Anda di halaman 1dari 34

CASE REPORT

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT


MULTIPEL DAN PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA

Disusun Oleh:
Karin Indah Kurniati 2018012064
Karunia Santi 2018012009
Katya Rizqita Fitriana 2018012017
Khoirun Nisa 2118012103

Preceptor:
dr. Tendry Septa, Sp. KJ (K)
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp. KJ., M. Kes
dr. High Boy Karmulrubog Hutasoit, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas case report yang
berjudul “Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan
Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya” tepat pada waktunya.

Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung stase Ilmu Kedokteran Jiwa dengan
pembimbing dr. Tendry Septa, Sp. KJ (K), dr. Cahyaningsih F.R., Sp.KJ., M. Kes,
dr. High Boy K.H., Sp.KJ. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih
memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan tugas ini dan perbaikan untuk kita semua.

Semoga karya ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu
pengetahuan untuk kita semua.

Bandar Lampung, 24 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A. IDENTITAS PASIEN 1
B. WAWANCARA PSIKIATRI 1
ANAMNESIS 1
a. Keluhan Utama 1
b. Riwayat Penyakit Sekarang 1
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya 2
d. Riwayat Penyakit Psikiatri 2
e. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif 2
f. Riwayat Penyakit Medis Umum 3
g. Riwayat Kehidupan Pribadi 3
h. Riwayat Pendidikan 3
i. Riwayat Pekerjaan 3
j. Riwayat Keluarga 4
k. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga 4
l. Situasi Kehidupan Sekarang 4
m. Riwayat Psikososial 5
C. STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum 5
1. Kesadaran 5
2. Sikap Terhadap Pemeriksa 5
3. Penampilan 5
4. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor 5
b. Pembicaraan 6
c. Alam Perasaan 6
d. Gangguan Persepsi 6
1. Halusinasi 6
2. Ilusi 6
3. Derealisasi 6

ii
4. Depersonalisasi 6
e. Proses Pikir 6
1. Bentuk Pikir 6
2. Produktivitas Pikir 6
3. Arus Pikir 6
f. Isi Pikir 6
g. Sensorium dan Kognisi 6
h. Pengendalian Impuls 7
i. Daya Nilai 7
j. Tilikan 7
k. Taraf Dapat Dipercaya 7
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 7
1. Tanda-tanda Vital 7
2. PemeriksaanFisik 7
3. Status Internus 7
4. Status Neurologis 7
E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA 8
F. FORMULASI DIAGNOSIS 9
G. ANALISIS MULTIAKSIAL 11
H. DAFTAR MASALAH 11
I. PROGNOSIS 12
J. RENCANA TERAPI 12
K. DISKUSI 12
DAFTAR PUSTAKA 20

iii
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Tn. DS, Laki-laki, 26 tahun lahir di Menggala, 21 Agustus 1995, Islam, belum
menikah, bekerja, pendidikan terakhir Diploma 3, beralamat di Menggala
Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung, datang ke Poli Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Lampung pada tanggal 07 Februari 2022 pukul 10.00 WIB
dilakukan pemeriksaan pada pasien tanggal 21 Maret 2022 pukul 14.30 WIB.

B. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan secara autoanamnesis di ruang rawat inap Merpati Rumah
Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Lampung pada tanggal 21 Maret 2022 pukul 14.30
WIB, dan secara alloanamnesis dengan kakak pasien melalui telepon pada 22
Maret 2022 pukul 08.30 WIB

ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Pasien gelisah sejak 1 hari sebelum masuk RSJD Provinsi Lampung.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Psikiatri Rumah Sakit Jiwa (RSJ) diantar kakaknya
karena pasien gelisah, sering marah-marah dan memecahkan kaca
jendela rumah. Gejala mulai terlihat sejak 1 tahun terakhir dan
memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mudah marah
ketika ditegur, merasa curiga berlebih dan nafsu makan pasien juga
berkurang serta sulit tidur.

Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak SMP, dan dalam sehari


dapat menghabiskan kurang lebih 1 bungkus rokok. Pasien juga
mengkonsumsi minuman alkohol dan sabu sejak SMA (tahun 2014)
karena ajakan teman-temannya sekolahnya. Konsumsi sebanyak 2
botol alkohol perminggu dan sabu sebanyak uang pembelian Rp
1
150.000 kurang lebih 2x perminggu. Pasien sempat berhenti
menggunakan sabu pada tahun 2017 hingga 2018 dan kembali
mengkonsumsi sabu dari tahun 2019 hingga tahun 2022. Konsumsi
sabu hampir setiap hari sebanyak uang pembelian sabu Rp 300.000,
yang dipakai berdua temannnya atau sendirian sebanyak setengah
dosisnya dengan cara dihisap. Pasien mengkonsumsi sabu karena
diajak teman kerjanya. Selain konsumsi sabu dan alkohol pasien juga
sering melakukan judi online.

Pasien bekerja sebagai Perawat di RS Menggala kurang lebih selama 6


tahun. Pasien mengonsumsi sabu saat sepulang bekerja agar tidak
mudah lelah dan rutin mengonsumsi alkohol kadang sendirian atau
bersama temannya. Pasien terakhir mengkonsumsi alkohol dan sabu
pada malam tahun baru 2021, kurang lebih 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit.

Pasien mengatakan sering merasa curiga pada orang disekitarnya merasa


cemas dan gampang emosi serta merasa sulit tidur. Pasien tidak
pernah mendengar bisikan ataupun merasa dirinya memiliki
kemampuan berlebih. Untuk membeli sabu pasien menggunakan uang
gajinya, sampai terkadang menjual barang-barang pribadinya dan
sering meminta uang ke orang tuanya dan apabila tidak turuti pasien
akan marah. Pasien sempat mengancam orangtuanya dengan senjata
tajam dan memecahkan kaca jendela rumah satu hari sebelum masuk
Rumah Sakit Jiwa. Saat ini, pasien sudah dapat mengontrol emosinya,
tidak sulit tidur, dan nafsu makannya sudah sangat membaik.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya


 Riwayat Penyakit Psikitari
Tidak ada
 Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien mengonsumsi alkohol dan sabu sejak SMA (2014-2017).
2
Pasien kembali mengkonsumsi sabu pada tahun 2019-2022.
 Riwayat Penyakit Medis Umum
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat darah tinggi, penyakit
jantung, kencing manis, asma, kejang, ataupun trauma kepala.

d. Riwayat Kehidupan Pribadi


- Periode prenatal dan perinatal
Perkembangan dan pertumbuhan pasien baik.
- Periode masa kanak-kanak
Pasien tidak pernah tinggal kelas. Pasien aktif bersosialisasi dan memiliki
banyak teman.
- Periode remaja awal-akhir
Pasien mulai merokok sejak SMP dan mengkonsumsi alkohol serta sabu
sejak SMA karena pengaruh temannya. Pasien membeli sabu
menggunakan uang pribadi, jika sudah habis pasien akan menjual
barang-barang pribadinya dan meminta uang orangtuanya. Pasien
merasa rileks dan tidak mudah lelah setelah mengonsumsi sabu,
terutama ketika sedang stress atau lelah bekerja. Pasien menyadari
bahwa pengaruh sabu sangat buruk dan membuat dirinya kacau,
pasien mengaku ketika mengonsumsi sabu menjadi lebih cepat
tersinggung dan marah bila ditegur, serta berperilaku kasar dengan
melempar barang. Terdapat peningkatan dosis sejak pertama kali
menggunakan sabu hingga saat terakhir menggunakan.

e. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikan sampai jenjang SMA dengan tidak
pernah tinggal kelas dan melanjutkan pendidikan Diploma 3.

f. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai perawat RS sejak tahun 2017 hingga
2022.

3
g. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Pasien belum
menikah dan tinggal bersama kedua orang tuanya. Riwayat keluarga
tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa.

Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. DS

h. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


Pasien mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.

i. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien diantar oleh kakaknya ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) karena pasien
sering marah-marah, riwayat mengancam keluarga dengan senjata
tajam dan memecahkan kaca jendela rumah, merasa gelisah dan sulit
tidur. Awalnnya keluarga pasien membujuk pasien untuk menjalani
proses rehabilitasi dan pasien menyetujuinya. Pasien mengaku pernah
mengkonsumsi alkohol dan sabu sejak SMA. Sejak mengkonsumsi itu
pasien tampak sering marah-marah, mudah tersinggung, merasa curiga
berlebih, dan sulit tidur.

4
j. Riwayat Psikososial
Pasien merasa baik-baik saja dan memiliki banyak teman saat
bersosialisasi dengan lingkungannya.

C. STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Kesadaran
Compos mentis
2. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif, selama wawancara pasien dapat diarahkan.
3. Penampilan
Pasien laki-laki sesuai usia, berperawakan kurus, warna kulit kuning
langsat, berpakaian cukup rapih menggunakan baju kaos berwarna abu-
abu, celana pendek, dan sandal. Perawatan diri cukup baik.
4. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara pasien terlihat tenang. Pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik dan jelas. Tidak tampak adanya tangan bergetar
pada atau tremor pada bagian tubuh lain. Pasien tidak menunjukkan
gerakan yang tidak bertujuan dari awal hingga selesai wawancara

b. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan, lancar, intonasi baik, volume sedang, kualitas baik,
artikulasi baik, kuantitas baik, kecepatan bicara cepat dan dapat menjawab
sesuai pertanyaan.

c. Alam Perasaan

1. Mood : Eutimia
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Mood dan afek serasi

d. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi

5
Tidak ditemukan adanya halusinasi visual, auditorik, penciuman,
pengecapan, taktil, somatik, dan liliput.

2. Ilusi
Tidak ditemukan adanya ilusi pada pasien.
3. Derealisasi
Tidak ditemukan adanya derealisasi pada pasien.
4. Depersonalisasi
Tidak ditemukan adanya depersonalisasi pada pasien.

e. Proses Pikir
1. Bentuk Pikir
Bentuk pikiran pasien rasional dan realistik.
2. Produktivitas Pikir
Produktivitas pikir pasien baik.
3. Arus Pikir
Arus pikir pasien koheren, dan tidak ditemukan hendaya bahasa.

f. Isi Pikir
Tidak ditemukan waham pada pasien

g. Sensorium dan Kognisi


1. Orientasi : tempat, waktu, orang dan situasi baik.
2. Daya Ingat : segera, jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang baik.
3. Konsentrasi : saat proses anamnesis pasien, memiliki konsentrasi yang
baik.

h. Pengendalian Impuls
Pasien memiliki pengendalian impuls agresif yang baik dan tidak ditemukan
potensi membahayakan diri sendiri serta orang lain selama anamnesis
psikiatri

i. Daya Nilai

6
1. Daya nilai sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik

j. Tilikan
Pasien menyadari bahwa ada yang aneh dalam dirinya, dan berusaha untuk
mencapai perbaikan. Tilikan derajat 4.

k. Taraf Dapat Dipercaya


Kesan dapat dipercaya.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Generalis
Tingkat kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak tidak sakit, status
generalis kesan dalam batas normal. Pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan
19x/menit, suhu 37, spO2 98% .
2. Status Internus
Pada pemeriksaan kepala, mata, THT, leher, thoraks (paru & jantung), abdomen
kesan dalam batas normal. Pada ekstremitas superior dan inferior tidak
ditemukan adanya bekas luka.
3. Status Neurologis
Status neurologis sistem sensorik dan motorik kesan dalam batas normal.
4. Laboratorium
Darah Rutin
● Hemoglobin : 15,3 g/dl
● Eritrosit : 4,78 juta sel / mm2
● Leukosit : 10600 juta sel / mm2
● Trombosit : 287.000 juta sel / mm2
● Basofil : 0%
● Eosinofil : 0%
● Neutrofil Batang : 0%
● Neutrofil Segmen : 73%

7
● Limfosit : 19%
● Monosit : 8%
● Hematokrit : 44%
● SGOT/AST : 19 IU/L
● SGPT/ALT : 22 IU/L

Urin
● THC (-)
● Amphetamine (-)
● Benzodiazepin (-)

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


● Tn. DS, laki-laki, usia 26 tahun
● Keluhan Utama : pasien sering marah
● Riwayat Penyakit Sekarang
▪ Pasien datang ke Poli Psikiatri Rumah Sakit Jiwa (RSJ) diantar oleh
kakaknya karena pasien sering marah apabila keinginannya tidak
terpenuhi. Pasien marah ketika keinginan tidak terpenuhi hingga
menyebabkan kaca pecah. Terdapar riwayat suka melakukan judi
online.
▪ Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak SMP, karena sering diajak
oleh teman-temannya di sekitar tempat tinggalnya. Konsumsi kurang
lebih 1 bungkus rokok. Pasien juga mengkonsumsi minuman
alkohol sejak SMA karena ajakan teman-temannya sekolahnya.
Konsumsi hampir setiap hari sebanyak 1 botol sehari.
▪ Pasien menggunakan NAPZA berupa sabu hisap dari tahun 2014
hingga 2017 dengan jumlah dan frekuensi tidak menentu (saat ada
uang saja). Pasien menggunakan sabu atas ajakan teman-temannya.
Pasien biasanya membeli 150 ribu yang dibeli patungan dan dipakai
bersama dengan teman-temannya. Pasien mengatakan tidak pernah
mengkonsumsi hal lain selain sabu.
▪ Pada tahun 2017-2018 pasien sempat berhenti untuk mengkonsumsi
sabu namun masih mengkonsumsi alkohol dan merokok.

8
▪ Pasien kembali mengkonsumsi sabu paket 200-300 ribu ketika balik
ke kampung halaman pada tahun 2019 dan pasien terakhir kali
mengkonsumsi sabu pada malam tahun baru 2022. Pasien
mengatakan susah untuk berkonsentrasi dan fokus pada pekerjaan
sehari-hari.
▪ Pasien tidak pernah melihat bayangan dan pasien tidak pernah
mendengar bisikan.
▪ Pasien saat ini mampu mengontrol emosinya, tidak ada gangguan
sulit tidur dan nafsu makan.
▪ Pasien merasa lebih baik ketika pasien dikunjungi oleh keluarganya

F. FORMULASI DIAGNOSIS

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna pada pasien Tn. DS usia 26 tahun


ditemukan adanya sindrom atau pola perilaku individu yang berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan dan pelemahan di dalam satu atau lebih fungsi
penting dari manusia yaitu fungsi psikologik, perilaku, gangguan tersebut
mempengaruhi hubungan antara dirinya dan keluarga maka dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami gangguan jiwa. Maka diperlukan formulasi
diagnosis untuk mengetahui gangguan jiwa yang terjadi pada pasien

Pada pasien, riwayat yang berkaitan dengan kondisi medis yang secara primer
mempengaruhi otak secara fisiologis sehingga terjadi disfungsi otak tidak
ditemukan, riwayat trauma pada kepala yang secara sekunder atau faktor lain
secara sistemik mempengaruhi fungsi otak secara fisiologis sehingga terjadi
disfungsi otak tidak ditemukan. Berdasarkan dari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya hasil yang menyokong hal tersebut.
Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan adanya kelainan. Sehingga
hal-hal tersebut dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan
mental organik (F0).

Pasien memiliki riwayat penggunaan lebih dari satu zat psikoaktif yaitu alkohol
dan sabu-sabu. Pasien mengonsumsi alkohol sejak SMA dan sabu-sabu sejak
9
tahun 2014. Kemungkinan diagnosisnya adalah diagnosis gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10 – F19) dapat ditegakan.
Diagnosis aksis I didapatkan adanya gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lain (F19). Pada
pasien ini juga tidak ditemukan adanya halusinasi atau pun waham. Oleh
sebab itu, diagnosis pada blok skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan
waham dapat disingkirkan (F20-29). Pada pasien juga tidak didapatkan
gangguan suasana perasaan baik berupa afek yang meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental. Selain itu
pasien juga tidak didapatkan gejala depresi baik gejala utama maupun gejala
tambahan. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan dianosis
gangguan perasaan (F30-39) dapat disingkirkan. Pada kasus ini dapat
diketahui bahwa pasien tidak memiliki gejala kecemasan, obsesif-kompulsif,
reaksi terhadap stress, disosiatif atau somatoform, sehingga gangguan
neurotik, gangguan somatoform dan gangguan terkait stres (F40-48) dapat
disingkirkan. Pasien tidak mengalami gangguan tidur dan tidak ditemukan
adanya gangguan makan. Pasien tidak merangsang muntah oleh diri sendiri,
tidak menggunakan obat pencahar ataupun olahraga berlebihan serta tidak
memakai obat penekan nafsu makan. Pasien juga tidak melakukan puasa
berkala, sehingga sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik dapat disingkirkan (F50-59)

Keluarga pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan perilaku saat pasien masih
anak-anak ataupun remaja. Pasien dapat berinteraksi dan bermain dengan
teman-temannya. Pasien memiliki riwayat pendidikan sampai selesai D3 dan
pernah bekerja disalah satu rumah sakit sehingga menyingkirkan adanya
retardasi mental. Namun pada pasien ini ditemukan kecenderungan bertindak
secara impulsif dan kurangnya pengendalian diri Sehingga diagnosis Axis II
yakni gangguan kepribadian (F60-69) dapat ditegakkan dengan diagnosis
gangguan kepribadian emosional tak stabil (F60.30)

Pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu. Pemeriksaan fisik, dan

10
pemeriksaan penunjang tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik
ataupun kelainan kondisi medis umum, sehingga tidak ada diagnosis untuk
aksis III.

Dari hasil anamnesis, dikatakan bahwa teman-teman pasien di lingkungan rumah


merupakan pengguna sabu-sabu dan akses untuk mendapatkannya juga tidak
sulit. Pasien juga mengatakan tidak terdapat masalah dalam keluarga pasien.
Sehingga untuk aksis IV tidak terdapat permasalahan dalam lingkungan rumah
dan pertemanan pasien yang merupakan pengguna sabu-sabu. Pada penilaian
terhadap fungsi pasien dalam kehidupan menggunakan skala GAF (Global
Assessment of Functioning) dan didapatkan skor GAF current atau saat ini
pada pasien sebesar 90-81, yaitu gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,
tidak lebih dari masalah harian biasa

G. ANALISIS MULTIAKSIAL

Aksis I :
Diagnosis:
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple dan
penggunaan zat psikoaktif lainnya (F.19)
Diagnosis Banding:
 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
(F.10)
 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
(F.17)
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksiss III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Terdapat permasalahan dalam lingkungan rumah dan pertemanan
yang merupakan pengguna sabu
Aksis V :
 GAF beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik 70-61 (Saat masuk

11
RS)
 GAF gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
dari masalah harian biasa 90-81 (Saat ini)

H. DAFTAR MASALAH
1. Organo biologi
Tidak terdapat perasaan cemas, berdebar-debar, keringat dingin, dan nyeri
dada
2. Genetik
Tidak terdapat adanya riwayat gangguan jiwa pada keluarga pasien.
3. Psikologi
Pada saat ini pasien memerlukan psikoterapi.
4. Sosial
Tidak ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial.

I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia

J. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmakoterapi
1. Risperidone 2x 2 g
2. Trihexyphenidyl 2 x 2g
3. Clozapine 25 mg
4. Fluoxetin 80 mg
b. Psikoterapi
Dilaksanakan setelah proses assessment dari tiap individu disesuaikan dengan
permasalahan psikolog yang muncul selama pasien menjalani program
pemulihan dan akan dilaksanakan selama sebulan.

12
K. DISKUSI

NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psiktropika, dan Zat adiktif lain.
NAPZA didefinisikan sebagai setiap bahan kimia atau zat yang bila masuk ke
dalam tubuh akan memengaruhi fungsi tubuh secara fisik dan psiklogis (Elvira,
2017). Hampir semua jenis NAPZA mengaktifkan satu sistem di otak yang
mengatur rasa senang (reward system) dengan meningkatkan dopamin di otak,
dopamin merupakan jenis neurotrasmitter yang bekerja mengontrol rasa senang.
Pengguna NAPZA yang lama membuat otak beradaptasi. Sehingga penggunaan
NAPZA berusaha menjaga fungsi dopamin atau berusaha menambah dosis
dan disertai dengan penggunaan yang dilakukan secara terus menerus atau
kecanduan (Elvira, 2017).

Gangguan penggunaan NAPZA berupa Penyalahgunaan NAPZA dan


ketergantungan NAPZA (adiksi). Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan
salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi
medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan
fungsi sosial. Dampak terhadap kesehatan tubuh jika digunakan secara terus
menerus atau melebihi takaran mengakibatkan ketergantungan sehingga terjadi
kerusakan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak
penyalahgunaan pada seseorang sangat tergantung pada jenis NAPZA yang
dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum
dampak penyalahgunaan dapat terlihat pada fisik, psikis maupun social.
Dampak psikis dan sosial antara lain adalah lamban kerja, apatis hilang
kepercayaan diri, tertekan, sulit berkonsentrasi, gangguan mental, anti-sosial,
asusila dan dikucilkan oleh masyarakat. Selain itu, penyalahgunaan yang
menggunakan jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV.
Penggunaan yang berlebihan atau over dosis dapat menyebabkan kematian
(Prisma, 2013). Adiksi atau ketergantungan NAPZA adalah penggunaan salah

13
satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi
medis, sehingga mengalami toleransi, putus zat, tidak bisa menghentikan
kebiasaan menggunakan zat, dan menggunakan dosis NAPZA lebih dari yang
diiginkan (Elvira, 2017)

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan, NAPZA dapat


digolongkan sebagai berikut:
1. Golongan Depresan : berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.
Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk
Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik
(otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
2. Golongan Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar
dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah: Amfetamin
(shabu, esktasi), Kafein, Kokain
3. Golongan Halusinogen, menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang
yang berbeda sehingga seluruh perasaan perasaan dapat terganggu.
Golongan ini termasuk cannabis, LSD, mescalin (Elvira, 2017)).

Menurut Eko (2014) tanda dan gejala dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tingkah laku pasien pengguna halusinogen
a. Tingkah laku tidak dapat diramalkan
b. Tingkah laku merusak diri sendiri
c. Halusinasi, ilusi
d. Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak)
e. Sikap merasa diri benar
f. Kewaspadaan meningkat
g. Depersonalisasi
h. Pengalaman yang gaib/ajaib

14
2. Tanda tanda khas yang ditunjukkan oleh penderita ketergantungan alkohol:
a. Fisik: gangguan lambung seperti gastritis, tukak lambung; penyakit hati,
kuning; muntah darah; tremor atau gemetar; mengalami kecelakaan
lalulintas jika mengemudi; jika mengalami reaksi putus alkohol maka
akan kejang, berkeringat dan bingung.
b. Perasaan: merasa diluar kontrol, merasa bersalah akan kebiasaan minum
alkohol.
c. Pikiran: keinginan yang kuat terhadap aalkohol, pikiran terus menerus
untuk mendapatkan alkohol; keinginan bunuh diri.
d. Perilaku: sulit tidur, ingin minum alkohol pada pagi dan siang hari untuk
menghilangkan rasa tidak nyaman secara fisik.

Ada berbagai macam jenis Napza, salah satunya yaitu Narkotika jenis Halusinogen.
Adapun yang tergolong halusinogen yaitu ganja, asam lisergat dietilamida
(LSD), ekstasi, magic mushroom, peyote, dan meskaline sesuai dengan laporan
kasus ini yang digunakan oleh pasien yaitu magic mushroom dan skopolamin
yang terbuat dari tanaman kecubung. Narkotika jenis halusinogen adalah obat
yang jika dikonsumsi dapat menyebabkan timbulnya halusinasi. Obat golongan
halusinogen akan meningkatkan halusinasi atau daya khayal pemakaian. Efek
jangka panjang dari magic mushroom dan skopolamin yang dapat ditimbulkan
seperti kilas balik, resiko penyakit jiwa, dan memori terganggu. Tiga
konsekuensi psikologis penggunaan magic mushroom dan skopolamin
termasukhalusinasi, persepsi yang berubah dari waktu ke waktu, dan
ketidakmampuan untuk mebedakan fantasi dari kenyataan.

Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sampai ke tingkat yang sangat


mengkhawatirkan. Penyalahgunaan narkotika menurut Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 merupakan pelaku tindak pidana yaitu adanya ketentuan Pasal
127 Undang Undang Narkotika yang mengatur mengenai pidana penjara yang
diberikan pada pelaku penyalahgunaan narkotika, namun disisi lain menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 penyalahgunaan narkotika tersebut
merupakan korban yaitu dengan adanya ketentuan Pasal 54 bahwa terhadap
15
pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis rehabilitasi sosial dan rehabilitasi medis
(Bambang, 2012).

Dalam hal ini yang dimaksud dengan pecandu berdasarkan Surat Edaran
Makhamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyalahgunaan,
Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial adalah orang yang menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan baik secara fisik maupun psikis,
tentang penempatan penyalah guna, korban penyalahguna dan pecandu
narkotika ditempatkan ke dalam lembaga rehabilitasi medis dan sosial. Ini
berarti menempatkan penyalah guna narkotika sebagai korban kejahatan
narkotika (Hartanto, 2017).

Menurut psikiater Graham Blaine, penyebab penyalahgunaan narkotika adalah


sebagai berikut
a. untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan
yang berbahaya dan mempunyai resiko
b. untuk menantang suatu otoritas terhadap orangtua, guru, hukum atau
instansi berwenang
c. untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual
d. untuk melepaskan diri dari rasa kesepian dan ingin memperoleh
pengalamanpengalaman emosional
e. untuk berusaha agar dapat menemukan arti hidup
f. untuk mengisi kekosongan dan mengisi perasaan bosan, karen kurang
kesibukan
g. untuk menghilangkan rasa frustasi dan kegelisahan yang disebabkan
oleh problema yang tidak bisa diatasi dan jalan pikiran yang buntu,
terutama bagi mereka yang mempunyai kepribadian yang tidak
harmonis
h. untuk mengikuti kemauan kawan dan untuk memupuk solidaritas
dengan kawan-kawan
i. karena didorong rasa ingin tahu (curiosity) dan karena iseng (just for
16
kicks)

Tahap pennggunaan NAPZA ada beberapa tahapan :


1. Tahap coba-coba (eksperimental)
Seseorang menggunakan NAPZA atas dasar keingintahuannya.
2. Tahap Situasional
Pemakain pada acara-acara tertentu (tahun baru).
3. Tahap rekeasional
Pemakaian zat bertujuan sebagai cara untuk mengatasi masalah.
4. Tahap habituasi / kebiasaan
Pemakaiian zat sudah menjadi kebiasaan dan pengendalian untuk tidak memakai
sulit dikontrol.
5. Tahap ketergantungan atau adiksi
Dtandai dengan mulai terjadinya toleransi (meningkatkan jumlah untuk mendapat
efek yang sama), withdrawl (gejala saat putus zat).

Pada pasien : tahap ketergantungan / adiksi (pernyataan pasien yang mengatakan


bahwa setelah sempat berhenti, kemudian memakai kembali dengan dosis
pemakaian nya meningkat)

Sindrome Ktergantungan NAPZA dapat ditegakan ketika dijtemukan gejla 3 atau


lebih :
1. Adanya keinginan atau dorongan kuat yang memaksa menggunakan
NAPZA (craving)
2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan NAPZA (sulit
untuk berhenti)
3. Ketika mengurangi atau menghentkan penggunaan NAPZA, terbukti
pasien menggunakan NAPZA sejenis untuk menghindari gejala putus
obat.
4. Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis penggunaan NAPZA
untuk memperoleh efek yang sama seperti sebelumnya dengan dosis
ynag lebih rendah.
17
5. Terus menggunakan NAPZA meskipun menyadari efek penurunan
kesehatan.
6. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk pulih dari efek samping
yang timbul

Pada pasien, didapatkan gejala craving, toleransi, kesulitan untuk berhenti


menggunakan NAPZA, terus menggunakan NAPZA meski menyadari
kesehatannya menurun.

Dari anamnesis didapatkan riwayat penyalahgunaan obat berupa penggunaan


NAPZA jenis ganja, sabu-sabu dan penggunaan alkohol sejak SMP. Pasien
mengaku menggunakan obat jenis ganja 1 minggu yang lalu SMRS dan sabu 3
bulan yang lalu SMRS. Namun saat dilakukan pemeriksaan urine didapatkan
hasil negatif. Hal ini menegakkan diagnosis Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lain (F.19).

Dari anamnesis juga disebutkan pasien mengatakan tiap kali mengkonsumsi sabu-
sabu, pasien merasa lebih senang dan bersemangat. NAPZA berpengaruh
terhadap sistem saraf pusat (otak dan tulang belakang) yang dapat
mempengaruhi perasaan, persepsi dan kesadaran seseorang. NAPZA juga dapat
memacu kerja otak atau yang sering disebut stimulan, sehingga timbul rasa
segar dan semangat, percaya diri meningkat. Pada pasien ini juga ditemukan
adanya riwayat gangguan isi pikir berupa waham kebesaran.

Gangguan jiwa dan perilaku yang dialami pasien merupakan akibat langsung dari
penggunaan zat psikoktif yang secara fisiologis mempengaruhi otak dan
menimbulkan gangguan mental dan perilaku. Akibat dari penggunaan zat
tersebut ditemukan adanya sindrom klinis pada pasien berupa gangguan
psikotik akibat zat psikoaktif. Hal yang membuktikan bahwa gangguan jiwa
yang diderita pasien merupakan akibat dari penggunaan zat psikoaktif
didapatkan dari hasil laporan individu.

18
Dari hal tersebut diatas, dapat diketahui bahwa diagnosis multiaksial pada pasien
yaitu Aksis I didapatkan adanya gangguan mental dan perilaku akibat golongan
zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya (F19). Pada aksis II tidak
ditemukan gangguan kepribadian. Pada aksis III tidak ditemukan adanya
penyakit. Pada aksis IV tidak ditemukan permasalahan dalam keluarga dan
linkungan sosial. Aksis V : GAF 90-81 (gejala minima, berfungsi baik, cukup
puas, tidak lebih dari masalah harian biasa).

Berdasarkan Kemenkes RI No. 420 tentang Pedoman Layanan Terapi dan


Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA Berbasis
Rumah Sakit, tindakan penanganan pada pasien dengan penyalahgunaan zat
meliputi Gawat darurat NAPZA, Detoksifikasi, Rehabilitasi, Rawat
jalan/Rumatan. Apabila kondisi pasien memungkinkan, pasien penyalahgunaan
NAPZA dapat langsung menjalani rawat jalan/rumatan. Berbagai kondisi yang
mandasari gangguan penggunaan NAPZA akan mempengaruhi jenis
pengobatan yang akan diberikan kepada pasien, kebijakan untuk merawat dan
memulangkan pasien, hasil yang diharapkan, sumber daya manusia yang akan
memberikan pelayanan, dan sikap terhadap perilaku pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Elvira SD, Gitayanti H. 2017. Buku Ajar Psikiatri FKUI Edisi Ketiga. Jakarta :
FK UI
Eko P. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hartanto, Wenda. 2017. Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Narkotika dan
Obat-obat Terlarang dalam Era Perdagangan Bebas Internasional yang
Berdampak pada Keamanan dan Kedaulatan Negara. Jurnal Legislasi
Indonesia: 14(01);1-16. Pekanbaru. Indonesia
Prisma B, 2013, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan yang
Menyalahgunakan Narkotika Dalam Proses Penyidikan, Jurnal Ilmu
Hukum, Medan..

20
LAMPIRAN

21
Wawancara Psikiatri 21 Maret 2022 pada Pasien

P: Pasien
D: Dokter Muda

D: Selamat siang Mas, perkenalkan kami dokter muda disini. Kami mau ngobrol sama
Mas boleh ya?
P: Iya boleh Mbak
D: Nama Mas siapa?
P: Saya David Susanto.
D: Panggilannya siapa?
P: David
D: Jadi kami panggil Mas David aja ya.. Sekarang umurnya berapa Mas?
P: 26 tahun
D: tanggal lahirnya berapa Mas?
P: 8 november 1995
D: alamat rumahnya dimana Mas?
P: Menggala, Tulang Bawang
D: Mas udah punya pacar atau menikah?
P: saya masih bujang, mbak
D: anak ke berapa dari berapa bersaudara ya Mas?
P: anak ke 4 dari 5 bersaudara
D: sehari-harinya bekerja sebagai apa?
P: saya perawat, mbak.
D: kalo boleh tau dimana mas?
P: di RSUD Menggala, mbak
D: Disini udah berapa lama mas?
P: Kira-kira udah 1 setengah bulan lah Mbak
D: waktu itu siapa yang nganter kesini mas?
P: dianter kakak saya, mbak
D: mau dibawa kesini?
P: ya mau gak mau sih, mbak
D: penyebab mas david dibawa kesini waktu itu kenapa emang mas?
P: waktu itu saya marah-marah dan minta duit mulu ke orang tua
22
D: pertama kali make emang kapan mas?
P: pertama kali make itu 2014
D: itu waktu sekolah?
P: 2014 itu pas kelas 3 sma
D: Terus gak berhenti ya? Sampe kuliah juga
P: Berhenti 2 tahun, 2017-2018
D: awal pertama kali make itu karna apa mas? diajak?
P: Ikut kawan, nyoba-nyoba aja sih
D: Yang dirasain pas make itu aoa?
P: Rileks begitu sih
D: Yang dipake waktu itu apa aja?
P: Sabu
D: Sabu aja?
P: Iya
D: Minum juga gak mas? Minum Alkohol?
P: Iya minum, kalo minum itu Cuma sekali dua kali aja
D: Sabunya makenya kapan aja mas?
P: sabunya makenya tergantung, setelah tahun 2018 itu hampir tiap hari
D: sekali make itu berapa banyak mas?
P: tergantung sih
D: kalo diduitin berapa?
P: paling 300rb sekali make
D: kalo sebulan itu sebulan full make? Gak pas waktu kosong aja?
P: biasanya kalo tiap hari itu ya 200-300rb, tapi kalo udan udah mulai abis ya Cuma 150
rb
D: Itu pakenya sendiri atau bareng teman?
P: Bareng teman
D: Sebulan biasa abis berapa emang mas?
P: Sekitar 5jt
D: Pemakaian sekarang sama kaya yang pas sma dulu?
P: Oh engga beda, pas sma dulu paling 100-150rb dan gak tiap hari make juga.
D: Artinya intensitas makenya yang terakhir ini makin sering ya mas?
P: Iya, kalo dibandingin pas sma sih begitu

23
D: Kalo minum dari sma ya?
P: Iya minum dari sma
D: Kalo ngerokok?
P: Ngerokok itu dari smp
D: Kalo sekarang ini, terakhir kali make itu kapan mas?
P: Pas tahun baru itu
D: Keluarga tau sejak kapan mas pakai?
P: Ya taunya dari sma itu, tapi makenya nyolong-nyolong itu. Orang tua tau karna badan
saya jadi abis begitu aja
D: Selain dari ngerasa badan kurus atau abis begitu keluarga ngerasa ada perubahan
perilaku ga?
P: Engga sih
D: Kalo mas sendiri ada susah tidur ga?
P: Kalo susah tidur sih, engga. Biasanya sih kalo udh cape banget, saya make juga masih
tetap bisa tidur.
D: Waktu sakit dibawa kesini itu ada curiga-curiga begitu gak? Merasa diomongin?
Merasa diliatin?
P: Engga sih, mbak
D: Misalnya waktu mau tidur denger ada bisikan atau pernah lihat bayangan yang orang
lain gak lihat?
P: Engga pernah sih, mbak
D: Masnya kan perawat ya? Artinya berhenti kerja pas lagi disini aja ya?
P: Iya, mbak berenti kerja waktu dirawat disini aja
D: Waktu masih jadi perawat itu ngerasa gak sih mas kalo konsentrasi turun, gak fokus?
P: Iya mbak, sering ngerasa gak fokus begitu
D: Artinya mas udah ditahap yang gak bisa gak make ya? Harus pakai terus?
P: Engga juga sih, mbak
D: Masih bisa nahan artinya ya mas?
P: Iya masih kok mbak
D: Kalo teman yang ajak buat make begitu, masnya masih mau gak sih?
P: InsyaAllah engga sih itu
D: Kalo yang dulu-dulu itu artinya pas teman ngajak gak bisa nahan ya?
P: Iya, keikut aja itu mbak. Tapi kalo gak ada duit masih bisa nahan.

24
D: Alesan mas make sabu lagi itu apa sih waktu itu?
P: Pusing kesel begitu, mbak
D: Pelarian gitu?
P: Iya
D: Ada tekanan di pekerjaan atau konflik dengan keluarga begitu?
P: Gak ada sih
D: Pernah ada masalah sama polisi gak mas?
P: Engga pernah
D: Kan waktu itu pernah berhenti 2 tahun ya, pas berhenti itu ada gejala begitu gak sih
mas?
P: Engga sih, paling waktu itu saya sakit gigi gak ada obat yang mempan buat ngobatin
aja. Jadi saya sakit gigi 3 bulan, gak berhenti. Tapi minum paramex sembuh.
D: Mas, jadi merasa mudah tersinggung gak akhir2 ini?
P: Engga sih
D: Cuma susah fokus aja ya? Konsentrasinya buyar aja ya?
P: Iya
D: Jadi disini udh gak ada rasa ingin nyoba lagi ya mas?
P: Engga sih, karna udh dibantu obat dari sini juga
D: Selain sakit gigi kemarin ada keluhan fisik lagi gak sih mas?
P: Engga ada
D: Kalo sekarang ini alesan mas mau berenti itu apa ya?
P: Biar lebih baik lagi
D: Waktu awal banget itu, mas yang mau memperbaiki diri atau dari orang tua?
P: Awalnya itu orang tua
D: Masnya punya banyak teman ya? Di lingkungan sekitar banyak yang make ya?
P: Banyak mbak, sekampung
D: Yaudah Mas, terima kasih banyak untuk waktunya ya Mas. Semangat ya Mas.
Nanti kalo udah pulang jangan pake lagi ya Mas.
P: iya mbak, doain ya mbak
D: Oke Mas pokoknya semangat ya Mas. Terima kasih Mas.
P: Iya Mba sama-sama.

25
Wawancara Psikiatri 22 Maret 2022 pada Kakak Pasien
K: Keluarga Pasien
D: Dokter Muda

D: Selamat siang Mas, perkenalkan kami dokter muda disini. Kami ingin mengobrol
dengan ibu sebentar dan menjadikan kasus david sebagai presentasi kasus kami, apakah
diperbolehkan?
K: Iya boleh Mbak
D: maaf ini dengan siapa ya?
K: Saya kakaknya David
D: kakak tertua kandung ya?
K: iya
D: Jadi bisa kami panggil ibu siapa ya?
K: ibu Alian
D: Ibu maaf mau tanya, untuk pertama kali keluarga tau tentang pemakaian david itu dari
kapan ya?
K: Sebenernya taunya itu sma dia pernah pakai tapi sempet berhanti
D: Itu pertama kali tau ada gejalanya atau bagaimana?
K: Pertama kali itu gak kelihatan gejalannya sih
D: Jadi Cuma sekedar tau aja ya waktu itu?
K: Iya tau aja
D: Taunya kenapa ibu?
K: Taunya kan waktu itu dia pernah ada urusan dengan polisi, keluarga tau semenjak itu.
Tapi setelah itu sih baik-baik aja.
D: Tadi kan dibilang sempet berhenti juga, itu sempet berhentinya kapan ya?
K: Semenjak selesai ada urusan dengan polisi sih, keluarga sih gak tau pasti ya berhenti
apa engga, tapi kalo lihat dari sikapnya sih udah baik begitu. Seperti orang yang sudah
berhenti.
D: Jadi kalo keluarga itu makainya SMA ya? Kelas 3 SMA itu? Terus berhenti?
K: Iya betul begitu, mbak
D: Taunya lagi kemudian kapan ya bu?
K: Sebenrnya kami, kakak-kakak, tuh tau begitu kan. Cuma kalo liat langsung tuhgak ada
buktinya.
D: Kan gak ada buktinya secara fisik, terus taunya itu ada gejalanya atau bagaimana ya?

26
Atau tau dari orang lain?
K: Terlihat dari perubahan sikapnya, terus dari perubahan pola tidur, terus suka marah-
marah gak jelas. Tidur malem itu jadi berubah siklusnya, gampang emosi.
D: Perubahan sikap yang paling sering terlihat itu apa aja?
K: Mudah marah, lebih memaksakan diri. Keinginannya harus dipenuhi itu emang
sifatnya dari dulu. Tapi semejak make itu kaya makin menjadi-jadi.
D: Itu pertama kali keliatan banget perubahan sikapnya itu dari kapan?
K: Sekitar setahunan ini yang parah banget sih.
D: Pernah memaksakan kehendaknya itu sambil marah-marah ke orang tua apa
bagaimana?
K: Iya sambil marah, sambil mengancam.
D: ernah sampai menyakiti gak?
K: Kalo menyakiti fisik sih gak pernah, tapi kenapa sampe diruawat di rumah sakit itu
karna dia pernah melemparkan kaca rumah pecah, kaca lemari pecah dilempar, sempet
pegang pisau yang saya gatau pisau itu gunanya untuk apa, tapi ngeliat dia marah dan
megang pisau itu kan orang-orang yang ngeliat itu merasa terancam, takut.
D: Artinya ibu yang ngebawa mas david itu ke rs in ya?
K: Iya saya yang bawa
D: Waktu itu alesan dibawa ke sininya kenapa?
K: Karna keluarga menganggap sudah mengancam di rumah, di rumah sudah gak
nyaman
D: Yang tinggal dirumah sama orang tua itu siapa aj aya bu?
K: Yang dirumah itu orang tua (ayah ibu), david, sama adik perempuan satu
D: Di rumah david pernah ada ada masalah gak ya bu sama keluarga?
K: Engga sih, kalo sama keluarga sih gak ada ya
D: Masalah dalem keluarga yang bikin stress atau kepikiran begitu ada gak ya?
K: Gak ada sih, di keluarga gak ada
D: Kalo di lingkungannya ada gak ya masalah pertamamnnya?
K: Iya dilihat sih kayaknya dari masalah pertemanan. Dulu dia juga sma di bandar
lampung dan kayaknya ketemu teman-teman yang begitu. Dulu juga dia ikut club-club
mobil begitu.
D: Kalo dari davidnya sendiri pernah ngomong dia denger bisikan atau pernah ngeliat
sesuatu yang gak diliat orang gak?

27
K: Engga sih, david gak terlalu suka cerita sama keluarganya sih. Engga tau kalo ke yang
lain.
D: Atau david pernah kaya curigaan sama yang lain begitu gak sih?
K: Iya keliatannya itu david ini sih sering keliatan ketakutan begitu sih, gatau ya dia ada
masalah diluar, mungkin dia pinjem uang diluar sama orang. Di rumah itu dia sering
bilangnya minta uang karna saya dikejer-kejer orang, saya bisa mati kalo engga bayar
utang, begitu-begitu.
D: Itu setahun terakhir ya?
K: Iya setahun ini, david udah gak bisa dikontrol banget emang setahun ini.
D: Itu tiap minta uang ya begitu? Kalo minta uang biasnya berapa kali sih dalam sebulan
atau seminggu?
K: Kalo minta uang itu seminggu bisa 2 kali. Itu uang yang banyak sih ya, tapi kalo uang-
uang yang 100rb atau 50rb itu setiap hari minta.
D: Biasanya minta uang banyaknya itu berapa banyak sih kalo boleh tau?
K: Jutaan sih kayaknya, diatas 1jt, diatas 1,5jt.
D: Gak selalu dikasih itu?
K: Awalnya sih gak dikasih itu, tapi selalu merengek-rengek. Nah itu ayah yang sering
kena bujuk rayunya itu makanya dikasih. Walaupun awalnya gak boleh begitu, alesannya
gak ada uang, besok-besok tetap dia minta lagi. Pokoknya kayak anak kecil yang
merengek-rengek minta permen. Kemana aja diikutin begitu.
D: Baik bu, terima kasih banyak untuk waktunya ya bu.
K: iya dok, sama -sama dok.

28
Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke IGD dengan gaduh gelisah

2014 2019-2022

Pasien mulai konsumsi sabu Pasien kembali konsumsi


sebanyak uang pembelian Rp sabu sebanyak uang
100.000 dan konsumsi pembelian Rp 150-300.000
alkohol 2 botol 2 kali dalam dan konsumsi alkohol
seminggu hampir setiap hari serta
kebiasaan judi online Pasien marah-marah marah, mudah
tersinggung, berbicara kasar

2011 Pasien sulit untuk tidur 2017-2018 Pasien sulit untuk tidur Saat masuk RS
Beberapa hari
SMRS
Pasien berhenti konsumsi  Pasien gaduh gelisah
Pasien mulai sabu  Pasien marah marah,
merokok sebanyak1 memecahkan kaca
bungkus rokok jendela rumah
perhari  Mengancam orangtua
dengan pisau

Anda mungkin juga menyukai