Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

TRACTOR SOIL FERTILITY: MENJAGA KESUBURAN


TANAH DENGAN TRAKTOR ROTARI GUNA
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DI ERA
REVOLUSI 4.0

BIDANG KEGIATAN
PKM GAGASAN TERTULIS

Dosen Pengampu:
Dr. Lilik Wahyuni, M.Pd

Diusulkan Oleh:
Syafina Fadhilah 205040201111029 2020

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia tidak lepas dari kebutuhan primer seperti pangan untuk
mencukupi kebutuhan fisiknya. Sebab manusia membutuhkan makan untuk
menghasilkan energi dalam tubuhnya. Semua makanan manusia berasal dari
tanaman dan hewan yang diternakkan. Tanaman memerlukan media untuk
tumbuh dan berkembang. Media yang sangat penting dan paling esensial yaitu
tanah. Di bidang pertanian khususnya bududaya pertanian, diperlukan
beberapa tahap hingga pada akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca
panen.
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan
produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan
ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas
hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara- negara
tetangga Asia menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian
diawali dengan penataan lahan (konsolidasi lahan) (Pratiwi, Ali, Setiawan,
Budiyanto, & Sucahyo, 2017), keberhasilan dalam pengendalian air, masukan
teknologi biologis, dan teknologi kimia.
Proses pengolahan lahan berfungsi untuk menggemburkan tanah,
menghilangkan kotoran, sampah dan gulma pada tanah. Proses pegolahan
lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan. Pengolahan tanah awalnya
dilakukan secara konvensioal atau secara tradisional, dengan menggunakan
tenaga hewan ternak (sapi, kerbau, dan kuda). Seiring dengan perkembangan
zaman, pengolahan tanah konvensional diganti dengan pengolahan
secaramodern menggunakan teknologi yang canggih. Alat-alat sederhana yang
umumnya digunakan untuk mengolah tanah seperti cangkul, parang, sabit dan
lain-lain, sekarang diganti dengan bajak dan garu yang di modifikasi dengan
traktor. penggunaan pengolah tanah dengan menggunakan tenaga mesin lebih
efisien dan efektif
Dalam proses-proses tersebut yang merupakan proses awal adalah
pengolahan tanah (soil tillage). Pada proses ini berfungsi untuk
menggemburkan tanah, menghilangkan kotoran, sampah dan gulma pada
tanah. Proses pengolahan lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan.
Pengolahan tanah merupakan suatu proses dimana terjadi olah tanah dengan
menggunakan alat manual seperti cangkul, dan garu, atau alat modern seperti
menggunakan traktor bajak singkal dan rotary.
Menurut Rizaldi (2006), pengolahan tanah dilakukan oleh manusia pada
lahan pertanian bertujuan untuk menciptakan kondisi fisik, dan biologis tanah
yang lebih baik dengan suatu kedalaman tertentu agar sesuai bagi
pertumbuhan tanamanan. Adapun dua jenis bajak yaitu bajak singkal dan
bajak rotary. Bajak singkal berguna untuk melempar dan membalikan tanah
untuk menggemburkan tanah olahan. Pengolahan tanah menggunakan bajak
singkal dapat memperoleh bongkahan tanah yang masih cukup besar dan
padat, biasanya masih di perlukan tambahan pengerjaan untuk mendapatkan
hasil tanah yang lebih halus.
Sedangkan bajak rotary merupakan bajak yang memiliki banyak mata
pisau untuk mencacah tanah, selain untuk mencacah tanah mata pisau pada
bajak rotary juga cukup baik untuk mencacah gulma. Sifat Fisik Tanah adalah
mempelajari sifat-sifat tanah seperti tekstur tanah, stuktur, konsistensi,
kandungan dan gerakan-gerakan air dalam tanah, suhu tanah dan lain-lain
(Hardjowigeno, 2003).
Penelitian kualitatif deskriptif. Hal tersebut dilakukan peneliti untuk
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi secara
faktual, sistematis dan akurat. Pada penelitian ini, peneliti berusaha
mendeskripsikan peristiwa yang menjadi pusat penelitian tanpa memberikan
perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.
1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Program Kreativitas Mahasiswa


bidang Gagasan Tertulis ini adalah:

1. Mengidentifikasi komponen dan mekanisme kerja konsep tractor soil


fertility

2. Mengetahui langkah-langkah penerapan konsep penjagaan kesuburan lahan


menggunakan tractor soil fertility
3. Mengetahui kelayakan penerapan konsep tractor soil fertility

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam penulisan Program Kreativitas Mahasiswa bidang


Gagasan Tertulis ini adalah:

1. Bagi Masyarakat: Meningkatkan ketersediaan pangan berupa hasil tani.

2. Bagi Akademisi: dapat mengembangkan dan mengaplikasikan wawasan secara


langsung ke masyarakat dan untuk Indonesia serta sebagai konsep futuristik
bersama untuk mewujudkan Indonesia yang lebih ramah lingkungan.

4. Bagi Lingkungan Sekitar: dapat membantu perekonomian warga sekitar

1.4 Luaran

Luaran yang diharapkan dalam penulisan Program Kreativitas Mahasiswa bidang


Gagasan Tertulis ini adalah:

a. Riset konsep futuristik keberlangsungan alat bantu pertanian di Indonesia dalan


menghadapi pasar persaingan global, serta sebagai konsep inovatif untuk
meringankan pekerjaan petani.

b. Penerapan teknologi modifikasi atau rancangan mesin tractor soil fertility


menggunakan prinsip rotary hand agar meningkatkan produktivitas petani dalam
menghadapi revolusi industri 4.0.

c. Terbentuknya artikel ilmiah Luaran yang diharapkan dari gagasan ini adalah
publikasi dalam bentuk artikel ilmiah yang memuat ide serta konsep dari tractor
soil fertility . Potensi publikasi artikel ilmiah akan membuat masyarakat maupun
pihak-pihak terkait lebih mengenal konsep tractor soil fertility untuk mendukung
perwujudan konsep ini di masa mendatang.

2. GAGASAN

2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan


Pada hakikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali kepada
alam, yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras
dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada
kaidah-kaidah alamiah. Kata “berkelanjutan” sekarang ini digunakan secara
meluas dalam lingkup program pembangunan, keberlanjutan dapat diartikan
sebagai ”menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”, ”kemampuan untuk
bertahan dan menjaga agar tidak merosot”.

Dalam konteks pertanian, berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya


yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang
berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumber daya alam. Di negara-negara selatan seperti Indonesia,
dicanangkan program intensiifikasi usaha tani, khususnya padi sebagai makanan
pokok, dengan mendorong pemakaian benih varietas unggul (high variety vield),
pupuk kimia dan obat-obatan pemberantas hama dan penyakit. Kebijakkan
pemerintah saat itu memang secara jelas merekomondasaikan penggunaan energi
luar yang dikenal dengan paket Panca Usaha Tani, yang salah satunya
menganjurkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida.

Terminologi pertanian berkelanjutan (susitainable agriculture) sebagai


padanan istilah agroekosistem pertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an
oleh pakar pertanian FAO (Food Agriculture Organization) Argoekosistem sendiri
mengacu pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan campur tangan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu, untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan manusia.

Selain sistem pertanian berkelanjutan, di Indonesia juga masih ada yang


menggunakan sistem tradisional saat ini seperti sistem ladang merupakan sistem
pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya
pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum,
produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang
terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang
berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang
diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi.
Petani zaman sekarang menggunakan istilah pertanian berkelanjutan
dengan agro ekosistem yang berupaya memadukan antara produktivitas
(productivity), stabilitas (stability), pemerataan (equlity), jadi semakin jelas
bahwa konsep agroekosistem atau pertanian berkelanjutan adalah jawaban
kegamangan dampak green revolution antara lain di tenggarai oleh semakin
merosotnya produktivitas pertanian (leaffing off)

