Anda di halaman 1dari 4

MUHAMMAD AKBAR TANJUNG

1910914310032

ULANGAN TENGAH SEMESTER


FILSAFAT UMUM
1. Jelaskan latar perubahan pemikiran manusia dari mitos menuju rasional!
2. Jelaskan perbedaan makna teologis dan metafisi!
3. Jelaskan perbedaan dan limitasi dari konsepsi pengetahuan serta ilmu!
4. Filsafat dikenal dengan sebutan “ The Mother Of Science”. Hal ini dipahami bahwa
pengetahuan seiring berjalannya waktu terus bergerak dinamis bukan statis. Jelaskan
faktor yang memengaruhi perkembangan pengetahuan!
5. Dalam perspektif sejarah, perkembangan filsafat Islam dipengaruhi oleh budaya
hellenistik. Berikan analisis berkenaan hal tersebut!

JAWABANNYA
1. awal munculnya pemikiran-pemikiran para filsuf sebagai reaksi terhadap mitologi.
Awal munculnya pemikiran para filsuf menjadi cermin dari ketidakpuasan terhadap
kebudayaan manusia pada saat itu di mana manusia punya akal pikiran, namun dalam
kehidupan sehari-hari dibelenggu oleh mitos. Masa awal munculnya kebebasan
manusia dalam menggunakan pikirannya untuk mencari kebenaran dan menjawab
semua problem yang dihadapi manusia, dimasukkan pada tahap Yunani Kuno. karena
adanya perubahan sistem sosial-politik yang ada pada saat itu maka kebebasan
pemikiran para filsuf mulai dibatasi oleh dogma (agama) yang diyakini sebagai
sumber kekuasaan dan kebenaran. Semua pemikiran yang berkembang saat itu tidak
boleh bertentangan dengan agama, bahkan kalau bisa harus memperkuat kebenaran
agama. Tahap pemikiran ini dimasukkan ke periode masa Abad Tengah. munculnya
gerakan yang memberi reaksi terhadap dogmatisme Abad Tengah. Gerakan kultural
ini mendambakan lahirnya kembali kebudayaan Yunani kuno, di mana manusia
memperoleh kebebasan berpikir dalam menemukan kebenaran tanpa dibatasi dan
dibelenggu oleh dogma agama. Gerakan kultural tersebut dikenal dengan nama
Renaissance, yang berarti kelahiran kembali. Pada tahap pemikiran Yunani Kuno,
para ahli pikir (filsuf) sudah mulai menggunakan logos atau akal pikirnya dalam
usaha menemukan jawab terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi. Mereka
tidak puas lagi terhadap jawaban-jawaban yang hanya berdasar mitos saja seperti
dilakukan oleh masyarakat Pra-Yunani Kuno. Pada awal tahap Yunani Kuno yang
muncul adalah para filsuf alam. Disebut filsuf alam karena mereka memusatkan
perhatiannya pada alam semesta. Alam semesta menjadi objek yang pertama kali
direnungkan oleh para filsuf tersebut. Mereka berusaha menjawab teka-teki mengenai
alam ini dan peristiwa yang ada di dalamnya. Oleh karenanya, kosmologi atau filsafat
alam merupakan bidang filsafat tertua. Perdebatan pemikiran yang pertama kali
muncul adalah mengenai “arche”, yang dalam bahasa Yunani berarti mula atau asal,
dari alam semesta. Mereka berusaha mencari jawaban mengenai inti sari atau unsur
yang paling hakiki dari alam. Bagi mereka mungkin yang beraneka ragam dalam alam
ini dapat dikembalikan (dapat diasalkan, bersumber) pada yang satu sebagai intinya.
Adapun para filsuf alam tersebut antara lain berikut ini. 1. Thales (±625–545) Ia
berpendapat bahwa dasar pertama atau inti sari alam adalah air. Ia menyampaikan
penalaran bahwa semua yang ada dan hidup dalam alam semesta ini memerlukan
makan (yang di dalamnya mengandung asas kebasahan atau air) sehingga tanpa air
semua yang ada dalam alam akan musnah, yang berarti alam menjadi tidak ada. Jadi,
air merupakan unsur yang paling hakiki bagi alam. 2. Anaximenes (±538–480) Ia
berpandangan bahwa arche alam adalah udara. Ia menalar bahwa semua yang ada dan
hidup dalam alam membutuhkan udara sehingga tanpa udara semua yang ada dalam
alam akan musnah, yang berarti alam tidak ada. Jadi, unsur yang paling fundamental
dari alam adalah udara.  BING4324/MODUL 1 1.5 3. Anaximander (±610–510) Ia
berpendapat bahwa unsur hakiki dari alam adalah apeiron. Apeiron adalah zat yang
tidak tertentu sifatnya, yang kekal dan tak berwujud. Ia menyampaikan penalaran
bahwa karena asas pertama adalah asas yang menimbulkan segala sesuatu maka asas
itu haruslah hal yang lebih dalam dari pada unsur yang menyusun alam. Asas itu
adalah sesuatu yang tidak terbatas dan tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal
manusia. Konsep ini mirip dengan konsep Tuhan yang dibawakan oleh agama-agama
yang di kemudian hari bermunculan. 4. Phytagoras ( ±580–500 SM) Ia berpendapat
bahwa unsur hakiki dari alam adalah bilangan. Ia berargumentasi bahwa semua yang
ada dalam alam ini bisa dihitung sehingga tanpa bilangan orang tidak memahami
realitas dalam alam ini. Jadi, bilangan merupakan unsur yang fundamental. Dengan
perdebatan para filsuf pada awal sejarah pemikiran ini, pemahaman yang bisa kita
petik adalah bahwa ketika manusia berusaha mencari jawaban atas persoalan yang
mereka hadapi dengan menggunakan kemampuan akal pikirnya maka satu persoalan
bisa memunculkan banyak jawaban, atau memunculkan adanya perdebatan.(
SUMBER LATAR BELAKANGPEMIKIRAN MODERN. DRS. MULYONO,
M.HUM. )
2. “Teologi” sebagai sebuah nama ilmu datang kemudian. Tidak serta merta “teologi”
hadir seiring dengan kehadiran traktat tentang Tuhan. Jika Theos adalah Tuhan dalam
bahasa Yunani, dan logos mengatakan disiplin ilmu; sudah barang tentu terjadi suatu
revolusi pengertian yang berabad-abad lamanya. Dalam abad-abad awali
perkembangan, saat Gereja didera oleh kontroversi seputar kodrat keallahan Kristus,
sudah pasti terjadi kesimpangsiuran pemahaman tentang “teologi” sebagai ilmu
tentang Tuhan. Belum lagi bicara tentang metodologi berteologi. Metodologi
berteologi jelas memiliki sejarah luar biasa panjang dan menarik. Tulisan ini tentu
terlalu ringkas untuk bisa menjangkau semuanya.( SUMBER FILSAFAT
DIVINITAS ATAU TEOLOGI. ARMADA RIYANTO) Metafisika secara
terminologis dipahami sebagai semua studi mengenai “sesuatu” (ada) yang mengatasi
fenomena atau mengatasi realitas fisik yang tampak. Pengertian ini menampik
pemahaman bahwa metafisika sama saja dengan pengetahuan yang bersifat post
physicam, yaitu ilmu yang ada karena muncul sesudah fisika dan matematika. Artinya
metafisika yang dikatakan sebagai filsafat pertama memuat uraian tentang sesuatu
yang ada di belakang gejalagejala fisik. Nama metafisika merupakan “nivo
pemikiran”, yaitu merupakan refleksi filosofis mengenai kenyataan yang secara
mutlak paling mendalam dan paling utama (Anton Bakker, 1992, 14-15). Dengan
demikian metafisika adalah usaha sistematis dan reflektif 5 dalam mencari hal yang
ada di belakang hal-hal yang fisik dan bersifat partikular untuk menemukan prinsip
dasar yang mencakup semua hal. Metafisika menggagas mengenai segala apa yang
ada. Sebenarnya apakah itu “ada?' Dalam buku Ontologi (1992), Anton Bakker
menggunakan istilah mengada untuk terminologi esse, sementara ens dialihbahasakan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi pengada. Terminologi Bakker setidaknya sama
dengan apa yang dipakai oleh Driyarkara dalam buku Pertjikan Filsafat (1966). Di
tempat lain, Kees Bertens dalam buku Sejarah Filsafat Barat XX (1981) memiliki
terminologi yang agak berbeda. Bertens memakai ada untuk menerjemahkan esse, dan
ens diterjemahkan dengan adaan. Lorens Bagus dalam buku Metafisika Umum
menggunakan istilah ada untuk esse dan yang ada untuk ens. Dalam konteks inilah
Armada Riyanto (2002) kemudian menyebut metafisika sebagai “filsafat
ada.”( SUMBER MEREFLEKSIKAN TUHAN DALAM PERSPEKTIF
METAFISIKA, DAN RELEVANSI BAGI MULTIKULTURALISME INDONESIA.
AGUSTINUS WISNU DEWANTARA ).
3. Pada dasarnya awal dari pemikiran filsafat adalah pengetahuan, hal ini mengeani
pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
dan filsafat dimulai dengan keduaduanya. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan
yang dipelajari untuk bisa mengetahui segala sesuatu di dalam kehidupan. Sering kali
seseorang mempunyai keinginan untuk mengetahui sesuatu. Sesuatu yang ingin
diketahui itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Ada kalanya, rasa ingin tahu itu hanya
sekedar keingintahuan yang sebentar. Di sisi lain, terkadang ada juga seseorang yang
ingin mengetahui suatu hal karena memang benar-benar ingin tahu. Sehingga dia akan
mencari apa yang ingin diketahuinya itu sampai dia mendapatkannya. Setelah hal
yang dicari itu didapatkan, itulah yang dinamakan ilmu pengetahuan. Ada lagi saat-
saat ketika seseorang ingin mendapatkan suatu pengetahuan, orang itu akan menemui
keraguan dalam mengambil keputusan. Rasa ragu-ragu inilah yang nantinya akan
menghasilkan suatu kepastian. Pada saat rasa ingin tahu sesorang muncul dan
menemui keraguan dalam membuat keputusan itulah yang memulai adanya filsafat.
( SUMBER FILSAFAT ILMU Studi Kasus: Telaah Buku Filasafat Ilmu (Sebuah
Pengantar Populer) oleh Jujun S. Suriasumantri ).
4. Pada dasarnya awal dari pemikiran filsafat adalah pengetahuan, hal ini mengeani
pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
dan filsafat dimulai dengan keduaduanya. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan
yang dipelajari untuk bisa mengetahui segala sesuatu di dalam kehidupan. Sering kali
seseorang mempunyai keinginan untuk mengetahui sesuatu. Sesuatu yang ingin
diketahui itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Ada kalanya, rasa ingin tahu itu hanya
sekedar keingintahuan yang sebentar. Di sisi lain, terkadang ada juga seseorang yang
ingin mengetahui suatu hal karena memang benar-benar ingin tahu. Sehingga dia akan
mencari apa yang ingin diketahuinya itu sampai dia mendapatkannya. Setelah hal
yang dicari itu didapatkan, itulah yang dinamakan ilmu pengetahuan. Ada lagi saat-
saat ketika seseorang ingin mendapatkan suatu pengetahuan, orang itu akan menemui
keraguan dalam mengambil keputusan. Rasa ragu-ragu inilah yang nantinya akan
menghasilkan suatu kepastian. Pada saat rasa ingin tahu sesorang muncul dan
menemui keraguan dalam membuat keputusan itulah yang memulai adanya filsafat.
( SUMBER FILSAFAT ILMU Studi Kasus: Telaah Buku Filasafat Ilmu (Sebuah
Pengantar Populer) oleh Jujun S. Suriasumantri ).
5. Peradaban Islam pada puncak kebesarannya tidak menentang ilmu pengetahuan dan
filsafat, bahkan menguatkan, mendorong serta bersungguhsungguh dalam mencari
kebenaran dan membuka pintu lebar-lebar bagi berbagai macam pendapat dan aliran.
Islam mengajak umatnya untuk memikirkan, menganalisis dan mengarahkan
pandangan ke langit dan ke bumi serta tidak mengharamkam pembahasan yang
rasional filosofis. Di sisi lain setelah umat Islam menguasai daerah-daerah
penaklukan, pergaulan mereka dengan masyarakat setempat sangat toleran, sehingga
banyak orang Yahudi dan Nasrani yang tertarik memeluk agama Islam. Sementara itu
bagi mereka yang tetap pada agama semula, juga mendapatkan tempat yang terhormat
di sisi para khalifah, di samping banyak pula kaum Muslimin yang kawin dengan
wanita Yahudi maupun Nasrani. Setelah umat Islam menguasai berbagai daerah
seperti Mesir, Persia dan lain sebagainya, mereka sadar bahwa di tengah-tengah
mereka terdapat orang orang yang telah memiliki budaya intelektul yang tinggi, baik
dari orang Kristen maupun lembaga-lembaga keagamaan lainnya. Menurut analisa
seorang orientalis, W. Montgomery Watt, bahwa sebab penerimaan orang Islam
terhadap filsafat Yunani ialah kesadaran mereka sendiri untuk membela keyakinan
agama, karena di antara orang orang pribumi banyak yang menolak atau mengkritik
sebagian ‘aqīdah Islāmiyyah dengan argumentasi filosofis. Oleh sebab itu, kebutuhan
akan polemik dan apologi untuk membela agama Islam, mendorong sebagian umat
Islam untuk mempelajari filsafat. ( SUMBER PENYERAPAN DAN MOTIVASI
UMAT ISLAM MENGEMBANGKAN FILSAFAT Fathul Mufid ).

Anda mungkin juga menyukai