TYPHOID
Oleh :
NIM : 211277
Tahun 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. Penyakit - penyakit yang selama ini tidak terdiagnosis dan terobati, sekarang
sudah banyak teratasi. Tetapi untuk memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak
dapat mengendalkan hanya pada tindakan kuratif, karena penyakit yang memerlukan
biaya mahal itu sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi pola
mengalokasi dana kesehatan yang lebih menekankan pada segi preventif dari pada kuratif.
Pada setiap manusia terdapat rentang perubahan pertumbuhan, perkembangan dan rentang
sakit. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran,
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, bersifat kuantitatif sehingga bisa di ukur
dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran, panjang (cm, meter). Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur. Dalam proses berkembangnya anak memiliki ciri fisik, kognitif,
konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Rentang sehat sakit merupakan batasan
yang dapat diberikan bantuan pelayanan keperawatan pada setiap orang adalah suatu
kondisi pada setiap orang berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat
optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam
menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas
rentang tersebut setiap orang membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah
Kesehatan utama di negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular tropis
Typhoid berasal dari bahasa Yunani "typhos" yaitu penderita demam dengan
gangguan kesadaran. Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus
yang disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman
Salmonella thypi. Demam tifoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segara di
tangani secara baik dan benar, bahkan menyebabkan kematian. Demam Typhoid atau
tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan
umun yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik. Telah kasus di rumah sakit besar di Indonesia
seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam tifoid
mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di Indonesia sendiri, penyakit tifoid
bersifat endemik, menurut WHO angka penderita demam tifoid di Indonesia mencapai
81% per 100.000 (Depkes RI, 2013). Kasus tertinggi Demam typhoid adalah di Kota
Semarang yaitu sebesar 4.973 kasus (48,33%) dibanding dengan jumlah keseluruhan
kasus demam typoid di kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Dibandingkan jumlah
kasus keseluruhan PTM lain di Kota Semarang sebesar 3,19%. Sedangkan kasus tertinggi
kedua adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 3.164 kasus (14,25%) dan apabila dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 10,99%.
Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Semarang yaitu 4 kasus (0,01%). Rata-
rata kasus Demam typhoid di Jawa Tengah adalah 635,60 kasus. Penyakit ini mempunyai
tanda - tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu
disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit
daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia.
Gejala typhoid yang timbul bervariasi, mulai ringan hingga berat, bahkan demam
pada sore hari. Terkadang karena ringannya gejala demam typhoid, penderita sering
menganggap remeh dan enggan pergi ke dokter.Penyakit typoid yang sudah akut,
gejalanya semakin serius seperti nyeri ulu hati, nyeri lambung, diare bahkan konstipasi,
sakit kepala, mual, sampai muntah-muntah. Jika demam typhoid tidak segera ditangani
akan mengakibatkan gangguan kesadaran mulai dari ringan hingga berat. Komplikasi
yang bisa terjadi pada pasien demam typhoid adalah perforasi usus, perdarahan usus, dan
neuropsikiatri (koma). Perawat memiliki beberapa peran yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah yang timbul akibat typhoid, diantaranya adalah sebagai care provider
yaitu menganjurkan klien untuk beristirahat, menjaga kebersihan pribadi dan memberikan
perawatan sesuai tanda dan gejala yang muncul. Peran perawat juga dapat sebagai
penyuluh dan konsultan yaitu perawat dapat berperan dalam memberikan petunjuk asuhan
keperawatan dasar terhadap klien dan keluarga disamping menjadi penasehat dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
bakteri Salmonella typhi, yang banyak dijumpai secara luas diberbagai negara
berkembang terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropis. Gejala yang
muncul 1-3 minggu setelah terkena, dan mungkin ringan atau berat. Gelanya meliputi
demam tinggi atau hipertermia pada malam hari, yang berkepanjangan, kenaikan suhu
pada minggu pertama, menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam
hari, sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, sembelit, atau diare,
disertai bintik-bintik merah muda didada (Rose spots), dan pembesaran limpa dan hati
(Inawati, 2017)
Thypoid tidak hanya terjadi pada kalangan orang dewasa saja namun juga
pada usia anak-anak. Anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
penularan bakteri atau virus yang disebarkan melalui proses pencernaan makanan
(food borne diseases). Food borne diseases merupakan suatu penyakit karena adanya
bakteri yang masuk dalam tubuh manusia melalui proses pencernaan makanan.
Gambaran klinis pada typoid sangat bervariasi mulai dari ringan sampai berat dengan
komplikasi yang dapat menyebabkan kematian. Salah satu faktor penyebab terjadinya
B. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
(somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan
antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu
15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor
pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
Titik, 2016).
Penyebab dari penyakit demam tifoid ini adalah bakteri Salmonella typhi. Biasanya
2. Bakteri Salmonella typhi juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan
orang yang telah terinfeksi (penyajian makanan oleh orang yang sedang mengalami
demam tifoid).
dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman).
Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hel lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka
basil salmonella akan menembus sel- sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan
duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama
hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel
organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat
Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan
gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia
plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak
peyeri pada mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses
yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
Pemeriksaan serologis
PENUTUP
A. Kesimpulan