2.2 Solusi yang Pernah Ditawarkan Sebelumnya

Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak, akan diperoleh bongkah-


bongkah yang masih cukup besar, biasanya masih diperlukan tambahan
pengerjaan untuk mendapatkan keadaan tanah yang lebih halus lagi. Dengan
menggunakan bajak putar maka pengerjaan tanah dapat dilakukan sekali tempuh.
Bajak putar/bajak rotary dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun
tanah sawah. Kadang-kadang bajak putar ini digunakan untuk mengerjakan tanah
kedua dan juga dapat digunakan untuk melakukan penyiangan ataupun
pendangiran. Penggunaan bajak putar untuk pengolahan tanah dapat diharapkan
hasilnya baik, bila tanah dalam keadaan cukup kering atau basah sama sekali.

Untuk mengatasi lengketnya tanah pada pisau dapat dilakukan dengan


mengurangi jumlah pisau dan mempercepat putaran dari rotor dan memperlambat
gerakan maju. Makin cepat perputa ran rotor akan lebih banyak daya yang
digunakan tetapi diperoleh hasil penggemburan yang lebih halus. Dalam
penggunaan, dipilih kebutuhan daya yang terkecil tetapi memenuhi persyaratan
ukuran partikel tanah yang dituntut oleh tanaman. Salah satu masalah dari
penggunaan bajak putar ialah apabila di dalam tanah terdapat benda-benda keras:
untuk itu biasanya diadakan pengamanan (dilengkapi per-per pada pisaunya,
adanya pengamanan slip pada mesinnya).

Berdasarkan atas sistem pengambilan daya untuk menggerakkan rotor dan


pisau dari bajak putar, jenis bajak putar secara garis besar dibedakan menjadi dua,
yaitu:

1. bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah
dari tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).
2. bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dati pto traktor, yang sekaligus
traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor). Prinsip kerja
bajak putar Pisau-pisau dipasang pada rotor secara melingkar hingga beban
terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap. Pada waktu
rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan memotong tanah.

Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan tergantung pada


kedalaman dan kecepatan maju. Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau
diakibatkan daya dari motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya
khusus sampai ke rotor tersebut. Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar
kecil yang digerakkan dengan traktor tangan biasanya menggunakan sistem
hubungan roda cakra dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang
digerakkan dengan traktor besar, biasanya menggunakan universal joint.

Bagian-bagian bajak putar yaitu :

1. Pisau, berfungsi untuk mencacah tanah pada waktu pengolahan tanah


dengan bajak putar dilakukan. Pisau ini juga cukup baik untuk mencacah gulma
maupun seresah, namun tidak dapat menutupnya dengan tanah secara baik seperti
bila menggunakan bajak singkal maupun bajak piringan. Besar dan jumlah pisau
disesuaikan dengan daya penggerak dan keperluannya. Cara pemasangan pisau
dalam hubungannya dengan bentuk permukaan dan hasil pengolahan tanah dapat
dilihat pada gambar.

2. Poros putar, berfungsi untuk memutar rotor-rotor bajak putar.

3. Rotor, berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak


putar.

4. Penutup belakang (rear shield), berfungsi membantu penghancuran


tanah.

5. Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman.

Berikut cara dasar pengoperasian mesin :


1. Menghidupkan mesin (enjin) Traktor yang menggunakan enjin diesel
dihidupkan dengan engkol. Mula-mula engkol dipasang pada poros engkol
(cranksaft). Setelah gas dibesarkan sedikit, engkol diputar bebrapa kali sampai
putarannya cukup untuk menghidupkan enjin. Sewaktu pemutaran, jangan lupa
menarik alat penghilang kompresi (dekompresi lever). Penting : Sebelum kita
mengengkol mesin, gigi/ persnelingharus dalam posisi netral.

2. Memajukan traktorTraktor baru dapat maju setelah enjin dihidupkan. Setelah


itu periksalah apakah gigi/persnelingsudah netral dan kopling pada posisi OFF.
Kemudian masukkan gigi/persnelingdengan menggunakan tongkat persnelingke
gigi maju (1,2,3, atau 4) dan lepaskan atau ”ON” - kan pelan-pelan.

3. Menghentikan traktor Traktor dihentikan cukup dengan menarik tongkat


kopling ke belakang, yaitu ke posisi OFF. Kalau dalam posisi OFF traktor belum
berhenti, itu berarti penyetelan kopling tidak baik atau pringannya sudah aus.
Setelah traktor berhenti, segera netralkan gigi kembali dan turunkan gas (idle)

4. Membelokkan traktor Membelokkan traktor sewaktu bekerja dilakukan dengan


menggunakan steering clutch/kopling pembelok kiri dan kanan. Sewaktu
membelok, jangan lupa menurunkan gas dan mengangkat sedikit bagian belakang
traktor agar pembelokannya lebih mudah dilaksanakan. Hal ini perlu dilakukan
terutama kalau bekerja di tanah yang lembek dan basah. Jika tidak ada
kemungkinan traktor terbenam, tekanlah kopling pembelok kiri bila hendak
membelok ke kiri dan tekanlah yang sebelah kanan kalau hendak membelok ke
kanan.

5. Memundurkan traktor (khusus traktror yang dilengkapi dengan


persnelingmundur). Kopling pada posisi OFF. Setelah itu, masukkan gigi ke gigi
mundur (ada tanda R) kemudian lepaskan kopling dan gas jangan terlalu
besar.Perhatian : Melepaskan kopling harus pelan-pelan/ jangan sekaligus, hal ini
untuk mencegah kecelakaan yang mungkin akan terjadi.

6. Menjalankan lurus ke depan Traktor harus dapat berjalan lurus ke depan selam
beroperasi, ini untuk mempermudah operator dalam melakukan pekerjaan
selanjutnya dan mungkin traktor akan sering terbenam, terutama jika tanahnya
basah dan lembek. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Operator harus dapat memandang lurus ke depan.

b. Peganglah pegangan/handle dengan lentur dan tidak kaku.

c. Jika traktor membelok ke kiri atau ke kanan, tekanlah segera kopling pembelok
kanan atau kiri.

d. Kalau menggunakan ban karet, usahakanlah agar tekanan angin ban kiri dan
kanan sama.

7. Melintasi gelengan/bedengan Masukkan persnelingrendah, dan lepaskan


kopling pelan-pelan, gas jangan terlalu besar. Traktor jangan tegak lurus dengan
gelengan, tetapi agak miring sedikit dan rotary jangan berputar. Perhatian : Bila
traktor terguling dan keadaan sawahnya berair, maka segera turunkan gas atau
langsung mematikan mesinnya.

8. Menanjak/menuruni tanah yang miring Masukkan persnelingke gigi rendah


(gigi 1 atau 2). Putaran mesin jangan terlalu tinggi. Perhatian : Jangan
memindahkan gigi sewaktu menanjak, karena ketika kopling ditarik ke belakang
(posisi OFF), ada kemungkinan traktor mundur akibat beratnya sendiri. Begitu
pula jangan menekan kopling pembelok.

9. Menjalankan traktor pada tanah yang berlumpur Jangan menekan salah satu
koping pembelok (kiri atau kanan) terlalu lama, karena salah satu roda dapat
masuk terus ke tanah/Lumpur hingga dapat terbenam.

10. Menggunakan traktor di tanah yang berdebu Jika traktor digunakan pada tanah
yang berdebu, saringan udara (air cleaner) harus sering diperiksa, karena lebih
cepat kotor. Oli pada saringan udara tersebut harus segera diganti dan saringannya
dibersihkan

2.3 Langkah-langkah Implementasi


Pada tahapan pertama dilakukan adalah dengan mempersiapkan lahan,
irigasi, drainase, dan pembuatan demplot. Masing-masing demplot luasnya 20- 40
are. Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan dua macam cara yaitu
menggunakan bajak singkal dan rotary, pengolahan lahan berfungsi untuk
menggemburkan tanah sehingga mengembalikan porositas. Bajak singkal
menggemburkan dengan cara membalikan tanah. Sedangkan bajak rotary
menggemburkan dengan cara mencacah tanah. Lalu dilakukan pengambilan
sample tanah dilakukan pada umur 6 minggu setelah olah tanah untuk fase
vegetatif, umur 8 minggu untuk fase vegetatif ke generatif, dan 12 minggu untuk
fase generatif.

Setelah itu dilakukan pengumpulan data dalam penghitungan memperhatikan


beberapa hal yang berkaitan dengan sifat fisik tanah yaitu menghitung tekstur
tanah, porositas tanah, berat jenis partikel, berat jenis volume dan produktivitas.
Lalu dilakukan analisis data dengan mengkompilasi data pengukuran porositas,
berat jenis, dan berat volume, selanjutnya akan dilakukan validasi data. Uji ini
dilakukan untuk menentukan apakah data yang diuji berdistribusi normal atau
tidak. Jika uji ini tidak dilakukan maka uji statistik menjadi tidak valid atau bias
terutama untuk sampel kecil. Selanjutnya setelah validasi adalah analisis data,
dimana penelitian ini akan menggunakan Uji-t, dimana untuk mengetahui apakah
ada perbedaan antara pengolahan dengan bajak singkal dan pengolahan dengan
bajak rotary.

2.4 Pihak yang Membantu Mengimplementasikan

Gagasan ini dapat terwujud dengan kontribusi berbagai pihak, baik pihak
pemerintah maupun pihak masyarakat. Jadi, memerlukan pembahasan yang
menyangkut beberapa instansi. Pihak atau instansi yang berkontribusi yaitu pihak
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Badan Perencanaan
Pembangunan Kota (BAPPEKO), Dinas Perhubungan serta Kepala Daerah.
Dalam perencanaan ini Dinas Lingkungan Hidup berperan dalam mengawasi
proses pembangunan dan pengaplikasian alat agar tidak merusak lingkungan
hidup.
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang berperan dalam menetapkan penyusunan data
dan informasi bahan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) serta perencanaan pembangunan alat agar sesuai dengan peraturan
daerah tentang ruang terbuka hijau dan Dinas Kehutanan dan Pertanian dalam hal
ini berperan dalam pembangunan instalasi mesin tractor soil fertility. Dinas
Perhubungan berperan sebagai sumber data tingkat kepadatan lalu lintas tinggi.
Kepala Daerah berperan sebagai pihak yang memberikan izin mengenai
pemasangan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang konsep tracto soil fertility.

2.5 Langkah-langkah Implementasi Gagasan

Adapun langkah-langkah pengimplementasian gagasan ini adalah:

1. Survei Lokasi dengan lahan olahan sawah (Tahun 1)

Survei dilakukan di lokasi lahan pertanian dengan menggunakan alat bajak


tradisional dan lahan kosong yang akan digunakan untuk pertanian

2. Pembuatan Kerangka (Tahun 2-4)

Pada instalasi mesin tractor rotary semua kerangka dan filter dirancang sesuai
dengan kondisi lapangan yang telah diamati. Kerangka dibuat sederhana mungkin
untuk mengurangi penggunaan lahan karena instalasi ini dipasang disekitar lahan
pertanian dan lab perancangan mesin.

3. Sosialisasi (Tahun 5)

Sosialisasi juga dilakukan pada Dinas Lingkungan Hidup. Diharapakan


dengan adanya sosialisasi ke berbagai macam pihak, implementasi dari konsep
tractor soil fertility dapat segera dilakukan mengingat jumlah penggunaan mesin
bajak sederhana masih banyak digunakan.

4. Pengawasan dan Evaluasi Program (Tahun 8)

Pengawasan dilakukan meliputi pengawasan terhadap perangkat dan filter


yang dilakukan secara berkala selama seminggu sekali. Evaluasi yang dilakukan
meliputi pembuatan perangkat baru ataupun penggantian filter apabila terjadi
kerusakan. Dengan demikian akan didapatkan data anggaran yang akan digunakan
untuk dilakukan pengadaan kembali perangkat. Pengawasan dan evaluasi
dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup.

3. KESIMPULAN

Pengolahan tanah awalnya dilakukan secara konvensioal atau secara


tradisional, dengan menggunakan tenaga hewan ternak (sapi, kerbau, dan kuda).
Seiring dengan perkembangan zaman, pengolahan tanah konvensional diganti
dengan pengolahan secara modern menggunakan teknologi yang canggih. Alat-
alat sederhana yang umumnya digunakan untuk mengolah tanah seperti cangkul,
parang, sabit dan lain-lain, sekarang diganti dengan bajak dan garu yang di
gandengkan dengan traktor.

Secara empiris zaman dulu manusia menggunakan tenaga hewan untuk


membajak dan mengolah tanah. Sekarang tenaga hewan ternak tersebut telah
digantikan dengan tenaga mesin. Sehingga pengolahan tanah menjadi lebih efisien
dan efektif. Pengolahan tanah merupakan proses merubah sifat- sifat fisik tanah
dengan cara memotong, membalik, memecah, atau membongkar tanah, sehingga
tanah dapat diolah untuk menanam.

Pengertian lain, pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan


untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis, kemis,
maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan
baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis
dan biologis terjadi secara tidak langsung.
Daftar Pustaka

Sutisna, S. P., Subrata, I. D. M., & Setiawan, R. P. A. (2015). Sistem


Pengendali Kemudi Traktor Otomatis Empat Roda pada Pengujian Lintasan
Lurus. Agritech, 35(1), 106-113.

Ali, M., Nurmayanti, I., & Lastianti, S. D. (2018). Fungsi Mesin Traktor Dan
Alat Tradisional Pengolah Tanah.

Purwantoro, D., Dianpratiwi, T., & Markumningsih, S. (2018). Analisis


penggunaan alat mesin pertanian berbasis traktor tangan pada kegiatan perawatan
budidaya tebu. Agritech, 38(3), 313-319.

Hutabarat, E. A., Ahmad, H., & Soekarno, S. PENGARUH KECEPATAN


PUTAR BAJAK ROTARI PADA TRAKTOR TANGAN.

Yuda, A. P., Tika, I. W., & Aviantara, I. G. A. (2017). Studi Kasus Tentang
Pengolahan Tanah Dengan Bajak Singkal Dan Rotary Terhadap Sifat Fisik Tanah
Pada Budidaya Tanaman Padi Sawah. Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik
Pertanian), 5(1), 61-67.

Javandira, C., Raka, I. D. N., & Gama, A. W. S. (2019). Pengenalan dan


Demonstrasi Penggunaan Traktor pada Krama Subak Desa Adat
Anggabaya. WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer, 1(2), 1-6.

Artawan, G. B. A. B., Tika, I. W., & Sucipta, I. N. (2019). Pengolahan Tanah


Menggunakan Bajak Singkal Lebih Sedikit Memerlukan Air Irigasi dari pada
Bajak Rotary. Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian), 7(1), 120-127.

LOLI, A. Y. (2013). STUDI EVALUASI KINERJA TRAKTOR YANG


MEMAKAI ROTARY TILLER DAN INDEKS PELUMPURAN YANG
DIHASILKAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG (Doctoral dissertation,
Universitas Andalas).

Fitra, A. (2019). MODIFIKASI MATA PISAU ROTARY VERTIKAL TIPE


BERGERIGI PADA ALAT KEPRAS TRAKTOR RODA DUA. ETD Unsyiah.
Fitra, A., Mustaqimah, M., & Syafriandi, S. (2020). Pengujian Mata Pisau
Rotary Vertikal Tipe Bergerigi Pada Alat Kepras Tebu Dengan Traktor Roda
Dua. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 5(1), 411-420.

Anda mungkin juga menyukai