Anda di halaman 1dari 2

Nama: Naufal Alwan Zuriadie

NIM: 010001900449

UAS Etika Profesi Hukum

1. Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “Ethikos”
yang artinya timbul dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini etika memiliki sudut
pandang normatif dimana objeknya adalah manusia dan perbuatannya

Harus di buatkan atau dimasukan kedalam suatu peraturan yang di atur dalam
kode etik tersebut supaya bisa di taati oleh semua anggota profesi yang
bersangkutan dan bila di langar oleh anggota profesi tersebut maka akan
mendapatkan sanksi.

2. Dasarnya bahwa kode etik memiliki dua fungsi yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan.

Fungsi itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson dan Michel yang lebih
mementingkan pada kode etik sebagai pedoman. Pelaksanaan tugas
professional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.

Oleh karena itu, pada dasarnya tujuan kode etik di buat oleh lembaga sendiri
supaya
- Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
- Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
- Memberi perlindungan kepada anggotanya dalam menjalankan profesinya.
3. Mengapa berbeda? Karena, Sebuah Kode etik Notaris berbeda dengan kode etik
Pejabat Pembuat Akta Tanah, karena keduanya mengatur dua profesi yang
berbeda, dan diatur oleh dua organisasi yang berbeda.
Yang mana Kode Etik Notaris ditetapkan dan oleh Organisasi Notaris, yaitu
Ikatan Notaris Indonesia (INI). Sedangkan Kode etik PPAT dibuat oleh
Organisasi PPAT, yaitu Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
perbedaannya ialah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya
(Pasal 1 angka 1 UU 2/2014)

sedangkan PPAT adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta-
akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (Pasal 1 angka 1 PP 24/2016)

4. Karena Lembaga profesi hukum mempunyai otorita atau kewenangan untuk


membuat peraturan bagi para anggotanya, karena kode etik dibuat oleh
organisasi untuk ditaati oleh seluruh anggota profesi. Oleh karena itu, anggota-
anggota organisasi yang bersangkutan yang memahami dan juga melaksanakan
kode etik tersebut. Mana yang boleh dilakukan sesuai etika yang berlaku dan
mana yang tidak boleh dilakukan atau melanggar etika tersebut, jadi orang yang
di dalam organisasi tersebut yang paling memahami mana yang etis dan mana
yang tidak etis.
5. Perlu diupayakan secara maksimal tugas pengawasan secara internal dan
eksternal, oleh Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI. Wewenang dan
tugas pengawasan tersebut diorientasikan untuk memastikan bahwa semua
hakim sebagai pelaksana utama dari fungsi pengadilan itu berintegritas tinggi,
jujur, dan profesional, sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan
pencari keadilan. Dikarenakan hakim sendiri mempunyai etika dan adaptasi
kebiasaan yang berlaku dalam tatapergaulan masyarakat, untuk menjamin
terciptanya pengadilan yang mandiri dan tidak memihak oleh pihak manapun.

Anda mungkin juga menyukai