Anda di halaman 1dari 10

Spesimen Darah

Anatomi

Pembuluh darah merupakan saluran yang dilewati oleh darah menuju keseluruh bagian-bagian
tubuh. Sistem pembuluh darah terbagi menjadi makrovaskulatur yang merupakan pembuluh
dengan diameter lebih dari 0,1 mm seperti arteriol besar, arteri muscular dan vena muscular.
Sedangkan mikrovaskulatur merupakan tempat pertukaran antara darah dan jaringan disekitarnya
seperti pada arteriol, kapiler dan venula pascakapiler. Dinding arteri Dinding arteri biasanya
mengandung tiga lapisan konsentrik atau disebut dengan tunika. Lapisan terdalam adalah tunika
intima yang terdiri dari epitel selapis gepeng atau endotel, dan jaringan ikat subendotel
dibawahnya. Lapisan tengah adalah tunika media, terutama terdiri dari serat oto polos dan otot
polos ini menghasilkan matriks ekstraselular. Lapisan terluar adalah tunika adventisia yang
terdiri dari serat jaringan ikat kolagen dan elastik, terutama kolagen tipe I. Dinding sebagian
arteri muskular juga memperlihatkan dua pita serat elastik bergelombang dan tipis yang disebut
lamina elastika interna dan lamina elastika ekstrna. Lamina elastika interna berada diantara
tunika intima dan media, sedangkan lamina elastika eksterna berada diantara tunika media dan
adventisia (Loscalzo, 2014)

sel-sel endotel pada tunika intima ini dihubungkan oleh serangkaian kompleks persambungan
dan juga dihubungkan dengan jaringan ikat bawahnya, yaitu lamina basalis. Tunika media terdiri
dari sel otot polos yang tampaknya sebagai sel pembentuk jaringan ikat utama dinding arteri,
menghasilkan kolagen, serat elastik, dan proteoglikan. Sedangkan pada tunika adventisia,terdiri
dari vasa vasorum dan nervus. Pembuluh darah memiliki berbagai macam seperti pembuluh
darah nadi (Arteri), pembuluh Balik (Vena), dan pembuluh rambut (Kapiler). Pembuluh darah
arteri merupakan struktur pembuluh darah yang memiliki dinding tebal yang mengangkut darah
dari jantung keseluruh tubuh. Arteri memiliki diameter 25 mm (1 inchi) dan memiliki banyak
cabang. Pembuluh arteri sering disebut dengan pembuluh nadi merupakan pembuluh darah yang
mempunyai otot dan berdinding tebal. Fungsi dari pembuluh ini ialah membawa darah yang
mengandung oksigen dari jantung keseluruh tubuh. Selain itu pembuluh arteri juga berfungsi
untuk mengangkut zat-zat nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Untuk didistribusikan kepada
bagian-bagian tubuh yang memerlukannya. Secara structural vena merupakan analogi system
arteri dan vena cava sesuai dengan aorta.Dinding vena berbeda dengan dinding arteri, lebih tipis
dan lebih sedikit ototnya.Hal ini memungkinkan dinding vena mengalami distensi lebih besar
dibanding arteri. Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung. Vena
terkecil dinamakan venula.Vena yang lebih kecil atau cabang cabangnya dinamakan venula,
kemudian bersatu membentuk vena yang lebih besar yang seringkali satu sama lain
membentuk pleksus vena. Pembuluh kapiler merupakan bagian dari pembuluh darah yang
mempunyai ukuran kecil dibandingkan dengan pembuluh lainnya, diameter dari pembuluh
kapiler ini sekitar 5-10 µm, pembuluh ini sebagai penghubung antara arteriola dari pembuluh
arteri dan venula dari pembuluh vena. Pada pembuluh kapiler sangat memungkinkan terjadi
pertukaran antara air, karbon dioksida, oksigen serta nutrient dan zat-zat yang sudah tidak
terpakai oleh tubuh. (Loscalzo, 2014)

