Anda di halaman 1dari 10

Rekayasa Hijau: Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan Volume x | Nomor x

ISSN [e]: xxxx-xxx | DOI: - September 2020

Identifikasi Kesehatan Tanaman Akasia Menggunakan


Wahana Unmanned Aerial Vehicle Dengan Kamera RGB
dan NIR
Dewi Kania Sari, Pinandita Faiz Rifaldi
Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITENAS, Bandung
Email: pinandita.faiz@gmail.com

Received 28 September 2020 | Revised 14 September 2020 | Accepted 12 September 2020

ABSTRAK
Tanaman akasia menjadi komoditas yang sangat penting di kawasan hutan tanaman industri yang
berada di Provinsi Sumatera Selatan karena hasil produk olahannya memiliki manfaat dalam
kehidupan masyarakat. Maka perlu dilakukan pemantauan kesehatan tanaman akasia guna
menjaga kualitas dan hasil produksi. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya mengetahui
kesehatan tanaman akasia dengan menerapkan teknik pengindraan jauh. Analisis dilakukan
dengan identifikasi kondisi tanaman menggunakan indeks kehijauan tanaman yaitu Normalized
Difference Vegetation Index (NDVI). Data yang digunakan adalah data ortofoto RGB dan
ortofoto NIR yang telah terkoreksi geometrik. Data ortofoto UAV band RGB dan NIR diakuisisi
pada bulan Maret 2019. Didapatkan bahwa secara keseluruhan kesehatan tanaman akasia di
kawasan HTI masih didominasi oleh tingkat kesehatan rendah dengan persentase sebersar 46%,
tanaman yang memiliki tingkat kesehatan tinggi hanya 1% dari total jumlah pohon sebanyak
25.906. Hasil sebaran pohon akasia menunjukan bahwa tanaman dengan kondisi tidak sehat
berada dibagian barat lokasi penelitian. Kesehatan tanaman akasia dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti kondisi air di Kawasan HTI yang mengalami kondisi masam yang tidak cocok
dengan tanaman akasia. Serta kondisi disekitar tanaman akasia adanya semak belukar atau
gulma yang dapat mempengaruhi pertumbuhan karena dapat mengganggu asupan nutrisi
tanaman akasia.
Kata kunci: Kesehatan Tanaman, Pengideraan Jauh, NDVI.

ABSTRACT
Acacia plants are a very important commodity in industrial forest plantations in South Sumatra
Province because their processed products have benefits in people's lives. So it is necessary to
monitor the health of acacia plants in order to maintain quality and production results. This
research was conducted as an effort to determine the health of acacia plants by applying remote
sensing techniques. The analysis was carried out by identifying plant conditions using a plant
greenness index, namely the Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). The data used were
orthophoto RGB and NIR orthophoto data which had been geometrically corrected. UAV
orthophoto data of RGB and NIR bands were acquired in March 2019. It was found that the
overall health of acacia plants in the HTI area was still dominated by a low level of health with a
percentage of 46%, plants with a high health level were only 1% of the total number of trees of
25,906 . The results of the distribution of acacia trees showed that plants with unhealthy
conditions were in the western part of the study site. Acacia plant health is influenced by several
factors, such as water conditions in HTI areas which experience acidic conditions that are not
suitable for acacia plants. As well as conditions around acacia plants, there are shrubs or weeds
that can affect growth because they can interfere with the acacia plant's nutritional intake.
Keywords: Plant Health, Remote Sensing, NDVI.
Identifikasi Kesehatan Tanaman Akasia Menggunakan Wahana Unmanned Aerial Vehicle Dengan
Kamera RGB dan NIR

1. PENDAHULUAN

Tanaman akasia atau Acacia mangium Willd. merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang
berada di kawasan hutan tanaman industri Kecamatan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir
Provinsi Sumatera Selatan. Peran pohon akasia yaitu sebagai pohon produksi untuk bahan baku dalam
produk pulp, kertas, papan partikel, krat, dan kepingan-kepingan kayu [1]. Selain dari segi kemanfaatan,
kebutuhan akan tanaman akasia pada tahun 2019-2020 terjadi peningkatan. Berdasarkan laporan
ringkasan publik PT. Bumi Anadalas Permai selaku pengelola HTI di Kawasan Air Sugihan, rencana
produksi pada tahun 2020 yaitu sebesar 37.992,20 Ha. Namun pada tahun 2019 rencana yang seharusnya
sebesar 24.831,69 Ha hanya terealisasikan sebesar 12.316,90 Ha.
Mengingat tingkat kemanfaatan tanaman akasia yang tinggi dan meningkatnya kebutuhan akan tanaman
akasia, maka perlu dilakukan pemantauan kesehatan tanaman akasia guna menjaga kualitas hasil
produksi. Salah satu upaya dalam pemantauan kesehatan tanaman akasia yaitu dengan menerapkan
teknik pengindraan jauh. Pengindraan jauh atau indraja adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan
informasi dari suatu objek, daerah, atau fenomena (geofisik) melalui analisis data, dimana dalam
mendapatkan data tidak dilakukan secara kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang
dikaji [2].
Cara yang dapat digunakan untuk memantau kondisi tanaman yaitu menggunakan indeks kehijauan
tanaman, seperti Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). NDVI merupakan metode standar
yang digunakan dalam membandingkan tingkat kehijauan vegetasi (kandungan klorofil) pada tumbuhan.
Rumus untuk menghitung NDVI dapat dilihat pada persamaan dibawah ini [3].
NDVI = (ρNIR – ρRED)/( ρNIR + ρRED) (1)
keterangan:
NDVI = Normalized Difference Vegetation Index
NIR = Near-Infrared (Spektrum Inframerah Dekat)
Red = Red (Spektrum Merah)
Untuk menghitung NDVI dibutuhkan spektrum gelombang merah dan NIR. Spektrum merah dan NIR
adalah gelombang cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu yaitu panjang gelombang
spektrum merah 550–800 nm sedangkan panjang gelombang NIR 700–1300 nm [4]. Tanaman yang
sehat mempunyai nilai indeks vegetasi yang tinggi yang disebabkan oleh hubungan terbalik antara
intensitas sinar yang dipantulkan vegetasi pada spektrum merah dan NIR [5].
Pada penelitian ini digunakan data citra dari wahana Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat
udara tanpa awak, karena penggunaan UAV memiliki keunggulan dari segi pengambilan data dan waktu
yang dapat dilakukan secara fleksibel, serta dapat mengurangi biaya operasional dan mendapatkan
resolusi yang lebih baik. UAV memiliki kamera multispektral yang terbagi menjadi dua jenis yaitu
kamera yang langsung terintegrasi spektrum RGB dan NIR serta kamera yang membutuhkan filter
bandpass untuk mendapatkan spektrum NIR. Kamera pada UAV yang terdapat secara komersial hanya
memiliki spektrum RGB dan adanya kebutuhan akan data spektrum NIR maka pada kamera
ditambahkan filter bandpass. Penggunaan filter ini bertujuan untuk mengubah dari sensor kamera RGB
menjadi sensor kamera NIR. Setelah didapatkan spektrum NIR kemudian dilakukan teknik composite
band untuk mendapatkan citra multispektral. Perubahan ini bertujuan untuk mengubah filter dari yang
awalnya RGB menjadi NIR, Green, Blue (NGB) atau menjadi NIR, Red, Green (NRG).
Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian, di antaranya mengenai hubungan spektrum RGB dan
NIR yang diperoleh dari wahana UAV untuk kebutuhan pemantauan kondisi tanaman kelapa sawit [6].
Berdasarkan penelitian tersebut, diharapkan di waktu mendatang pemantauan tingkat kesehatan tanaman
akan lebih mudah dilakukan ditinjau dari segi waktu dan efisiensi biaya serta mengarah pada precision
agriculture dengan memasukan unsur teknologi informasi dan mekanisasi pada bidang perkebunan.
Penelitian lain dilakukan oleh [7] yang mengkaji penggunaan NDVI yang diturunkan dari citra Sentinel-
2 untuk menentukan tingkat kesehatan vegetasi bakau. [8] mengkaji penggunaan NDVI untuk memantau
tanaman akasia yang dijadikan program penghijauan di lahan bekas tambang.

Rekayasa Hijau – 1
Dewi Kania Sari dan Pinandita Faiz Rifaldi

2. METODOLOGI

Pelaksanaan identifikasi kesehatan tanaman akasia menggunakan wahana unmanned aerial vehicle
dengan kamera RGB dan NIR terdiri dari tujuh tahapan pekerjaan yang telah ditunjukan pada Gambar
1 yang meliputi studi literatur, pengumpulan data, pre-processing, perhitungan NDVI, klasifikasi NDVI
[9], digitasi tajuk tanaman akasia, dan pembuatan peta kesehatan tanaman akasia.

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Citra Ortofoto NIR Citra Ortofoto RGB

Pre-Proccesing Digitasi Tajuk Akasia

Perhitungan NDVI

Klasifikasi NDVI
(Mardiyatmoko dan
Suhardiman, 2017)

Analisis Sebaran Pohon Akasia

Peta Kesehatan Tanaman


Akasia

Kesimpulan

Gambar 1. Metodologi penelitian

Rekayasa Hijau – 2
Identifikasi Kesehatan Tanaman Akasia Menggunakan Wahana Unmanned Aerial Vehicle Dengan
Kamera RGB dan NIR

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari NDVI foto udara kawasan HTI didapatkan bahwa hasil identifikasi nilai NDVI
untuk analisis kesehatan tanaman akasia terbagi menjadi lima kelas. Setiap kelas memiliki
luasan dan jumlah pohon yang telah diidentifikasi. Menurut [9] pengklasifikasian rentang nilai NDVI
dapat diklasifikasikan menjadi lima kelas yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Akasia

No. Rentang Nilai Keterangan


1 -1 – 0,12 Non Vegetasi
2 0,12 – 0,22 Kesehatan Sangat Rendah
3 0,22 – 0,42 Kesehatan Rendah
4 0,42 – 0,75 Kesehatan Sedang
5 0,75 - 1 Kesehatan Tinggi

Gambar 2. Peta Kesehatan Tanaman Akasia

Berdasarkan hasil digitasi tajuk pohon, dengan mengacu pada hasil penelitian [6] dengan melakukan interpretasi
tanaman akasia dan yang bukan akasia. Setiap tanaman akasia ditandai menggunakan titik, titik digunakan juga
untuk menghitung jumlah pohon, lokasi pohon, dan ID tanaman. Setelah dilakukan digitasi tajuk kemudian
didapatkan hasil sebaran pohon akasia. Berdasarkan sebaran pohon akasia dapat diketahui lokasi pohon serta
kondisi tanaman sesuai dengan klasifikasi kesehatan tanaman akasia. Hasil sebaran pohon akasia dapat dilihat pada
gambar 3. Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa tanaman dengan kondisi tidak sehat didominasi pada
bagian barat lokasi penelitian. Kondisi tanaman tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi
air, kadar pH, curah hujan, dan suhu.

Rekayasa Hijau – 3
Dewi Kania Sari dan Pinandita Faiz Rifaldi

Gambar 3. Sebaran Pohon Akasia

Pada penelitian [6] menjelaskan bahwa NDVI merupakan indeks vegetasi yang dapat digunakan untuk melihat
tingkat kehijauan tanaman yang berhubungan dengan fotosintesis tanaman tersebut. Dengan asumsi bahwa
semakin aktif proses fotosintesis (tanaman sehat) nilai NDVI akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah
tingkat kehijauan tanaman (kurang subur) akan memberikan nilai NDVI yang semakin rendah.
Tabel 2. Hasil Klasifikasi Tanaman Akasia

No. Rentang Nilai Luasan (Meter²) Jumlah Pohon


1 -1 – 0,12 343389,40 3457
2 0,12 – 0,22 76723,18 4950
3 0,22 – 0,42 55197,30 11796
4 0,42 – 0,75 19137,05 5566
5 0,75 - 1 14424,14 137
Total 508871,10 25906

Rekayasa Hijau – 4
Identifikasi Kesehatan Tanaman Akasia Menggunakan Wahana Unmanned Aerial Vehicle Dengan
Kamera RGB dan NIR

Gambar 4. Jumlah Pohon Berdasarkan Klasifikasi

Mengacu pada klasifikasi kesehatan tanaman menurut [9] didapatkan bahwa 13% dari total pohon adalah tanaman
mati, 19% yaitu tamanan yang memiliki kesehatan sangat rendah, 46% merupakan tanaman yang memiliki keadaan
kesehatan rendah, dan 21% dari jumlah pohon merupakan tanaman sehat, sedangkan untuk tanaman akasia yang
memiliki keadaan kesehatan sangat sehat hanya 1% dari total jumlah tanaman akasia. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa jumlah pohon yang memiliki tingkat kesehatan rendah sangat mendominasi dari kelas lainnya.
Pada tabel 2 baris 1 memiliki luasan daerah terbesar dengan jumlah pohon relatif sedikit, hal tersebut karena
didominasi oleh tanaman mati atau tidak memiliki nilai kehijauan serta didominasi oleh tanah.
Kawasan Hutan Tanaman Industri di Kecamantan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir berada di ketinggian
dari 8 – 13 mdpl. Hal tersebut menunjukan bahwa kawasan HTI ini berada pada kawasan muara yang memiliki air
payau. Kondisi di sekitar kawasan sangat mempengaruhi vegetasi yang ada. Vegetasi tanaman akasia tidak toleran
terhadap lingkungan muara seperti kondisi geografis Kecamatan Air Sugihan yang memiliki air salin (asin) atau
payau [10]. Menurut [11], menjelaskan bahwa tanaman akasia yang tumbuh di daerah air payau akan mengalami
kondisi kerdil dan kurus. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih banyak tanaman akasia yang tidak
sehat. Hal ini menunjukan bahwa kondisi air di kawasan tersebut berada pada kondisi tidak cocok dengan tanaman
akasia.
Merujuk pada literatur [12] diketahui bahwa dataran marin timur Sumatera merupakan daerah endapan alluvium
dari sungai yang berasal dari pegunungan bukit barisan, pasir marin, koral, dan endapan bahan organik vegetasi
marin. Pada umumnya pH tanah akan bereaksi masam (sulfat masam) lebih rendah dari pH 5. Pada penelitian [13]
menjelaskan bahwa kondisi air di wilayah Kec. Air Sugihan yang sangat masam yaitu memiliki nilai pH kurang
dari 3, hal ini dikarenakan di wilayah Air Sugihan memiliki lahan sulat masam yang kurang cocok untuk
pertumbuhan tanaman. Sementara itu pada penelitian [14] bahwa persentase hidup tanaman akasia pada pH 5
hanya sebesar 33,64%. Hal ini pula menunjukan bahwa kandungan pH air di kawasan Air Sugihan mempengaruhi
kesehatan tanaman akasia.
Tanaman akasia tidak tumbuh terus menerus sepanjang tahun pertumbuhan tampak lambat atau berhenti sebagai
respon terhadap kombinasi curah hujan yang rendah dan suhu yang dingin [15]. Pemukiman di Air Sugihan dan
sekitarnya terletak di dalam zona iklim Indo-Australia yang bercirikan suhu, kelembaban, dan curah hujan yang
tinggi sepanjang tahun. Musim hujan berlangsung dari November sampai Juni, dan musim kemarau dari Juli
sampai Oktober [16]. Pada gambar dibawah ini dapat diketahui bahwa curah hujan di Desa Air Sugihan pada bulan
Maret tahun 2018 pada tingkat menengah yaitu 201-300 mm.

Rekayasa Hijau – 5
Dewi Kania Sari dan Pinandita Faiz Rifaldi

Curah Hujan (mm)


