SKRIPSI
JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
2022
I. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara agraris, menghasilkan beragam jenis hasil bumi yang
berpotensi besar untuk dijadikan sebagai ladang usaha, mulai dari produk pertanian
sampai produk hortikultura, semuanya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Hal
seiring dengan pertumbuhan sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan perekonomian
masyarakat.” Pembangunan pertanian dalam hal ini sub sektor tanaman pangan
khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara
fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri,
Pertanian RI 2013).
Berdasarkan data dari BPS untuk Kabupaten Malang, Produksi kentang pada tahun
2018 diperkirakan sebesar 307.404 kuintal, ketimun sebesar 114.364 kuintal, kubis
sebesar 615.694 kuintal, pada tahun 2019 produksi kentang sebesar 310.311 kuintal,
ketimun sebesar 117.105 kuintal dan kubis sebesar 667.561 kuintal dan pada tahun 2020
produksi kentang sebesar 324.542 kuintal, ketimun sebesar 119.468 kuintal dan kubis
sebesar 724.911 kuintal (BPS, 2021). Peningkatan hasil produksi tanaman hortikultura
ini harus selalu meningkat guna untuk memenuhi pasokan kebutuhan makanan
masyarakat di kabupaten malang seiring dengan pertambahan penduduk di kota malang
mengalami penurunan kedepanya hal hal itu memiliki beberapa faktor diantaranya
iklim. Iklim yang mengalami perubahan dengan indikator seperti kenaikan suhu udara,
muka air laut, dan peningkatan kejadian iklim ekstrim (IPCC 2007, UNFCCC 2007).
Adanya perubahan iklim tersebut mengancam sistem produksi tanaman hortikultura dan
oleh karena itu juga mengancam mata pencaharian para petani khususnya di kabupaten
Malang.
Identifikasi dominasi gulma pada lahan tanaman padi dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis citra satelit. Citra Landsat, SPOT, Ikonos dan Quickbird adalah
beberapa contoh citra satelit resolusi tinggi yang akhir-akhir ini banyak digunakan
untuk pemetaan skala besar. Data citra satelit di Indonesia memiliki beberapa kendala,
salah satunya liputan awan, kabut dan asap merupakan kendala besar dalam penggunaan
teknologi satelit penginderaan jauh sistem optis (Riswanto, 2009). Penggunaan cirta
satelit membutuhkan biaya yang besar untuk memperoleh foto persatuan wilayah.
Pemotretan udara dengan menggunakan pesawat tanpa awak (UAV) atau yang lebih
dikenal dengan drone merupakan salah satu teknologi alternatif untuk mendapatkan data
foto udara lebih detil, real time, cepat dan lebih murah (Shofiyati, 2011). Pada beberapa
udara atau aerial photography untuk beberapa aplikasi seperti foto udara bangunan,
pemantauan banjir, pemantauan lalu lintas, survey, dan masih banyak lagi (Setyasaputra
et al., 2014).
Survei udara telah menjadi metode pemantauan lingkungan dan pemetaan yang
sangat beharga (L. Zhao et all., 2011). Pemantauan udara dengan menggunakan pesawat
tanpa awak menjadi salah satu alternative untuk medapatkan data lebih detail, realtime,
cepat, akurat dan murah Penangan gulma dapat dioptimalkan menggunakan pemetaan
yang akurat, dalam hal ini dengan menggunakan pesawat tanpa awak yang digunakan
untuk mendeteksi pertumbuhan gulma (José M. Peña et al., 2015). Kelebihan lain dari
penggunaan pesawat tanpa awak adalah harga yang cukup terjangkau, pengambilan
gambar yang cepat dan fleksibel, serta informasi yang didapat lebih detail daripada
pengambilan gambar dengan satelit karena pengambilan gambar dengan pesawat tanpa
Maka dari itu pemanfaatan pesawat tanpa awak dalam penelitian ini dapat
kemudian dapat mengambil tindakan untuk mengatasi gulma tersebut. Pesawat tanpa
awak juga dapat memetakan lahan yang yang tidak terserang gulma (Torres Sanchez et
al., 2013) sehingga pengaplikasian herbisida dapat lebih optimal dan dari segi ekonomi
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah pengukuran dominasi
gulma dengan menggunakan pesawat tanpa awak mendapatkan hasil yang akurat serta
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keakuratan dan
kelayakan pesawat tanpa awak dalam mengukur dominasi gulma pada lahan tanaman
Hortikultura
I.4 Hipotesis
pengukuran dominasi gulma pada lahan tanaman Hortikultura secara cepat, akurat dan
efisien.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang dilakukan oleh syuhada dan abdul wahab yang berjudul
2020. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah Produksi ubi kayu pada tahun 2012
mencapai 24.177.372 ton dan mengalami penurunan pada tahun 2013 (23.936.921 ton),
2014 (23.436.384 ton) dan 2015 (21.801.401 ton). Penyebab penurunan ini diduga
karena adanya gulma. Penanganan gulma dapat dioptimalkan dengan pemetaan yang
akurat dengan pesawat tanpa awak sehingga aplikasi herbisida dapat dioptimalkan.
Waktu pemotretan yang lebih singkat dan analisis pemetaan mempercepat pengendalian
gulma, sehingga mencegah kehilangan hasil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui akurasi dan kelayakan drone dalam mengukur dominasi gulma Holtikultura
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Iskandar Hamid yang berjudl Identifikasi
Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan
(agrikan UMMU-Ternate) 2010. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Rata-
rata kerapatan nisbi tertinggi pada areal pertanaman cengkeh di Desa Nalbessy,
Kecamatan Leksula kabupaten Buru Selatan adalah gulma Cilorosus aridus (Don) cing
(32,05%), sedangkan kerapatan nisbi terendah adalah jenis gulma Eleusine indica
(0,82%). (2) Untuk rata-rata frekuensi nisbi tertinggi jenis gulma pada areral
adalah gulma Cilorosus aridus (Don) cing (28,16%), sedangkan rata-rata frekuensi nisbi
jenis gulma pada areal pertanaman cengkeh di Desa Nalbessy adalah jenis gulma
Cilorosus aridus (Don) cing (27,32%), sedangkan dominasi nisbi terendah adalah
Leptochloa chinensis (0,20%) (4) Pengendalian gulma yang dilakukan oleh petani
cengkeh di Desa Nalbessy adalah dengan cara, pengendalian secara mekanis dan
tradisional yaitu, usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-
Penelitian ketiga disusun oleh Herwanto dkk yang berjudul Explorasi dan Studi
Komposisi Botani Gulma di Perkebunan Karet PTPN IX Kebun Getas sebagai Pakan
Ternak Ruminansia. Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis, 2021. Adapun
kesimpulan dari penelitian ini adalah gulma perkebunan karet lahan TBM 1–2 memiliki
komposisi botani dan potensi tertinggi sebagai pakan ternak ruminansia. Gulma yang
Pembangunan Desa Pertanian Berkelanjutan Berbasis Citra Drone (Studi Kasus Desa
Sukadamai Kabupaten Bogor). Institut Pertanian Bogor, 2019. Adapun kesimpulan dari
penelitian ini adalah 1. Luas wilayah Desa Sukadamai, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor adalah 264.55 ha. Analisis penggunaan lahan aktual di desa Sukadamai
Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki potensi besar untuk
berkembang. Hal tersebut merujuk pada luas penggunaan lahan untuk daerah pertanian
mencapai 42.69 persen atau seluas 112.94 ha. Selain itu, penggunaan lahan terbesar
selanjutnya adalah kebun campuran yang mencapai 33.60 persen atau seluas 88.88 ha.
Daerah permukiman dan bangunan lainnya seluas 51.46 atau 19.45 persen dari seluruh
luas lahan Desa Sukadamai. Selanjutnya penggunaan lahan aktual berturut-turut dari
besar ke paling kecil ialah jalan lokal seluas 2.71 ha (1.03 persen). Sungai 2.27 ha
(0.86), kolam perikanan seluas 1.76 ha (0.67 persen), jalan kabupaten seluas 1.94 ha
atau 0.73 persen wilayah desa. Kemudian disusul oleh tanah kosong 0.87 ha
saluran irigasi seluas 0.39 ha (0.15persen) dan terakhir adalah penggunaan lahan untuk
jembatan sebesar 0.01 ha atau 0.01 persen dari luas wilayah desa. (2) Analisis Daya
dukung lahan pertanian di Desa Sukadamai menunjukkan bahwa luas lahan pangan
tersedia (SL) sebesar 266.65 ha, sedangkan kebutuhan lahan (DL) sebesar 1228.55 ha.
Hal tersebut berarti bahwa nilai SL lebih kecil dari DL, maka status daya dukung lahan
antara SL dan DL adalah sebesar 0.22. Kemampuan lahan pangan tersedia hanya
mampu memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) bagi 1 802.57 jiwa atau 21.70 persen
dari jumlah penduduk Desa Sukadamai. (3) Analisis komoditas unggulan menggunakan
atau komoditas unggulan. Komoditas tersebut adalah ubi jalar (LQ = 1.52) dan jagung
(LQ = 1.04). (4) Berdasarkan Nilai bobot alternatif pada analisis AHP maka
perencanaan pembangunan pertanian berkelanjutan di desa Sukadamai dapat dimulai
dengan penerapan inovasi intensifikasi lahan yang efektif dan efisien, bobot nilai
petani dalam penerapan pertanian berkelanjutan (0.20). Prioritas alternatif ketiga adalah
Penelitian kelima disusun oleh Muh. Farid BDR dkk dengan judul Penggunaan
Takalar. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah Penggunaan teknologi untuk
bidang pertanian seperti UAV diyakini bisa memberi banyak keuntungan kepada pelaku
industri pertanian, terkhusus kepada petani. Proses pemantauan dan deteksi dini
serangan hama, penyakit, kekurangan nutrisi, hingga prediksi waktu dan hasil panen
menggunakan UAV telah menjadi terobosan baru dibidang pertanian. Hal ini sangat
bermanfaat untuk membuat keputusan atau kebijakan yang tepat dalam mengelola suatu
sumbedaya lahan.
Tanpa Awak Untuk Pemetaan Dan Pemantauan Tanaman Dan Lahan Pertanian. Adapun
kesimpulan dari penelitian tersebut adalah Pesawat tanpa awak (UAV) merupakan
piranti yang berguna untuk berbagai aplikasi pertanian, walaupun masih banyak
kekurangan. Peralatan yang relatif murah dan mudah digunakan sangat diperlukan
untuk aplikasi ini. UAV untuk aplikasi inderaja patut dikembangkan di Indonesia
pengoperasiannya, fleksibilitas waktu dan areal pemotretan yang diinginkan, biaya yang
relatif lebih murah dibandingkan harga perekaman dengan satelit, merupakan kelebihan
yang harus diperhitungkan. Peralatan yang kecil dan mudah digunakan bisa efektif
untuk skala lapangan dan aplikasi yang memerlukan ketepatan waktu. Sensor pada
UAV yang dapat menyamai sensor pada satelit, dapat digunakan untuk aplikasi di
bidang pertanian. Citra UAV yang beresolusi tinggi memiliki potensi besar untuk
identifikasi dan pemantauan lahan pertanian dan pada skala besar. Penggunaan piranti
ini di Indonesia masih terkendala oleh keterbatasan teknologi yang tersedia dan
pengkajian masih perlu terus dilakukan untuk mengembangkan teknik ini secara
operasional agar citra atau foto dapat diolah menjadi informasi pertanian yang berguna
baik untuk operasional di lapangan maupun untuk dasar acuan bagi pengambil
kebijakan.
Penelitian ketujuh disusun oleh Muhammad Azizul Hakim dkk, dengan judul
Pemanfaatan Pesawat Tanpa Awak Untuk Pemetaan Dan Identifikasi Penutupan Lahan
Pada Kawasan Hutan Pendidikan Unmul. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah
lunak Agisoft Photoscan. Dari hasil 949 pemotretan foto udara pada Kawasan HPFU,
yang cukup baik. Berdasarkan hasil interpretasi melalui foto udara pada kawasan HPFU
untuk penggunaan lahan didapatkan 12 jenis penggunaan lahan dan tutupan lahan.
Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan (>90 %) terdiri dari Hutan sekunder dengan luas
269,36 ha, disusul oleh Belukar rawa 9,62 ha, Lahan terbuka 5,75 ha, Aren 4,13 ha,
Tubuh Air 2,51 ha, Kebun Sawit 1,41 ha, Semak 0,98 ha, Tambang 0,68, Pemukiman
0,64 ha, Tambak Ikan 0,30 ha, Kebun Buah Naga 0,26 ha dan Pertanian Lahan Kering
0,23 ha.
Penelitian kedelapan disusun oleh sugeng dkk, dengan judul Pesawat Tanpa Awak
Untuk Pemetaan Area Perkebunan Unmanned Aeril Vehicle (UAV) for Mapping
Plantation Area. Kesimpulan dari penelitian ini adalah didapatkan beberapa poin
mengenai perancangan Pesawat Tanpa Awak jenis Fixed Wing: 1) Fixed Wing sudah
dapat menyelesaikan misi pemantauan dan pemetaan dengan baik. 2) Konstruksi atau
Struktur dari fixed wing dapat dibuat lebih cepat juga lebih kuat dibandingkan desain
fixed wing sebelumnya. 3) Wahana terbang sudah memiliki sistem pengambilan gambar
yang baik. 4) Resolusi pengambilan gambar sudah sangat kecil yang mencapai
1,4cm/piksel jika dibanding kan dengan citra satelit. 5) Penggunaan gimbal membuat
Penelitian kesembilan disusun oleh Fadil Irsyad, dengan judul Aplikasi Foto Udara
Untuk Memprediksi Potensi Sawah Kota Solok Dengan Menggunakan Pesawat Tanpa
Awak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan pesawat tanpa awak
dapat menghasilkan foto udara dengan resolusi tinggi dan hemat biaya. Hasil foto udara
dapat di analisis dengan melakukan palete warna ditunjukan sawah dengan indek
vegetasi rendah berwarna hijau muda, sedang yang indek vegetasinya tinggi ditunjukan
dengan warna hijau tua. Luasan sawah Kota Solok pada tahun 2015 yakni 811.58 ha,
dan telah terjadi penurunan luasan sawah dari 869.723 ha di tahun 2012 sebesar 6.68 %
di tahun 2015. Hal ini menjadikan potensi produksi padi di Kota Solok menjadi
berkurang. Total produksi padi di tahun 2015 untuk satu musim tanam didapatkan
sebesar 2028.94 ton. Teknologi UAV dengan biaya murah dapat diterapkan secara
operasional di Indonesia untuk beberapa aplikasi inderaja, antara lain pengelolaan lahan
global.
Penelitian kesepuluh disusun oleh Muhammad Asri Jasmiyah dkk, dengan judul
Analisis Tinggi Tanaman Tebu Dengan Menggunakan Citra Drone (Unmanned Aerial
Vehicle) Pada tinggi Terbang Dan Overlap yang berbeda Dalam Model 3D. adapun
kesimpulan dari penelitian ini adalah tanaman tebu dengan menggunakan citra drone
(Unmanned Aerial Vehicle) pada tinggi terbang dan overlap yang berbeda dalam Model
3D maka perlakuan yang terbaik terdapat pada perlakuan tinggi terbang drone 50 meter
dengan overlap 65% (T50O65) dengan koefisien korelasi 0,96, rata-rata persentasi
akurasi tinggi tanaman tebu yaitu 79% dan rata-rata selisih tinggi tanaman tebu yaitu
2.2 Holtikultura
Hortikultura berasal dari bahasa latin, yaitu hortus (kebun) dan colere
dengan budidaya intensif tanaman yang di ajukan untuk bahan pangan manusia
tanaman hias, hortikultura saat ini menjadi komoditas yang menguntungkan karena
konsumsi bahan pangan cenderung bergeser pada bahan non pangan. Konsumsi
tanaman hias; Biofarmaka yang mempelajari tanaman obat. Istilah tersebut tidak
Misalnya terdapat buah-buahan seperti nangka muda, pepaya muda, keluwih, digunakan
sebagai sayuran. Demikian juga jenis buah-buahan yang digunakan sebagai buah
berikut :
1. Buah-buahan
2. Sayuran
3. Tanaman Hias
2.3 Gulma
Budidaya berbagai jenis tanaman baik tanaman pangan maupun perkebunan tidak
terlepas dari keberadaan gulma. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar
kualitas produksi dan dapat menjadi sarang hama dan penyakit. Gulma harus segera
(1986) : ”Gulma merupakan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak
unsur hara tanaman mendorong efek allelophaty “. Zat allelophaty adalah zat yang
Penurunan hasil produksi yang diakibatkan gulma dapat mencapai 50% sehingga
salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman budidaya
adalah melalui pengendalian gulma secara efektif dan efisien (Setiawan et al., 2014).
Petani di Indonesia umumnya menggunakan herbisida untuk pengendalian gulma, akan
tetapi dinilai kurang efisien karena dalam penggunaannya petani tidak menerapkan
Penggunaan herbisida yang berlebihan atau tidak sesuai dosis dapat menyebabkan
kerusakan serta pencemaran pada lingkungan dan kontaminasinya pada air (Solahudin
et al., 2010).
Pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle) adalah sebuah mesin terbang yang
berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya
sendiri. Biaya yang digunakan dalam memperoleh data menggunakan pesawat tanpa
awak relatif terjangkau, waktu yang cepat serta aman dalam berbagai kondisi cuaca
(Shofiyanti, 2011). Kontrol pesawat tanpa awak ada dua variasi utama, variasi pertama
yaitu kontrol melalui pengendalian jarak jauh dan variasi kedua adalah pesawat terbang
terbang. Pesawat tanpa awak merupakan teknologi yang dapat membantu mengefisiensi
pengeluaran serta pendapatan pertanian. Pesawat tanpa awak dapat membantu petani
dalam mengelola lahan pertanian yang cukup luas dengan biaya rendah (Ahmad Suhaizi
et al., 2017).
kemunculan gulma serta untuk memetakan lahan yang tidak terserang gulma (José
Manuel Peña et al., 2013; Torres Sanchez et al., 2013). Pengambilan sampel
menggunakan pesawat tanpa awak pada ketinggian 30m dan data pengindraan jarak
jauh pada ketinggian 60m dan 100m secara akurat mampu menentukan jumlah gulma
dan pemetaan pemberian herbisida (Borra Serrano et al., 2015) sehingga pengaplikasian
herbisida dapat lebih optimal dan dari segi ekonomi juga lebih baik. Singkatnya waktu
pengambilan gambar dan analisis pemetaan membuat pengendalian gulma lebih tepat
waktu, hal ini dapat mencegah kerugian hasil produksi akibat serangan gulma (de
Castro et al., 2018). Pesawat tanpa awak dilengkapi alat atau sistem pengendali terbang
melalui gelombang radio, navigasi presisi (Ground Positioning System - GPS dan
Pengukuran Inertial Unit), dan kontrol elektronik penerbangan serta kamera dengan
resolusi tinggi. Kamera tersebut terdapat band merah, hijau, dan NIR (Near Infra Red)
mendekati band 2, 3, dan 4 pada citra Landsat TM, yang digunakan sebagai data untuk
perhitungan untuk menentukan nilai kerapatan tajuk vegetasi, kemudian nilai kelas
NDVI tersebut diklasifikasi ulang (reclass) menjadi tiga kelas, yaitu kerapatan jarang,
sedang dan rapat (Purwanto, 2015). Pemetaan menggunakan indeks vegetasi sederhana
kapasitas berat muatan dari pesawat tanpa awak, maka sulit untuk mendapatkan data
yang lebih detail. Sistem pencitraan multispektra adalah sistem pencitraan yang lebih
tajam pada pesawat tanpa awak untuk mencapai hasil yang sangat baik, akurat dan data
yang efisien, akan tetapi semakin besarnya data vegetasi yang didapat semakin
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2022 sampai dengan Mei
2022. Penelitian di lapang dilaksanakan selama tiga hari yaitu pada tanggal 04 –
26 Mei 2022 di lahan budidaya Holtikultura di desa Ledok Ombo kec Pakis,
Kabupaten Malang.
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah software Q-GIS, Pesawat
Tanpa Awak tipe DJI Phantom 4 Pro V2.0 dengan kamera 20 MP, alat tulis dan
alat dokumentasi.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah gulma dan lahan
Metode penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap persiapan,
diatas.
Tahap awal adalah tahap persiapan mencari metode dan juga mempelajari
penggunaan aplikasi Q-GIS karena aplikasi ini sangat menunjang penelitian, selain itu
dilakukan juga pencarian lokasi yang akan digunakan sebagai objek dalam penelitian ini
yaitu lahan budidaya Holtikultura dengan terdapat gulma sehingga penelitian dapat
dilaksanakan.
pesawat tanpa awak dengan bantuan dari pilot yang sudah ahli. Pengambilan
citra dilakukan pada ketinggian 100 m menggunakan pesawat tanpa awak tipe
DJI Phantom 4 Pro V2.0 dengan kamera 20 MP. Pengolahan data foto udara
dilakukan manual oleh pilot sehingga didapatkan peta jadi.Pengolahan data foto
build DSM hingga exporting peta ortho. Align photo merupakan proses
cloud merupakan pemrosesan foto hasil alignment sehingga terdapat titik yang
merupakan penggabungan foto - foto hasil pemotretan pesawat tanpa awak yang
dengan mendigitasi peta secara manual, dengan peta sensor RGB kemudian
didigitasi pada setiap kelas. Setiap kelas didapat secara manual dengan
pengamatan berdasarkan foto udara sensor RGB oleh surveyor. Setiap kelas
diwakilkan oleh warna hijau untuk luas tajuk, biru untuk luas gulma, jingga
untuk luas tanah terbuka dan hitam untuk bayangan untuk memudahkan
pengamatan. Digitasi peta bertujuan mengubah data raster menjadi data vektor,
jalan, rumah, tanah kering, vegetasi dan lain sebagainya. Metode yang ke 2 yaitu
peta diolah terlebih dahulu menggunakan metode indeks vegetasi atau NDVI
menggunakan aplikasi QGIS dan kemudian didapatkan nilai indeks vegetasi atau
NDVI. Indeks vegetasi atau NDVI sendiri adalah indeks yang menggambarkan
NDVI kemudian didigitasi setiap kelasnya berdasarkan nilai kehijuan pada peta
NDVI. Setiap kelas diwakilkan oleh warna hijau untuk luas tajuk, biru untuk
luas gulma, jingga untuk luas tanah terbuka dan hitam untuk bayangan untuk
memudahkan pengamatan.
Rumus NDVI yang akan digunakan adalah sebagai berikut (Amliana et al.,
2016):
Keterangan:
NIR = radiasi inframerah dekat dari piksel.
Red = radiasi cahaya merah dari piksel.
RGB, sehingga untuk mencari nilai NDVI menggunakan Band 1 sebagai nilai
didapat luas setiap bagian yang telah didigitasi, kemudian dikaji tentang
dominasi gulma yang ada pada lahan budidaya Holtikultura. Hasil dari kedua
metode diuji menggunakan SPSS dengan uji korelasi pearson agar didapat hasil
1. Melakukan digitasi manual pada peta yang sudah jadi dalam format tiff,
2. Menghitung hasil digitasi dari kedua model peta kedalam rumus quarry yaitu
1. Melakukan analisis dengan metode NDVI pada peta yang sudah jadi dalam
format tiff.
2. Melakukan digitasi pada peta hasil metode NDVI, kemudian hasil digitasi
tersebut, yaitu:
1. Memasukan hasil dari quarry pada aplikasi QGIS ke dalam Ms. Excel
dan kecil pada setiap segmentasi, luas kanopi besar, sedang dan kecil didapat
seluruh data setiap segmentasi dibagi 3 agar nilai keseluruhan data lebih kecil
2. Mencari nilai rata – rata, nilai standar deviasi, nilai minimum, nilai
4. Melakukan uji korelasi pearson untuk mencari tahu persamaan pada metode
yaitu setiap kelas pada digitasi manual dan klasifikasi berdasarkan NDVI.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Suhaizi, M. S., Norida, M., Nik Norasma, C, Y., & Wan Fazilah, F. I. (2017).
Teknologi Aplikasi Dron Untuk Pertanian. 44–48.
Amliana, D., Prasetyo, Y., & Sukmono, A. (2016). Analisis Perbandingan Nilai NDVI
Landsat 7 Dan Landsat 8 Pada Kelas Tutupan Lahan (Studi Kasus : Kota
Semarang, Jawa Tengah). Jurnal Geodesi Undip, 5(1), 264–274.
Borra Serrano, I., Peña, J. M., Torres Sánchez, J., Mesas Carrascosa, F. J., & López
Granados, F. (2015). Spatial Quality Evaluation of Resampled Unmanned Aerial
Vehicle-Imagery for Weed Mapping. Sensors (Switzerland), 15, 19688–19708.
De Castro, A. I., Torres Sánchez, J., Peña, J. M., M., F., Brenes, J., Csillik, O., &
Granados, F. L. (2018). An Automatic Random Forest OBIA Algorithm for
Early Weed Mapping Between and Within Crop Rows Using UAV Imagery.
Remote Sensing, 10(285), 1–21. https://doi.org/10.3390/rs10020285
Hasibuan, A., & Pohan, T. H. (2017). Aplikasi Pemetaan Bayangan Untuk Mengubah
Citra Dua Dimensi Menjadi Tiga Dimensi Menggunakan Algoritma Z-Buffer.
Water Science and T Echnology, 53, 304–313.