Fisiologi

Dinding pembuluh darah terutama arteri merupakan organ aktif secara metabolik yang harus
memenuhi kebutuhan energi untuk mempertahankan tegangan otot polos dan fungsi sel endotel
dengan baik. Setiap kali jantung berdenyut terdapat gelombang darah baru yang mengisi arteri.
jika arteri kaku dan tidak mempunyai distensibilitas, tekanan akan naik jauh lebih tinggi di sistol
dan hampir nol di diastol. Tetapi ketika arteri sehat, akan memperluas dengan masing-masing
sistol dan menyerap beberapa kekuatan darah untuk dipompakan. Kemudian, ketika jantung
dalam diastol, elastisitas mempertahankan tekanan darah dan mencegah tekanan darah jatuh ke
nol. Tekanan dipengaruhi oleh resistensi, dan aliran dipengaruhi oleh keduanya. Darah mengalir
lebih cepat jika di tengah pembuluh darah, di mana ketika bertemu sedikit gesekan, dan lebih
lambat jika dekat dengan dinding, maka akan mengalami gesekan pada dinding pembuluh darah.
Ketika pembuluh darah melebarkan, sebagian besar darah dalam tengah pembuluh dan aliran rata
mungkin cukup cepat. pembuluh mengalami konstriksi, banyak darah yang lebih dekat dengan
dinding sehingga menurunkan aliran darah. (Silbernagl & Lang, 2018).

Pemberian Dosis Obat

Jalur Pemberian Obat

Terdapat 2 jalur pemberian obat yang utama, antara lain (Gunawan, 2009):

1. Pemberian Obat Secara Enteral


a. Oral
Pemberian obat secara oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan
dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan.
Obat oral diberikan melalui mulut masuk ke saluran intestinal (Lambung), sedangkan
penyerapan obat melalui membran mukosa pada lambung dan usus yang memberikan
efek sistemik. Pemberian obat secara oral mekanisme kerjanya lebih lambat dan efek
yang lebih lama dari pada pemberian secara parenteral. Kelemahan dari pemberian obat
secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak efektif apabila pengguna
sering mengalami muntah, diare, tidak sadar, dan iritasi pada saluran cerna.

b. Sublingual
Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya di letakkan dibawah lidah. Tujuannya
adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat ke pembuluh darah dibawah lidah
yang merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual
adalaha efek obat yang akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna
dan metabolism di dinding usus dan hati dapat dihindari.

c. Rektal
Pemberian obat rektal adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus.
Bentuk kesediaan obat yang digunakan adalah larutan, supositoria dan salep. Obat ini
terutama digunakan pada pasien yang seing mengalami mual dan muntah-muntah.
Pemberian obat melalui anus atau rectum dengan tujuan memberikan efek local dan
sistemik.

2. Pemberian Obat Secara Parenteral


Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan
obat tersebut ke jaringan tubuh. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan
cara (Kamienski dan Koegh, 2015):
a. Intravenous (IV)
yaitu menyuntikkan obat ke dalam vena. Memasukkan cairan obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena sehingga obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah.
Tujuannya adalah untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi dari pada dengan
injeksi parenteral lainnya, untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan, dan untuk
memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.

b. Subcutaneous (SC)
yaitu menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang berada dibawah lapisan dermis. Untuk
rute subkutan jarum dimasukkan ke dalam jaringan lemak yang berada dibawah kulit.
Setelah obat disuntikkan, kemudian bergerak ke pembuluh darah kecil (kapiler) dan
terbawa oleh aliran darah melalui pembuluh darah limfatik. Pemberian obat melalui
subkutan pada umumnyan dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan
untuk mengontrol kadar gula darah.
c. Intradermal (ID)
yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, dibawah epidermis. Prinsipnya
memasukkan obat kedalam jarigan kulit. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini
dilakukan dibawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan
ytngan bagian ventral. Kekurangan pada injeksi ini adalah hanya sejumlah kecil obat
yang dapat dimasukkan dan absorbsi obat lambat karena suplai darah lebih sedikit.
d. Intramuscular (IM)
yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh. Tujuan pemberian obat dengan
intramuscular adalah absorbs dapat lebih cepat dibandingkan dengan subcutan. Lokasi
penyuntikan dapat dilakukan diarea paha, dengan posisi berbaring atau posisi tengkurap.
Pemberian obat secara intramuscular sangat dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air
yang menentukan kecepatan dan kelengkapan absorbsi obat, karena obat yang larut
dalam air akan lebih cepat untuk di absorbs.