400

350

300

250

200

150

100

50

Gambar 5. Peta Distribusi Curah Hujan Sumatera Selatan

Mangium bisa mengalami kematian jika terkena kekeringan yang parah atau musim dingin yang berkepanjangan.
[17] melaporkan angka kematian yang tinggi pada mangium berumur 5 tahun setelah mengalami periode waktu
dengan suhu rendah (sekitar 5°– 6° C) disertai dengan hujan dingin yang lama. Di habitat alaminya, suhu minimum
rata-rata berkisar 12°–16° C dan suhu maksimum rata-rata sekitar 31°–34° C [11]. Kondisi suhu rata-rata di lokasi
penelitian pada bulan Maret 2019 yaitu 27,4° C. Kombinasi antara curah hujan dan suhu yang berada di Air
Sugihan sudah sangat sesuai dengan kriteria pertumbuhan tanaman akasia sehingga dari segi curah hujan dan suhu
sudah memenuhi kriteria kesehatan.
Terdapat beberapa pendapat ahli tentang pengaruh semak belukar terhadap tanaman akasia. Pendapat pertama
yaitu [10] penyiangan pada tanaman acacia mangium perlu dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari
belukar,tanaman pemanjat, dan tanaman pengganggu lainnya seperti gulma yang tidak berbahaya dapat pula
dibiarkan tumbuh di lapangan untuk menjaga persaingan cabang lateral. Sedangkan menurut [18] menjelaskan
gulma yang muncul dan berkembang lebih dulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar
terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi
kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas
hasil. Perbedaaan cara penanaman, laju pertumbuhan, dan umur varietas yang ditanam, serta tingkat ketersediaan
unsur hara juga akan menentukan besarnya persaingan gulma dengan tanaman.
Merujuk pada pendapat ahli di atas bahwa dengan adanya gulma pada sekitar tanaman akasia dapat mempengaruhi
kesehatan akasia, karena gulma dapat mengganggu asupan nutrisi tanaman akasia yang berada di kawasan HTI.
Pada gambar 6. ortofoto tanaman akasia menunjukan banyaknya gulma atau semak belukar yang tumbuh di sekitar
tanaman akasia.

Rekayasa Hijau – 6
Identifikasi Kesehatan Tanaman Akasia Menggunakan Wahana Unmanned Aerial Vehicle Dengan
Kamera RGB dan NIR

Gambar 6. Kondisi Tanaman terhadap Gulma

Pada gambar 6. menunjukan bahwa keberadaan gulma dapat mempengaruhi kondisi pertumbuhan tanaman akasia
yang di tandai pada gambar. Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa perbedaan gulma dengan tanaman akasia dari
warna kehijauannya, untuk tanaman akasia memiliki warna kehijauan yang lebih pekat sedangkan untuk gulma
memiliki warna hijau yang lebih muda. Untuk mengetahui bahwa gulma mempengaruhi kesehatan akasia maka
dilakukan pengambilan sampling pada pola sebaran tanaman yang sehat. Dapat dilihat pada gambar 7. tidak
terdapat gulma di sekitar tanaman akasia.

Gambar 7. Kondisi Tanaman Sehat

Rekayasa Hijau – 7
Dewi Kania Sari dan Pinandita Faiz Rifaldi

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan berikut:

1. Tingkat kesehatan tanaman akasia di kawasan HTI di wilayah Air Sugihan dapat diidentifikasi
berdasarkan nilai NDVI yang dihitung dengan menggunakan data band merah dan band NIR yang
diperoleh dari citra ortofoto wahana UAV. Tingkat kesehatan tanaman akasia dikategorikan
berdasarkan rentang nilai NDVI yang terdiri atas empat tingkatan, yaitu: sangat rendah, rendah,
sedang, dan tinggi.
2. Secara keseluruhan kesehatan tanaman akasia didominasi oleh tanaman dengan tingkat kesehatan
rendah sebersar 46% dengan luasan 55197,30m2 dan jumlah pohon sebanyak 11.796, sedangkan
tanaman yang memiliki tingkat kesehatan tinggi hanya 1% dengan luasan 14424,14m 2 dan jumlah
pohon sebanyak 137.
3. Distribusi spasial pada lokasi penelitian dibagian timur dimana didominasi oleh tanaman yang
memiliki kesehatan rendah dan tanaman yang memiliki kesehatan sedang, kemudian untuk tanaman
mati mendominasi dibagian sebelah barat dan selatan. Hal tersebut dikarenakan pada bagian barat
terdapat banyaknya tanaman semak belukar atau gulma yang tumbuh pada sekitar tanaman akasia.
Lalu untuk bagian sebelah timur yang didominasi oleh kesehatan rendah dan sedang dikarenakan
pada kondisi disekitar tanaman akasia lebih jarang atau tidak ada yang ditumbuhi oleh semak belukar
dan gulma.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Bumi Anadalas Permai selaku pengelola HTI di Kawasan
Air Sugihan yang telah memberikan kesempatan untuk meniliti.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Lemmens, R.H.M.J et al. 1995. “Planth Resources Of South-East Asia”. 5 (2). Timber Trees: Minor
Comercial Timbers. Backhuys Publisher, Leiden. 655p.
[2] Lillesand, T.M., dan kiefer, R.W., (1997), Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Terjemahan), Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
[3] Nouri, H., Beecham, S., Anderson, S., Nagler, P. (2014). High Spatial Resolution WorldView-2 Imagery for
Mapping NDVI and Its Relationship to Temporal Urban Landscape Evapotranspiration Factors. Remote
Sens. 6, no. 1: 580-602.
[4] Verhulst, N., Govaerts, B. 2010. The normalized difference vegetation index (NDVI) GreenSeekerTM
handheld sensor: Toward the integrated evaluation of crop management. Part A: Concepts and case studies.
Mexico, D.F.; CIMMYT.
[5] Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta : Grasindo.
[6] Uktoro, A.I. 2017. “Analisis Citra Drone Untuk Monitoring Kesehatan Tanaman Kelapa Sawit”. Jurnal
Agroteknose, Vol. VIII, No. II.
[7] Kawamuna, A., Suprayogi, A. dan Wijaya, A.P. 2017. “Analisis Kesehatan Hutan Mangrove Berdasarkan
Metode Klasifikasi NDVI Pada Citra Satelit Sentinel2”. Jurnal Geodesi UNDIP. Volume 6, Nomor 1.
[8] Widiyatmoko, R., Basuki. W., Lilik. B. P. 2017. Analisis Pertumbuhan Tanaman Revegetasi di Lahan Bekas
Tambang Silika Holcim Educational Forest, Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (April 2017): 79-88.
[9] Mardiyatmoko, Y., Suhardiman, A. (2017). Cadangan Karbon di Wilayah Perkotaan Tenggarong
Berdasarkan Metode Klasifikasi Pada Citra Sentinel 2-A. Vol 1 Nomor 2. Universitas Mulawarman
Samarinda.
[10] Krisnawati, H., Kallio, M. dan Kanninen, M. (2011) Acacia mangium Willd.: ekologi, silvikultur dan
produktivitas. CIFOR, Bogor, Indonesia.
[11] National Research Council. 1983. “Mangium and Other Fast-Growing Acacias for The Humid Tropics”.
National Academy Press, Washington, DC, AS.

Rekayasa Hijau – 8
Identifikasi Kesehatan Tanaman Akasia Menggunakan Wahana Unmanned Aerial Vehicle Dengan
Kamera RGB dan NIR

[12] Republik Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2013 tentang Deskripsi Peta Ekoregion/
Deskripsi Peta Ekoregion Pulau/Kepulauan. Deputi Tata Lingkungan. Jakarta.
[13] Martinus, A., Dwi, S., Yuanita. W. (2019). Dampak Mounding Terhadap Kualitas Air pada Tanah Sulfat
Masam di Lokasi Areal Hutan Tanaman Industri Kabupaten Ogan Komering Ilir. Palembang.
[14] Syachroni, S. H., Rosianty, Y., Samsuri, G. S. 2018. “ Daya Tumbuh Tanaman Pionir Pada Area Bekas
Tambang Timah di Kecamatan Bakam, Provinsi Bangka Belitung.” Program Studi Kehutanan Fakultas
Pertanian, Universitas Muhamamdiyah Palembang.
[15] Turnbull, J.W. 1986 Australian acacias in developing countries. Prosiding International Workshop held at
the Forestry Training Centre, Gympie, Queensland, Australia, 4–7 August 1986. Prosiding ACIAR No. 16.
Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra, Australia.
[16] Wijaya T. (2000). Pengkajian Endapan Gambut Bersistim Di Daerah Pakiban-Beyuku Kecamatan Air
sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan. Sub Dit. Eksplorasi Batubara dan
Gambut.
[17] Pan, Z. dan Yang, M. 1987 Australian acacias in the People’s Republic of China. Dalam: Turnbull, J.W.
(ed.) Australian acacias in developing countries, 136–138. Prosiding ACIAR No. 16. Australian Centre for
International Agricultural Research, Canberra, Australia.
[18] Sukman, Hj. Y, dan Yakub. (2002). Gulma dan Teknik Pengendaliannya Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Rekayasa Hijau – 9

Anda mungkin juga menyukai