Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI

Strategi Pembelajaran Saintifik Learning (Pembelajaran Ilmiah)

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu : Ahmad Muzakkil Anam, M.Pd.I

Kelas : PAI 4A

Disusun oleh Kelompok 10 :

1. Safina Potabuga (203111004)

2. Maulinatun Khoiriyyah (203111015)

3. Syifa Maheswari Sahda (203111029)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini telah kami selesaikan.Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI.Selain itu, memahami,
menguasai, serta dapat mengetahui informasi dari isi makalah.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu membuat makalah ini. Kami menyusun makalah ini
dengan cara meringkas secara padat dan lengkap agar makalah ini menjadi lebih mudah
dimengerti dan dipahami.

Fungsi makalah ini untuk menambah wawasan bagi kami dan bagi pembaca, serta
dapat memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI yang telah diberikan.Tiada
gading yang tak retak seperti makalah ini yang masih memiliki kekurangan, sehingga kritik
dan saran selalu kami harapkan.

Surakarta, 01 April 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan.............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Saintifik Learning...................................................... 3

B. Karakteristik Pembelajaran Saintifik Learning……........................................................ 5

C. Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik Learning …….............................................. 5

D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Saintifik Learning..…….….………............. 10

BAB III PENUTUP….... ..................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 12

B. Saran ................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan proses pembelajaran yang


menggunakan proses berpikir ilmiah. Pendekatan ilmiah dapat dijadikan sebagai
jembatan untuk perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan
pengetahuan peserta didik.Menurut Permendikbud No. 81 A tahun 2013 memberikan
konsepsi bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dapat dilakukan
sesuai dengan kreatifitas guru, walaupun telah ada buku guru. Guru dapat
mengembangkan sendiri sesuai dengan keadaan peserta didik dan sekolah masing-
masing.

Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan


pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.Pembelajaran
berbasis pendekatan saintifik lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran
tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua
hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian dari strategi pembelajaran saintifik learning?

2. Bagaimana karakterisitik dari pembelajaran saintifik learning?

3. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran saintifik learning?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran saintifik learning?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari strategi pembelajaran saintifik learning

2. Untuk mengetahui tentang karakteristik dari pembelajaran saintifik learning

3. Untuk mengetahui tentang langkah-langkah pembelajaran saintifik learning

4. Untuk mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan pembelajaran saintifik


learning

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Saintifik Learning (Pembelajaran Ilmiah)

Pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang


dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Penerapan
pendekatan saintifik dalampembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. 1

Penyebab perbedaan pengetahuan danketerampilan implementasi pendekatan


saintifik dalam pembelajaran yaitu: 1) frekuensi pelatihan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran yang diikuti oleh Guru, 2) peran kelompok guru (Kelompok Kerja Guru
dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dan 3) usia guru .Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dapat dinyatakan bahwa
sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap,pengetahuan, dan
keterampilan yang dicapai dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific),
tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran), pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning), dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning). 2

Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan


pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih

1
Moch. Agus Krisno Budiyanto, Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
di Pendidikan Dasar di Malang, Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016:
46-51
2
Moch. Agus krisno,

3
mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran
deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk
kemudian menarik simpulan yang spesifik.Sebaliknya, penalaran induktif memandang
fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan.Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam
relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik
dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
(Kemendikbud, 2013, Wieman, 2006, Wieman, 2007).

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau


gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya.Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus
berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya
memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen,kemudian
memformulasi dan menguji hipotesis.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana


dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuksemua mata pelajaran.Untuk mata pelajaran,
materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja
prosespembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah (Kemendikbud, 2013, Wieman,2006,
Wieman, 2007).

Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik itu lebih efektif hasilnya


dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa
pada pembelajaran tradisional,retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah
lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dariguru sebesar lebih
dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70
persen (Kemendikbud, 2013, Atsnan dan Gazali,2013).

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi


Kurikulum lampiran IV dinyatakan bahwa metode yang direkomendasikan untuk

4
diterapkan adalah pendekatan saintifik yang diperkaya dengan pendekatan berbasis
masalah dan pendekatan berbasis projek. Pendekatan Saintifik dengan atau tanpa
diperkaya dengan salah satu atau lebih di antara pendekatan-pendekatan
pembelajaranberikut: Pembelajaran Berbasis Projek, Pembelajaran Berbasis Masalah,
Pembelajaran Kooperatif, dan Pendekatan Komunikatif. Pemilihan tambahan
metode/pendekatan dapat dilakukan dengan menganalisis buku siswa, buku guru
dan/atau berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik.3

B. Karakteristik Pembelajaran Saintifik Learning

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Berpusat pada siswa.

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau


prinsip.

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang


perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa.

4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

C. Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik Learning

Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang


dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).Proses pembelajaran
harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan
ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi
menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah
data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

3
Wieman, C. (2006). Science Education for the 21st Century; A Scientific Approach Science Education. XX International
Cofference on Atomic Physics, ICAP. American Institute of Physics: 978-7354-0367-3/06, pp 19-26.

5
Untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini,
tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat non-
ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran disajikan sebagai
berikut :

1. Mengamati

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran


(meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Metode mangamati sangat bermanfaat bagi pemenuh rasa
ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi.

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bevariasi


kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi
pembelajaran yaitu cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

2. Menanya

Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan


mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Dalam
kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik
untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Guru
perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan
tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai pada yang abstrak
berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotesis.Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi
secara kritis, logis, dan sistematis (critical thinking skills).

6
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru,
masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat
di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mendiri.Dari
kegitan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan.Melalui kegiatan bertanya,
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.Semakin terlatih dalam bertanya, rasa
ingin tahu semakin dapat dikembangkan.Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk
mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan
guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai
sumber yang beragam.

3. Mencoba

Aplikasi metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai


ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:

a. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan
kurikulum

b. Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan

c. Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen


sebelumnya

d. Melakukan dan mengamati percobaan

e. Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data

f. Menarik kesimpulan atas hasil percobaan

g. Membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka :

a) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan


murid

b) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan

7
c) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu

d) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid

e) Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen

f) Membagi kertas kerja kepada murid

g) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru

h) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, jika dianggap


perlu didiskusikan secara klasikal.

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba


dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

4. Menalar

Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam
benyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran
adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013


dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif.Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama
mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang
sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

5. Mengolah

Pada tahapan mengoalah ini, peserta didik sedapat mungkin dikondisikan


belajar secara kolaboratif.Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi

8
guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar.Sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah
pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka
berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.

Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan
cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkinkan peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta
didik secara bersama-sama, saling bekerja sama, saling membantu mengerjakan
hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.

6. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa


dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan
dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.

7. Menyajikan

Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat


disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu, yang sebelumnya
dikonsultasikan terlebih dulu kepada guru.Pada tahapan ini kendati tugas
dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh
masing-masing individu sehingga portofolio yang dimasukkan ke dalam file atau
map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.

8. Mengomunikasikan

Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil


pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau
secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.Kegiatan
mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik

9
mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau
ada yang harus diperbaiki. 4

D. Kelebihan dan Kekurangan Saintifik Learning

Dalam menerapkan Scientific Approach, diperlukan kefahaman dan kreativitas


guru dalam menyampaikan materi dengan pendekatan ilmiah tersebut.Kefahaman dan
kreativitas guru dalam menerapkan Scientific Approach dapat dilihat dari segi
pemahaman terhadap penerapan pendekatan tersebut harus dilakukan.Scientific
Approach sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan.Salah satu kelebihan Scientific
Approach, yaitu untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. Guru harus
memperhatikan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran. bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh: (1) diri
siswa sendiri sebagai pelaku utama dalam proses belajar mengajar, (2) diri guru
sebagai pengelola proses belajar mengajar dengan segala keunikannya, (3) tujuan
pendidikan yang menjadi sasaran pencapaian dari proses belajar mengajar, (4) bahan
pembelajaran sebagai bahan penunjang pokok bagi tercapainya tujuan, (5) kemudahan
untuk mencapai sumber bahan pengajaran, (6) suasana sekitar pada waktu belajar.

Kelebihan dan Kelemahan dari Saintifik Learning

 Kelebihan

a. Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan


siswa aktif dan kreaktif dalam pembelajaran.

b. Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru


untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.

c. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk aktif
dengan berbagai sumber belajar

d. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains


dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

4
Barrows, H.S. 1996. “Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview” Dalam Bringing problem-based
learning to higher education: Theory and Practice (hal 3-12). San Francisco: Jossey-Bass.

10
e. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial
dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.

f. Dapat mengembangkan karakter siswa

g. Penilaiannya mencakup semua aspek

 Kelemahan

a. Dibutuhkan kreativitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan


belajar dengan menggunakan pendekatan scientific sehingga apabila
guru tidak mau kreatif, maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Guru jarang menjelaskan materi pelajaran, karena guru banyak yang


beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu
menjelaskan materinya.

Dari semua uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan salah satu
komponen yang sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh karena itu
guru harus selalu berusaha dan berinovasi untuk menemukan strategi, metode, model
dan pendekan yang tepat dalam pembelajaran. Adapun salah satu pendekatan yang
dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah
pendekatan metode saintifik dalam pembelajaran (Sumayasa, 2015). Pembelajaran
yang digunakan dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan yakni smengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), dan merumuskan masalah, mengajukan
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagaiteknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik mengenal, dan memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran
diharapkan terciptadiarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari
berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. 5

5
Delisle, R. (1997). How to Use Problem_Based Learning In the Classroom. Alexandria, Virginia USA: ASCD.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran yang digunakan dengan pendekatan saintifik adalah proses


pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan yakni
smengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), dan merumuskan
masalah, mengajukan merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenal, dan memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu
kondisi pembelajaran diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi
tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan
dalam proses seperti mengamati, beserta mengklasifikasi, mengukur, tidak lupa
meramalkan, menjelaskan, menyimpulkan,Yang sudah terukur dari setiap langkah –
langkahnya, meskipun terdapat kelebihan dan kekurangan di dalamnya namun
saintifik learning ini bisa di gunakan dalam metode pembelajaran guna
meningkatkan kemandirian terhadap siswa .

B. Saran

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi


pembahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kesalahan.Penulis
banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada kami demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. (2013). Konsep Pendekatan Scientific. Bahan Pelatihan, Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Wieman, C. (2006). Science Education for the 21st Century; A Scientific Approach to

Science Education. XX International Cofference on Atomic Physics, ICAP. American

Institute of Physics: 978-7354-0367-3/06, pp 19-26.

Wieman, C. (2007). Why not try: a Scientific Approach to Science Education. Change,

September/October 2007, pp 1-15.

Barrows, H.S. 1996. “Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview”

Dalam Bringing problem-based learning to higher education: Theory and Practice (hal

3-12). San Francisco: Jossey-Bass.

Delisle, R. (1997). How to Use Problem_Based Learning In the Classroom. Alexandria,

Virginia USA: ASCD.

13

Anda mungkin juga menyukai