TUGAS Etika Administrasi-1
TUGAS Etika Administrasi-1
TUGAS Etika Administrasi-1
ADMINISTRASI NEGARA
Kelompok 1 :
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah pertama tama penulis panjatkan puja puji syukur kepada ALLAH SWT
SAW beserta keluarga, sahabat, para tabi`in dan umatnya sampai akhir zaman.
Tak lupa kami ucapkan terimahkasih kepada ibu “Nurhakimah Khairani S.SOS,M.AP,
Selaku dosen pengampu dalam mata kuliah “KONSEP DAN PRINSIP PRINSIP
DASAR ETIKA DALAM PROSES ADMINISTRASI NEGARA”.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
tidak dapat dipungkiri. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang membangun
Begitu banyak teori maupun konsep yang membahas tentang kaidah normative yang
terdapat diantara penguasa negara. Demikian pula konsep-konsep seperti keailan,
kedaulatan rakyat, kepentingan umum, norma-norma dan sebagainya. Namun terkadang
uraian yang terdapat di dalamnya sangat abstrak sehingga sulit dipahami.
B. MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
Dalam banyak tulisan filosofis, jarang ditemukan penggunaan istilah “etika dan
moral” secara konsisten. Etika berasal dari bahasa Yunani; ethos, yang artinya kebiasaan
atau watak sedangkan moral berasal dari bahasa Latin; mos (jamak : mores) yang artinya
cara hidup atau kebiasaan. Secara epistemologis, pengertian etika dan moral memiliki
kemiripan namun sejalan dengan perkembangan ilmu, ada beberapa pergeseran yang
kemudian membedakannya.
Etika merujuk kepada dua hal. Pertama, etika berkenaan dengan disiplin ilmu yang
mempelajari nilai – nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya. Kedua, etika
merupakan pokok permasalahan dalam disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup dan
hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Moral dalam pengertiannya yang
umum menaruh penekanan kepada karakter dan sifat-sifat individu yang khusus, di luar
ketaatan kepada peraturan. Oleh karena itu, moral merujuk kepada tingkah laku yang
bersifat spontan seperti rasa kasih, kemurahan hati, kebesaran jiwa dan sebagainya, yang
kesemuanya tidak terdapat dalam peraturan-peraturan hukum.
Pembicaraan tentang kode etik bagi orang-orang yang bekerja dalam tugas-tugas
administrasi negara barangkali membawa masalah tentang arti dari kode etik itu sendiri
mengingat bahwa kode etik biasanya dikaitkan dengan suatu proses khusus. Akan tetapi
seperti yang telah diuraikan kedudukan etika administrasi negara berada di antara etika
profesi dan etika politik sehingga tugas-tugas administrasi negara tetap memerlukan
perumusan kode etik yang dapat dijadikan sebagai pedoman bertindak bagi segenap aparat
politik.
Hal yang pertama-tama perlu diingat bahwa kode etik tidak membebankan sanksi hukum
atau paksaan fisik. Kode etik dirumuskan dengan asumsi bahwa tanpa sanksi-sanksi atau
hukuman dari pihak luar, setiap orang tetap menaatinya.Jadi dorongan untuk mematuhi
perintah dan kendali untuk menjauhi larangan dari kode etik bukan dari sanksi fisik
melainkan dari rasa kemanusiaan, harga diri, martabat,dan nilai-nilai filosofis. Kode etik
adalah persetujuan bersama, yang timbul dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih
mengarahkan perkembangan mereka, sesuai dengan nilai-nilai ideal yang diharapkan.
Dengan demikian pemakaian kode etik tidak terbatas pada organisasi-organisasi yang
personalianya memiliki keahlian khusus. Pelaksanaan kode etik tidak terbatas pada kaum
profesi karena sesungguhnya setiap pekerjaan dan setiap jenjang keputusan mengandung
konsekuensi moral.Dalam kode etik itu bisa menjadi sarana untuk mendukung pencapaian
tujuan organisasi kerena bagaimanapun juga organisasi hanya dapat meraih sasaran-sasaran
akhirnya kalau setiap pegawai yang bekerja di dalamnya memiliki aktivitas dan perilaku yang
baik.Manfaat lain yang akan didapat dari perumusan kode etik ialah bahwa para aparat akan
memiliki kesadaran moral atas kedudukan yang diperolehnya dari negara atas nama rakyat.
Pejabat yang menaati norma-norma dalam kode etik akan menempatkan kewajibannya
sebagai aparat pemerintah (incumbency obligation) diatas kepentingan-kepentingannya
akan karier dan kedudukan.
Pejabat tersebut akan melihat kedudukan sebagai alat, bukan sebagai tujuan. Oleh
karena itu kode etik mengandaikan bahwa para pejabat publik dapat berperilaku sebagai
pendukung nilai-nilai moral dan sekaligus pelaksana dari nilai-nilai tersebut dalam tindakan-
tindakan yang nyata.Sebagai aparat negara, para pejabat wajib menaati prosedur, tata kerja,
dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi pemerintah. Sebagai
pelaksana kepentingan umum, para pejabat wajib mengutamakan aspirasi masyarakat dan
peka terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat tertentu. Dan sebagai manusia yang
bermoral, pejabat harus memperhatikan nilai-nilai etis di dalam bertindak dan berperilaku.
Dengan perkataan lain, seorang pejabat harus memiliki kewaspadaan spiritual.
Kewaspadaan profesional berarti bahwa dia harus menaati kaidah-kaidah teknis dan
peraturan-peraturan sehubungan dengan kedudukan sebagai seorang pembuat keputusan.
Sedangkan kewaspadaan spiritual merujuk pada penerapan nilai-nilai kearifan, kejujuran,
keuletan,sikap sederhana, dan hemat, tanggung jawab, serta akhlak dan perilaku yang baik.
Unsur-unsur etis yang langsung menyangkut pekerjaan sehari-hari seorang
aparaturnegara dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1979 tentang
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Berikut ini diuraikan kedelapan unsur
penilaian secara singkat:
1.Kesetiaan
2.Prestasi kerja
3.Tanggung jawab
4.Ketaatan
5.Kejujuran
6.Kerja sama
7.Prakarsa
8.Jiwa kepemimpinan
Ada 3 prinsip yang harus dipegang agar sebuah Administrasi dapat dikatakan baik yakni:
Prinsip utama prinsip demokrasi adalah asas kedaulatan rakyat. Asas kedaulatan rakyat
mensyaratkan bahwa rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan
negara, dari sini dapat dipahami bahwa pemerintah ada memang untuk memberi pelayanan
kepada masyarakat.
Prinsip ini berhubungan dengan distribusi pelayanan yang harus sesuai, tidak “pilih kasih”
dan relatif merata di seluruh wilayah sebuah negara/ pemerintahan.
Maksudnya adalah setiap pejabat pemerintah harus memiliki komitmen dan untuk
peningkatan kesejahteraan dan bukan semata mata karena diberi amanat atau dibayar oleh
negara melainkan karena mempunyai perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan warga
negara pada umumnya.
D. Nilai-nilai Etika Administrasi Negara
Nilai dalam etika administrasi negara yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman
bagi penyelenggara administrasi negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.
Widodo (2001: 251-258) menguraikannya sebagai berikut.
1.Pertama, nilai efisiensi. Nilai efisiensi artinya tidak boros. Birokrasi publik (administrasi
publik) dikatakan baik jika memiliki sikap, perilaku, dan perbuatan yang efisien (tidak
boros). Resources public tidak boleh dipergunakan secara boros, tidak boleh digunakan
untuk proyek-proyek yang tidak menyentuh kepentingan masyarakat luas, atau
disalahgunakan untuk memperkaya diri.
2. Nilai membedakan milik pribadi dengan milik kantor. Birokrasi publik yang baik adalah
birokrasi publik yang dapat menempatkan posisi pada tempatnya dan membedakan mana
milik kantor dan mana milik pribadi. Maknanya birokrasi tidak akan menggunakan milik
kantor untuk kepentingan pribadi.
3. Nilai impersonal. Hubungan kerjasama yang diwadahi oleh organisasi, hendaknya
dilakukan secara formal (impersonal) dan tidak pribadi (personal). Hubungan impersonal
harus dilakukan untuk menghindari menonjolkan unsur perasaan dari pada unsur rasio
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan dan pengaturan
yang ada dalam organisasi.
4. Nilai merytal system. Merytal system merupakan sistem recrutmen pegawai yang tidak
didasarkan pada hubungan kekerabatan, patrimonial (anak, keponakan, famili, alumni,
daerah, golongan, dan lain-lain), akan tetapi didasarkan pada pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.
5. Nilai responsibel. Nilai ini berkaitan dengan pertanggungjawaban birokrasi publik dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya.
6. Nilai akuntabilitas (accoutability). Nilai akuntabilitas berkaitan dengan
pertanggungjawaban dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Birokrasi yang baik
adalah birokrasi publik yang penuh tanggungjawab.
7. Nilai responsivitas. Nilai ini berkaitan dengan daya tanggap terhadap keluhan, masalah,
aspirasi publik. Birokrasi yang baik adalah birokrasi yang mempunyai daya tanggap yang
tinggi dan cepat menanggapi apa yang menjadi keluhan, masalah, aspirasi publik.
Selain nilai-nilai etika di atas, kode etik juga bisa dijadikan sebagai pedoman bagi
administrasi negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Kode etik (Suyamto,
1989: 32-40) adalah suatu alat untuk menunjang suatu pencapaian tujuan suatu organisasi
atau sub-organisasi atau bahkan kelompok-kelompok yang belum terikat dalam suatu
organisasi. Pada dasarnya kode etik adalah suatu hukum etik. Hukum etik biasanya dibuat
oleh suatu organisasi atau suatu kelompok, sebagai suatu patokan tentang sikap mental
yang wajib dipatuhi oleh para anggotanya dalam menjalankan tugasnya.
E. Peran Kode Etik Dalam Administrasi Negara
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Etika administrasi Negara yaitu bidang pengetahuan tentang ajaran moral dan asas
kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam menunaikan tugas
pekerjaannya dan melakukan tindakan jabatannya.
Dengan demikian etika admistrasi Negara sifatnya tidak lagi sepenuhnya empiris seperti
halnya ilmu administrasi, melainkan bersifat normatif. Artinya etika administrasi Negara
berusaha menentukan norma mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap petugas
dalam melaksanakan fungsinya dan memegang jabatannya.
Kode etik adalah persetujuan bersama, yang timbul dari diri para anggota itu sendiri
untuk lebih mengarahkan perkembangan mereka, sesuai dengan nilai-nilai ideal yang
diharapkan.Dalam kode etik itu bisa menjadi sarana untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi karena bagaimanapun juga organisasi hanya dapat meraih sasaran-sasaran
akhirnya kalau setiap pegawai yang bekerja di dalamnya memiliki aktivitas dan perilaku yang
baik.
SARAN
1. Diperlukan kesadaran dan etika baik dari pribadi masing-masing dalam menjalankan
tugas guna pemerintah yang bersih
2. Perlunya memahami nilai nilai etika
3. Perlunya menanamkan prinsip-prinsip etika dalam administrasi negara
4. Perlunya sosialisasi kode etik terhadap setiap pegawai meminimkan penyimpanan
5. Perlunya sanksi tegas terhadap melanggar kode etik tersebut
DAFTAR PUSTAKA
http://fia-ub.blogspot.com/2012/06/konsep-dasar-ilmu-administrasi.html
http://nursellasenjariani.blogspot.com/2014/04/etika-administrasi.html?m=1
Wahyudi, Kumorotomo. 1992. Etika Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafinda Persada.
http://www.baixardoc.com/doc/30385579/Studi-Dan-Lingkup-Etika-Administrasi-Negara
Kumorotomo, Wahyudi. Etika Administrasi Negara. 2013. Jakarta:Rajawali Pers