Drama adalah ragam sastra yang menggambarkan suatu aktivitas atau kegiatan melalui tindakan dan
dialog antar tokohnya. Drama dapat dikembangkan dari karya sastra yang lain, seperti dari cerpen, fabel,
novel, legenda, atau mite. Selain dikembangkan dari karya sastra, drama juga dapat dibuat sesuai
dengan imajinasi pengarang.
Unsur-unsur Drama
Seperti karya sastra yang lain, drama memiliki dua jenis unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk sebuah karya sastra dari dalam karya itu sendiri. Unsur
intrinsik drama meliputi.
1. Tema
Tema merupakan dasar cerita atau pokok masalah cerita. Untuk dapat menemukan tema drama, Anda
harus membaca atau menonton drama secara keseluruhan. Contoh:
Tokoh adalah lakon atau pelaku yang menjadi bagian dalam cerita. Penokohan adalah watak yang
dimiliki oleh tokoh. Contoh:
Berdasarkan perannya, tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utamadan tokoh pembantu.
a. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan.
b. Tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita dan
memiliki kaitan dengan tokoh utama
Berdasarkan sifatnya, tokoh ada dua jenis, yaitu tokoh antagonis dan protagonis. Tokoh antagonis
adalah toko yang bersifat jahat. Tokoh protagonis adalah tokoh yang bersifat baik.
Ciri-ciri tokoh utama, yaitu (1) paling sering muncul dalam setiap adegan, (2) menjadi pusat perhatian
tokoh-tokoh yang lain, (3) kejadian-kejadian yang melibatkan tokoh lain selalu dapat dihubungkan
dengan peran tokoh utama, dan (4) dialog-dialog yang dilibatkan tokoh-tokoh lain selalu berkaitan
dengan peran tokoh utama.
Latar adalah sebuah keadaan yang dibuat untuk mendukung cerita drama. Dalam teks drama, latar
dapat diketahui dari perpindahan babak, penyebutan nama tempat, lokasi, maupun suasana. Sedangkan
dalam drama pementasan, latar dapat diketahui dari perubahan tata panggung, kostum, tata lampu
atau pencahayaan.
Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakkan jalan cerita. Alur drama mencakup
bagian-bagian 1) pengenalan cerita; 2) konflik awal; 3) pengembangan konflik; dan 4) penyelesaian.
5. Dialog
2) Wawancara adalah dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh.
3) Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh.
Biasanya Kramagung dituliskan dalam tanda kurung (biasanya dicetak miring).
6. Amanat
Amanat dalam teks drama adalah pesan yang disampaikan kepada pembaca atau penonton. Amanat
dapat diketahui setelah Anda membaca atau menonton drama.
7. Bahasa
Bahasa merupakan media komunikasi antartokoh. Bahasa juga bisa menggambarkan watak tokoh, latar,
atau peristiwa yang sedang terjadi.
a. Prolog
Prolog merupakan pembukaan atau pengantar di awal cerita drama. Biasanya bagian ini disampaikan
oleh narator atau dalang (pembawa cerita). Tujuan prolog adalah untuk menjelaskan gambaran pemain,
gambaran penonton, dan lain-lain.
b. Dialog
Dialog adalah percakapan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Dialog juga menggambarkan
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para tokoh dan cara peneyelesaian permasalahan tokoh. Di
dalam dialog tersaji urutan peristiwa yang dimulai dengan orientasi, komplikasi, dan resolusi.
1) Orientasi, adalah bagian awal cerita yang menggambarkan situasi yang sedang atau sudah terjadi.
Orientasi juga terdapat pengenalan latar tempat, waktu, dan suasana.
2) Komplikasi, berisi tentang konflik-konflik dan pengembangannya. Pada bagian ini pula dapat diketahui
watak tokoh utama (yaitu protagonis dan/atau antagonis).
3) Resolusi, adalah bagian klimas atau puncak dari drama, yaitu penyelesaian atas konflik-konflik yang
dihadapi tokoh. Resolusi haruslah berlangsung secara logis dan memunculkan solusi-solusi atas konflik
yang dimunculkan sebelumnya. Selain itu, teka-teki yang dimunculkan pada awal-awal cerita akan
terjawab pada tahapan ini.
c. Epilog
Epilog adalah bagian penutup yang berfungsi untuk menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan
maksud cerita. Epilog dapat disamapaikan oleh seorang aktor atau dalang pada akhir cerita.
1. Dialog dalam drama merupakan kalimat langsung. Oleh karena itu, dialog dalam drama diapit oleh
tanda petik ganda ("...").
2. Menggunakan kata ganti orang pertama (misalnya saya, aku, kami), orang kedua (misalnya kamu,
Anda), orang ketiga (misalnya dia, mereka). Selain itu, juga memungkinkan menggunakan kata sapaan
(Kak, Dik) atau kata sapaan daerah (misalnya Cong, Bang).
3. Terdapat penggunaan kata-kata tidak baku karena drama menggunakan percakapan sebari-hari,
seperti kok, sih, nggak, ndak, oh, dan lain-lain.
4. Menggunakan kalimat seru (contoh: Selamat pagi, Anak-anak!), suruhan (contoh: Cepat pergi!), atau
pertanyaan (contoh: Kenapa kamu tidak makan, Ni?).
5. Menggunakan kata hubung waktu (konjungsi temporal), seperti sekarang, nanti, besok, kemudian,
kemarin, dan lain-lain.
6. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti memerintah,
menghadap, bermain, mencangkul, dan lain-lain.
7. Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Misalnya ramah, baik,
pemberani, gagah, mencekam, berisik, bersih, gelap, luas, dan lain-lain
Drama dapat diartikan sebagai cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi yang
khusus disusun untuk pertunjukan teater. Drama juga bisa diartikan dengan komposisi syair atau prosa
yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog
yang dipentaskan.
Drama dapat dicirikan sebagai: Kisah yang berupa cerita, berbentuk dialog. bertujuan untuk
dipentaskan. Istilah drama sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu. Hal itu terbukti
dengan istilah-istilah yang sudah biasa kita gunakan, yang pengertiannya hampir sama dengan
pengertian drama. Berikut istilah-istilah yang merujuk pada pengertian drama tradisional masyarakat.
1. Sandiwara
Istilah sandiwara diciptakan oleh Mangkunegara VII, berasal dari kata bahasa Jawa sandhi yang berarti
’rahasia’, dan warah yang berarti ’pengajaran’. Oleh Ki Hajar Dewantara, istilah sandiwara sebagai
pengajaran yang dilakukan dengan perlambang, secara tidak langsung.
2. Lakon
Istilah ini memiliki beberapa kemungkinan arti, yaitu cerita yang dimainkan dalam drama, wayang, atau
flm, karangan yang berupa cerita sandiwara, serta perbuatan, kejadian, dan peristiwa.
3. Tonil
Istilah tonil berasal dari bahasa Belanda toneel, yang artinya ’pertunjukan’. Istilah ini populer pada masa
penjajahan Belanda.
4. Sendratari
Sendratari kepanjangan dari seni drama dan tari. Sendratari berarti pertunjukan serangkaian tari-tarian
yang dilakukan oleh sekelompok orang penari dan mengisahkan suatu cerita dengan tanpa
menggunakan percakapan.
5. Tablo
Tablo merupakan drama yang menampilkan kisah dengan sikap dan posisi pemain, dibantu oleh
pencerita. Pemain-pemain tablo tidak berdialog.
C. Unsur-unsur Drama
Tampak bahwa teks drama memiliki banyak kesamaan dengan jenis-jenis teks lainnya yang berbentuk
cerita. Selain tema dan amanat, drama dibentuk oleh unsur-unsur seperti : alur, penokohan, latar, dan
unsur-unsur lainnya.
Tampak bahwa teks drama memiliki banyak kesamaan dengan jenis-jenis teks lainnya yang berbentuk
cerita. Selain tema dan amanat, drama dibentuk oleh unsur-unsur seperti : alur, penokohan, latar, dan
unsur-unsur lainnya.
1. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dan konfik yang menggerakkan jalan cerita. Alur drama mencakup
bagian-bagian 1) pengenalan cerita; 2) konfik awal; 3) perkembangan konfik; dan 4) penyelesaian.
2. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang di dalam menggambarkan karakter tokoh. Dalam pementasan
drama, drama mempunyai posisi yang penting. Tokohlah yang mengaktualisasikan naskah drama di atas
pentas. Tokoh yang didukung oleh latar peristiwa dan aspek-aspek lainnya akan menampilkan cerita dan
pesan-pesan yang ingin disampaikan. Berdasarkan perannya, tokoh terbagi atas tokoh utama dan tokoh
pembantu.
a. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama.
b. Tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita dan
memiliki kaitan dengan tokoh utama. Tokoh utama setidaknya ditandai oleh empat hal, yaitu (1) paling
sering muncul dalam setiap adegan; (2) menjadi sentral atau pusat perhatian tokohtokoh yang lain; (3)
kejadian-kejadian yang melibatkan tokoh lain selalu dapat dihubungkan dengan peran tokoh utama; dan
(4) dialog-dialog yang dilibatkan tokoh-tokoh lain selalu berkaitan dengan peran tokoh utama.
Dari segi perwatakannya, tokoh dan perannya dalam pementasan drama terdiri empat macam, yaitu
tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh statis, dan tokoh serbabisa.
a. Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan nasib atau watak selama
pertunjukan. Misalnya, tokoh yang awalnya seorang yang baik, pada akhirnya menjadi seorang yang
jahat.
b. Tokoh pembantu adalah tokoh yang diperbantukan untuk menyertai, melayani, atau mendukung
kehadiran tokoh utama. Tokoh pembantu memerankan suatu bagian penting dalam drama, tetapi
fungsinya tetap sebagai tokoh pembantu.
c. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari awal hingga akhir dalam
dalam suatu drama. Misalnya, seorang tokoh yang berkarakter jahat dari awal drama akan tetap bersifat
jahat di akhir drama.
d. Tokoh serbabisa adalah tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain. Misalnya, tokoh yang berperan
sebagai seorang raja, tetapi ia juga berperan sebagai seorang pengemis untuk mengetahui kehidupan
rakyatnya.
3. Dialog Dalam sebuah dialog itu sendiri, ada tiga elemen yang tidak boleh dilupakan. Ketiga elemen
tersebut adalah tokoh, wawancang, dan kramagung.
a. Tokoh adalah pelaku yang mempunyai peran yang lebih dibandingkan pelaku-pelaku lain, sifatnya bisa
protagonis atau antagonis.
b. Wawancang adalah dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh cerita.
c. Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh.
Dalam naskah drama, kramagung dituliskan dalam tanda kurung (biasanya dicetak miring).
4. Latar
Latar adalah keterangan mengenai ruang dan waktu. Penjelasan latar dalam drama dinyatakan dalam
petunjuk pementasan. Bagian itu disebut dengan kramagung. Latar juga dapat dinyatakan melalui
percakapan para tokohnya. Dalam pementasannya, latar dapat dinyatakan dalam tata panggung
ataupun tata cahaya.
5. Bahasa
Bahasa merupakan media komunikasi antartokoh. Bahasa juga bisa menggambarkan watak tokoh, latar,
ataupun peristiwa yang sedang terjadi. Apabila disajikan dalam bentuk pementasan, drama memiliki
unsur lainnya, yakni sarana pementasan, seperti panggung, kostum, pencahayaan, dan tata suara.
D. Pementasan Drama
Sebuah pementasan, semacam drama, dapat kita saksikan melalui televisi. Namun, istilahnya bukan
drama, tetapi sinetron atau flm. Pada zaman dulu pementasan drama itu kita dengarkan melalui radio.
Sekarang dapat pula kita nikmati melalui android dari youtube pada laman-laman internet. Namun,
pementasan yang hanya diperdengarkan, bahkan yang melalui tayangan televisi dan android pun, tidak
semenarik drama melalui pementasan dari panggungpanggung secara langsung.
Melalui drama panggung, yang terlibat dalam kegiatan tersebut tidak hanya indra pendengaran. Dalam
acara itu, kita pun dapat menyaksikan ekspresi, gerak laku tokoh, dekorasi panggung, serta konstum
para pemainnya. Dengan demikian, penikmatan kita terhadap pementasan drama itu lebih lengkap
daripada melalui media lainnya.
Imajinasi kita tentang cerita drama akan lebih terbantu. Melalui pementasan itu kita tidak perlu
membayangkan sifat para tokohnya. Kita pun tidak akan banyak kesulitan dalam memahami jalan
setting dan ceritanya. Semuanya telah divisualisasikan oleh sang sutradara dalam pementasan itu.
Akan banyak kesan yang menarik dari suatu pementasan drama. Ketertarikan itu bisa karena ceritanya
yang mendebarkan, para pemainnya, settingnya, atau hal-hal yang lain. Kesan-kesan kemungkinan besar
tidak selalu sama antara penonton yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bergantung pada pemahaman
dan pengalaman masing-masing.
Di rumah ketika menonton sinetron, misalnya, setiap anggota keluarga memiliki kesan yang berbeda. Ibu
tertarik pada tokoh A, kakak senang pada tokoh B. Adapun ayah katanya lebih menyukai ceritanya yang
mendebarkan. Perbedaan-perbedaan seperti itu sangat wajar dan akan sangat menarik apabila
kemudian didiskusikan.
Dalam diskusi itu kita mengemukakan pendapat masing-masing. Misalnya, El-Islami menyukai tokohnya
atau Andre lebih senang pada alur ceritanya. Pendapat-pendapat itu kemudian ditanggapi oleh yang
lain.
Tanggapan yang baik tidak sekadar menyatakan setuju atau tidak setuju. Tanggapan harus disertai
dengan alasan-alasan yang logis dan meyakinkan. Selain itu, tanggapan hendaknya menggunakan kata-
kata santun yang tidak menyinggung perasaan orang lain.
A.Pengertian
Menurut Moulthon (1957), drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak. Jika seseorang diberikan
stimulus berupa pementasan drama yang ditampilkan melalui media audiovisual, maka diharapkan akan
memudahkan mahasiswa mengapresiasi drama yang dimainkan. Seseorang diberikan tayangan
“bergerak” dan tidak hanya sekedar membaca teks drama.
Ciri-ciri drama
Drama merupakan prosa modern yang dihasilkan sebagai naskah untuk dibaca dan dipentaskan
Sebuah skrip yang tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebagai drama yang baik
Gaya bahasa dalam sebuah drama juga penting karena menunjukkan latar masa dan masyarakat yang
diwakilinya, sekaligus drama ini mencerminkan sosial budaya masyarakat yang digambarkan oleh
pengarang.
B. Unsur Drama
1. Unsur intrinsik
aa. Tema
Tema drama adalah gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon drama. Tema drama merjuk
pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Tema itu
bersifat umum dan terkait dengan aspek-aspek kehidupan disekitar kita.
bb. Tokoh
Tokoh dalam pementasan drama memiliki posisi yang penting. Tokohlah yang yang mengaktualisasikan
naskah drama diatas pentas. Tokoh yang di dukung oleh latar peristiwa dan aspek-aspek lainnya akan
menampilkan cerita dan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Tokoh utama dalam drama dapat
ditentukan melalui intensitas kemunculannya dalam setiap adegan, posisi sentralnya sehingga menjadi
pusat perhatian tokoh-tokoh yang lain dan kejadian-kejadian dan dialog-dialog yang melibatkan tokoh
lain selalu dapat dihubungkan dengan peran tokoh utama.
cc. Penokohan
Penokohan adalah perilaku yang diperankan oleh tokoh drama.watakk protagonis adalah watak baik
yang diperankan oleh tokoh drama sedangkan antagonis adalah watak jahat yang diperankan oleh tokoh
drama
dd. Latar
Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut dengan latar. Penentuan latar harus secara cermat
sebab drama naskah harus memberikan kemungkinan untuk dipentaskan . setting biasanya meliputi tiga
dimensi: tempat ,ruang dan waktu. Jika dalam naskah drama setting belum dilukiskan secara jelas maka
sutradara harus menafsirkan setting itu dengan jelas dan lengkap.
ee. Alur
Alur adalah jalan cerita dari sebuah pertunjukan drama mulai babak pertama hingga babak terakhir.
2 2. Unsur ekstrinsik
Latar belakang pengarang tentu berbeda-beda, sehingga menghasilkan karya drama yang berbeda-beda
pula antar satu pengarang dengan pengarang lainnya.
Nilai-nilai lain seperti politik,sosial dan budaya juga turut mempengaruhi drama.
c. Psikologis pengarang
Satu wilayah psikologi sastra yang membahas kejiwaan pengarang sebagai suatu tipe maupun seorang
pribadi.
situasi segala hal yang diciptakan manusia dengan pikiran budinya dalam kehidupan bermasyarakatan
C. jenis-jenis
Drama memiliki beberapa jenis yang setiap jenisnya berbeda maknanya. Berikut jenis-jenis drama
Berdasarkan penyajian lakon ,sedikitnya drama dapat dibedakan menjadi delapan jenis, yaitu tregedi,
komedi, tragekomedi, opera, melodrama, farce, tablo, dan sendratari
a. Tragedi
Tragedi atau duka cita adalah drama yang penuh kesedihan. Masalahnya, pelaku utama dari awal
sampai akhir pertunjukan selalu sia-sia (gagal) dalam memperjuangkan nasibnya yang jelek. Ujung cerita
berakhir dengan kedudukan yang mendalam karena maut menjemput tokoh utama. Penonton seolah-
olah ikut menangung cerita yang dialami pelaku utama. Oleh karena itu, tak jarang penonton ikut
merasa sedih dan bahkan juga dapat menangis.
b. Komedi
Komediatau suka cerita adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa
penonton. Sebagian orang mengatakan bahwa komedi adalah drama galak. Meskipun demikian, sama
sekali komedi bukan lawak. Komedi tetap menuntut nilai-nilai drama.
c. Tragekomedi
Tragekomedi adalah perpaduan antara drama komedi dan tragedi. Isi lakonnya penuh kesedihan , tetapi
juga mengandung hal-hal yang menggembirakan dan menggelikan hati. Sedih dan gembira silih berganti.
Kadang-kadang penonton larut dalam kesedihan kadang-kadang tertawa terbahak-bahak sebagai wujud
rasa gelin dan gembira
d. Opera
Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Lagu yang dinyanyikan pemain
satu beda dengan lagu yang dinyanyikan pemain lain. Demian pula irama musik pengiringnya. Drama
jenis ini memang mengutamakan nyanyian dan music., sedangkan lakonnya hanya sebagai sarana.
Opera yang pendek namanya operet.
e. Melodrama
Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodimusik. Tentu saja cara
mengucapkannya sesuai dengan musik pengiringnya.bahkan kadang-kadang pemain tidaktidak bicara
apa-apa . pengungkapan perasaannya diwujudkan dengan ekspresi wajah dan gerak gerik tubuh yang
diiringi musik.
f. Farce
Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan. Ceritanya berpola
komedi. Gelak tawa dimunculkan lewat kata dan perbuatan. Yang ditonjolkan dalam drama ini adalah
kelucuan yang mengundang gelak tawa agar penonton merasa senang.
g. Tablo
Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak mengucapkan dialog. Tetapi
hanya melakukan gerakan-gerakan. Jalan cerita dapat diketahui lewat gerakan-gerakan itu. Bunyi-
bunyian pengiring(bukan musik) untuk memperkuat kesan gerakan-gerakan yang dilakukan pemain.
Jadi, yang ditonjolkan dalam drama jenis ini kekuatan acting para pemainnya.
h. Sendratari
Sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. Para pemain adalah penari-penari
berbakat. Rangkaian peristiwanya diwujudkan dalam bentuk tariyang diiringi music. Tidak ada dialog.
Hanya kadang-kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang sedang
dipentaskan. Drama ini memang lebih mengutamakan tari daripada ceritanya.
Berdasarkan sarana/alat yang digunakan untuk menyampaikan kepada penikmat drama dibedakan
menjadi 6 jenis, yaitu drama panggung, drama radio, drama televisi, drama film, drama wayang, dan
drama boneka.
a. Drama panggung
Drama panggung dimainkn oleh para aktor dipanggung pertunjukan. Penonton berada disekitar
panggung dan dapat menikmati secara langsung . dengan cara melihat perbuatan para actor,
mendengarkan dialog, bahkan dapat meraba kalau mau dan boleh.
b. Drama radio
Drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat, berbeda dengan
drama panggung yang bisa ditonton saat dimainkan.
c. Drama televisi
Drama televisi dapat didengar dan dilihat . hampir sama dengan drama panggung ,hanya bedanya
drama televisi tidak dapat diraba. Dalam televisi dapat ditayangkan langsung, dapat pula direkam dulu
lalu ditayangkan kapan saja sesuai dengan progam mata acara televisi.
d. Drama film
Drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya drama film menggunakan layar lebardan
biasanya dipertunjukkan di bioskop dan penontonnyaberduyun-duyun pergi ke bioskop. Namun, drama
film dapat pula ditayangkan dari studio televisi sehingga penonton daopat menikmati di rumah masing-
masing.
e. Drama wayang
Ciri khas tontonan drama adalah ada cerita dan dialog. Karena itu, semua bentuk tontonan yang
mengandung cerita disebut drama, termasuk wayang kulit dan wayang golek. Para tokoh digambarkan
dengan wayang atau golek yang dimainkan oleh dalang.
f. Drama boneka
Drama boneka hampir sama dengan wayang. Bedanya ,dalam dama boneka para tokoh digambarkan
dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang. Bahkan, kalau bonekanya besar (didalamnya ada
orang) boneka itu dapat bermain sendiri tanpa dimainkan dalang.
Berdasarkan ada atau tidaknya naskah yang digunakan drama dapat dibedakan menjadi dua yaitu drama
tradisional dan dramamodern.
a. Drama tradisional
onan drama yang tidak menggunakan naskah. Kalau ada naskah, naskah itu hanya berupa kerangka
cerita dan beberapa catatan yang berkaitan dengan permainan drama.Watak , tokoh, dialog, dan gerak
geriknya diserahkan sepenuhnya kepada pemain. Dengan cara seperti itu risiko gagal tentu saja sangat
besar. Risiko gagal itu menjadi kecil kalau para pemainnya sudah banyak pengalaman.
b. Drama modern
Drama modern menggunakan naskah. Naskah yang berisi dialog dan perbuatan para pemain itu benar-
benar diterapkan. Artinya, pemain menghafalkan dialog dan berbuat atau melakukan gerak-gerik seperti
yang tertulis dalam naskah. Dialog yang sudah dihafalkkan itu lalu dicobakan dalam praktik, disertai
grrak-gerik seperti yang dikehendaki naskah. Para pemain berlatih berulang-ulang sampai benar-benar
bisa memerankan dengan penuh penjiwaan tokoh yang diperaninya.
Contoh naskah teks drama modern.
Di sebuah kelas SMA, ada 4orang siswa yang sedang bahagia. Namun kondisi berubah ketika mereka
mendapatkan kabar bahwa besok akan ujian.
Robi : “Belum”
Zainal :“Paling-paling hukumannya juga cuma lari keliling lapangan bola 5 kali doang.”
Renas : “Bukan! Kali ini hukumannya serem, harus ikut pelajaran tambahan setiap pulang
sekolah.Kamu sudah belajar Rin? (Melirik ke arah Ririn).”
Singkat cerita, kemudian mereka bertaruh. Siapa yang nilai ujiannya paling besar, maka akan dianggap
menang dan bisa memerintah orang yang kalah. Ririn berusaha keras untuk belajar, sedangkan Robi
berjuang keras untuk membuat contekan di kertas kecil.
(Saat Ujian)
Ririn : “Bismillah.”
Robi : “Soal ini kan gampang sekali. Kalau gini kan gak akan ketahuan. (Sambil menempelkan
kertas contekan di pungguh Pak Asep).”
Pak Asep : “Bapak keluar dulu, ingat jangan nyontek atau bertanya pada temannya ya. Dan satu lagi,
jangan ribut. (keluar kelas).”
Robi : ”Rencana B dimulai (menyilangkan kaki dan melihat kertas contekan di atas sepatunya).”
Robi : “Ah yang ini nih! (sambil mengeluarkan kertas contekan dari dasi).”
Robi : ” Selesai (sambil merebahkan diri di kursi, tersenyum puas sambil melirik teman-
temannya yang lain belum selesai mengerjakan).”
Akhirnya ulangan selesai, dan Pak Asep membagikan kertas hasil ujian kepada semua siswanya.
Zainal : ”Hahahaha, aku dapat 65. Lumayan ujian kemarin cuma 60.”
Robi : “Lhah Pak, kok nilai ujian saya cuma 50?”
Pak Asep :” Sebab soal nomor 11-20 di balik kertas gak kamu isi.”
Ririn : “Hahahaha, kamu kalah Roy! Dengan ini saya perintahkan kamu gak nyontek lagi waktu
ujian! (sambil menunjuk-nunjuk Roy dengan tertawa lepas).”
Pak Asep : “Apa? Jadi kamu kemarin nyontek? Oke, kalau begitu nilai kamu saya kurangi 5 poin”.
Akhirnya, Robi menyadari kesalahannya dan berjuang kerasuntuk belajar. Dia tidak pernah menyontek
saat ujian lagi