telah dilepas sehingga aliran panas masuk dan keluar tidak dikendalikan lagi oleh
katup motor. Aliran air panas diatur secara manual menggunakan katup manual V2, dan besar
aliran dapat dilihat pada rotameter F2. Aliran fluida dingin juga diatur dengan katup manual
V1, dan besar aliran dapat dilihat pada rotameter F1.

Alat PC13 berfungsi sebagai tempat proses pemanasan dan tempat termokopel untuk
 pengukuran temperature proses. Alat ini dirangkaikan untuk bekerja bersama dengan alat
konsol listrik PC10. Pengukuran dapat dilakukan pada empat soket termokopel TC1,TC2,
TC3 dan TC4 yang kemudian dihubungkan ke soket sinal conditioning di alat PC10 yang
akan mengubah panas dari pengukuran menjadi arus listrik (mA) atau tegangan listrik (Volt)
yang outputnya kemudian dapat dipergunakan sebagai nilai pembacaan pada amperemeter
atau voltmeter atau sebagai input pengendali arus pada process c ontroller.

Sebagai nilai pembacaan, maka temperature 0 oC  –  100


 100 oC akan sebanding dengan 0 volt
 –  1,000
  1,000 volt, yang berarti saat temperature terukur adalah 35 maka pembacaan di voltmeter
adalah 0,350 volt. Pada amperemeter, temperature 0 oC  –  100
  100 oC akan sebanding dengan 4
mA  –   20 mA, yang berarti saat 50 oC maka akan terbaca 12 mA. Output (mA) yang sama
ketika dihubungkan ke bagian input pada process controller di PC10 akan memberikan
 pembacaan 50 %, karena temperature 0 oC –  100
 100 oC ≈ 4 mA – 
mA –  20
 20 mA ≈ 0 % - 100 %.
PC13 digabungkan dengan PC 10 akan mempunyai fungsi pengendalian yang sama
dengan pengendalian PC10, sehingga prinsip-prinsip pengendalian PC10 semua dapat
diterapkan pada alat simulasi temperature PC13.

Teori Tambahan

Sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja bersama- sama dan
melakukan suatu sasaran tertentu, sedangkan pengendalian diartikan sebagai mengekang dan
menguasai. Jadi sistem pengendali proses adalah sistem pengendalian suatu parameter dari
 berbagai macam proses.

Sistem pengendalian proses terbagi menjadi dua yaitu sistem pengendalian manual dan
sistem pengendalian otomatis.
1. Sistem Pengendalian Manual adalah sistem pengendalian dengan subyek adalah
makhluk hidup, contoh oleh manusia. Biasanya sistem ini dipakai pada beberapa proses-
 proses yang tidak banyak mengalami perubahan beban ( load   ) atau pada proses yang tidak
kritis.
2. Sistem Pengendalian Otomatis adalah sistem pengendalian dimana subyek digantikan
oleh suatu alat yang disebut  controller . Dimana tugas untuk membuka dan menutup valve
tidak lagi dikerjakan oleh operator, tetapi atas perintah controller . (Gunterus, 1994)

Gambar. Sistem pengendalian otomatis Gambar. Sistem pengendalian manual

Dari gambar diatas terlihat bahwa contoh sistem pengendalian manual salah satunya
adalah proses merebus botol dengan panci panas yang dikasih air. Proses merebus botol ini
 biasanya dilakukan oleh ibu-ibu untuk mensterilkan botol. Biasanya proses perebusan
dimulai dengan memanaskan air sampa mendidih, kemusian botol-botol dimasukkan ke panci
sampai sekitar 5- 10 menit, setelah selesai maka kita harus mematikan kompor gas secara
manual. Sedangkan gambar 2 menunjukkan contoh sistem pengendalian otomatis pada proses
sterilisasi botol. Gambar 2 menunjukkan proses sterilisasi botol dilakukan dengan alat
sterilizer, dimana kita tinggal memasukkan botol ke alat kemudian kita putar atau tekan
sistem kontrol temperatur pada alat tersebut dan jika proses sterilisasi sudah selesai maka alat
akan otomatis mati sendiri, sehingga tidak perlu ditunggu dan dimatikan secara manual.
 Nah dua kasus tersebut merupakan salah satu contoh dari perbedaan sistem pengendalian
manual dan sistem pengendalian otomatis. Dimana perbedaannya terdapat pada adanya suatu
alat kontrol yang menggantikan kerja subjek manusia. Jika pada kasus ini maka alat kontrol
 pada alat sterilisasi adalah alat kontrol temperatur.

Pada materi kali ini kita akan membahas mengenai PCT 13 (Process Controller
Temperatur) dengan pengendalian on/off secara otomatis. Yang mana pada PC 10 kita telah
membahas mengenai pengendalian on/off.

PCT 13 adalah aksesori pengendali temperatur buata ARMFIELD Tech.Ltd yan


dirancang untuk bekerja sama dengan PCT 10. Pada PCT-13 harga pengukuran adalah juga
hara pengendalian / kontrol point (Cp). Sedangkan yang berfungsi sebagai pengendali /
controller disini adalah PCT-10 yang menerima input dari pengukuran dan mengevaluasi
terhadapset point kemudian menentukan tindakan yang harus dilakukan oleh elemen kontrol
akhir. Elemen kontrol akhir pada PCT-13 adalah katu kontrol motor (motorised valve) dan
saklar ON/OFF pada pompa di tangki.

Inti proses pada PCT-13 adalah Alat Penukar Panas (Heat Exchanger) mini yang
menukar panas antara fluida proses dan fluida pemanas.
Bagian-bagian utama dari PCT-13 adalah :
1. Penukar Panas ( Heat Exchanger)
2. Tangki Fluida pemanas ( Heating Fluid Reservoir )
3. Pompa sirkuasi air panas
4. Flowmeter
5. Katup Kontrol aliran manual
6. Katup motor
7. Termokopel
Mode pengendalian berdasarkan gerakan dibagi menjadi 2 yaitu, MODE PENGENDALIAN
TIDAK KONTINYU dan MODE PENGENDALIAN KONTINYU. Mode pengendali tidak
kontinyu juga diklarifikasikan dalam dua kelas yaitu manual dan otomatis

Mode pengendali tidak kontinyu secara manual yang berperan disini adalah manusia
(MAN) yang akan melakukan evaluasi dan menentukan tindakan yang harus dilakukan
apabila hara dari pengukuran (control point) tidak sama denga harga yang telah ditetapkan
(set point) sedangkan pada pengendali tidak kontinyu otomatis, harga kontrol point tersebut
diberikan keada kontroler yang kemudian mengevaluasi dan menentukan tindakan yang perlu
dilakukan agar arga control point tersebut mendekati atau sama dengan harga set point.

Pengendali tidak kontinyu melakua evaluasi berdasarkan error dari kontrol point
terhadadap set point. Perbedaan harga kontrol point terhadap set point tersebut atau error
kemudian dikeluarkan sebagai output daro kontroller ke element kontrol akhit daam bentuk
% output. Disini sikenal persen error skala penuh, yaitu persentase error terhadap skala penuh
range pengendalian.
% error = (cp –  Sp ) / ( range pengendalian ) x 100 %

Contoh apabila diketahui set point adaah 50 % dan kontrol point adalah 45 % untuk
range pengendalian daro 0 %- 100 %, maka error adalah :

% error = (45 % - 50 % ) / (100 % - 0 %) x 100 %


=5%

Pada pengendali tidak kontinyu % P ( % output) hanya berupa dua harga, 0 % dan 100
% dengan ketentuan sebagai berikut :

%P adalah 0% pada saat % EP > 0


%P adalah 100% pada saat % EP < 0

Dengan ketentuan diatas maka apabila Cp< Sp maka output akan menjadi 100%. Daam
 pemanasan maka pemanas (heater) akan hidup. Apabia Cp>Sp maka output akan menjadi
0%.
Bentuk diagram pengendalianakan berupa kotak-kotak bersusun, menyatakan daerah
hidup dan daerah matinya airan listrik pemanas.

Dalam suatu pengendalian proses dikenal berbagai jenis cara salah satunya adalah
 proses pengendalian on-off. Pada proses pengendalian jenis ini hanya akan terdapat 2 jenis
outputan yaitu bersifat low dan high. Proses penendalian ini apabila digunakan untuk
mengendalikan buka tutup control valve maka bukaan control valve hanya akan bisa 0% atau
100%..Syarat utama untuk memakainya adalah bukan untuk menghemat biaya pembelian unit
controller melainkan karena proses memang tidak dapat mentolelir fluktuasi process variable
 pada batas-batas kerja pengendali on-off.

Seperti tecerminkan dari namanya , pengendalian on /off hanya bekerja pada dua
 posisi, yaitu posisi “on” dan posisi “off”. Kalau final kontrol element berupa control valve ,
kerja valve hanya terbuka penuh atau tertutup penuh. Pada system pengendalian on-off
control valve tidak akan pernah bekerja didaerah antara 0 sampai 100%. Karena kerjanya
yang on-off , hasil pengendalian pengendali on-off akan menyebabkan proses variable yang
 bergelombang, tidak pernah konstan. Perubahan proses variable akan seirama dengan
 perubahan posisi final control element. Besar kecinya fluktuasi proses variable ditentukan
oleh titik dimana controller “on” dan titik dimana “off”.

Karena karakteristik kerjanya yang hanya on dan offf, controller jenis on-off juga
sering disebut sebagai two posision controller   ,gap controller   atau  snap controller   . Kata
snap secara harfiah berarti menampar . Sebuah controller on-off kemidian juga lazim disebut
snap controller. Ungkapan kata snap action kelak akan juga dipakai untuk kerja controller
 jenis lain yang karena besarnya gain menjadi bekerja secara on-off.

Kerja pengendalian on-off , seringkali didapatkan dengan memanfaatka deab band


suatu prosses switch. Contoh pengendalaian on-off yang paling mudah ditemui pengendalian
suhu pada seterika listrik atau pompa air listrik otomatis. Kedua alat ini bekerja secara on-off
dengan memanfaatkan adjustable dead band yang ada pada temperatur switch dan pressure
switch.

Kerja penendalian on-off banyak dipakai di system pengendalian yang sederhana


karena harganya yang relatif murah. Namun , tidak semua proses dapat dikendalikan secara
on-off karena banyak operasi proses yang tidak dapat mentolerir fluktuasi proses variable.
Jadi, syarat utama untuk memakai pengendali on-off bukan untuk menghemat biaya unit
controller melainkan karena proses memang tidak dapat mentolerir fluktuasi proses variable
 pada batas-batas kerja pengendalian on-off.

Aksi pengendalian dari controller ini hanya mempunyai dua kedudukan, maksimum
atau minimum, tergantung dari variable terkontrolnya, apakah lebih besar atau lebih kecil dari
set poin.

Persamaanya adalah :

m = N1 jika e < 0

m = N2 Jika e > 0

dimana :

m = manipulated variable

 N1 = harga maksimum dari m (ON)

 N2 = harga minimum dari m (OFF)

Pada gambar terlihat, jika error sering naik turun dengan cepat, maka variabel termanipulasi
(m) akan sering sekali berubah dari maksimum ke minimum atau sebaliknya, hal ini dalam
 prakteknya tidak disesuai, untuk itu pada pengendalian diberi gap.

Instrumentasi merupakan device atau peralatan yang digunakan untuk menunjang


sebuah sistem dalam menjalankan proses tertentu untuk tujuan tertentu pula. Setiap kegiatan
 proses dalam sebuah system di industri senantiasa membutuhkan peralatan – 
 peralatan
otomatis untuk mengendalikan parameter 
 –  parameter prosesnya. Otomatisasi tidak saja
diperlukan demi kelancaran operasi, keamanan, ekonomi, maupun mutu produk, tetapi lebih
mengutamakan pada kepentingan penggunaan manusia (user) sebagai kontrol manual,
kecepatan, kualitas, serta kuantitas yang dihasilkan dibandingkan dengan menggunakan
kontrol manual, dalam hal ini manusia sebagai pengendali dan pelaku keputusan.

Hampir semua proses industri dalam menjalankan proses produksinya membutuhkan


 bantuan sistem pengendali, contohnya pengendalian di suatu proses pengilangan minyak.
Proses di suatu pengilangan minyak tidak mungkin dapat dijalankan tanpa bantuan fungsi
sistem pengendalian. Ada banyak pengendalian yang harus dikendalikan di dalam suatu
 proses. Diantaranya yang paling umum, adalah tekanan ( pressure) didalam sebuah vessel atau
 pipa, aliran ( flow) didalam pipa, suhu (temperature) di unit proses seperti heat exchanger ,
atau permukaan zat cair (level) disebuah tangki. Ada beberapa parameter lain diluar keempat
elemen diatas yang cukup penting juga dan juga perlu dikendalikan karena kebutuhan
spesifik proses, diantaranya : pH, Velocity, berat, lain sebagainya.

Gabungan serta kerja alat – alat pengendali otomatis itulah yang dinamai dengan
sistem pengendalian proses ( proses control system). Sedangkan semua peralatan yang
membentuk sistem pengendali disebut Instrumentasi pengendali proses ( process control
instrumentation). Dan sekarang tidak lagi memakai pe-ngendalian manual kontrol tetapi
masih tetap dipakai pada beberapa aplikasi tertentu. Sistem dibuat otomatis peran operator
didalam sistem pengen-dalian manual digantikan oleh sebuah alat yang disebut controller .
Tugas pelaksana keputusan (aksi control valve) tidak lagi dilakukan oleh operator (manusia),
tetapi atas perintah controller yang operasinya dikendalikan oleh user. Untuk keperluan
 pengendalian otomatis, valve  harus dilengkapi dengan alat yang disebut actuator , sehingga
unit  valve sekarang menjadi unit yang disebut control valve. Semua peralatan pengendalian
inilah (controller dan control valve) yang disebut sebagai instrumentasi pengendali proses.

Pengendalian pada umumnya menghendaki proses berjalan dengan stabil. Proses yang
stabil merupakan sebuah proses dimana besarnya setpoint sama dengan besarnya
meassurment variabel, sehingga error sama dengan nol. Error yang sama dengan nol ini dapat
mengakibatkan tidak adanya manipulated variabel untuk membuka atau menutup valve yang
menjadikan sebuah proses yang berjalan secara kontinyu tanpa gangguan. Namun pada
kenyatannya perubahan load, kinerja mekanik instrument, perubahan setpoint dan faktor  – 
faktor lain yang dapat mengakibatkan suatu proses tidak stabil. Hal ini lazim terjadi pada
suatu sistem pengendalian, sehingga perlu sebuah controller untuk mengendalikan suatu
 proses agar dapat kembali ke posisi stabil.

Gambar Diagram blok aliran proses

Didalam pengendalian otomatis sesuatu yang perlu diketahui definisi dari istilah  –   istilahnya
yaitu :

 Proses (Process)  adalah tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi tertentu .
 Input   proses dapat bermacam  –   macam, yang pasti ia merupakan besaran yang di
manipulasi oleh  final control element   atau control valve  agar measurement variable
sama dengan set point .
 Controlled variable  adalah besaran atau variabel yang dikendalikan. Besaran ini
adalah diagram kotak disebut juga output  proses atau proses variable.
  Manipulated vari able adalah input   dari suatu proses yang dapat dimanipulasi atau
diubah – ubah besarnya agar  process variable atau controlled variable besarnya sama
dengan set point .
 Distrubance adalah besaran lain, selain manipulated variable, yang dapat
menyebabkan berubahnya controlled variable. Besaran ini lazim disebut load .
  Sensing element  adalah bagian suatu ujung suatu sistem penguluran (measuring
 system). Contoh  sensing element   yang banyak dipakai misalnya thermocouple atau
oriface plate. Pada bagian ini juga bisa disebut sensor atau primary element .
 Transmitter  adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal  sensing element,  dan
mengubah menjadi sinyal yang dapat dimengerti ole h controller .
  Measurement vari able atau measured variable  adalah sinyal yang keluar dari
transmitter . Besaran ini merupakan cerminan besaranya sinyal sistem pengukuran.
  Set point  adalah besar  process variable  yang dikehendaki. Sebuah controller   akan
selalu berusaha menyamakan controlled variable dengan set point .
 Error adalah selisih antara set point   dikurangi measured variable. Error bisa negatif
dan juga bisa positif. Bila  set point   lebih besar dari measured variable  maka error
akan menjadi positif. Sebaliknya jika  set point   lebih kecil dari measured variable
maka error  menjadi negatif.
 Controller  adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah
 pengendalian, yaitu membandingkan  set point   dengan measurement variable,
menghitung berapa banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan sinyal
koreksi yang sesuai dengan hasil perhitungan. Controller sepenuhnya mengantikan
 peran manusia dalam mengendalikan sebuah proses.
 Control unit adalah bagian dari controller   yang menghitung besarnya koreksi yang
diperlukan. Input control unit   adalah error , dan output nya adalah sinyal yang keluar
dari controller . Control unit   memiliki transfer function yang tergantung pada jenis
controller . Output control unit   adalah hasil penyesuaian matematik transfer function
dengan memasukkan nilai error sebagai input.
 F inal control element  adalah bagian akhir dari instrumentasi sistem pengendalian.
Bagian ini berfungsi untuk mengubah measurument variable dengan cara
memanipulasi besarnya manipulated variable, berdasarkan perintah controller .

Control valve adalah suatu jenis final control element yang paling umum dipakai untuk
sistem pengendalian proses, sehingga final control element cenderung diartikan control valve,
sebuah control valve bekerja tidak hanya menutup secara penuh atau membuka secara penuh,
tetapi pengendalian secara continuous yaitu control valve harus mengendalikan secara
kontinu manipulated variable (mengatur besar bukaanvalve) agar proses variable selalu sama
dengan set point.

Sebuah control valve terdiri dari tiga dua bagian dasar yaitu actuator. Bonnet dan valve
 body. Actuator adalah bagian yang mengerjakan gerak buka tutup valve yang terdiri dari
diapragma, upper diapragma case, pegas, yoke, stem, dll. Bonnet terdiri dari stud bolt/nut,
valve stem,dll. Sedangkan valve yang berhubungan langsung/menentukan besarnya flow
yang berhubungan dengan fluida yang masuk ke proses, yaitu terdiri dari plug, seat, valve
 body, gasket , dll.
Suatu aktuator bisa bekerja apabila ada suplay tekanan dan sinyal control peneumatik ataupun
elektrik, besarnya suplay tekanan pneumatik tergantung dari system, model, dan ukuran
control valve itu sendiri (biasanya 20 psig), sedangkan sinyal urnumnya control 3-15 Psig
untuk pneumetik dan 4  –   20 mA untuk elektrik, bila sebuah control valve suplay dan sinyal
controlnya pneumatik maka sinyal elekrik harus 4-20 mA harus dirubah ke 3-15 psig sinyal
 pneumetik oleh suatu konverter I/P. Actuator control valve dilengkapi .pula dengan
 positioner yang fungsinya digunakan untuk menanggulangi hysterisis pada aksi control valve,

 positioner terdiri dari empat bagian yaitu :

 Resricted Orifice yang berfungsi menghambat tekanan sumber (suplay).


 Bellow dan spring berfungsi sebagai penterjemah tekanan pneumetik ke besaran
gerak.
  Nozzel dan Baffle berfungsi untuk membocorkan sebagian tekanan suplay yang
 bekerja pada diapragma.
 Elongated Slot berfungsi sebagai engsel untuk menjaga agar baffle naik turun seirama
dengan gerak stem
 Rellay

Manfaat yang lain dari positioner adalah untuk mempercepat reaksi control valve sehingga
lag time dapat diperkecil, valve positioner dapat diartikan juga sebagai controller karena
didalamnya terdapat proses umpan balik (Proporsional Control) dari aksi actuator ke
 positioner.

Untuk sebuah actuator pada urnumnya dikalibrasi untuk bergerak saat sinyal pneumetik lebih
 besar dari 3 psi dan kondisi gerak penuh pada saat sinyal 15 Psig, artinya 3-15 Psig setara
dengan 0-100% pergerakan stem valve (strok) .Suatu kombinasi actuator dan valve dibuat
untuk menghasilkan control valve fail to close dan control valve fail to open. Kedua kondisi
ini diciptakan demi kepentingan proses. Kontruksinya control valve fail open juga disebut air
to close, sedangkan fail close disebut juga air to open.

Spesifikasi katup penting sekali untuk menyesuaikan karakteristik katup pengatur dengan
karakteristik proses. Dengan menggunakan penyesuaian itu seti-daknya akan mengurangi
kesulitan  –   kesulitan yang dihadapi, yaitu dengan meng-gunakan karakteristik aliran pada
katup. Karakteristik aliran yang dgunakan adalah :
Linear

Karakteristik ini menyatakan perubahan besarnya aliran yang proporsional dengan bukaan
katup. Sepuluh persen bukaan katup berarti sepuluh persen aliran. Kontrol valve jenis ini
 banyak digunakan untuk pengendalian level per-mukaan dengan  gain yang tetap. Persamaan
matematis dari jenis ini adalah :  f(x)= x

Equal Percentage

Kontrol valve jenis ini menyatakan perubahan bukaan katup akan mengakibatkan perubahan
aliran semakin lambat untuk harga a yang semakin besar, dengan model matematisnya :

 f(x) = a x-1

Quick Opening

Karakteristik ini menyatakan perubahan maksimum yang terjadi pada bukaan yang relatip
kecil. Katup dengan karakteristik aliran seperti ini banyak digunakan untuk pengaturan on-
off.

Untuk perubahan tekanan (Dp) yang melewati katup diasumsikan tetap. Akan tetapi
 perubahan tekanan proses sering merubah karakteristik itu sendiri, sehingga dalam membuat
asumsi harus dengan tingkat perubahan karakteristik yang tergantung pada penurunan
tekanan proses. Untuk kasus normal diasumsikan bahwa penu-runan tekanan proses sama
dengan penurunan tekanan katup dan perubahan yang dihasilkan kecil dan karakteristik
dengan pengaruh perubahan tekanan dapat dia-tur. Kebanyakan control valve  dioperasikan
 pada beban yang berubah  –   ubah dan dalam tekanan yang bervariasi serta respon valve yang
cepat. Efektifitas respon dipengaruhi oleh karakteristik valve. Equal percentage  dapat
dipakai untuk keperluan proses yang cepat dan dinamika sistem belum diketahui dengan baik.
Quick opening  dapat dipakai untuk kontrol on-off .
IV. Prosedur kerja
A. Pengendalian On/Off dengan Saklar Pemilih
1. Menghubungkan alat PC10 dan pompa sirkulasi air pendingin ke soket PLN,
hubungkan kabel pompa dari alat PC13 ke soket di bagian sisi kiri alat PC10. Pastikan
kabel heater dari alat PC13 TIDAK terpasang.
2. Memeriksa isi pompa air pendingin, isi air dan batu es kemudian ukur temperature
0
hingga didapat temperature 10 C. Hidupkan pompa. Amati sirkulasi air pendingin
menuju kealat PC13 dan kembali ke pompa.
3. Memeriksa tangki air proses di alat PC13, pastikan terisi air mnimal 2/3 dari volume
maksimal tangki (5L).
4. Kalibrasi alat PC10 dengan baik dan benar untuk voltmeter dan process controller.
5. Menghubungkan kabel penghubung termokopel dari titik ukur TC1 di alat PC13 ke
soket signal conditioning temperature di alat PC10.
6. Menghubungkan output dari signal conditioning ke bagian input di process controller.
Amati harga pada layar variable proses adalah nilai terukur temperature dalam tangki
(TC1).
7. Membuka katup manual V1, atur agar aliran dari pompa air pendingin (F1) adalah 200
cm3/menit.
8. Membuka katup manual V2, atur agar aliran dari tangki proses (F2) adalah 200
cm3/menit.
9. Memasang lampu indicator pada bagian soket 24 VAC di saklar pemilih (switched
output) pada alat PC10. Pindahkan saklar (switch) ke posisi N/O, amati lampu hidup (arus
listrik mengalir).
10. Mengatur set point pada process controller pada temperature 36 0C. Catat temperature
awal tangki di layar variable proses.
11. Mengatur agar harga ProP = 0 %, Int = 0 menit dan dEr = 0 % pada baguan
konfigurasi di process controller alat PC 10 (Karakteristik Pengendalian On/Off). Tekan
ENTER setiap memasukkan data. Biarkan harga variable lain seperti apa adanya.
12. Menghubungkan kabel heater dari alat PC13 ke bagian soket 24 VAC di alat PC10.
Persiapkan stopwatch. Stopwatch dimulai bersamaan dengan saklar N/O dipindah posisi
ke N/C, amati lampu 24 VAC mati (arus listrik tidak mengalir). Lakukan pengambilan
data setiap 0,5 menit.
13. Saat temperature mencapai temperature set point, pindahkan posisis saklar ke posisi
 N/O. Amati lampu 24 VAC akan mati, namun temperature akan tetap naik. Temperatur
akan tetap naik hingga ke temperature maksimum, overshoot.
14. Mengamati dan catat temperature hingga turun kembali ke set point, temperature
minimum (undershoot) lalu naik lagi ke set point.

B. Pengendalian On/Off Otomatis


1. Menghubungkan alat PC10 dan pompa sirkulasi air pendingin ke soket PLN,
hubungkan kabel pompa dari alat PC13 ke soket di bagian sisi kiri alat PC10. Pastikan
kabel heater dari alat PC13 TIDAK terpasang.
2. Memeriksa isi pompa air pendingin, isi air dan batu es kemudian ukur temperature
o
hingga didapat temperature 10 C. Hidupkan pompa. Amati sirkulasi air pendingin
menuju kea lat PC13 dan kembali ke pompa.
3. Memeriksa tangki air proses di alat PC13, pastikan terisi air mnimal 2/3 dari volume
maksimal tangki (5L).
4. Kalibrasi alat PC10 dengan baik dan benar untuk voltmeter dan process controller.
5. Menghubungkan kabel penghubung termokopel dari titik ukur TC1 di alat PC13 ke
soket signal conditioning temperature di alat PC10.
6. Menghubungkan output dari signal conditioning ke bagian input di process controller.
Amati harga pada layar variable proses adalah nilai terukur temperature dalam tangki
(TC1).
7. Membuka katup manual V1, atur agar aliran dari pompa air pendingin (F1) adalah 200
cm3/menit.
8. Membuka katup manual V2, atur agar aliran dari tangki proses (F2) adalah 200
cm3/menit.
9. Melakukan pengaturan pada process controller, tekan tombol C untuk konfigurasi
hingga terdapat kedip pada tampilan di layar variable process, kemudian tekan tombol F.
10. Mengubah HANYA harga ProP = 0 %, Int = 0 menit, dEr = 0 % dan histerisis = 2
%. Biarkan harga setting lainnya sesuai setting kalibrasi sebelumnnya. Setting ProP, Int
dan dEr = 0 menunjukkan pengendalian tidak kontinyu (On/Off).
11. Memasukkan nilai harga set point 45 oC. Sebaiknya nilai temperature dalam tangki
(TC1) lebih rendah dari nilai set point, minimal 5 oC  lebih rendah.
12. Mempersiapkan stopwatch, catat nilai variable pengukuran (nilai TC1) di layar
variable proses.
13. Memulai stopwatch bersamaan dengan menghubungkan kabel heater dari PC13 ke
soket 24 VAC di process controller alat PC10. Tekan tombol F 1x pada process controller
dan catat harga power output tersebut. Catat temperature dan power output setiap menit.
Amati lampu indicator 24 VAC tetap hidup hingga mencapai batas atas dari set point (+2
% dari 45 % ).
14. Setelah mencapai overshoot, temperature akan turun ke set point, amati lampu tetap
mati dan power output tetap 0 % hingga ke batas bawah dari set point (-2 % dari 45 %).
Saat temperature <33o 0C, pemanas akan hidup lagi, lampu 24 VAC akan hidup, namun
temperature tetap turun menccapai undershoot. Tetap lakukan pencatatan waktu,
temperature dan power output.
15. Mencatat power output dan temperature per satuan waktu hingga temperature
mencapai set point kembali.
16. Mematika alat, lepaskan kabel-kabel penghubung dan rapihkan area praktikum.
V. Data Pengamatan

 No Temperatur (oC) Waktu (second) Power Output (%) Keterangan Lampu
1. 33 507 100 On
2. 35 627 100 On
3. 37 757 100 On
4. 38,2 845 0 Off
5. 37 1090 0 Off
6. 35 1374 0 Off
7. 33 1811 0 Off
8. 32,9 1814 100 On
9. 35 2047 100 On

VI. Perhitungan

1. Laju Pemanasan
₃₇ – ₃₃ 37 ˚−33˚
Laju Pemanasan = =  = 0,016 oC/s
₃₇ − ₃₃ 757 −507 

= 0,96  oC/menit

2. Laju Pendinginan
₃₇ – ₃₃ 37 ˚−33˚
Laju Pendinginan  =  =  = -5,5478 x 10 -3 oC/s
₃₇ − ₃₃ 1090 −1811 

= -0,3328 oC/menit
Grafik Pengendalian On/Off Secara Otomatis

Waktu Vs Temperatur
39

37

35
    )
   C
   o
    (
   r 33
   u
   t
   a
   r
   e
   p31
   m temperature
   e
   T
29

27

25
0 500 1000 1500 2000 2500
Waktu (s)
VII. Analisa Percobaan

Dari pratikum yang telah dilakukan dapat dianalisis bahwa pengendalian dilakukan
terhadap temperatuer di dalam tangki fluida dengan mode non kontinyu (on/off) yakni secara
manual dan otomatis . pada percobaan ini variabel yang akan dijaga dan diukur adalah TC 1.
 Namun, sebenarnya dilakukan pengukuran terhadap air panas masuk,air panas keluar, air
dingin masuk dan air dingin keluar. Namun, dikarenakan alat tidak adapat bekerja optimal
lagi, maka dilakukan pengukuran TC 1 saja.

Pada awalnya air dipanaskan oleh heater didalam tangkikemudian dialirkan menuju
heat exchanger dengan bantuan pompa dan melewati flowmeter terlebih dahulu agar
didapatkan nilai laju alir yang terukurdan agar mendekati flow yang konstan , yakni 200
cm3/menit. Namun, pada percobaan kedua saat flownya turun nilai yang terbaca tidak stabil
sehingga nilai flow menjadi maksimum kemudian kondenser yamg digunakan untuk
menstabikan suhu , suhu di jaga pada kondisi 10  – 15 oC hal ini dilakukan agar yterjadi
 pertukaran panas antara fluida panas dan dingin.

Pada percobaan ini kita mengatur dan mengendalikan proses dengan cara
menegndalikan saklar N/C dan melihat acuan pada lampu indikator . pada awal ditekan N/O
lampu indikator akan mati sampai dengan mencapai set pointnya yaitu 30% dan dicatat
temperatur serta waktunyaunutk mencapai kenaikan itu setelah itu menaikkan ke posisi N/C
dimana ini adalah pemutusan posisi relai ke heater namun, nilai temperature tetap naik
dikarenakan adanya control lag atau overshoot yang kemudian akan menurun kembali pada
nilai set point awal.

Untuk pengendalian secara otomatis, sistem ini dikendalikan oleh proses, dimana
 batasnya ditentukan oleh batas bawah dan batas atas sehingga tidak diperlukan lagi
 pengendalian dengan menurunkan atau menaikkan N/O dan N/C karena terjadi secara
otomatis, tidak seperti pengendalian on/off.

Dari grafik yang didapatkan dapat dianalisa bahwa laju pemanasan > laju pendinginan
secara otomatis hal ini mungkin disebabkan oleh kondenser yang tidak bisa menjaga proses
o
 pendinginan antar 10 C - 15 oC sehingga nilai pemanasan lebih besar daripada nilai
 pendinginan.
VIII. Kesimpulan

Dari pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


 Pengendalian terhadap temperatur dengan PCT 10 dan PCT 13 dengan
metode tidak kontinyu
 Pada pengendalian otomatis tidak menggunakan metode kontinyu PID, tetapi
 batas bawah dan batas atas dari set point
 Laju Pemanasan > Laju Pendinginan karena laju pemanasan lebih besar dari
laju pendinginan.
 Didapatkan Data

0
 Laju Pemanasan adalah 0,96 C/menit

0
 Laju Pendinginan adalah - 0,3328 C/menit

 Pada PC13 ini alat pengukur temperature yang digunakan adalah Termokopel,

dimana ada empat termokopel yang digunakan,

- TC1 berfungsi sebagai pengukur suhu panas di dal am tangki pemanas,

- TC2 berfungsi mengukur suhu yang melewati Heat Exchanger dimana

hasil pertukaran panas ini menghasilkan output yang berupa suhu yang

lebih rendah dari TC1.

- TC3 berfungsi sebagai pengukur suhu pada fluida dingin yang

disalurkan ke Heat Exchanger.

- TC4 berfungsi mengukur temperature setelah aliran fluida dingin dari

TC3 melewati Heat Exchanger, dimana pertukaran panas ini

menghasilkan output yang berupa suhu yang lebih panas dari TC3.

 Berdasarkan data yang kami dapatkan,yaitu pada percobaan Pengendalian


On/Off Otomatis Proses pemanasan, waktunya lebih cepat daripada proses
 pendinginannya.
IX. Daftar Pustaka

Jobsheet. Penuntun Praktikum Pengendalian Proses. 2017. “ Pengendalian Temperatur

(PC13) Pengendalian On/Off ”. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya

http://leoyuda.blogspot.co.id/2013/05/pengendalian-temperatur-pc13.html diakses
 pada tanggal 3 November 2017

http://www.scribd.com diakses pada tanggal 3 November 2017


Gambar Alat

Seperangkat Alat PC 10 dan PC 13

Lampu Indikator TrimTool

Kabel Penghubung

Anda mungkin juga menyukai