Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur Aisyah Febriana

Kelas : 4 KID
NIM : 061940422452
MK : Perpindahan Panas
Macam-macam Buffle

1. Tipe TEMA
A. Single segmental

Horizontal Cut Single Segmental Baffle Vertical Cut Single Segmental Baffle

B. Double segmental

C. Triples segmental

D. No tubes in window (NTIW)


2. Tipe non TEMA
A. Helical Buffle

B. Discand donut

Fouling

Fouling merupakan fenomena menempel dan menumpuknya kotoran pada dinding


penghantar panas. Pada shell & tube heat exchanger, fouling dapat terjadi baik pada
bagian dalam (inner tube) maupun luar tube (outside tube) dan dapat terjadi pula pada
bagian dalam shell . Fouling juga dapat menyebabkan pengurangan cross sectional
area (luas penampang melintang), dan meningkatkan pressure drop, sehingga
dibutuhkan energi ekstra untuk pemompaan.

* Macam-Macam Fouling
Fouling secara umum dapat dibagi menjadi :

1. Precipitation fouling (scaling), adalah pengendapan bahan terlarut pada


permukaan perpindahan panas. Jika solute memiliki karakteristik inverse
(kebalikan) solubility, maka pengendapan terjadi pada permukaan panas lanjut
(superheated surface), pengendapan ini disebut dengan scaling, contohnya
calsium sulfat pada air, pengkristalan garam darilarutan encer. Pengendapan juga
dapat terjadi melalui sublimasi seperti pada ammonium choride pada aliran uap.
2. Particulate fouling, adalah akumulasi partikel (dalam fluida) pada permukaan
perpindahan panas. Pada beberapa aplikasi,akumulasi partikel ini terjadi
disebabkan oleh gravitasi. Fenomena ini disebut juga sedimentasi fouling. Contoh:
dust, karat, pasir halus (fine sand) dan lain-lain.
3. Chemical reaction fouling, adalah pembentukan deposit yang disebabkan oleh
reaksi kimia, Nesta juga menyatakan chemical reaction fouling adalah pemecahan
dan pengikatan senyawa-senyawa yang tidak stabil pada permukaan perpindahan
panas. Oil sludge, Polimerisasi, coking dan cracking hidrokarbon adalah
contohnya
4. Corrosion fouling, Terjadi ketika permukaan perpindahan panas itu sendiri
bereaksi membentuk produk korosi (karat) yangkemudian mengotori (foul) dan
dapat menyebabkan bahan atau materi pengotor (foulant) lainnya menempel
padapermukaan.
5. Biological fouling, adalah penempelan mikro atau makro organisme biologi pada
permukaan perpindahan panas.
6. Solidification fouling, adalah solidifikasi (pembekuan) liquid pada permukaan
subcooled heat transfer (perpindahan panas pada sub cooled) contohnya adalah
pembekuan es.

* Penyebab Fouling
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fouling sebagai berikut :

1. Flow Velocity, dengan kecepatan tinggi dapat meminimalkan pembentukan


fouling (untuk segala jenis fouling) , namun yang harus di perhatikan juga bahwa
menjalankan STHE (shell & tube heat exchanger) pada kecepatan alir tinggi dapat
menyebabkan tingginya pressure drop, kecepatan tinggi juga dapat menga,-
kibatkan erosi dan juga memerlukan energy pemompaan yang besar. Idealnya
kecepatan untuk liquid yang mengalir dalam tube (inside tube) adalah dari range
1.5 - 2 m/s dan 1 - 1.5 m/s untuk luar tube.
J. Nesta menyarankan (untuk penggunaan heat exchanger pada campuran medium - high
boiling liquid hydrocarbon dengan API gravity kurang dari 45) kecepatan dalam tube
minimum sebesar 2 m/s, limit kecepatan ini digunakan untuk tube dengan diameter luar
sebesar 0.75 inc (19.05 mm ) dan 1 inc (25.4 mm), untuk shell kecepatan aliran B ( cross
flow stream ) sekurang kurangnya 2 ft/s ( 0.6 m/s ).

2. Temperature. Temperature permukaan sangat berpengaruh dalam pembentukan


fouling. Pada normal solubility salt solution ( kelarutan normal larutan garam )
peningkatan konsentrasi garam akan naik seiring dengan naiknya temperature
contohnya adalah NaCl, NaNO3. Air sungai ( river water ) umumnya banyak
mengandung garam dan tiap sungai memiliki konsentrasi garam yang
bebeda-beda.

* Cara Mengurangi Fouling


Bagaimana cara mengurangi Fouling ?
1. Pemilihan heat exchanger ( HE ) yang tepat, Penggunaan beberapa tipe HE
tertentu dapat mengurangi pembentukan fouling di karenakan area dead space
yang lebih sedikit dibandingkan dengan tipe yang lainnya, seperti plate dan
spiral heat exchanger, namun begitu jenis HE tersebut hanya dapat menangani
design pressure sampai 20-25 bar dan design temperature 250oC ( plate ) dan
400oC (spiral).
2. Apabila Fluida kotor ditempatkan pada Tube :
1) Gunakan diameter tube yang lebih besar. STHE umumnya didesain dengan
ukuran tube dari 20 mm atau 25 mm, untuk penggunaan fluida yang kotor
( fouling resistance > 0.0004 h-m2 C/kal ) gunakan tube dengan diameter
( minimum ) 25 mm (outside diameter, OD )
2) Kecepatan tinggi, seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa pada kecepatan
tinggi, fouling dapat dikurangi, koefisien heat transfer juga akan semakin
tinggi, namun demikian mengoperasikan HE dengan kecepatan tinggi meng
akibatkan pressure drop yang tinggi pula serta erosi, kenaikan pressure drop
lebih cepat dari pada kenaikan koefisien perpindahan panas, maka perlu
dicari kecepatan yang optimum.
3) Untuk cooling water, kecepatan minimum yang disarankan adalah 1.5 m/s
(untuk penggunaan material mild steal tubes) dan1.2 m/s (untuk nonferrous
tube), apabila kecepatan yang digunakan tinggi seperti 5 m/s maka tube yang
digunakan adalah berberbahan titanium.
4) Margin pressure drop yang cukup. Pada HE yang digunakan untuk fluida
yang berpotensi membentuk fouling yang tinggi, disarankan untuk meng
gunakan margin 30-40 % antara pressure drop yang diijinkan (allowable)
dengan pressure drop yang dihitung (calculated) hal ini dilakukan untuk
antisipasi pressure drop yang tinggi akibat penggunakan kecepatan yang
tinggi.
5) Gunakan tube bundle dan heat exchanger cadangan. Jika penggunaan HE
untuk fluida yang berpotensi membentuk fouling yang sangat ekstrim, maka
tube bundle candangan sebaiknya digunakan. Jika fouling telah terjadi cukup
cepat ( setiap 2 - 3 bulan ) maka sebaiknya digunakan HE cadangan. STHE
cadangan juga diperlukan untuk tipe STHE Fixed tubesheet ( pembentukan
fouling yang tinggi pada tube , seperti pada reboiler thermosiphon vertikal
yang menggunakan fluida polimer seperti pada Butadiene plant )
6) Gunakan 2 shell yang disusun secara paralel. dengan penggunaan STHE
dimana Shell disusun secara seri, maka jika salah satu STHE telah terjadi
penumpukan ( akumulasi ) fouling ( dimana STHE tersebut diservice ) maka
STHE yang satunya lagi dapat digunakan, walaupun tentunya terjadi
penurunan output, sebaiknya kapasitas yang digunakan masing- masing
antara 60 - 70 % dari kapasitas total
7) Gunakan Wire Fin tube. Penggunaan Wire fin tube,dapat mengurangi
terbentuknya fouling, pada awalnya penambahan wire fin tube ini digunakan
untuk meningkatkan perpindahan panas tube pada aliran laminar. Wire fin
dapat menaikkan pencampuran radial ( radial mixing ) dari dinding tube
hingga kebagian centre ( tengah ), efek gerakan pengadukan inilah yang dapat
meminimalisasikan deposit pada dinding tube.
8) Gunakan Fluidized Bed HE, HE tipe ini dapat menghandle fouling yang
ekstrim.
3. Apabila Fluida kotor ditempatkan pada shell
1) Gunakan U-Tube atau Floating head. Kelemahanan penggunaan U tube
adalah kesulitan pembersihan pada bagian U.
2) Gunakan susunan tube secara Square atau Rotate Square. susunan square
menyediakan akses yang lebih sehingga cleaning HE secara mechanical
dengan menggunakan Rodding atau hydrojetting baik pada susunan triangle,
namun begitu tube yang disusun secara square memberikan koefisien heat
transfer yang rendah, untuk situasi seperti ini , maka rotate square dapat
digunakan.
3) Meminimalisasikan dead space dengan desain baffle secara optimum. STHE
lebih mudah mengalami Fouling dikarenakan adanya dead space, oleh sebab
itu , penentuan jarak antar baffle ( baffle spacing ) dan baffle cut sangatlah
penting, kedua variable tersebut sangat berpengaruh dalam pentuan besar
kecilnya koefisien perpindan panas pada shell. Nilai Baffle cut sebaiknya
digunakan antara 20 -30 %, dimana baffle cut sebesar 25 % adalah nilai yang
cukup baik sebagai starter. Untuk perpindahan panas yang hanya melibatkan
panas sensible ( seperti heater atau cooler ) disarankan tidak menempatkan
posisi baffle secara vertikal, untuk perpindahan panas yang melibatkan panas
laten atau terjadinya perubahan fase (seperti condenser, vaporizer) disarankan
untuk menempatkan posisi baffle secara vertikal.
4) Rasio antara baffle-space / shell diameter yang tepat akan dapat mengurangi
fouling pada shell, nilai rasio antara 0.3 - 0.6 dapat digunakan sebagai starter.
Pemilihan Baffle cut dan spacing yang baik sebaiknya yang dapat
menghasilkan stream B ( cross flow ) yang besar dan menimalisasikan
kebocoran ( leakage ) dan bypass stream.
5) Kecepatan tinggi, sama seperti pada tube, pengunaan kecepatan tinggi pada
shell akan dapat mengurangi pembentukan fouling, dan dapat menaikkan
koefisien perpindahan panas shell. Kecepatan pada shell umumnya
( disamping faktor lain seperti tube pitch dan lain –lain ) dipengaruhi
oleh diameter shell dan baffle spacing.
6) Gunakan tube pitch yang lebih besar untuk fouling yang lebih sangat tinggi.
Umumnya tube pith yang digunakan adalah sebesar 1.25 kali dari OD untuk
triangular pitch dan 6 mm lebih dari OD untuk square.

Anda mungkin juga menyukai