Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.NY.

D DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA DEFISIT NUTRISI PADA PASIEN BERAT
BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG MELATI RSUD PROF. DR.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
1. Lutfi Nugroho Putro (2021030042)
2. Desi Rumiyati Qomariah (2021030015)
3. Mianda Tri Rezeki (2021030045)
4. Miftakhul Nurhasanah (2021030047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.NY. D DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA DEFISIT NUTRISI PADA PASIEN BERAT
BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG MELATI RSUD PROF. DR.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(...............................................) (...............................................)
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Defisit nutrisi yaitu ketidakcukupan asupan zat gizi untuk
memenuhi kebutuhan energi harian karena asupan makanan yang tidak
memadai atau karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan
(Proverawati & Ismawati, 2015).
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Defisit nutrisi merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA, 2017).
WHO (World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai
bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR
menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLSR (1000- 1499
gram), BBLER (< 1000 gram) (WHO, 2015).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gr pada waktu lahir (Nurarif, 2015).
Kesimpulan : BBLR adalah bayi dengan berat bayi lahir rendah
kurang dari 2500 gr pada waktu lahir dan beresiko mengalami defisit
nutrisi yaitu asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme dikarena pencernaan dan penyerapan makanan belum
memadai.

B. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) penyebab defisit nutrisi
antara lain :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbi nutrient
4. Peningkatan kebutuhan metabolism
5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan).

C. Batasan Karakteristik
1. Gejala dan tanda mayor
Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentan ideal.
2. Gejala dan tanda minor
a. Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
b. Objektif
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

D. Fokus Pengkajian
Menurut (Salsabila & Dian, 2016) pengkajian pada bayi BBLR dengan
defisit nutrisi meliputi:
1. Identitas
Pada pasien BBLR, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <20 tahun dan >35
tahun, selain itu jarak kehamilan yang terlalu pendek (kurang dari 1
tahun) juga mempengaruhi terjadinya BBLR.
2. Riwayat kesehatan :
a. APGAR score
b. Berat badan ≤ 2500 gram.
c. Panjang kurang dari 45 cm
d. LD < 30 cm
e. LK < 33 cm
f. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea
3. Riwayat persalinan
a. Prenatal
Komplikasi kehamilan (ibu menderita Toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis akut,
Diabetes Mellitus). Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil
seperti pengguna narkotika.
b. Riwayat Natal
Setelah bayi lahir kelainan fisik yang mungkin terlihat, nilai
APGAR pada 1-5 menit, 0-3 menunjukkan kegawatan yang parah,
4-6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal.
4. Status gizi
a. Pemberian ASI
Pertama kali disusui : sejak dilahirkan.
Cara pemberian : dengan menetek/disusui langsung.
Lama pemberian : sampai anak usia 2 tahun.
b. Pemberian susu formula
Alasan pemberian susu formula: karna pemberian asi sudah
cukup selama 2 tahun dan setelah itu di lanjutkan dengan susu
formula. Jumlah pemberian : 2 gelas/hari atau kira-kira 400 ml.
Cara pemberian : dengan menggunakan gelas.
5. Pemeriksaan fisik
a. Antropometri meliputi pemeriksaan berat badan, panjang badan,
lingkar kepala, dan lingkar dada. Panjang badan kurang dari 45
cm, berat badan kurang dari 2500 gram, lingkar dada kurang dari
30 cm, lingkar lengan atas kurang dari 9 cm, lingkar kepala fronto
occipitalis kurang dari 12 cm, lingkar kepala submetobregmatika
kurang dari 9,5 cm (Maryunani, 2013).
b. Gejala cardinal meliputi suhu tubuh, nadi, respiradi, dan tekanan
darah.
E. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan
1. Patofisiologi
Bayi berat badan bayi lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi
waktu dilahirkan memiliki berat kurang dari 2,5 kg yang merupakan
hasil dari kelahiran premature (sebelum 37 minggu usia kehamilan).
Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat kaitannya dengan
mortalitas dan morbiditas, sehinggaakan menghambat pertumbuhan
dan perkembangan kognitif serta penyakitkronis di kemudian hari
(World health Organization, 2014).
Bayi lahir dengan berat badan rendah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Penyebab utama dan yang paling banyak terjadi
adalah kelahiran premature. Kelahiran premature yaitu persalinan yang
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi prematur tidak sempat
mengalami pertumbuhan pesat yang terjadi pada trimester akhir
kehamilan. Maka dari itu, bayi tersebut cenderung memiliki berat
badan rendah dan bertubuh kecil. Selain dari umur kehamilan ada juga
beberapa faktor lain yang menyebabkan bayi lahir dengan BBLR,
seperti komplikasi saat kehamilan, ibu mengalami malnutrisi saat
hamil, dan janin mengalami kondisi medis bawaan. Hal ini juga terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu berada didalam
kandungan. Hal ini disebabkan oleh penyakit yang dialami ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi menjadi berkurang.
Kelahiran premature menyebabkan pertumbuhan organ belum
sempurna. Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umunya
saluran pencernaan belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan.
Hal ini diakibatkan karena tidakadanya koordinasi menghisap dan
menelan sampai usia gestasi 33-34 minggu, kurangnya cadangan
nutrisi dikarenakan kurang dapat menyerap lemak dan mencerna
protein, jumlah ezim dalam pencernaan belum mencukupi, waktu
pengkosongan lambung yang lambat dan penurunan/tidak adanya
motilitas (Sukarni, 2014).
2. Pathway
Prematuritas

Faktor ibu: Umur Faktor plasenta: Faktor janin: kelainan


(20th), Paritas, ras, penyakit vaskuler, kromosom,
infertilitas, riwayat kehamilan ganda, malformasi, TORCH,
kehamilan tak baik, malformasi, tumor kehamilan ganda
Rahim abnormal, dll

Dinding otot rahim Bayi lahir premature


bagian bawah lemah (BBLR/BBSLR)

Permukaan tubuh Jaringan lemak Fungsi organ-organ


relative lebih luas subkutan lebih tipis belum baik
Pemaparan dengan Kekurangan cadangn Pertumbuhan diding
suhu luar energy dada belum sempurna
dan vaskuler paru
imatur
Kehilangan panas Malnutrisi Insuf pernapasan
Dehidrasi Hipoglikemia Pola Nafas Tidak
Efektif
Risiko Hipotermia Reflek menelan Penurunan daya tahan
belum sempurna tubuh
Defisit Nutrisi Resiko Infeksi
(Nurarif, 2015).
F. Masalah Keperawatan Lain yang muncul
1. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan.
2. Pola Nafas Tidak Efektif b.d kelemahan otot pernapasan.
3. Risiko Infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer.
4. Risiko Hipotermia b.d berat badan lahir rendah.
G. Intervensi Keperawatan
1. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi seimbang.
Kriteria Hasil :
Status Nutrisi Bayi (L.03031)
a. Berat badan meningkat
b. Panjang badan meningkat
c. Prematuritas menurun
d. Kesulitan makan menurun
Intervensi :
Manajemen Nutrisi (l.03119)
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
c. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
d. Monitor berat badan
e. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, Pereda nyeri,
antiemetic) jika perlu
2. Pola nafas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelolah kepatenan jalan nafas.
Kriteria Hasil :
Pola Nafas (L.01004)
a. Dispnea menurun
b. Penggunaan otot bantu nafas menurun
c. Pernapasan cuping hidung menurun
d. Frekuensi nafas membaik
Intervensi :
Manajemen Jalan Nafas (l.01011)
a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b. Monitor bunyi nafas tambahan (missal, gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
d. Posisikan semi-Fowler
e. Berikan minum hangat
f. Berikan oksigen
3. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
Tujuan : Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang
organisme patologis.
Kriteria Hasil :
Tingkat infeksi (L.14137)
a. Kemerahan menurun
b. Nyeri menurun
c. Kultur sputum membaik
Intervensi :
Pencegahan Infeksi (l.14539)
a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
b. Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
d. Kolaborasi pemberian antibiotik
4. Resiko Hipotermia b.d berat badan lahir rendah
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelolah suhu tubuh
dibawah rentan normal.
Kriteria Hasil : Termoregulasi (L.14134)
a. Kulit merah menurun
b. Suhu tubuh membaik
c. Suhu kulit membaik
Intervensi : Manajemen Hipotermia (l.14507)
a. Monitor suhu tubuh
b. Identifikasi penyebab hipotermia (mis, terpapar suhu lingkungan
rendah, pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
metabolism, kekurangan lemak subkutan)
c. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
d. Sediakan lingkungan yang hangat
e. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis, perawatan metode
kangguru).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


PENGKAJIAN NEONATUS

A. IDENTITAS NEONATUS
Nama Bayi : By. Ny. D
Tanggal Lahir : 27 Desember 2021 Jam : 15.59 WIB
Jenis : Laki – Laki / Perempuan
Umur : 0 hari
Ruang : Melati
Kelahiran : Tunggal/kembar, hidup/mati
Tanggal MRS : 27 Desember 2021 Jam : 17.15 WIB
Tanggal Pengkajian : 27 Desember 2021 Jam : 18.00 WIB
Diagnosa medis : BBLR
B. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ibu : Ny. D Nama Ayah : Tn. G
Umur Ibu : 28 tahun Umur Ayah : 29 tahun
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Ayah : Karyawan
Pendidikan Ibu : SLTA Pendidikan Ayah : SLTA
Agama : Islam
Alamat : Banyumas
Dikirim Oleh : IBS
C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN :
1. Riwayat Kehamilan
Ibu G2P1A0
BB : 44 kg Umur Kehamilan : 35 minggu
TB : 150 cm
Pemeriksaan antenatal 5 kali di bidan
Teratur/tidak teratur, sejak kehamilan 6 minggu
Penyakit/komplikasi kehamilan : Tidak ada
Kebiasaan makanan : normal
Merokok : ya/tidak
Jamu : ya/ tidak
Kebiasaan minum obat : ya/tidak
Periksa terakhir :
Hb : 19.3 g/dL
Golongan Darah :-
Gula Darah : 51 mg%
Lain – Lain :-
Pernah mendapat terapi :-
Alergi obat : Tidak ada.
2. Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan di ruang IBS RSMS secara SC. Usia kehamilan 35
minggu. Kehamilan anak ke 2, dengan riwayat persalinan anak pertama secara
spontan dan anak ke 2 saat ini dengan sc.
D. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Keluhan utama
Ny D mengatakan bayinya menetek lemah.
b. Riwayat penyakit Sekarang : (awal sakit hingga saat ini)
Berat badan bayi saat lahir 2300 gr, berat badan saat ini 2190 gr dan
reflek menelan & menghisap lemah.
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya :
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
By Ny D lahir dengan SC. Berat badan bayi rendah yaitu 2300 gr. Air
ketuban keruh. Umur kehamilan 35 minggu.
b. Imunisasi : Vit K 1 kali, Hb0 1 kali
3. Riwayat Keluarga
Genogram :

Tn G Ny S

By Ny S

Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Garis keturunan
Garis pernikahan
Pasien

4. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


Tahap Pertumbuhan
a. Berat badan lahir : 2300 gr
Berat badan sekarang : 2190 gr
b. Lingkar Kepala : 30 cm
Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Abdomen : 28 cm
Lingkar Lengan Atas : 7,5 cm
c. Panjang Badan : 46 cm

Tahap Perkembangan
a. Psikososial : By Ny D dirawat di rumah sakit saat ini
b. Psikoseksual : By Ny D berjenis kelamin perempuan
c. Kognitif : By Ny D kognitif cukup
5. Pengkajian fisik
a. Tanda – Tanda Vital
Nadi : 130 x/menit
Suhu : 36°C
Pernafasan : 52 x/menit, tipe : vesikuler
CRT : 2 detik
Tekanan Darah: - mmHg
b. Pemeriksaan Fisik
 Refleks ; (Beri tanda √ pada hasil pemeriksaan)
Sucking (menghisap) : Ada ( ) Tidak (√ )
Palmar Grasping (menggenggam) : Ada (√ ) Tidak ( )
Tonic Neck (leher) : Ada (√) Tidak ( )
Rooting (mencari) : Ada ( √ ) Tidak ( )
Moro (kejut): Ada ( √) Tidak ( )
Babinsky : Ada ( √ ) Tidak ( )
Gallant (punggung) : Ada ( √ ) Tidak ( )
Swallowing (menelan) : Ada ( ) Tidak ( √)
Plantar Grasping (telapak kaki) : Ada ( √) Tidak ( )
Tonus / aktivitas
a. Aktif ( ) Tenang ( √ ) Letargi ( ) Kejang ( )
b. Menangis Keras ( ) Lemah ( √ ) Melengking ( )
Kepala / leher
a. Fontanel anterior: Lunak ( √) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( )
Cekung ( )
b. Sutura sagitalis: Tepat ( √ ) Terpisah ( ) Menjauh ( )Tumpang
tindih ( )
c. Gambaran wajah: Simetris ( √ ) Asimetris ( )
d. Molding: ( ) Caput succedaneum ( √) Cephalhematoma ( )
Mata
Bersih (  ) Sekresi ( )
Jarak interkanus : normal __ Sklera : ikterik
THT
a. Telinga : Normal ( √) Abnormal ( )
b. Hidung: Simetris ( √ ) Asimetris ( )
Wajah
a. Bibir sumbing ( )
b. Sumbing langit-langit / palatum ( )
Abdomen
a. Lunak (  ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung ( )
b. Lingkar perut : 28 cm
c. Liver : teraba (√ ) kurang 2 cm ( ) lebih 2 cm ( )
Toraks
a. Simetris (√) Asimetris ( )
b. Retraksi derajat 0 ( √ ) derajat 1 ( ) derajat 2 ( )
c. Klavikula normal ( √) Abnormal ( )
Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama (√ ) Tidak sama ( )
b. Suara nafas bersih (√): ronchi ( ) sekresi ( ) wheezing ( )
vesikuler ( √ )
c. Respirasi : spontan ( √) Tidak spontan ( )
Alat bantu nafas :( ) Oxihood: ( ) Nasal kanul: ( √ ) O2 /
incubator
Konsentrasi O2 : 2 liter / menit
Jantung
a. Bunyi Normal (√ ) Sinus Rhytm (NSR) ( )
Frekuensi :
b. Murmur ( ) Lokasi _____________
c. Waktu pengisian kapiler : __________
d. Denyut nadi : 130 x/menit
Nadi Perifer Keras (√) Lemah Tidak ada
Brakial kanan
Brakial kiri
Femoral kanan
Femoral kiri
Ekstremitas
Gerakan bebas (√ ) ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )
Ekstremita atas Normal ( √ ) Abnormal ( )
Sebutkan : Terpasang IVFD sebelah kanan
Ekstremitas bawah Normal (√) Abnormal ( )
Sebutkan : ___________
Panggul Normal (√) Abnormal ( ) Tidak terkaji ( )
Umbilikus
Normal (√ ) Abnormal ( )
Inflamasi ( ) Drainase ( )
Genital
Perempuan normal ( ) Laki-laki normal ( √)
Abnormal ( )
Sebutkan : ________________
Anus Paten (√) Imperforata ( )
Kulit
Warna Pink (  ) Pucat ( ) Jaundice ( )
Sianosis pada Kuku ( ) Sirkumoral ( )
Periorbital ( ) Seluruh tubuh ( )
Kemerahan (rash) ( )
Tanda lahir : ( ); sebutkan ______________
Turgor kulit : elastis (√ ) tidak elastis ( ) edema ( )
Lanugo ( )
Suhu
a. Lingkungan
Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( )
Inkubator (√ ) Suhu ruang ( √) Boks terbuka ( )
b. Suhu kulit : 36oC
Nilai Apgar
1 Menit 5 Menit
Frekuensi Jantung 2 2
Usaha bernafas 2 2
Tonus Otot 1 2
Refleks hisap 1 1
Warna Kulit 2 2
Jumlah 8 9

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hari/ tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Senin, Hemoglobin 19.3 15.2-23.6
27/12/2021
Senin, Leukosit 10260 9400-34000
27/12/2021
Senin, Hematokrit 53 44-72
27/12/2021
Senin, Trombosit 304000 229000-553000
27/12/2021
Senin, MCHC H 36.8 31-35
27/12/2021
Senin, RDW H 15.4 11.5-14.5
27/12/2021
Senin, Glukosa sewaktu 51 < 140
27/12/2021
Selasa, CRP <5 <5
28/12/2021

F. TERAPI:
Terapi Dosisi Indikasi
Dextrose 10% Untuk meningkatkan kadar gula dalam darah
Gentamicyne 1x10 mg Untuk mengatasi infeksi akibat bakteri
Ampicilin 2x100 mg Untuk mengobati infeksi bakteri
Ranitidin 2x2 mg Untuk mengatasi radang atau tukak pada
lambung
ANALISA DATA
Data Klien Pathway Masalah Etiologi
Keperawatan
Ds: Ny D mengatakan Bayi lahir Defisit nutrisi Ketidakmampuan
bayinya menetek lemah premature (D.0019) menelan
Do: (BBLR/BBSLR) makanan
 Keadaan umum
cukup Jaringan lemak
 BBL: 2300 gr subkutan tipis
 BBS: 2190 gr
 PB: 46 cm Kekurangan
 LK: 30 cm cadangan energi
 LD: 28 cm
Malnutrisi
 Reflek menelan &
hisap lemah
Hipoglikemia
 BBLR & Umur
kehamilan 35
Reflek menelan
minggu
belum sempurna
 Terpasang OGT
Deficit nutrisi
Ds: - Perubahan suhu Hipotermia Berat Badan
Do: tubuh dan suhu (D.0132) Ekstrem
 Akral dingin mitrauterin yang
 Hipoglikemi GDS 51 stabil
 S: 36oC
 RR: 52x/menit suhu ruangan
 N: 130x/menit
 CRT: 2 detik penghilangan suhu
tubuh
 BBL = 2300 gram
 BB sekarang
perubahan drastis
=2190gram
suhu tubuh

proses adaptasi

hipotermi

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan
2. Hipotermia b.d berat badan ekstrem
INTERVENSI

NO SLKI SIKI RASIONAL


DX
1 Setelah diberikan tindakan Manajemen Nutrisi (l.03119) Manajemen Nutrisi (l.03119)
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengidentifikasi status
diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien dan
membaik dengan kriteria kalori dan jenis nutrient memantau tanda-tanda
hasil: 3. Identifikasi perlunya malnutrisi
Status Nutrisi Bayi penggunaan selang 2. Memantau kebutuhan
(L.03031) nasogastric nutrisi pasien
Indikator A T 4. Monitor berat badan 3. Memasang OGT untuk
Berat badan 2 4 5. Kolaborasi pemberian membantu memenuhi
meningkat medikasi sebelum makan kebutuhan nutrsi pasien
Prematuritas 2 4 (mis, Pereda nyeri, 4. Mengetahui kenaikan dan
menurun antiemetic) jika perlu penurunan berat badan
Kesulitan 2 4 5. Untuk mengurangi nyeri
makan dan anti mual
menurun
Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
2 Setelah diberikan asuhan Manajemen hipotermia Manajemen Hiportermia
(l.14507)
keperawatan 3x24 jam (I.14507)
1. Mengetahui suhu tubuh
diharapkan hipotermi 1. Monitor suhu tubuh bayi
2. Mengetahui penyebab
membaik dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab
hipotermia
hasil: hipotermia 3. Mengetahui apa saja tanda
dan gejala hipotermia
Termoregulasi neonatus 3. Monitor tanda dan
4. Untuk menghangatkan
(L.14135)
Indikator A T gejala badan bayi
5. Untuk menghangatkan
Suhu 2 4 4. Sediakan lingkungan
badan bayi
tubuh yang hangat (misal 6. Untuk menghangatkan
badan bayi
Kadar 2 4 atur suhu ruangan,
glukosa inkubator)
darah 5. Lakukan
Frekuensi 2 4 penghangatan pasif
nadi (slimut, pakaian tebal)
Keterangan 6. Lakukan
1. Menurun penghangatan aktif
2. Cukup menurun internal (infus cairan
3. Sedang hangat, )
4. Cukup meningkat
5. Meningkat

IMPLEMENTASI

Hari/TGL NO IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


DX
Senin, 27 1 1. Mengidentifikasi status S: -
Desember
nutrisi O:
2021
15.00 2. Mengidentifikasi  By Ny S terpasang OGT
WIB
kebutuhan kalori dan  By Ny S diberikan susu 2,5cc/3 jam
jenis nutrient melalui OGT
3. Memberikan susu  Residu lambung keruh kental
melalui OGT  Reflek menelan dan menghisap
4. Memonitor berat badan lemah
dan tanda-tanda vital  BBL: 2300 gr, BBS: 2295 GR
 Terpasang infuse Dextros 10% 450
ml/6 tpm
Senin, 27 2 1. Memonitor suhu tubuh S: -
Desember 2. Memasukkan bayi ke
O:
2021 inkubator
17.00 3. Melakukan  Suhu tubuh 36,0 derajat celcius
WIB penghangatan pasif  Bayi terlihat tenang
(menggunakan slimut
tebal dan dibedong)  Bayi dimasukkan di inkubator
4. Melakukan dengan suhu inkubator 36,5 derajjat
penghangatan aktif
internal (memberikan celcius
cairan infus hangat)  GDS 51 mg/dL

Selasa, 28 1 1. Mengidentifikasi status S: -


Desember nutrisi
O:
2021 2. Mengidentifikasi
15.00 kebutuhan kalori dan  Keadaan umum cukup
WIB jenis nutrient
3. Memberikan susu  By Ny S terpasang OGT
melalui OGT  By Ny S diberikan susu 2,5cc/3 jam
4. Memonitor berat badan
dan tanda-tanda vital melalui OGT
5. Berkolaborasi  Residu lambung keruh kental
pemberian medikasi
sebelum makan  Reflek menelan dan menghisap
lemah
 By Ny S muntah (+)
 BBL: 2300 gr, BBS: 2240 GR
 Terpasang infuse dextrose 10%
 GDS 141mg/dL
Selasa, 28 2 1. Memonitor suhu tubuh S: -
Desember 2. Memasukkan bayi ke
O:
2021 inkubator
15.00 3. Melakukan  Suhu tubuh 36,6 derajat celcius
WIB penghangatan pasif
(menggunakan slimut  Bayi terlihat tenang
tebal dan dibedong)
4. Melakukan
penghangatan aktif
internal (memberikan
cairan infus hangat)

Rabu, 28 1 1. Mengidentifikasi status S: -


Desember nutrisi
O:
2021 2. Mengidentifikasi
09.00 kebutuhan kalori dan  Keadaan umum cukup
WIB jenis nutrient
3. Memberikan susu  By Ny S terpasang OGT
melalui OGT
4. Memonitor berat badan  By Ny S diberikan susu 2,5cc/3 jam
dan tanda-tanda vital
melalui OGT
5. Berkolaborasi
pemberian medikasi  Residu lambung keruh kental
sebelum makan
 Reflek menelan dan menghisap
lemah
 BBL: 2300 gr, BBS: 2190 GR
 Terpasang infuse dextrose 10%
Rabu, 28 2 1. Memonitor suhu tubuh S: -
Desember 2. Memasukkan bayi ke
O:
2021 inkubator
09.00 3. Melakukan  Suhu tubuh 36,5 derajat celcius
WIB penghangatan pasif
(menggunakan slimut  Bayi terlihat tenang
tebal dan dibedong)  Injeksi ampicillin 100 mg,
4. Melakukan
penghangatan aktif gentamycin 10 mg melalui IV
internal (memberikan  GDS 86 mg/Dl
cairan infus hangat)

EVALUASI
NO DX HARI/TANGGAL/JAM EVALUASI
1 Senin, 27 Desember 2021 S: -
20.00 WIB O:
 Keadaan umum cukup
 BB: 2295 gr
 TB: 46 cm
 Nutrisi melalui OGT dengan susu 2,5cc/3 jam
 Residu lambung berwarna keruh kental
 Reflek menelan dan menghisap lemah
 Terpasang infuse dextrose 10 %
 kembung (-) dan muntah (-)
A: Masalah defisit nutrisi d.d ketidakmampuan
menelan makanan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi, Manajemen nutrisi
2 Senin, 27 Desember 2021 S: -
O:
20.00 WIB  Suhu tubuh 36,0 derajat celcius
 Bayi terlihat tenang
 Bayi dimasukkan di inkubator dengan suhu
inkubator 36,5 derajat celcius
 GDS 51 mg/dL
A: Masalah hipotermi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi, Manajemen hipotermia
1 Selasa, 28 Desember 2021 S: -
20.00 WIB O:
 Keadaan umum cukup
 BB: 2240 gr
 TB: 46 cm
 Nutrisi melalui OGT dengan susu 2,5cc/3 jam
 Residu lambung berwarna keruh kental
 Reflek menelan dan menghisap lemah
 Terpasang infuse dextrose 10 %
 kembung (-) dan muntah (-)
A: Masalah defisit nutrisi d.d ketidakmampuan
menelan makanan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi, Manajemen nutrisi
2 Selasa, 28 Desember 2021 S: -
20.00 WIB O:
 Suhu tubuh 36,6 derajat celcius
 Bayi terlihat tenang
 Bayi dimasukkan di inkubator dengan suhu
inkubator 36,5 derajat celcius
 GDS 141 mg/dL
A: Masalah hipotermi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi, Manajemen hipotermia
1 Rabu, 29 Desember 2021 S: -
20.00 WIB O:
 Keadaan umum cukup
 BB: 2190 gr
 TB: 46 cm
 Nutrisi melalui OGT dengan susu 2,5cc/3 jam
 Residu lambung berwarna keruh kental
 Reflek menelan dan menghisap lemah
 Terpasang infuse dextrose 10 %
 kembung (-) dan muntah (-)
 Injeksi ampicillin 100 mg, gentamycin 10 mg
melalui IV
A: Masalah defisit nutrisi d.d ketidakmampuan
menelan makanan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi, Manajemen nutrisi
2 Rabu, 29 Desember 2021 S: -
20.00 WIB O:
 Suhu tubuh 36,5 derajat celcius
 Bayi terlihat tenang
 Bayi dimasukkan di inkubator dengan suhu
inkubator 36,5 derajat celcius
 GDS 86 mg/dL
A: Masalah hipotermi teratasi
P: Pertahankan intervensi, Manajemen hipotermia
BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan tinjauan pustaka yaitu:


Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, pola nafas tidak efektif b.d
kelemahan otot pernapasan, resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer, risiko hipotermia b.d berat badan lahir rendah (Nurarif, 2015). Dari empat
diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka tidak semua ada pada tinjauan kasus.
Terdapat dua diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus yaitu: Defisit nutrisi d.d
ketidakmampuan menelan makanan dan hipotermia. Terdapat satu diagnosa yang
muncul tidak sesuai tinjauan pustaka yaitu: hipotermia. Hal ini menujukan bahwa
terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan kasus yang dilapangan.
Diagnosa keperawatan diambil berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan
oleh penulis. By Ny D saat dikaji mengalami defisit nutrisi dilihat dari berat badan
lahir 2300 gr dan berat badan saat ini 2190 gr. By Ny D juga mengalami
hipotermia dengan suhu 36 derajat celcius dikarenakan suhu ruangan yang ada di
rumah sakit serta terjadinya hipoglikemia pada bayi dimana GDS nya 51.
Bayi yang lahir dalam kondisi prematur memiliki kemampuan yang kurang
dalam koordinasi menghisap dan menelan yang dibutuhkan untuk menyusu ke ibu
atau minum melalui botol. Bayi prematur masih memiliki sistem gastrointestinal
yang belum matur termasuk pengosongan lambung. Proses pengosongan lambung
masih bersifat imatur meskipun pada bayi yang lahir cukup bulan, sehingga pada
bayi prematur pengosongan lambung akan lebih lambat (Moore, Pickler, 2017).
Tanda objektif lain dari intoleransi minum yaitu meningkatnya residu lambung,
emesis dan distensi abdomen (Wertheimer et al., 2019). Pada kasus residu
lambung hal ini menandakan pasien kekurangan cairan sehingga harus ada terapi
cairan yang tepat. Bayi prematur yang mengalami intoleransi pemberian minum
dapat menimbulkan masalah seperti perkembangan saluran pencernaan terhambat
dan kekurangan kalori yang dapat menyebabkan masalah dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
Pemberian nutrisi secara tepat diperlukan untuk proses maturasi dan
perkembangan saluran pencernaan, penyerapan, dan fungsi motorik
(Padila, Agustien, 2019). Nutrisi dapat diberikan menggunakan orogastric tube
(OGT) atau nasogastric tube (NGT). Perkembangan ketrampilan oral motor pada
bayi prematur usia gestasi kurang dari 34 minggu belum dapat mengkoordinasikan
secara simultan reflek menghisap, menelan dan bernapas sehingga pemberian
nutrisi melalui parenteral maupun enteral (Song et al, 2019). Nutrisi enteral lebih
baik dibandingkan nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi secara enteral mampu
merangsang pematangan gastrointestinal dan mencegah atrofi usus. Nutrisi yang
adekuat sangat penting untuk pertumbuhan optimal bayi berat lahir rendah (Padila
et al., 2018). Nutrisi enteral lebih diutamakan dibandingkan nutrisi parenteral
karena dapat menghindari komplikasi yang terkait kateterisasi vascular, sepsis,
dan efek merugikan. Nutrisi parenteral tetap penting diberikan sebagai tambahan
nutrisi enteral. Tujuan pemberian nutrisi pada BBLR adalah untuk mencapai
asupan enteral penuh dalam waktu singkat namun tetap mempertahankan
pertumbuhan dan nutrisi optimal dan menghindari konsekuensi buruk dari
kemajuan makan yang cepat (Kumar et al., 2017).
Jenis susu yang terbaik untuk bayi adalah air susu ibu (ASI). ayi yang
mendapatkan ASI dapat menyerap lemak lebih banyak dibandingkan
bayi yang mendapatkan susu formula karena kandungan lipase dalam ASI yang
tidak ada dalam susu sapi. Kandungan protein yang tinggi di dalam susu formula
dapat mempengaruhi keterlambatan waktu pengosongan lambung (Martin et al.,
2016; Nangia et al., 2018; Salas et al., 2020). Selain itu, kandungan laktosa dalam
susu matang (setelah 21 hari postpartum) cukup konstan. Konsentrasi laktosa yang
stabil penting dalam menjaga tekanan osmotik konstan dalam ASI, membantu
penyerapan mineral dan kalsium.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. H., Kamitsuru, S. (2017). Nanda International Inc, Nursing


Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017, Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Maryunani. (2013). Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta:
Trans Info Media.
Nurarif & Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing
Pokja Tim SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Cetakan ke 2. Jakarta Selatan: Dewan pengurus Pusat PPNI 2017.
Pokja Tim SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Cetakan ke 2. Jakarta Selatan: Dewan pengurus Pusat PPNI 2018.
Pokja Tim SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan
ke 2. Jakarta Selatan: Dewan pengurus Pusat PPNI 2019.
Proverawati & Ismawati. (2015). Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Penerbit Nuha medica.
Salsabila, S., Dian, I. (2016). Nutrisi bagi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
untuk Mengoptimalkan Tumbuh Kembang. Jurnal BBLR Nutrisi.
Sukarni, I. (2014). PATOLOGI Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus
Resiko Tinggi. Yogjakarta: Nuha Medika.
World health Organization (WHO). (2014). The Inciden Of Low Birt Weigh.
World Health Statistic: Geneva.
Kumar, R. K., Singhal, A., Vaidya, U., Banerjee, S., Anwar, F., & Rao, S.
(2017). Optimizing Nutrition In Preterm Low Birth Weight Infants-
Consensus Summary. Frontiers in Nutrition, 4(20), 1–9.

Martin, C. R., Ling, P. R., & Blackburn, G. L. (2016). Review of Infant


Feeding: Key Features of Breast Milk and Infant Formula. In Nutrients,
8(5), 279–289.

Moore, T. A., & Pickler, R. H. (2017). Feeding Intolerance, Inflammation, and


Neurobehaviors in Preterm Infants. J Neonatal Nurse, 23(3), 134–141.
Nangia, S., Bishnoi, A., Goel, A., Mandal, P., Tiwari, S., & Saili, A. (2018).
Early Total Enteral Feeding in Stable Very Low Birth Weight Infants:
A Before and After Study. J Trop Pediatr, 64(1), 24–30.

Padila, P., & Agustien, I. (2019). Suhu Tubuh Bayi Prematur di Inkubator
Dinding Tunggal dengan Inkubator Dinding Tunggal Disertai Sungkup.
Jurnal Keperawatan Silampari, 2(2), 113–122.
Padila, P., Amin, M., & Rizki, R. (2018). Pengalaman Ibu dalam Merawat Bayi
Preterm yang Pernah dirawat di Ruang Neonatus Intensive Care Unit
Kota Bengkulu. Jurnal Keperawatan Silampari, 1(2), 1–16.

Salas, A. A., Li, P., Parks, K., Lal, C. V, Martin, C. R., & Carlo, W. A. (2020).
Early Progressive Feeding in Extremely Preterm Infants: A
Randomized Trial. The American Journal of Clinical Nutrition, 107(3),
365–370.
Song, D., Jegatheesan, P., Nafday, S., Ahmad, K. A., Nedrelow, J., Wearden,
M., Nemerofsky, S., Pooley, S., Thompson, D., Vail, D., Cornejo, T.,
Cohen, Z., & Govindaswami, B. (2019). Patterned Frequency
Modulated Oral Stimulation in Preterm Infants: A Multicenter
Randomized Controlled Trial. Plos One, 14(2), 1– 15.
Wertheimer, F., Arcinue, R., & Niklas, V. (2019). Necrotizing Enterocolitis:
Enhancing Awareness for the General Practitioner. Pediatrics in
Review, 40(10), 517–527.
WHO. 2015. Materi Pembelajaran Kesehatan Ibu & Anak. Edukia 2015.

Anda mungkin juga menyukai