Kelompok 4
A. KASUS
Rio , 8 thn, tulisan buruk tidak terbaca, prestasi disekolah buruk. Sejak kecil sering
menunjukkan tingkah laku yang canggung. Ia pun sering jatuh atau terguling, misalnya pada
saat mau memungut kertas dilantai. Sering menubruk perabotan di dlm rumah, dan setiap
pulang sekolah bajunya kotor karena sering jatuh. Ia juga kesulitan meloncat, berlari, dan
sulit melakukan jungkir balik. Di usianya saat ini, ia masih mengalami kesulitan dalam
menaiki sepeda.
Hingga saat ini, rio masih saja dimandikan dan bajunya dipakaikan oleh ibu. Begitupun
untuk mengikat tali sepatunya, ia belum bisa sendiri. Pada saat makan menggunakan sendok,
ia seringkali menumpahkan makanannya. Ketika ada tugas prakarya di sekolah, ia sulit untuk
mengikutinya karena belum bisa menggunakan gunting, pensil, atau crayon.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Pada kasus diatas dapat ditarik beberapa masalah yang terjadi seperti dibawah ini :
1. Rio Sejak kecil sering menunujukkan tingkah laku yang canggung.
2. Saat berusia 8 tahun tulisannya buruk dan tidak terbaca, presentasi disekolah buruk,
bahkan ia tidak biasa menyelesaikan tugas prakarya di sekolah karena belum bisa
menggunakannya . Selain itu ia mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas
seperti ia sering jatuh, kesulitan meloncat, berlari, jungkirbalik hingga masih
kesulitan manaiki sepeda.
3. Hingga kini Rio masih saja tidak bisa melakukan apapun sendiri dia sangat perlu
bantuan dari ibunya seperti masih dimandikan, dipaikan baju, mengikat tali sepatu.
C. KAJIAN PUSTAKA
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh.
Perkembangan motorik adalah perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak
tubuh. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara umum ada tiga tahap perkembangan
keterampilan motorik anak pada usia dini, yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan
autonomous. Optimalnya pertumbuhan fisik anak memang sangat penting karena secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku sehari-harinya. Secara
langsung, pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilannya dalam bergerak,
sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan kemampuan
fisik/motorik anak akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang
lain. Sedangkan meningkatnya keterampilan motorik anak akan meningkatkan pula aspek
fisiologis, kemampuan sosial emosional dan kognitif anak,
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik
kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah gerakan yang
membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak, sedangkan gerakan motorik
halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan
gerakan pergelangan tangan. Kedua macam gerakan ini sangat diperlukan anak di
kemudian hari. Seefel (dalam Moelichatoen, 1999), menggolongkan tiga keterampilan
motorik anak, yaitu:
Namun biasanya juga sulit membedakan apakah perkembangan motorik kasar anak
termasuk normal atau tidak. Proses kematangan setiap anak memang tidak selalu sama,
sehingga laju perkembangan antara anak yang satu dari yang lain sangat berbeda. Itulah
sebabnya ada anak yang bisa berjalan ketika usianya mencapai 12 bulan, sementara anak
lain baru bisa berjalan pada usia 15 bulan. Sekalipun demikian tidak berarti bayi yang
bisa cepat berjalan lebih pandai dari bayi yang relatif lebih lambat berjalan. Setiap anak
pada dasarnya memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda-beda, sehingga
kemungkinan anak yang terlambat berjalan justru lebih cepat dalam perkembangan
berbicaranya. Yang lebih pentmg adalah memantau perkembangan motorik anak
terlambat atau sesuai dengan norma perkembangan yang ada, apabila ada keterlambatan
perlu diperiksa secara saksama.
Keterlambantan yang terjadi bisa bersifat fungsional yang tidak berbahaya, atau
merupakan tanda adanya kerusakan pada susunan saraf, seperti cerebral palsy atau
gangguan sistem motorik yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang mengatur
kemampuan gerak otot-otot tubuh, perdarahan otak, asfiksia atau bayi tidak langsung
menangis saat lahir, benturan atau trauma kepala yang berat, serta adanya kelainan
sumsum tulang belakang dan gangguan saraf tepi atau penyakit saraf tepi atau
poliomielitis yang menyebabakan kelumpuhan serta penyakit otot atau distrofia
muskulorum
E. DAFTAR PUSTAKA
Sujiono, B., Sumantri, M. S., & Chandrawati, T. (2014). Hakikat Perkembangan Motorik
Anak. Modul Metod. Pengemb. Fis, 1-21.
Komaini, A. (2018). Kemampuan motorik anak usia dini.
Ubaidillah,Khasan.(2018). Penggunaan terapi okupasi untuk pengembangan motoric
halus anak down syndrome. IAIN Surakarta, Vol.13 No. 1
Amung Makmum. Yudha M.S. (2000). Perkembangan gerak dan belajar gerak. Jakarta;
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.