Anda di halaman 1dari 7

Metodelogi penelitian

1. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: tahap

persiapan, survey awal lapang, pengambilan data citra satelit, pengolahan dan

analisis awal data, survey lapang akhir, analisis lanjutan data citra satelit dan

lapang untuk menentukan titik wilayah yang memerlukan usaha rehabilitasi

mangrove di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

1.1. Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi studi literatur mengenai topik penelitian, penyiapan data

digital citra Landsat-8 OLI, penyiapan alat-alat dan bahan yang akan digunakan

selama kegiatan penelitian, dan pengumpulan data sekunder lainnya. Citra satelit

yang diunduh yaitu citra tahun 2018.

1.2. Survei Awal

Survei awal dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang lokasi

penelitian dan dijadikan referensi pengambilan data. Dilakukan pengambilan titik

koordinat dengan menggunakan GPS dan melihat kondisi ekosistem mangrove di

sekitar lokasi penelitian.

1.3. Pengambilan Sampel Citra

Penelitian ini menggunakan citra satelit Landsat 8. Pengambilan sampel

citra satelit Landsat 8 dilakukan dengan mengunduh citra di situs resmi Landsat

www.usgs.golvis.gov dengan Path/Row : 118/65 . Citra yang diunduh kemudian

diolah dengan bantuan seperangkat PC dan beberapa software untuk

mendapatkan informasi tentang penginderaan jauh luas mangrove dan

kesehatan mangrove di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.


1.4. Pengolahan Data Citra

Pengolahan data citra merupakan tahapan untuk memperoleh

informasi dari data citra dan disajikan dalam peta kerja. Pengolahan citra

terdiri atas dua tahap yaitu pra pengolahan dan Interpretasi. Secara garis

besar tahapan penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.

Mengunduh citra Informasi kesehatan mangrove


Landsat 7 dan Landsat 8 menggukanan indeks NDVI

Landsat 8
ሺNIR−Redሻ
NDVI = ሺNIR+Redሻ

Koreksi radiometrik dan


geometrik

Hasil indeks vegetasi NDVI


Landsat 8
564

Penentuan wilayah mangrove


Penajaman digital yang perlu ditindak lanjuti

Pemotongan citra (croping)

Klasifikasi terbimbing
(supervised)

Hasil lusan mangrove

Ground check

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


1.5. Pra pengolahan citra

Pra pengolahan data citra merupakan tahapan yang dilakukan sebelum

interpretasi citra untuk mendapatkan informasi data sebaran mangrove. Menurut

LAPAN (2015), pra pengolahan data dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Koreksi Radiometrik

Koreksi radiometrik ditujukan untuk memperbaiki nilai piksel dengan

mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan

utama. Metode-metode yang sering digunakan untuk menghilangkan efek

atmosfer antara lain metode pergeseran histogram (histogram adjustment) dan

metode regresi. Koreksi radiometric dilakukan dengan menggunakan salah

satu dari dua metode tersebut.

b. Koreksi Geometrik

Koreksi geometrik diperlukan untuk mentransformasi citra hasil

penginderaan jauh sehingga citra tersebut mempunyai sifat-sifat peta dalam

bentuk, skala dan proyeksi. Transformasi geometrik yang paling mendasar

adalah penempatan kembali posisi piksel sedemikian rupa, sehingga pada

citra digital yang tertransformasi dapat dilihat gambaran objek dipermukaan

bumi yang terekam sensor.

1.6. Interpretasi Citra

Dalam pengolahan data inderaja, dikenal ada tiga cara interpretasi citra

yaitu secara visual, digital, dan hibrida (LAPAN, 2014). Tahapan interpretasi

citra dijelaskan LAPAN (2015) sebagai berikut :

a. Interpretasi data secara visual

Tahapan yang dilakukan pada interpretasi secara visual adalah dengan

menggunakan teknik kombinasi RGB. RGB yang digunakan disesuaikan dengan

informasi yang diinginkan. Tahapan-tahapan yang dilakukan antara lain :


 Penyusunan komposit warna

Untuk mengidentifikasi hutan mangrove dengan data citra satelit Landsat

8 OLI digunakan komposit RGB 564 di mana ketiga band tersebut termasuk

dalam kisaran spektrum tampak dan inframerah – dekat.

 Pemotongan citra (croping)

Pemotongan citra dilakukan untuk membatasi daerah penelitian sehingga

memudahkan analisis pada komputer. Pemotongan citra pada penelitian ini

mengunakan koordinat.

b. Pengolahan data secara digital

Pengolahan data secara digital yang dimaksud adalah proses klasifikasi

sebagai salah satu tahapan pada interpretasi. Menurut LAPAN (2015), klasifikasi

dibagi menjadi dua, yaitu klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised) dan

klasifikasi terbimbing (supervised). Metode klasifikasi dalam penelitian skripsi ini

menggunakan klasifikasi terbimbing (supervised). Klasifikasi terbimbing

merupakan proses pengelompokkan piksel pada citra menjadi beberapa kelas

tertentu dengan berdasarkan pada statistik sampel piksel (training) atau region

of interrest ditentukan oleh pengguna sebagai piksel acuan yang selanjutnya

digunakan oleh komputer sebagai dasar melakukan klasifikasi. Metode

klasifikasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah maximum likelihood.

1.7. Transformasi Index Vegetasi

Analisis indeks vegetasi digunakan untuk mengetahui kesehatan

mangrove di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur yang dibagi kedalam 3 kelas

yaitu jarang, sedang dan lebat dengan cara memisahkan indeks reflektansi

spektral vegetasi dengan objek lain seperti air, tanah (non vegetasi). Formula

yang digunakan untuk analisis indeks vegetasi ini adalah NDVI (Normalized
Defference Vegetation Index) dan EVI (Enhanced Vegetation Indeks). Menurut

Purkis dan Klemas, (2011), algoritma yang digunakan dalam NDVI adalah :
NIR−RED
NDVI = NIR+RED

Keterangan :

RED = nilai digital pada citra kanal merah

NIR = nilai digital pada citra kanal infra merah dekat

1.8. Klasifikasi Kelas Keraparatan Vegetasi

Penentuan nilai kerapatan tajuk mangrove menggunakan hasil dari

perhitungan DN (digital number) NDVI. Kemudian dari DN (digital number) NDVI

tersebut dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas jarang, sedang dan lebat. Perhitungan

Interval kelas kerapatan berdasarkan rumus sebagai berikut :


xt−xr
Kl = k

Keterangan :

Kl = kelas interval

xt = nilai tertinggi

xr = nilai terendah

k = jumlah kelas yang diinginkan

Hasil pembagian kelas kerapatan vegetasi mangrove didapatkan informasi

wilayah mana saja yang memiliki kesehatan mangrove jarang, sedang dan lebat

di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pembagian kelas kerapatan vegetasi

memudahkan dalam penetuan titik lokasi penelitian untuk dilakukannya ground

check.
2. Ground Check

2.1. Penentuan Lokasi Stasiun

Penentuan lokasi titik sampling menggunakan metode Purposive

Sampling, yaitu pengambilan data berdasarkan pertimbangan tertentu (Hadi,

1979). Menurut LAPAN (2014), Penentuan sampel dilakukan untuk

memudahkan surveyor dalam memperhitungkan waktu kerja dan jalur

pelaksanaan survei lapangan. Metode penentuan sampel yang digunakan

adalah stratified random dan proporsional sampling. Metode ini merupakan

suatu teknik sampling dimana populasi dipisahkan ke dalam kelompok-

kelompok yang tidak tumpang tindih (overlapping) yang disebut sebagai sub

populasi (strata), kemudian dari setiap strata tersebut diambil sampel secara

acak (random sampling) sesuai tujuan penelitian.

2.2. Identifikasi mangrove

Identifikasi mangrove dilkakukan untuk mengetahui jenis-jenis mangrove

yang ada di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Identifikasi dilakukan dengan

cara mengambil sampel di lapangan dipotong dahan, daun, bunga dan buah

yang selanjutnya diidentifikasi berpedoman pada buku identifikasi mangrove

Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia (Noor et al., 2006).

2.3. Ground Check Kerapatan Tajuk

Hasil pengolahan citra Landsat 8 OLI menggunakan indeks NDVI dapat

mengetahui titik wilayah mana saja yang memiliki kesehatan mangrove jarang

atau kurang baik. Ground check dilakukan untuk membuktikan kebenaran

informasi yang diberikan oleh citra. Ground check dalam penelitian ini

menggunakan drone untuk mengetahui kerapatan tajuk mangrove di Kabupaten

Probolinggo yang sebelumnya sudah ditentukan titik lokasi penelitian

berdasarkan hasil pengolahan citra Landsat 8 OLI.


2.4. Pendekatan Lebih Lanjut

Informasi yang diberikan oleh citra Landsat 8 OLI yang dibuktikan dengan

hasil ground check di lapangan didapatkan titik wilayah mana saja yang

membutuhkan tindakan lebih lanjut. Hasil informasi dapat dijadikan bahan acuan

bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pelestarian

ekosistem mangrove di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mengingat fungsi

mangrove sangat berperan penting baik secara ekologis dan ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai