Anda di halaman 1dari 18

Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara

Volumetri & Spektrofotometri

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Salah satu percobaan yang terdapat dalam praktikum analisis
farmasi yaitu pengidentifikasian suatu zat yang terdapat dalam suatu
senyawa serta dilakukan penetapan kadar dari suatu zat tersebut.
Dalam hal di dikategorikan kedalam metode analilis kuantitatif dan
kualitatif.
Adapun analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan
banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Sedangkan
Analisis kualitatif membahas yang berkaitan dengan identifikasi
suatu zat, bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu senyawa
yang terdapat dalam suatu sampel. Analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif saling berhubungan satu sama lain bagi seorang farmasi
untuk mengetahui untuk melakukan pengujian pada suatu sampel.
Pada praktikum ini akan dilakukan percobaan Identifikasi dan
Penetapan Kadar Sediaan bedak asam salisilat secara volumetri dan
spektrofotometri dengan menggunakan sampel bedak herocyn yang
diujikan pada praktikum kali ini.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada suatu
sediaan bedak memiliki kandungan asam Salisilat yang cocok sesuai
dengan yang tercantum dalam kemasan suatu sediaan.
Bedak adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.Bahan obatnya larut
atau terdispersi homogeny dalam dasar bedak yang cocok.
bedak harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil , tidak
terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar dan semua zat yang
dalam bedak harus halus.

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

1.2. Maksud praktikum


Adapun maksud dari percobaan ini untuk mengetahui dan
mempelajari bagaimana cara identifikasi dan penetapan kadar
sediaan bedak Herocyn secara volumetri dan spektrofotometri.
1.3 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Mengidentifikasi asam salisilat yang terdapat pada sediaan bedak.
2. Menghitung kadar asam salisilat secara volumetri.
3. Menghitung kadar asam salisilat secara spektrofotometri

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum


Dasar identifikasis pengenalan unsur-unsur terletak pada
sifat-sifat kimia atau fisika. Sifat-sifat yang paling sederhana yang
dipakai untuk pengenalan adalah sifat-sifat yang langsung dapat
diamati. Misalnya, warna suatu senyawa atau hasil reaksi dengan
pereaksi tertentu, dapat dipakai sebagai dasar pengenalan
(Chadijah, 2012).
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih
kecil dari 7. Dalam defenisi modern, asam adalah suatu zat yang
dapt memberi proton (ion H+) kepada zat lain yang disebut basa atau
dapat menerima pasangan electron bebas dari suatu basa. Suatu
asam bereaksi dengan suatu basa, dalam reaksi penetralan untuk
membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat, asam borat,
asam salisilat, asam benzoate dan lain sebagainya (Widyanto,
2008).
Dalam analisis kimia yang paling sering digunakan adalah
analisis kimia secara kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur.
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi
elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam
sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara
untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam
suatu sampel (Gandjar, 2007).
Mengemukakan bahwa asam adalah suatu zat yang bila
dilarutkan kedalam air akan menghasilkan ion hidronium (H +). Asam
umumnya merupakan senyawa kovalen dan akan bersifat asam bila
sudah larut ke dalam air. Sedangkan basa adalah suatu senyawa
yang di dalam air (larutan) daapt menghasilkan ion OH -. Umumnya

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

basa terbentuk dari senyawa ion yang mengandung gugus


hidroksida (OH-) di dalamnya (Sudarmo,2006).
Sejumlah gugus fungsional organik dapat dit entukan dengan
titrasi asam basa. Asam karboksilat, R—COOH, umumnya
mempunyai harga pKa sekitar 4 samapi 6 dan mudah dititrasi (Roth,
1994).
Asam merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik,
misalnya memiliki rasa asam, dapat merusak permukaan logam juga
lantai marmer atau sering disebut dengan korosif. Asam juga dapat
bereaksi dengan logam dan menghasilkan gas hydrogen, sebagai
indicator sederhana terhadap senyawa asam, dapat dipergunakan
kertas lakmus, dimana asam dapat mengubah kertas lakmus biru
menjadi merah.( Kasmadi,2006).
Asam salisilat merupakan baik asam karboksilat maupun
fenol. Dengan kondisi yang adap ada Ph.Eur.III yaitu dengan adanya
etanol dan menggunakan merah fenol sebagai indikator, senyawa ini
dititrasi sebagai asam bervalensi 1 (pKa = 2,98) (Roth, 1994).
Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima
dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis:
(Tim Dosen UIT, 2011)
1. Arrhenius : menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang
meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H 3O+) ketika dilarutkan
dalam air. Definisi yang pertama kali dekemukakan oleh Svante
Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang
dapat larut dalam air.
2. Bronsted-Lowry : asam adalah pemberi proton kepada basa.
Asam dan basa bersangkutan desebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat. Bronsted dan Lowry secara terpisah
mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak
larut dalam air.

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

3. Lewis : asam adalah penerima pasangan electron dari basa.


Definisi ini dapat mencakup asam yang tidak mengandung
hydrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi (III)
klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital
molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan
electron pada orbital kosongnya yang paling rendah dari orbital
terisi yang tertinggi dari suatu basa.
Turunan asam karboksilat seperti ester, lakton, anhidra asam
dan halogenida asam dapat dititrasi secara acidimetri, jika
dilaksanakan dengan alkali berlebih dan setelah penyabunan
kelebihan alkali ini dititrasi dengan kembali dengan asam mineral.
Dalam semua hal, ester yang ada disabunkan dan alkali yang
berlebih ditentukan secara alkalimetri (Wunas, 2002).
Sifat-sifat asam (Ditjen POM, 1979) :
a. Dapat membentuk garam dengan NaOH dan NaHCO 3, sedangkan
fenol hanya dapat denganNaOH
b. Terbagi dalam yang alifatis dan yang aromatis
c. Yang alifatis mudah larut dalam air dan yang aromatis larut dalam
petroleum eter
d. Asam alifatis ada yang diikat dengan uap waktu di destilasi tetapi
ada yang tidak larut.
Bila suatu gugus hidroksil terikat langsung pada suatu atom
dari gugus karbonil, terjadilah suatu gugus fungsi baru, gugus
karboksil. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus karboksil
merupakan asam karena dalam air senyawa-senyawa tersebut
sedikit mengalami ionisasi dengan pelepasan proton dan dapat
dinetralisasikan dengan basa. Asam-asam organik pada umumnya
lemah dibanding dengan asam-asam mineral dan hanya sedikit
berdisosiasi dalam air, tetapi kesanggupannya membentuk garam-
garam yang stabil, bahkan dengan basa lemah Natrium bikarbonat,

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

memberikan sifat-sifat kimia dan fisika yang khas kepada senyawa-


senyawa itu (Tim dosen UNHAS, 2003).
Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid.
Senyawa ini juga biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-
formilfenol, atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil, mudah terbakar
dan tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan
pengoksidasi kuat (Widyanto, 2008).
Adapun sifat umum yang dimiliki senyawa kimia golongan ini
adalah : (Tim Dosen UIT, 2011)
1. Dapat membentuk garam dengan NaOH dan NaHCO 3 sedang
fenol hanya membentuk garam dengan NaOH.
2. Berdasarkan rantai ikatan, maka golongan ini terdapat dalam
bentuk alifatis dan aromatis.
3. Bentuk alifatis umumnya mudah larut dalam air, sedangkan
bentuk aromatis larut dalam petroleum eter.
4. Asam alifatis dan aromatis ada yang ikut dengan uap jika di
destilasi uap, tetapi ada juga tidak larut.
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih
kecil dari 7. Dalam defenisi modern, asam adalah suatu sat yang
dapat member proton (ion H +) kepada zat lain yang disebut basa
atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa.
Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan
untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat, asam
borat, asam salisilat, asam benzoate dan lain sebagainya
(Widyanto, 2008).

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

Larutan baku yang kurang baik sehingga hasil yang diperoleh dari
spektrofotometer tidak akurat.
Adapun alas an penambahan dari pereaksi H 2SO4 digunakan
untuk memberikan suasana asam, NaOH 3 N untuk membuat sampel
membentuk 2 fase, Petroleum eter untuk mencairkan sampel, dan eter
untuk memisahkan NaOH dan asam salisilat.
Adapun factor kesalahn dari percobaan ini yaitu, larutan pereaksi
yang kurang, kurangnya ketelitian dalam pengejaran, pemipetan
pereaksi yang digunakan lebih atau kurang, penyesuaian warna
sampel dengan literartur tidak tepat, dan alat yang dibersihkan belum
terlalu kering.
2.1 Uraian Bahan
1) Aquades (Dirjen POM, 1979, hal. 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Sebagai pelarut
2) Etanol (Farmakope Indonesia Edisi III : 65)
Nama resmi         :   AETHANOLUM
Nama lain      :   Alkohol ; Etanol
Rumus molekul    :   C2H6OH
Berat molekul      :   46,068 g/mol
Rumus struktur    :  

Pemerian                 :   Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

menguap, dan mudah bergerak, bau khas,


rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan             :   Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P, dan dalam eter P
Penyimpanan       :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan             :  Sebagai pereaksi

3) FeCl3 ( Dirjen POM edisi III 1979 : 659)


Nama resmi         : FERII CHLORIDUM 
Nama lain :   Besi (III) klorida
BM / RM              :   162,2 / FeCl3
Rumus Struktur :

Pemerian             :   Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan,


Bebas warna jingga dari garam nitrat yang
telah terpengaruhi oleh kelembaban.
Kelarutan             :    Larut dalam air, larutan beropalesensi
berwarna jingga.
Penyimpanan       :   Dalam wadah tertutup rapat
4) Fenol Merah (Dirjen POM, 1979: 704)
Nama resmI     : FENOL SULFAKTALEIN
Nama lain        : 4,4(3 – 2,1- Bensik Satiol 3-1 liter) Difenol
RM/ BM            : C6 H14 O3/318,32
Rumus molekul : HHH HHH O
H-C-C-C-C-C-C-O-H
HHH HHH O
Pemerian         : serbuk hablur bermacam-macam warna
merah tua sampai merah
Kelarutan        : larut dalam air, mudah larut dalam kloroform

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

eter
5) Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979 : 412)
Nama resmi     : NATRII HIDROCIDUM
Nama lain        : Natrium Hidroksida
RM/BM             : Na(OH)/ 40
Rumus struktur : Na-O-H
Pemerian         : Bentuk batang massa hablur air keping-
keping, keras dan rapuh dan menunjukkan
susunan hablur putih mudah meleleh basa
sangat katalis dan korosif segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan        : Sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
6) FeCl3 (Dirjen POM, 1979, hal. 656)
Nama Resmi : FERRI CHLORIDUM
Nama Lain : Besi (III) Klorida
RM/BM : FeCl3
Rumus Struktur :

Pemerian :  Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan,


Bebas warna jingga dari garam hidrat yang
telah terpengaruh oleh kelembaban.
Kelarutan : Larut di dalam air, larutan beropalesensi
berwarna jingga
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
7) NaOH (Dirjen POM, 1979, hal. 421)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

Nama Lain : Natrium hidroksida


RM/BM : NaOH/ 40,00
Rumus Struktur : Na – O – H
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur
atau
keping, kering, keras, rapuh, dan pada
menunjukkan susunan hablur ; putih, mudah
meleleh basah. Sangat alkalis dan sangat
korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut di dalam air dan etanol
(95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai bahan penitrasi.
2.2 Prosedur Kerja (Anonim , 2017)
a. Identifikasi asam salisilat
Sampel salep sebanyak 1 gram diekstarksi dengan 30 mL
petroleum eter lalu dipanaskan dalam penangas air sampai
melebur sempurna. Fasa petroleum eter diperoleh dengan cara
menuangkan. Selanjutnya diekstraksi dengan NaOH 3 N
sebanyak 3 kali.Fasa NaOH yang diperoleh diasamkan dengan
H2SO4 3N dikocok kuat-kuat lalu diekstraksi sebanyak 3 kali
dengan 20 mL eter.Terakhir diekstraksi dengan 20 mL
kloroform.Fasa eter diuapkan pelarutnya sampai kering.
1. Hasil ekstraksi ditambah 1,0 mL air, lalu ditambah 1tetes FeCl 3,
terjadi warna biru violet.
2. Hasil ekstraksi ditambah pereaksi folin-Ciocalteu menghasilkan
warna biru.
3. Zat hasil ekstraksi ditambahkan 0,5 mL asam nitrat pekat dan
diuapkan sampai kering, lalu dilarutkan dalam 5 mL aseton dan
5 mL KOH-etanol 0,1 N terbentuk warna merah jingga.

