Kelas : PAI 4A
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini telah kami selesaikan.Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI.Selain itu, memahami,
menguasai, serta dapat mengetahui informasi dari isi makalah.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu membuat makalah ini. Kami menyusun makalah ini
dengan cara meringkas secara padat dan lengkap agar makalah ini menjadi lebih mudah
dimengerti dan dipahami.
Fungsi makalah ini untuk menambah wawasan bagi kami dan bagi pembaca, serta
dapat memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI yang telah diberikan.Tiada
gading yang tak retak seperti makalah ini yang masih memiliki kekurangan, sehingga kritik
dan saran selalu kami harapkan.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
C. Tujuan.............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Moch. Agus Krisno Budiyanto, Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
di Pendidikan Dasar di Malang, Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016:
46-51
2
Moch. Agus krisno,
3
mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran
deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk
kemudian menarik simpulan yang spesifik.Sebaliknya, penalaran induktif memandang
fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan.Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam
relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik
dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
(Kemendikbud, 2013, Wieman, 2006, Wieman, 2007).
4
diterapkan adalah pendekatan saintifik yang diperkaya dengan pendekatan berbasis
masalah dan pendekatan berbasis projek. Pendekatan Saintifik dengan atau tanpa
diperkaya dengan salah satu atau lebih di antara pendekatan-pendekatan
pembelajaranberikut: Pembelajaran Berbasis Projek, Pembelajaran Berbasis Masalah,
Pembelajaran Kooperatif, dan Pendekatan Komunikatif. Pemilihan tambahan
metode/pendekatan dapat dilakukan dengan menganalisis buku siswa, buku guru
dan/atau berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik.3
3
Wieman, C. (2006). Science Education for the 21st Century; A Scientific Approach Science Education. XX International
Cofference on Atomic Physics, ICAP. American Institute of Physics: 978-7354-0367-3/06, pp 19-26.
5
Untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini,
tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat non-
ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran disajikan sebagai
berikut :
1. Mengamati
2. Menanya
6
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru,
masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat
di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mendiri.Dari
kegitan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan.Melalui kegiatan bertanya,
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.Semakin terlatih dalam bertanya, rasa
ingin tahu semakin dapat dikembangkan.Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk
mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan
guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai
sumber yang beragam.
3. Mencoba
a. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan
kurikulum
b. Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan
7
c) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
4. Menalar
Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam
benyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran
adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
5. Mengolah
8
guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar.Sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah
pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka
berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan
cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkinkan peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta
didik secara bersama-sama, saling bekerja sama, saling membantu mengerjakan
hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
6. Menyimpulkan
7. Menyajikan
8. Mengomunikasikan
9
mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau
ada yang harus diperbaiki. 4
Kelebihan
c. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk aktif
dengan berbagai sumber belajar
4
Barrows, H.S. 1996. “Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview” Dalam Bringing problem-based
learning to higher education: Theory and Practice (hal 3-12). San Francisco: Jossey-Bass.
10
e. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial
dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
Kelemahan
Dari semua uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan salah satu
komponen yang sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh karena itu
guru harus selalu berusaha dan berinovasi untuk menemukan strategi, metode, model
dan pendekan yang tepat dalam pembelajaran. Adapun salah satu pendekatan yang
dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah
pendekatan metode saintifik dalam pembelajaran (Sumayasa, 2015). Pembelajaran
yang digunakan dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan yakni smengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), dan merumuskan masalah, mengajukan
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagaiteknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik mengenal, dan memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran
diharapkan terciptadiarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari
berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. 5
5
Delisle, R. (1997). How to Use Problem_Based Learning In the Classroom. Alexandria, Virginia USA: ASCD.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Wieman, C. (2006). Science Education for the 21st Century; A Scientific Approach to
Wieman, C. (2007). Why not try: a Scientific Approach to Science Education. Change,
Barrows, H.S. 1996. “Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview”
Dalam Bringing problem-based learning to higher education: Theory and Practice (hal
13