Selain menggunakan cara diatas, biasanya juga sering menggunakan cara intraarticular atau
intraspinal, intracardial, intrapleural, intraarterial dan intraarticular untuk pemberian obat
secara parenteral.

Untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, obat disiapkan dan diberikan
dengan menggunakan prinsip steril. Obat yang diberikan secara parenteral ini akan lebih
cepat diabsorbsi oleh pembuluh darah di bandingkan dengan obat yang diberikan melalui
sistem gastrointestinal, karena obat tidak perlu melewati barrier jaringan epitel pada organ
gastrointestinal.

Prinsip 7 Benar Dalam Pemberian Obat

Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan obat hanya boleh memberikan obat sesuai dengan
resep yang telah diberikan oleh dokter dan melakukan pengecekan ulang apabila ada keraguan
terhadap instruksi tersebut. Proses pemberian obat minimal menggunakan prinsip 7 benar dalam
pemberian obat dengan cara membandingkan resep yang didapatkan terhadap label obat. Adapun
prinsip 7 benar, antara lain (Boyer, 2013):

a. Benar Pasien

Perawat harus memastikan sebelum memberikan obat apakah obat yang diberikan benar
sesuai dari catatan keperawatan dengan identitas gelang klien. Identifikasi menggunakan dua
identitas klien dan penanda alergi klien.

b. Benar Dosis
Setelah memastikan bahwa obat yang akan diberikan pada klien benar, perawat juga perlu
memastikan dosis dengan jumlah yang 11 benar. Semua perhitungan dosis obat harus
diperiksa ulang agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.

c. Benar Jenis Obat

Sebelum memberikan obat pada klien, perawat memastikan kembali obat yang telah
diresepkan oleh dokter dengan memeriksa label obat sebanyak tiga kali.

d. Benar Waktu

Perawat perlu memastikan kapan waktu yang tepat untuk memberikan obat. Sebagai contoh
klien diberikan resep obat dokter yang diberikan 8 jam sekali dalam tiga kali sehari, misal dari
pukul 6 pagi, 2 sore, dan jam 10 malam.

e. Benar Cara Pemberian

Sikap hati-hati sangat diperlukan agar perawat dapat memberikan obat yang benar. Perawat
perlu memastikan apakah obat yang akan diberikan sudah dengan jalur yang tepat. Perawat
juga perlu berkonsultasi pada dokter jika tidak disertakan jalur pemberian obat.

f. Benar Petugas

Perawat sebagai orang yang bekerja di ruang keperawatan harus sesuai dengan perannya. Hal
ini dapat dilihat antara kesesuaian perawat yang memberikan obat dengan obat yang
diberikan. Tujuannya untuk memastikan obat yang diberikan oleh petugas yang memiliki
tanggung jawab dan peran terhadap pasien.

g. Benar Dokumentasi

Setelah pemberian obat perawat harus mencatat tindakan yang telah diberikan segera setelah
tindakan dengan mencatat nama klien, nama obat dan alergi, dosis obat, jalur obat, serta
waktu pemberian obat.
Rumus Dosis Obat Anak dan Dewasa

1. Menghitung dosis obat tablet, pil atau kaplet

2. Menghitung dosis obat sirup

3. Menghitung dosis obat menggunakan alat

Perhitungan Dosis

1. Berdasarkan Umur
Persamaan yang digunakan
a. Rumus Young (anak dibawah 8 tahun)

b. Rumus Dilling (anak di atas 8 tahun)


c. Rumus Clowing

d. Rumus Fried (Khusus Untuk Bayi)

2. Berdasarkan Berat Badan


a. Rumus Clark (AS)

b. Rumus Thremic-Fier (Jerman)

c. Rumus Black (Belanda)

3. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh


Rumus Du Bois dan Du Bois
Daftar pustaka

Gunawan, G., S. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitras Indonesia.

Kamiensk,& Koegh. J. 2015. Farmakologi. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Loscalzo,Joseph. 2014. Kardiologi dan pembuluh darah. Jakarta : EGC. Ed 2.

Silbernagl, Stefan & Lang, Florian. 2018. Buku Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi Edisi 3.
Jakarta : EGC.

Boyer, M.J. 2013. Perhitungan Dosis Obat: Panduan Praktis Untuk Menghitung Dosis dan
Menyiapkan Obat Edisi 7. Surabaya: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai