MATDAS 11-Radang Akut Dan Kronik Faring, Tonsil, Laring

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

RADANG AKUT DAN

K R O N I K PA D A FA R I N G ,
TONSIL, DAN LARING
Preceptor:
Dr. dr. Fatah Satya Wibawa, Sp. THT-KL

Oleh:
Efrans Caesar(2018012202)
Inocentia Gita Krisanti(2018012187)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


RSUD DR. H. ABDOEL MULUK
FK UNILA
2023
RADANG AKUT DAN KRONIS

Faring Tonsil Laring


• Faringitis akut • Tonsilitis Akut • Laringitis Akut
• Faringitis Kronis • Tonsilitis Kronis • Laringitis Kronis
FARINGITIS
Infeksi pada faring yang umum terjadi karena berbagai
sebab seperti virus, bakteri, jamur, dan lainnya.

Viral (40-60%): Bakteri (5-40%):


•Rhinovirus • Streptococcus Group A B-
•Influenza, Parainfluenza Haemolyticus
•Epstein Barr Virus (EBV)
•coxsachievirus
•cytomegalovirus

Fungi :
• Candida albicans
FARINGITIS AKUT
Radang akut yang mengenai mukosa faring dan jaringan limfonoduler di
dinding faring

Gejala Klinis:
1. Nyeri kepala
2. Demam
3. Nyeri tenggorokan
4. Disfagia
5. Dapat disertai atau tanpa batuk
6. Mual
7. Muntah
Pemeriksaan fisik
1. Mukosa faring hiperemis dan edema terutama di lateral band, kadang
didapatkan eksudat
2. Sekret yg terbentuk awalnya bening, lama-lama kental kekuningan
3. Dinding posterior faring tampak granula yang besar dan merah
4. Dapat disertai pembengkakan kelenjar limfe regional leher

Pemeriksaan penunjang
5. Pemeriksaan darah lengkap
6. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram
7. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan
KOH
Etiologi Gejala Pemeriksaan Fisik

Bakteri Infeksi grup A Nyeri kepala hebat, muntah, kadang demam • Tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan
stereptokokus beta dengan suhu yang tinggi, jarang disertai terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari
hemolitikus batuk, dan seringkali terdapat pembesaran kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan
KGB leher, nyeri tenggorok, sulit menelan faring.
• Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri saat ditekan

Viral Rinovirus, • Rhinovirus: Diawali dengan gejala rhinitis • Faring dan tonsil hiperemis
adenovirus, EBV, dan beberapa hari kemudian timbul • EBV: eksudat >> (virus influenza, coxsachievirus,
virus influenza, faringitis cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat),
coxsachievirus, • Adenovirus: Disertai konjungtivitis limfadenopati terutama retroservikal
cytomegalovirus terutama pada anak
• Gejala lain: demam disertai rinorea dan
mual

Fungal Candida, dapat Terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan
tumbuh di mukosa pangkal lidah, sedangkan mukosa faring lainnya
rongga mulut dan hiperemis
faring
a. Faringitis viral b. Faringitis bakterial

c. Faringitis fungal
PENATALAKSANAAN
Virus :
• Istirahat
• Hidrasi cukup
• Analgetik
• Berkumur dengan air garam hangat

Bakteri :
• Bila diduga Streptococcus group A dapat diberikan:
 Amoksisilin 50mg/kgbb terbagi menjadi 3 dosis selama 10 hari (anak <5 tahun) / 3x500mg
(dewasa)
 Eritromisin 4x500mg
• Kortikosteroid  dexametason 8-16 mg IM 1x (dewasa) / 0,08-0,3 mg/kgBB IM 1x (anak)
• Analgetik

Fungal :
• Nystatin 100.000-400.000 2x1
• Analgetik
FARINGITIS
KRONIK
Terdapat 2 bentuk yaitu :
1. Faringitis Kronik Hiperplastik
2. Faringitis Kronik Atrofi

Faktor predisposisi :
• Rhinitis kronis
• Sinusitis
• Iritasi kronik
• Inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu
• Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronis adalah penderita biasanya bernafas
melalui mulut karena hidung yang tersumbat
FARINGITIS KRONIK
HIPERPLASTIK
Gejala Klinis :
• Tenggorokan terasa tidak enak, kering dan gatal
• Batuk berdahak

Pemeriksaan fisik:
• Terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring
• Hiperplasia kel. Limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasia
• Tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranula

Tatalaksana :
• Cari dan eradikasi faktor penyebab
• Istirahatkan suara
• Berkumur air garam hangat
FARINGITIS ATROFI
Bentuk faringitis kronis yang sering terlihat pada pasien rhinitis atrofi

Gejala Klinis:
• Tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau

Pemeriksaan fisik:
• Tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila
diangkat tampak mukosa kering

Tatalaksana:
• irigasi faring
• Potassium iodide 325 mg p.o selama beberapa hari
TONSILITIS
TONSILITIS AKUT
Peradangan akut dari tonsil palatina

Penyebaran melalui droplet, kontak


langsung dengan tangan/mulut yang
terdapat agen penyebabnya.

Gejala Klinis:
• Demam
• Disfagia/Odinofagi
• Otalgia
• Malaise
• Tanda airway obstruction seperti
pernapasan mulut, snoring
Tonsilitis Akut
Tonsilitis Viral Tonsilitis Bakterial

-Etiologi : -Etiologi :
Virus Epstein Barr, Haemophilus influenza, Streptococus B hemolitikus grup A (Strept Throat),
coxschakie pneummokokus, Streptococus viridans, Streptococus
-Gejala : piogenes.
Menyerupai common cold disertai rasa nyeri -Gejala :
tenggorok Masa inkubasi 2-4 hari. Nyeri tenggorok, nyeri menelan,
-Pem. Fisik : demam dengan suhu tubuh tinggi, lesu, nyeri sendi, tidak
H. Influenzae  tonsilitis akut supuratif nafsu makan, otalgia (nyeri alih n.IX)
virus coxschakie  luka-luka kecil pada -Pem. Fisik :
palatum dan tonsil yang sangat nyeri Tonsil membengkak, hiperemis, detritus folikularis, lakuna
-Terapi : atau tertutup membran semu. Kelenjar submandibula
Istirahat, minum cukup, analgetika, dan membengkak, nyeri tekan
antivirus jika gejala berat -Terapi :
Antibiotik : penisilin, eritromisin. Antipiretik, obat kumur
Ukuran Tonsil

T0 : Tonsil sudah diangkat


T1 : < 25% tonsil menutupi orofaring, (batas
medial tonsil melewati pilar anterior ampai 1⁄4
jarak pilar anterior uvula )
T2 :> 25% sampai < 50% tonsil menutupi
orofaring
T3 >50% sampai < 75% menutupi orofaring
T4 : >75%, tonsil menutupi orofaring (batas
medial tonsil melewati 3⁄4 jarak pilar anterior-
uvula sampai uvula atau lebih).
TONSILITIS DIFTERI

Frekuensi penyakit ini sudah menurun karena


keberhasilan imunisasi.

Etiologi:

C. dyhteriae  bakteri gram positif.


Tidak semua orang yang terinfeksi akan sakit, tergantung
dari titer anti toksin dalam darah seseorang  0,03
satuan/cc darah cukup untuk dasar imunitas seseorang.
TONSILITIS DIFTERI
Gejala dan tanda klinis:
1. Gejala umum  demam subfebrile, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, bradikardi,
disfagia
2. Gejala lokal  pembengkakan tonsil yang ditutupi bercak putih kotor yang meluas dan menyatu
membentuk pseudomembran/membrane semu, dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring,
laring, trakea dan bronkus serta dapat menyumbat saluran nafas. Membran tersebut melekat erat
pada dasarnya sehingga jika diangkat mudah berdarah. Kelenjar limfa leher membengkak sangat
besar  bull’s neck/burgeemester’s hals
3. Gejala akibat eksotoksin  miokarditis, kelumpuhan otot palatum & pernapasan (invasi ke saraf
kranial)
TONSILITIS DIFTERI
Diagnosis

• Gambaran klinis
• Pemeriksaan Penunjang  kerokan membrane semu yang dilihat pada mikroskop didapatkan C.
dyphteriae

Tatalaksana

• Anti difteri serum segera tanpa menunggu kultur, dosis 20.000 – 100.000 U
• Antibiotik: Penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB terbagi 3 dosis selama 14 hari
• Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari
• Simtomatik  antipiretik, analgesik
• Karena infeksius  pasien harus isolasi
• Istirahat total 2-3 minggu
TONSILITIS KRONIK
Etiologi:
• Komplikasi tonsilitis akut (mikroabses ditutupi oleh jar. Fibrosa terlihat pada folikel
limfoid tonsil)
• Infeksi Subklinis tonsil
• Infeksi kronis sinus atau gigi

Gejala Klinis:

• Serangan nyeri tenggorokan atau tonsilitis akut berulang


• Iritasi kronis tenggorokan + batuk
• Halitosis (akibat pus pada kripta)
• Disfagia, tersedak, dan thick speech
• Sering mengenai anak dan dewasa muda, jarang pada usia > 50 tahun
TONSILITIS KRONIS
Pemeriksaan Fisik:

• Tipe parenchymatous chronic → tonsil bertemu digaris tengah


• Tipe follicular chronic → bintik kekuningan berisi pus pada permukaan tengah tonsil
• Tipe fibroid chronic → tonsil kecil dan terdapat pus pada pillar anterior
• Tanda penting → flushing pada anterior pillar
• Pembesaran nodus limfe jugulodigastrik
TONSILITIS KRONIK
Tatalaksana:
• Konservatif → diet, mengobati
infeksi pada gigi, hidung dan sinus
jika ada
• Tonsilektomi

Komplikasi:
• Abses peritonsilar
• Abses parapharyngeal
• Abses intratonsilar
• Tonsilloliths
• Kista tonsillar
Indikasi Tonsilektomi / Adenotonsilektomi
Secara umum indikasi operasi ialah bila tonsil menjadi sumber infeksi yang memberi risiko
yang lebih besar dari pada risiko operasi.

Menurut Health Technology Assessment Kemenkes tahun 2004, indikasi


tonsilektomi, yaitu:

Indikasi Absolut Indikasi relatif


1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan 1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil
obstruksi sakuran nafas disfagia berat, pertahun dengan terapi antibiotik adekuat
gangguan tidur dan komplikasi 2. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak
kardiopulmonar membaik dengan pemberian terapi medis
2. Abses peritonsil yang tidak membaik 3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier
dengan pengobatan medis dan drainase streptococcus yang tidak membaik dengan
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang pemberian antibiotik laktamase resisten
demam
4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk
menentukan patologi anatomi
LARINGITIS
LARINGITIS AKUT
Definisi
Peradangan Akut dari laring. Pada umumnya merupakan kelanjutan dari faringitis (common cold). Pada anak dapat
menimbulkan sumbatan jalan napas, Sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak.

TIPE INFEKSIUS
• Kondisi paling umum dan mengikuti infeksi saluran TIPE NON-INFEKSIUS
napas atas
• Etiologi: infeksi virus lalu terjadi infeksi sekunder Disebabkan karena vocal abuse, alergi, terbakar oleh
oleh bakteri (Streptococcus pneumoniae, Haemophilus substansi kimia atau karena suhu baik secara ingesti
influenzae dan haemolytic Streptococci atau atau inhalasi, dan trauma laring (cth: ETT)
Staphylococcus aureus)
GAMBARAN KLINIS
Gejala Umum : demam, malaise
Gejala Lokal :
❖ Suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni)
❖ Rasa tidak nyaman dan nyeri pada tenggorokan (saat
menelan/berbicara)
❖ Batuk kering yang lama kelamaan disertai dahak kental
Pemeriksaan Laring → mukosa laring hiperemis dan edema terutama di
atas dan di bawah pita suara.

TATALAKSANA

1. Istirahat suara selama 2-3 hari


2. Menghindari iritasi oada laring : makanan
Mukosa laring pedas, minum es
3. Antibiotik (untuk laringitis akibat infeksi bakteri/jika
hiperemis terdapat infeksi sekunder oleh bakteri
4. Jika terdapat sumbatan laring lakukan pemasangan pipa
endotrakeal atau trakeostomi
LARINGITIS KRONIS
Etiologi
• Sinusitis Kronik, deviasi septum yang berat, polip atau bronkitis
kronis
• Mungkin juga disebabkan karena vocal abuse

Gambaran Klinis
• Suara parau yang menetap
• Rasa tersangkut di tenggorokan sehingga pasien sering
berdehem tanpa mengeluarkan sekret
• Laringoskopi → Mukosa menebal, permukaanya tidak rata, dan
hiperemis

Tatalaksana
• Mengobati peradangan di hidung, faring, serta bronkus yang
mungkin menjadi penyebab laringitis kronis
• Pasien diminta untuk tidak banyak berbicara (vocal rest)
LARINGITIS DIFTERI
Peradangan pada laring yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheria.
Pada laringitis difteri akan terjadi pembentukan pseudomembran pada laring dan
trakea sehingga akan menyebabkan obstruksi saluran napas
Gambaran Klinis
-Demam - batuk (Croupy cough)
-Nyeri tenggrokan - stridor inspirasi
-Suara serak - sesak
-Limfadenopati kelenjar limfe leher → bull neck

Pemeriksaan Fisik
Terdapat pseudomembran pada tonsil yang menyebar ke hipofaring dan laring

Tatalaksana
•Pertahankan jalan napas → trakeostomi/intubasi
•Serum anti difteri
•Antibiotik
•Istirahat total
LARINGITIS TUBERKULOSIS
Hampir selalu dikarenakan tuberkulosis paru, paling banyak mengenai pria pada usia
pertengahan. Infeksi terjadi melalui sputum yang mengandung bakteri atau
hematogen.
Gambaran Klinis
1. Stadium infiltrasi
• Mukosa laring pucat namun yang pertama kali bengkak dan hiperemis adalah mukosa laring
posterior.
• Di daerah submucosa terbentuk tuberkel  mukosa tidak rata, tampak bitnik kebiruan. Tuberkel
makin membesar, beberapa Bersatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Saat sangat
meregang  pecah  ulkus.

2. Stadium ulserasi
• Ulkus yang timbul di akhir stadium infiltrasi membesar.
• Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan, sangat nyeri.
LARINGITIS TUBERKULOSIS
Gambaran Klinis
3. Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam  mengenai kartilago laring (terutama arytenoid dan epiglottis)
Terjadi kerusakan tulang rawan  pembentukan nanah berbau  terbentuk sekuester
Keadaan umum pasien sangat buruk dan kritis hingga mengancam jiwa

4. Stadium pembentukan tumor


Terbentuk fibrotuberkulosis di dinding posterior, pita suara dan subglotik.
DAFTAR PUSTAKA
Dhigra PL. Disease of Ear, Nose, Throat, Head and Neck Surgery 7 th edition. Tahun 2018. New
Delhi : Elseiver
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Tonsilitis tahun 2018
Menner LA. A Pocket Guiede To Ear. Stuttgart: Thieme. 2003
Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung, Tenggorol, Kepala & Leher
Edisi Ke-7. Jakarta. Badan Penerbit FK UI. 2015

Anda mungkin juga menyukai