Anda di halaman 1dari 11

Reka Geomatika ©Jurusan Teknik Geodesi Itenas | No.x | Vol.

2020 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [September 2020]

IDENTIFIKASI KESEHATAN TANAMAN AKASIA

MENGGUNAKAN WAHANA UNMANNED AERIAL

VEHICLE DENGAN KAMERA RGB DAN NIR

PINANDITA FAIZ RIFALDI, DEWI KANIA SARI

Program Studi Teknik Geodesi, FTSP Institut Teknologi Nasional


Bandung

Email : pinandita.faiz@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman akasia menjadi komoditas yang sangat penting di kawasan hutan tanaman industri yang
berada di Provinsi Sumatera Selatan karena hasil produk olahannya memiliki manfaat dalam
kehidupan masyarakat. Maka perlu dilakukan pemantauan kesehatan tanaman akasia guna
menjaga kualitas dan hasil produksi. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya mengetahui kesehatan
tanaman akasia dengan menerapkan teknik pengindraan jauh. Analisis dilakukan dengan identifikasi
kondisi tanaman menggunakan indeks kehijauan tanaman yaitu Normalized Difference Vegetation
Index (NDVI). Data yang digunakan adalah data ortofoto RGB dan ortofoto NIR yang telah
terkoreksi geometrik. Data ortofoto UAV band RGB dan NIR diakuisisi pada bulan Maret 2019.
Didapatkan bahwa secara keseluruhan kesehatan tanaman akasia di kawasan HTI masih didominasi
oleh tingkat kesehatan rendah dengan persentase sebersar 46%, tanaman yang memiliki tingkat
kesehatan tinggi hanya 1% dari total jumlah pohon sebanyak 25.906. Hasil sebaran pohon akasia
menunjukan bahwa tanaman dengan kondisi tidak sehat berada dibagian barat lokasi penelitian.
Kesehatan tanaman akasia dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi air di Kawasan HTI
yang mengalami kondisi masam yang tidak cocok dengan tanaman akasia. Serta kondisi disekitar
tanaman akasia adanya semak belukar atau gulma yang dapat mempengaruhi pertumbuhan karena
dapat mengganggu asupan nutrisi tanaman akasia.

Kata Kunci: Kesehatan Tanaman, Pengideraan Jauh, NDVI.

ABSTRACT

Acacia plants are a very important commodity in industrial forest plantations in South Sumatra Province
because their processed products have benefits in people's lives. So it is necessary to monitor the health
of acacia plants in order to maintain quality and production results. This research was conducted as an
effort to determine the health of acacia plants by applying remote sensing techniques. The analysis was
carried out by identifying plant conditions using a plant greenness index, namely the Normalized
Difference Vegetation Index (NDVI). The data used were orthophoto RGB and NIR orthophoto data which
had been geometrically corrected. UAV orthophoto data of RGB and NIR bands were acquired in March
2019. It was found that the overall health of acacia plants in the HTI area was still dominated by a low
level of health with a percentage of 46%, plants with a high health level were only 1% of the total number
of trees of 25,906 . The results of the distribution of acacia trees showed that plants with unhealthy
conditions were in the western part of the study site. Acacia plant health is influenced by several factors,
such as water conditions in HTI areas which experience acidic conditions that are not suitable for acacia
plants. As well as conditions around acacia plants, there are shrubs or weeds that can affect growth
because they can interfere with the acacia plant's nutritional intake.

Keyword: Plant Health, Remote Sensing, NDVI.


Reka Geomatika – 1
Pinandita Faiz Rifaldi
1. PENDAHULUAN
Tanaman akasia atau Acacia mangium Willd. merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh
yang berada di kawasan hutan tanaman industri Kecamatan Air Sugihan Kabupaten Ogan
Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Peran pohon akasia yaitu sebagai pohon produksi untuk
bahan baku dalam produk pulp, kertas, papan partikel, krat, dan kepingan-kepingan kayu
(Lemmens dkk., 1995). Selain dari segi kemanfaatan, kebutuhan akan tanaman akasia pada
tahun 2019-2020 terjadi peningkatan. Berdasarkan laporan ringkasan publik PT. Bumi Anadalas
Permai selaku pengelola HTI di Kawasan Air Sugihan, rencana produksi pada tahun 2020 yaitu
sebesar 37.992,20 Ha. Namun pada tahun 2019 rencana yang seharusnya sebesar 24.831,69 Ha
hanya terealisasikan sebesar 12.316,90 Ha.
Mengingat tingkat kemanfaatan tanaman akasia yang tinggi dan meningkatnya kebutuhan akan
tanaman akasia, maka perlu dilakukan pemantauan kesehatan tanaman akasia guna menjaga
kualitas hasil produksi. Salah satu upaya dalam pemantauan kesehatan tanaman akasia yaitu
dengan menerapkan teknik pengindraan jauh. Pengindraan jauh atau indraja adalah ilmu dan
seni untuk mendapatkan informasi dari suatu objek, daerah, atau fenomena (geofisik) melalui
analisis data, dimana dalam mendapatkan data tidak dilakukan secara kontak langsung dengan
objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dkk., 2004).
Cara yang dapat digunakan untuk memantau kondisi tanaman yaitu menggunakan indeks
kehijauan tanaman, seperti Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). NDVI merupakan
metode standar yang digunakan dalam membandingkan tingkat kehijauan vegetasi (kandungan
klorofil) pada tumbuhan (Amliana dkk., 2016). Rumus untuk menghitung NDVI dapat dilihat pada
persamaan dibawah ini (Nouri dkk., 2014).
NDVI = (ρNIR – ρRED)/( ρNIR + ρRED) (1)
keterangan:
NDVI = Normalized Difference Vegetation Index
NIR = Near-Infrared (Spektrum Inframerah Dekat)
Red = Red (Spektrum Merah)
Untuk menghitung NDVI dibutuhkan spektrum gelombang merah dan NIR. Spektrum merah dan
NIR adalah gelombang cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu yaitu panjang
gelombang spektrum merah 550–800 nm sedangkan panjang gelombang NIR 700–1300 nm
(Verhulst & Govaerts, 2010). Tanaman yang sehat mempunyai nilai indeks vegetasi yang tinggi
yang disebabkan oleh hubungan terbalik antara intensitas sinar yang dipantulkan vegetasi pada
spektrum merah dan NIR (Purwadhi & Sri, 2001).
Pada penelitian ini digunakan data citra dari wahana Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau
pesawat udara tanpa awak, karena penggunaan UAV memiliki keunggulan dari segi pengambilan
data dan waktu yang dapat dilakukan secara fleksibel, serta dapat mengurangi biaya operasional
dan mendapatkan resolusi yang lebih baik. UAV memiliki kamera multispektral yang terbagi
menjadi dua jenis yaitu kamera yang langsung terintegrasi spektrum RGB dan NIR serta kamera
yang membutuhkan filter bandpass untuk mendapatkan spektrum NIR. Kamera pada UAV yang
terdapat secara komersial hanya memiliki spektrum RGB dan adanya kebutuhan akan data
spektrum NIR maka pada kamera ditambahkan filter bandpass. Penggunaan filter ini bertujuan
untuk mengubah dari sensor kamera RGB menjadi sensor kamera NIR. Setelah didapatkan
spektrum NIR kemudian dilakukan teknik composite band untuk mendapatkan citra multispektral.
Perubahan ini bertujuan untuk mengubah filter dari yang awalnya RGB menjadi NIR, Green, Blue
(NGB) atau menjadi NIR, Red, Green (NRG).
Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian, di antaranya mengenai hubungan spektrum RGB
dan NIR yang diperoleh dari wahana UAV untuk kebutuhan pemantauan kondisi tanaman kelapa
sawit (Uktoro, 2017). Berdasarkan penelitian tersebut, diharapkan di waktu mendatang
pemantauan tingkat kesehatan tanaman akan lebih mudah dilakukan ditinjau dari segi waktu dan
efisiensi biaya serta mengarah pada precision agriculture dengan memasukan unsur teknologi
informasi dan mekanisasi pada bidang perkebunan. Penelitian lain dilakukan oleh Kawamuna dkk.
(2017) yang mengkaji penggunaan NDVI yang diturunkan dari citra Sentinel-2 untuk menentukan
tingkat kesehatan vegetasi bakau. Widiyatmoko dkk. (2017) mengkaji penggunaan NDVI untuk
memantau tanaman akasia yang dijadikan program penghijauan di lahan bekas tambang.
Reka Geomatika – 2
Pinandita Faiz Rifaldi

2. METODOLOGI PENELITIAN
Secara garis besar tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Beberapa tahap
pelaksanaan penelitian ini yang dilakukan adalah (1) Studi literatur, dilakukan dengan
melihat dari penelitian sebelumnya sehingga mendapatkan sumber-sumber tulisan untuk
dijadikan sebagai acuan maupun pedoman dalam pembuatan dan penyusunan penelitian,
(2) Pengumpulan data, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ortofoto RGB
dan ortofoto NIR yang telah terkoreksi geometrik, (3) Pre-processing, dalam pre-
processing mencakup proses cropping citra, mosaic citra, dan band composite pada
ortofoto RGB dan NIR, (4) Transformasi NDVI, (5) Klasifikasi NDVI, dengan menggunakan
acuan berdasarkan pada penelitian Mardiyatmoko dan Suhardiman pada tahun 2017, (6)
Digitasi tajuk tanaman akasia, (7) Pembuatan peta kesehatan tanaman akasia.

Pre-Processing

Gambar 1. Metodologi Penelitian

Reka Geomatika – 3
Pinandita Faiz Rifaldi
Tahapan pelaksanaan penelitian yang dilakukakan, yaitu :
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) di
Kecamatan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatra Selatan
dengan koordinat geografis 2°56’58.02” LS, 105°21’30.73” BT dan 2°56’58.45” LS,
105°21’38.21” BT untuk batas bagian utara serta 2°57’31.03” LS, 105°21’30.98” BT
dan 2°57’30.84” LS, 105°21’38.36” BT untuk batas bagian selatan. Gambar lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Penelitian


B. Data
Berikut adalah data-data yang digunakan pada penelitian ini:
1. Data ortofoto RGB yang telah terkoreksi geometrik. Diakuisisi pada 15 Maret
2019 Pukul 08.20 WIB.
2. Data ortofoto NIR yang telah terkoreksi geometrik. Diakuisisi pada 15 Maret
2019 Pukul 08.20 WIB.

C. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian identifikasi kesehatan tanaman akasia
menggunakan wahana unmanned aerial vehicle dengan kamera RGB dan NIR dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Perangkat Keras
a. Komputer
Pengolahan data peta kesehatan NDVI tanaman akasia dan penulisan laporan
dilaksanakan menggunakan komputer dengan spesifikasi processor Intel i5
Vga Nvidia GTX 950 2Gb Ram 8 Gb.
2. Perangkat Lunak
a. ArcGIS 10.3
Pengolahan data berupa digitasi dan layouting menggunakan ArcGIS 10.3.
b. ENVI 5.3
Pengolahan data band RED dan band NIR menjadi data NDVI menggunakan
ENVI 5.3

Reka Geomatika – 4
Pinandita Faiz Rifaldi
3. HASIL DAN ANALISIS

A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari NDVI foto udara kawasan HTI didapatkan bahwa hasil
identifikasi nilai NDVI untuk analisis kesehatan tanaman akasia terbagi menjadi lima kelas.
Setiap kelas memiliki luasan dan jumlah pohon yang telah diidentifikasi. Menurut
Mardiyatmoko dan Suhardiman pada tahun 2017 pengklasifikasian rentang nilai NDVI dapat
diklasifikasikan menjadi lima kelas yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Akasia


No. Rentang Nilai Keterangan
1 -1 – 0,12 Non Vegetasi
2 0,12 – 0,22 Kesehatan Sangat Rendah
3 0,22 – 0,42 Kesehatan Rendah
4 0,42 – 0,75 Kesehatan Sedang
5 0,75 - 1 Kesehatan Tinggi

Gambar 3. Peta Kesehatan Tanaman Akasia

B. Pola Sebaran Tanaman Akasia


Berdasarkan hasil digitasi tajuk pohon, dengan mengacu pada hasil penelitian Uktoro tahun
2017 dengan melakukan interpretasi tanaman akasia dan yang bukan akasia. Setiap tanaman
akasia ditandai menggunakan titik, titik digunakan juga untuk menghitung jumlah pohon, lokasi
pohon, dan ID tanaman. Setelah dilakukan digitasi tajuk kemudian didapatkan hasil sebaran
pohon akasia. Berdasarkan sebaran pohon akasia dapat diketahui lokasi pohon serta kondisi
tanaman sesuai dengan klasifikasi kesehatan tanaman akasia. Hasil sebaran pohon akasia dapat
dilihat pada gambar 4. Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa tanaman dengan kondisi
tidak sehat didominasi pada bagian barat lokasi penelitian. Kondisi tanaman tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi air, kadar pH, curah hujan, dan suhu yang akan
dibahas lebih lanjut pada sub bab berikutnya.

Reka Geomatika – 5
Pinandita Faiz Rifaldi

Gambar 4. Sebaran Pohon Akasia

C. Analisis
Pada penelitian Uktoro tahun 2017 menjelaskan bahwa NDVI merupakan indeks vegetasi yang
dapat digunakan untuk melihat tingkat kehijauan tanaman yang berhubungan dengan fotosintesis
tanaman tersebut. Dengan asumsi bahwa semakin aktif proses fotosintesis (tanaman sehat) nilai
NDVI akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah tingkat kehijauan tanaman (kurang
subur) akan memberikan nilai NDVI yang semakin rendah.

Tabel 2. Hasil Klasifikasi Tanaman Akasia


No. Rentang Nilai Luasan (Meter²) Jumlah Pohon
1 -1 – 0,12 343389,40 3457
2 0,12 – 0,22 76723,18 4950
3 0,22 – 0,42 55197,30 11796
4 0,42 – 0,75 19137,05 5566
5 0,75 - 1 14424,14 137
Total 508871,10 25906

Gambar 5. Jumlah Pohon Berdasarkan Klasifikasi

Reka Geomatika – 6
Pinandita Faiz Rifaldi
Mengacu pada klasifikasi kesehatan tanaman menurut Mardiyatmoko dan Suhardiman 2017
didapatkan bahwa 13% dari total pohon adalah tanaman mati, 19% yaitu tamanan yang memiliki
kesehatan sangat rendah, 46% merupakan tanaman yang memiliki keadaan kesehatan rendah,
dan 21% dari jumlah pohon merupakan tanaman sehat, sedangkan untuk tanaman akasia yang
memiliki keadaan kesehatan sangat sehat hanya 1% dari total jumlah tanaman akasia. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa jumlah pohon yang memiliki tingkat kesehatan rendah sangat
mendominasi dari kelas lainnya. Pada tabel 2 baris 1 memiliki luasan daerah terbesar dengan
jumlah pohon relatif sedikit, hal tersebut karena didominasi oleh tanaman mati atau tidak memiliki
nilai kehijauan serta didominasi oleh tanah.

D. Analisis Kondisi Air dan Kadar pH


Kawasan Hutan Tanaman Industri di Kecamantan Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir
berada di ketinggian dari 8 – 13 mdpl. Hal tersebut menunjukan bahwa kawasan HTI ini berada
pada kawasan muara yang memiliki air payau. Kondisi di sekitar kawasan sangat mempengaruhi
vegetasi yang ada. Vegetasi tanaman akasia tidak toleran terhadap lingkungan muara seperti
kondisi geografis Kecamatan Air Sugihan yang memiliki air salin (asin) atau payau (Krisnawati
dkk., 2011). Menurut National Research Council pada tahun 1983, menjelaskan bahwa tanaman
akasia yang tumbuh di daerah air payau akan mengalami kondisi kerdil dan kurus. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa lebih banyak tanaman akasia yang tidak sehat. Hal ini
menunjukan bahwa kondisi air di kawasan tersebut berada pada kondisi tidak cocok dengan
tanaman akasia.
Merujuk pada literatur Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2013 diketahui bahwa dataran
marin timur Sumatera merupakan daerah endapan alluvium dari sungai yang berasal dari
pegunungan bukit barisan, pasir marin, koral, dan endapan bahan organik vegetasi marin. Pada
umumnya pH tanah akan bereaksi masam (sulfat masam) lebih rendah dari pH 5. Pada penelitian
Martinus dkk. pada tahun 2019 menjelaskan bahwa kondisi air di wilayah Kec. Air Sugihan yang
sangat masam yaitu memiliki nilai pH kurang dari 3, hal ini dikarenakan di wilayah Air Sugihan
memiliki lahan sulat masam yang kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sementara itu pada
penelitian Syachroni dkk. pada tahun 2018 bahwa persentase hidup tanaman akasia pada pH 5
hanya sebesar 33,64%. Hal ini pula menunjukan bahwa kandungan pH air di kawasan Air Sugihan
mempengaruhi kesehatan tanaman akasia.

E. Analisis Kondisi Curah Hujan dan Suhu


Tanaman akasia tidak tumbuh terus menerus sepanjang tahun pertumbuhan tampak lambat
atau berhenti sebagai respon terhadap kombinasi curah hujan yang rendah dan suhu yang dingin
(Turnbull, 1986). Pemukiman di Air Sugihan dan sekitarnya terletak di dalam zona iklim Indo-
Australia yang bercirikan suhu, kelembaban, dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Musim
hujan berlangsung dari November sampai Juni, dan musim kemarau dari Juli sampai Oktober
(Wijaya, 2000). Pada gambar dibawah ini dapat diketahui bahwa curah hujan di Desa Air Sugihan
pada bulan Maret tahun 2018 pada tingkat menengah yaitu 201-300 mm.

Gambar 6. Peta Distribusi Curah Hujan Sumatera Selatan

Reka Geomatika – 7
Pinandita Faiz Rifaldi

Mangium bisa mengalami kematian jika terkena kekeringan yang parah atau musim dingin
yang berkepanjangan. Pan dan Yang (1987) melaporkan angka kematian yang tinggi pada
mangium berumur 5 tahun setelah mengalami periode waktu dengan suhu rendah (sekitar 5°–
6° C) disertai dengan hujan dingin yang lama. Di habitat alaminya, suhu minimum rata-rata
berkisar 12°–16° C dan suhu maksimum rata-rata sekitar 31°–34° C (National Research Council,
1983). Kondisi suhu rata-rata di lokasi penelitian pada bulan Maret 2019 yaitu 27,4° C. Kombinasi
antara curah hujan dan suhu yang berada di Air Sugihan sudah sangat sesuai dengan kriteria
pertumbuhan tanaman akasia sehingga dari segi curah hujan dan suhu sudah memenuhi kriteria
kesehatan.

F. Analisis Pengaruh Semak Belukar


Terdapat beberapa pendapat ahli tentang pengaruh semak belukar terhadap tanaman akasia.
Pendapat pertama yaitu Krisnawati dkk. pada tahun 2011 penyiangan pada tanaman acacia
mangium perlu dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari belukar,tanaman pemanjat,
dan tanaman pengganggu lainnya seperti gulma yang tidak berbahaya dapat pula dibiarkan
tumbuh di lapangan untuk menjaga persaingan cabang lateral. Sedangkan menurut Sukman dan
Yakup pada tahun 2002 menjelaskan gulma yang muncul dan berkembang lebih dulu atau
bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil
panen tanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil,
sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap
kualitas hasil. Perbedaaan cara penanaman, laju pertumbuhan, dan umur varietas yang ditanam,
serta tingkat ketersediaan unsur hara juga akan menentukan besarnya persaingan gulma dengan
tanaman.
Merujuk pada pendapat ahli di atas bahwa dengan adanya gulma pada sekitar tanaman akasia
dapat mempengaruhi kesehatan akasia, karena gulma dapat mengganggu asupan nutrisi
tanaman akasia yang berada di kawasan HTI. Pada gambar 7. ortofoto tanaman akasia
menunjukan banyaknya gulma atau semak belukar yang tumbuh di sekitar tanaman akasia.

Gambar 7. Kondisi Tanaman terhadap Gulma

Pada gambar 7. menunjukan bahwa keberadaan gulma dapat mempengaruhi kondisi


pertumbuhan tanaman akasia yang di tandai pada gambar. Pada gambar diatas dapat dilihat

Reka Geomatika – 8
Pinandita Faiz Rifaldi
bahwa perbedaan gulma dengan tanaman akasia dari warna kehijauannya, untuk tanaman akasia
memiliki warna kehijauan yang lebih pekat sedangkan untuk gulma memiliki warna hijau yang
lebih muda. Untuk mengetahui bahwa gulma mempengaruhi kesehatan akasia maka dilakukan
pengambilan sampling pada pola sebaran tanaman yang sehat. Dapat dilihat pada gambar 8.
tidak terdapat gulma di sekitar tanaman akasia.

Gambar 8. Kondisi Tanaman Sehat

Reka Geomatika – 9
Pinandita Faiz Rifaldi
4. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan tahapan penelitian dan analisis data mengenai indeks vegetasi tanaman akasia
di Hutan Tanaman Industri Sumatera Selatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara keseluruhan kesehatan tanaman akasia didominasi oleh tanaman dengan tingkat
kesehatan rendah sebersar 46% dengan luasan 55197,30m2 dan jumlah pohon sebanyak
11.796, sedangkan tanaman yang memiliki tingkat kesehatan tinggi hanya 1% dengan
luasan 14424,14m2 dan jumlah pohon sebanyak 137.
2. Berdasarkan hasil sebaran pohon akasia dapat diketahui bahwa tanaman akasia yang tidak
sehat berada pada posisi barat, dimana pada posisi tersebut didominasi gulma.

2. Saran
Guna mewujudkan hasil kesehatan tanaman akasia yang lebih baik di Hutan Tanaman Industri
khususnya di Sumetera Selatan maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan lebih
memperhatikan sensor yang digunakan, waktu pengambilan data, dan kondisi cuaca yang cerah
(tidak berawan) karena dapat mempengaruhi hasil NDVI.

Reka Geomatika – 10
Pinandita Faiz Rifaldi
DAFTAR PUSTAKA

Kawamuna, A., Suprayogi, A. dan Wijaya, A.P. 2017. “Analisis Kesehatan Hutan Mangrove
Berdasarkan Metode Klasifikasi NDVI Pada Citra Satelit Sentinel2”. Jurnal Geodesi UNDIP.
Volume 6, Nomor 1.
Krisnawati, H., Kallio, M. dan Kanninen, M. (2011) Acacia mangium Willd.: ekologi, silvikultur dan
produktivitas. CIFOR, Bogor, Indonesia.
Lemmens, R.H.M.J et al. 1995. “Planth Resources Of South-East Asia”. 5 (2). Timber Trees: Minor
Comercial Timbers. Backhuys Publisher, Leiden. 655p.
Lillesand, T.M., dan kiefer, R.W., (1997), Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Terjemahan),
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mardiyatmoko, Y., Suhardiman, A. (2017). Cadangan Karbon di Wilayah Perkotaan Tenggarong
Berdasarkan Metode Klasifikasi Pada Citra Sentinel 2-A. Vol 1 Nomor 2. Universitas
Mulawarman Samarinda.
Martinus, A., Dwi, S., Yuanita. W. (2019). Dampak Mounding Terhadap Kualitas Air pada Tanah
Sulfat Masam di Lokasi Areal Hutan Tanaman Industri Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Palembang.
National Research Council. 1983. “Mangium and Other Fast-Growing Acacias for The Humid
Tropics”. National Academy Press, Washington, DC, AS.
Nouri, H., Beecham, S., Anderson, S., Nagler, P. (2014). High Spatial Resolution WorldView-2
Imagery for Mapping NDVI and Its Relationship to Temporal Urban Landscape
Evapotranspiration Factors. Remote Sens. 6, no. 1: 580-602.
Pan, Z. dan Yang, M. 1987 Australian acacias in the People’s Republic of China. Dalam: Turnbull,
J.W. (ed.) Australian acacias in developing countries, 136–138. Prosiding ACIAR No. 16.
Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra, Australia.
Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta : Grasindo.
Sukman, Hj. Y, dan Yakub. (2002). Gulma dan Teknik Pengendaliannya Edisi Revisi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Syachroni, S. H., Rosianty, Y., Samsuri, G. S. 2018. “ Daya Tumbuh Tanaman Pionir Pada Area
Bekas Tambang Timah di Kecamatan Bakam, Provinsi Bangka Belitung.” Program Studi
Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Muhamamdiyah Palembang.
Turnbull, J.W. 1986 Australian acacias in developing countries. Prosiding International Workshop
held at the Forestry Training Centre, Gympie, Queensland, Australia, 4–7 August 1986.
Prosiding ACIAR No. 16. Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra,
Australia.
Uktoro, A.I. 2017. “Analisis Citra Drone Untuk Monitoring Kesehatan Tanaman Kelapa Sawit”.
Jurnal Agroteknose, Vol. VIII, No. II.
Verhulst, N., Govaerts, B. 2010. The normalized difference vegetation index (NDVI)
GreenSeekerTM handheld sensor: Toward the integrated evaluation of crop management.
Part A: Concepts and case studies. Mexico, D.F.; CIMMYT.
Widiyatmoko, R., Basuki. W., Lilik. B. P. 2017. Analisis Pertumbuhan Tanaman Revegetasi di
Lahan Bekas Tambang Silika Holcim Educational Forest, Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat.
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (April 2017): 79-88.
Wijaya T. (2000). Pengkajian Endapan Gambut Bersistim Di Daerah Pakiban-Beyuku Kecamatan
Air sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan. Sub Dit. Eksplorasi
Batubara dan Gambut.

Reka Geomatika – 11

Anda mungkin juga menyukai