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

4. Zat hasil ekstraksi ditambahkan aseton lalu ditetesi air dan


didiamkan sejenak, diamati menggunakan mikroskop diperoleh
Kristal berbentuk jarum tajam.
5. Tambahkan asam pada larutan pekat sampel, terbentuk
endapan hablur putih asam salisilat yang melebur pada suhu
158 – 16˚C.
6. Zat hasil ekstraksi ditambahkan asam sulfat pekat dan
methanol, dipanaskan, tercium bau khas metil salisilat
(gandapura).
7. Reaksi tetes zat dengan larutan NBD-klorida menghasilkan
warna kuning sitrun.
8.
b. Penetapan kadar asam salisilat secara volumetric
1. Lakukan penetapan kadar sampel dengan menimbang sediaan
salep setara dengan 3 gram asam salisilat (lakukan sekstraksi
seperti pada bagian 3. A).
2. Ekstrak kering smapel dilarutkan dalam 15 mL etanol (95%) P
hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P,
tambahkan 20 mL aquades.
3. Titrasi dengan larutan baku NaOH 0,5 N menggunakan
indicator merah fenol P
4. Setiap 1 mL NaOH 0,5 N setara dengan 69,06 mg C7H6O3

c. Penentuan kadar asam salisilat secara spektrofotometri


1. Timbang seksama 100,0 mg asam salisilat murni, masukkan
dalam labu ukur 100 mL encerkan dengan larutan NaOH 0,1 N
sampai tanda.
2. Pipet masing-masing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL larutan
dan encerkan dalam labu ukur 50 mL dengan larutan NaOH 0,1

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

N, maka diperoleh larutan baku dengan konsentrasi 20, 40, 60,


80 dan 100 ppm.
3. Ambil larutan 60 ppm dan ukur panjang gelombang maksimum
asam salisilat
4. Ukur larutan baku point (2) pada panjang gelombang
maksimum dan hitung persamaan garis lurusnya.
5. Timbang sediaan salep (BS) berupa ekstraksi kering yang
setara dengan 60 ppm asam salisilat setelah dilakukan
pengencaran (Volume Ekstraksi, VE) dengan larutan NaOH 0,1
N dalam labu ukur.
6. Ukur larutan sampel pada panjang gelombang maksimum dan
tentukan nilai absorbansinya (Ulangi perlakuan 6 sebanyak 3
kali).
7. Hitunglah kadar asam salisilat dalam sediaan salep
Persamaan :
Y= a ± bX atau A = a ± bC

Kadar asam salisilat dalam sediaan salep

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat Praktikum


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah Buret,
Corong, Corong pisah, Erlenmeyer, Glas Arloji Gelas Beker, Gelas
Ukur, Labu takar, Pipet Tetes, Pipet Volume, Spektrofotometer, Statif,
dan Timbangan Analitik.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum adalah
Aquades, Bahan obat murni asam salisilat, Etanol netral, Indikator
merah fenol P, Larutan baku NaOH 0,592 N, Pereaksi Folin-Ciocalteu,
Pereaksi FeCl3 dan sediaan bedak asam salisilat (herocyn).
3.3 Cara Kerja
a. Identifikasi asam salisilat
Pertama-tama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian siapkan dua buah tabung reaksi.
(1) Dimasukkan sampel, lalu ditambahkan dengan aquades 1 mL
dan 1 tetes FeCl3, dan terjadi perubahan warna biru violet.
(2) Dimasukkan sampel, lalu ditambahkan pereaksi folin ciocalteau
yang akan menghasilkan warna biru.
b. Penetapan kadar asam salisilat secara volumetric
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, ditimbang
sampel sebanyak 1 gram, dilarutkan dengan etanol netral 5 mL,
ditambahkan dengan aquades 6 ,6 mL, kemudian ditambahkan
dengan 4 tetes indikator fenol merah. Dititrasi dengan NaOH baku
0,5 N. Ditentukan kadar asam salisilat dengan menggunakan
rumus:

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


A. Identifikasi thamin HCl

No. Sampel Perlakuan Hasil

1 Herocyn® + Air + FeCl3 (-) Biru violet

2 + Folin-Ciocalteu (-) Biru

B. Metode Volumetri

Kadar Asam Salisilat = x 100%

= x 100%

= 6,133%
C. Penetapan Kadar Asam Salisilat Secara Spektrofotometri
Panjang gelombang maksimum yang diperoleh adalah 228 nm

Konsentrasi A (Absorbansi)

2 ppm 0,351 A

4 ppm 0,538 A

6 ppm 0,684 A

8 ppm 0,732 A

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

Sampel A (Absorbansi)

Bedak Herocyn 0,276 A

y = 0,1289x + 0,254
0,276 = 0,1289x + 0,254
0,276 – 0,254 = 0,1289x
0,022 = 0,1289x

x=

x = 0,170 ppm

%Kadar = x fp x 100

= 0,034
4.2 Pembahasan
Volumetri adalah metode analisis yang kuantitatif berdasarkan
pengukuran volume larutan. Penentuan kepekatan larutan asam,
basa, oksidator atau reduktor.

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah berdasarkan absorpsi cahaya pada


panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung
kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya.
Asam salisilat merupakan obat yang biasanya digunakan untuk
infeksi jamur ringan.Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi yaitu
radikal fenolik dan radikal hidroksil yang terikat pada benzene. Asam
salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu
radikal hidroksi fenolik dan radikal karboksil yang terikat pada inti
benzene. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol
diperoleh ester fenil salisilat yang dikenal dengan nama salol,
sedangkan esterifikais radikal karboksilnya dengan aserilklorida
didapatkan asetilsalisilat yang dikenal dengan aspirin. Salol dan
aspirin banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena
mempunyai sifat analgetik dan antipiretik.
Dalam praktikum kali ini didapatkan identifikasi asam salisilat
dari sediaan bedak salicyl. Jika ditambah aquadest dan ditambahkan
pereaksi FeCl3 menghasilkan warna biru violet maka dalam identifikasi
ini menunjukan positif mengandung asam herocynat. Kemudian,
Sampel ditambahkan pereaksi Folin ciocalteau menghasilkan warna
negatif putih kekuningan. Dan praktikum pada penetapan kadar asam
salisilat secara volumetri didapatkan hasil kadar asam salisilat adalah
0,034%.
Adapun alasan penambahan yang dilakukan saat praktikum
yang pertama NaOH sebagai penitrasi untuk menetralkan kondisi
asam yang ada pada asam salisilat diubah dalam bentuk basa, agar
lebih mudah diabsorbsi dalam suasana basa yang akan terbentuk
garam salisilat menyebabkan terpartisi secara sempurna.
Dan adapun faktor kesalahan pada praktikum adalah
dimungkinkan pereaksi yang digunakan kurang baik atau pada saat

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

penambahan pereaksi berlebih, alat yang digunakan kurang baik,


penimbangan sampel tidak kurang teliti.

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249
Identifikasi & Penetapan Kadar Sediaan Bedak Asam Salisilat secara
Volumetri & Spektrofotometri

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil
yaitu pada identifikasi asam salisilat ditambah aquadest dan
ditambahkan pereaksi FeCl3 menghasilkan negative warna biru violet,
dan sampel ditambahkan pereaksi Folin ciocalteau menghasilkan
warna negatif putih kekuningan. Dan pada penetapan kadar asam
salisilat secara volumetri didapatkan hasil kadar asam salisilat adalah
0,034%.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan dengan pengawasan dari asisten
masing-masing agar tidak terjadi kesalahan yang fatal dan hasil yang
didapatkan lebih maksimal.

SYALFA KHAIRUNNISA RIZKY ARFANITA MAS’UD


15020150249

Anda mungkin juga menyukai