Anda di halaman 1dari 1

Pasca Pandemi Covid-19 dan Masa Depan Agama

Rentetan peristiwa kala pandemi covid-19 cukup menjadi catatan dalam sejarah kehidupan.
Krisis multidimensional menjadi konsekuensi logis dalam masa pandemi covid-19. Selain itu,
perdebatan sains dan agama tak kunjung usai. Klaim sains dalam menghadapi pandemi
memiliki cara tersendiri. Pun, klaim agama dalam menghadapi pandemi sesuai dengan
ajarannya. Namun, dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Pandemi covid-19 mulai
berangsur-angsur mereda. Banyak negara yang sudah siap menyatakan covid-19 sebagai
endemi bukan lagi pandemi.

Covid 19 dari pandemi ke endemi tentu menuai banyak peristiwa yang tak mudah untuk
dilupakan. Krisis multidimensional dan perdebatan sains dan agama menyita ruang
tersendiri dalam memori manusia. Sains lebih bergerak dominan dalam mengatasi pandemi
covid 19. Pun Agama sebagai institusi tentu berpotensi untuk turut mendukung apa yang
telah diwacanakan oleh sains atau bahkan sebaliknya. Realitas yang terjadi, manusia
pendukung sains akan menganggap bahwa pandemi covid 19 disebabkan oleh manusia.
Sedang, pemeluk agama menganggap bahwa pandemi adalah teguran Tuhan. Dua klaim
tersebut terus diperdebatkan hingga saat ini (Pasca Pandemi Covid-19).

Tawaran sains dalam konteks pandemi covid-19 lebih logis dan rasional. Sebab, pandemi
covid-19 yang berasal dari kesehatan merupakan ruang lingkup sains. Berbeda dengan
agama. Agama dalam konteks pandemi memberikan tawaran dengan pendekatan teologis
dan spiritualitas kepada pemeluknya. Dua landasan yang berbeda dalam mengatasi
pandemi covid-19 tentu akan mempengaruhi masa depannya. Setelah pandemi (Pasca
Pandemi Covid-19) siapakah yang lebih manusia percaya? Sains atau agama? Atau justru
sains dan agama saling bekerjasama?

Dengan latar belakang yang demikian, “Pasca Pandemi Covid-19 dan Masa Depan Agama”
merupakan tema yang akan didiskusikan dalam konferensi mahasiswa internasional yang
diselenggarakan oleh Organisasi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai